PRO DAN KONTRA TAFSIR ILMIAH AL-QURAN
Oleh: Drs. H.M. Yusron
Hadi, M.M.
Penafsiran Ilmiah ayat-ayat Al-Quran disepakati oleh semua pihak.
Bahwa penemuan ilmiah ada yang telah menjadi hakikat ilmiah yang
telah memiliki kemapanan.
Tetapi masih ada yang relatif atau masih dalam perdebatan.
Sehingga tidak dapat dijamin kebenarannya.
Atas dasar larangan menafsirkan Al-Quran secara spekulatif.
Sebagian ulama Al-Quran tidak membenarkan penafsiran ayat
Al-Quran berdasar penemuan ilmiah yang belum mapan.
Seorang ulama berkata,
“Kita tidak ingin mengulang sejarah ketika pemimpin gereja
menafsirkan Kitab Perjanjian Lama.
Ternyata hasilnya bertentangan dengan penemuan para ilmuwan.”
Ulama lain berkata,
”Kita wajib menjelaskan Al-Quran secara ilmiah.
Dan tugas generasi selanjutnya menunjukkan kesalahan kita.
Dan mengumumkannya.”
Ulama lainnya memberi jalan tengah,
“Sebaiknya jangan mengatasnamakan Al-Quran dalam pendapatnya.
Apalagi dalam perincian penemuan ilmiah yang tidak dikandung oleh
redaksi ayat Al-Quran”.
Setiap umat Islam wajib meyakini semua yang terkandung dalam
Al-Quran.
Jika orang mengatasnamakan Al-Quran untuk membenarkan suatu penemuan
atau hakikat ilmiah.
Yang tidak dicakup oleh kandungan redaksi ayat AlQuran.
Berarti dia mewajibkan setiap umat Islam untuk mempercayainya.
Padahal kondisi sebenarnya belum tentu demikian.
Bukan berarti para ulama melarang.
Dan menghalangi pemahaman suatu ayat Al-Quran berdasar perkembangan
sains dan teknologi.
Pemahaman ayat Al-Quran yang sesuai perkembangan sains dan teknologi
itu ijtihad yang baik.
Tetapi jangan mewajibkan untuk meyakini sebagai akidah Islam.
Dan semua orang Islam harus mengikutinya.
BEDANYA PENAFSIRAN DAN PEMAHAMAN
Para ulama mengingatkan perbedaan pemahaman dan penafsiran ayat
Al-Quran.
Penafsiran adalah keterangan (penjelasan) ayat Al-Quran agar
maksudnya lebih mudah dipahami.
Pemahaman ialah proses,
perbuatan memahami (memahamkan) ayat Al-Quran.
Ulama lain lebih senang menyebut penjelasan makna ayat Al-Quran
secara ilmiah dengan nama “tathbiq” (penerapan).
Para ulama sepakat bahwa tujuan utamanya untuk menghindari jangan
sampai ayat Al-Quran yang disalahkan.
Jika kelak terbukti teori atau penemuan ilmiah tertentu, ternyata salah dan keliru.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan.
Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas
Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online. Daftar Pustaka
0 comments:
Post a Comment