TANDA MASYARAKAT CERDAS.
A. Tanda Masyarakat Cerdas (M. Nuh,
mantan Mendikbud)
1. Dalam menghadapi masalah, berorientasi
menyelesaikan masalah.
2. Bukan mempersoalkan masalah.
3. Biaya dalam menyelesaikan masalah, sangat
murah dan efektif.
4. Baik biaya sosial, ekonomi, maupun
politik.
5. Tepat dan cermat waktu dalam
menyelesaikan masalah.
6. Tidak melebar kemana-mana atau membiarkan
ditelan waktu.
7. Dalam menyelesaikan masalah tidak
melanggar aturan dan etika.
B. Teori Belah Bambu
1. Ketika seseorang akan membelah sebuah
bambu.
2. Biasanya belahan bambu yang satu diangkat
ke atas dengan tangan, sedangkan belahan yang lain diinjak ke bawah dengan
kaki.
3. Pada giliran berikutnya, belahan bambu
yang tadi diinjak akan diangkat, sedangkan belahan yang sudah diangkat sekarang
diinjak.
4. Dalam rangka melanggengkan kekuasaan
tidak jarang suatu pemerintahan menggunakan teori belah bambu.
5. Sebagian kelompok diinjak, sedangkan
sebagian kelompok yang lain diangkat.
6. Pemakaian teori tersebut, digunakan untuk
melemahkan pihak yang dianggap akan membahayakan kekuasaan.
7. Teori ini dipakai untuk melanggengkan
kekuasaan.
8. Kondisi masyarakat yang sangat cair,
sangat memungkinkan upaya melanggengkan kekuasaan dengan segala cara.
9. Misalnya, kelompok yang anti pemerintah,
akan dilemahkan.
10. Bahkan partai politik yang diharapkan
bisa kritispun dilemahkan.
11. Jika hal seperti ini yang terjadi,
sungguh kondisi yang sangat menakutkan bagi perbaikan bangsa.
12. Kalau semua pihak sudah lemah, maka
tinggal mengeruk semua kekayaan alam kita dengan berbagai keputusan yang
merugikan rakyat dan bangsa.
(yusronhd@gmail.com)
C. Politik Belah Duren
1. Duren adalah buah yang enak dimakan dan
memiliki aroma nikmat yang sangat menyengat dan menggiurkan.
2. Politik Belah Duren adalah cara membagi
kekuasaan yang dilakukan dengan menyiarkan kepada masyarakat, seolah-olah semua
masyarakat akan menikmatinya dengan semboyan kekuasaan ini adalah dari, oleh,
dan untuk rakyat.
3. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah
semua keputusan, fasilitas, kenikmatan, dan kekuasaan hanya dinikmati untuk
kelompok mereka saja. Sedangkan kelompok yang lain hanya menerima janji yang
manis belaka.
4. Semua kenikmatan hanya ddimiliki kelompok
mereka saja, sedangkan sebagian besar rakyat hanya mendapatkan aromanya yang
menyengat dan membius saja, karena buahnya sudah dinikmati oleh orang terdekat
yang dengan mudah mendapatkannya.
D. Politik Pecah Belah
1. Politik Pecah Belah adalah cara untuk
mendapatkan dan menjaga kekuasaan dengan memecah belah masyarakat.
2. Sebuah kelompok yang besar akan dipecah
menjadi kelompok kecil yang lebih gampang untuk diatur dan dikalahkan.
3. Cara yang digunakan untuk memecah belah
sebuah kelompok:
1) Menciptakan atau mendorong perpecahan
dalam masyarakat untuk mencegah kekuatan yang dapat menentang kekuasaan.
2) Membantu dan mempromosikan orang atau
kelompok yang mau bekerja sama dengan kekuasaan.
3) Mendorong ketidakpercayaan dan permusuhan
di antara kelompok masyarakat.
4) Mendorong masyarakat agar menjadi
konsumtif sehingga mengurangi kekayaan dan kemampuan masyarakat.
E. Politik Adu Domba
1. Domba adalah nama binatang
2. Politik Adu domba adalah cara menjaga dan
memperoleh kekuasaan dengan sengaja membuat dan menciptakan permusuhan atau
konflik di antara masyarakat.
3. Sebagian kelompok sengaja diadu dengan
sebagian kelompok yang lain dengan tujuan agar mereka menjadi lemah, sehingga
gampang diatur dan dikalahkan.
4. Pihak-pihak atau orang-orang yang
bersedia bekerja sama dengan kekuasaan, dibantu atau dipromosikan, pada saat
yang sama mereka yang tidak bersedia bekerjasama, dipinggirkan.
5. Ketidakpercayaan terhadap pucuk pimpinan
partai atau kelompoknya sengaja diciptakan agar partai atau kelompok tersebut
tidak tumbuh besar dan solid.
6. Adakalanya tidak hanya ketidakpercayaan,
bahkan permusuhan pun disemai.
7. Teknik yang digunakan adalah agitasi,
propaganda, desas-desus, bahkan fitnah.
8. Dan praktik itu menjadi sangat subur di
tengah perang media yang bebas tak terkendali.
9. Belanda penjajah itu misalnya,
menggandeng beberapa pribumi untuk menjadi karyawan mereka, diberi kehidupan
yang layak, tapi sadar atau tidak, mereka dikondisikan untuk mengkhianati
bangsanya sendiri.
10. Raja di sebuah kerajaan diadu domba
dengan raja lain, yang pada akhirnya menimbulkan peperangan dan perpecahan.
11. Di tengah masyarakat kita dewasa ini, di
tengah media yang sangat liberal, praktik adu domba itu menjadi tontotan
sehari-hari.
12. Kita secara vulgar disuguhi berita-berita
tentang perseteruan antar kelompok untuk memperebutkan kekuasaan, saling
tuding, saling caci-maki, saling sikut dengan intrik-intrik politik yang sangat
kasar dan kejam.
13. Penggiringan isu dilakukan sedemikian
rupa untuk saling menghancurkan.
14. Kalau masyarakat kita suka diadu-adu,
mudah terpancing isu, melalap mentah-mentah berbagai desas-desus sehingga tanpa
pikir panjang langsung terlibat dalam konflik, maka kita sebenarnya masih hidup
seperti di zaman VOC Belanda, atau kita seperti domba yang siap diadu kapan
saja dan di mana saja.
(yusronhd@gmail.com)
0 comments:
Post a Comment