RA
KARTINI MENIKAH UMUR 24 TAHUN WAFAT UMUR 25 TAHUN
Oleh: Drs. H. M. Yusron
Hadi, M.M.
Kisah
RA Kartini yang menolak poligami.
Tapi
terpaksa jadi istri ke-4 Bupati Jepara.
Kisah RA Kartini menjadi
sejarah tak terlupakan hingga sekarang.
Perjalanan cintanya tampak
menyedihkan.
RA Kartini
dipaksa masuk dalam poligami.
RA Kartini
berada dalam lingkungan poligami sejak kecil.
RA Kartini sudah paham
tentang hal itu.
Ayah RA Kartini
(Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat) tak hanya punya 1 istri saja.
Ibunya, MA Ngasirah harus
rela dipoligami oleh ayahnya.
Raden Mas Adipati Ario
Sosroningrat menikah untuk lagi dengan Raden Ajeng Woerjan.
Saat itu, Raden Mas
Adipati Ario Sosroningrat akan menjadi bupati.
Sehingga harus menikah
dengan wanita keturunan bangsawan.
RA Kartini menentang poligami
karena dianggap merugikan wanita.
RA Kartini adalah pejuang
kesetaraan pria dan wanita.
RA Kartini menentang poligami.
Tapi RA Kartini
terseret poligami
dengan menjadi istri ke-4 Bupati Jepara.
RA Kartini gagal sekolah
di Belanda bersama adik-adiknya.
Karena ditentang oleh sang
ayahnya.
Keputusan ayahnya
membuat RA Kartini murung.
Ayahnya juga menentang RA Kartini
sekolah di Batavia.
Keputusan itu membuat RA Kartini
pingsan.
RA Kartini harus menikah
dengan Bupati Rembang
Raden Adipati Djojo Adiningrat.
Sehingga RA Kartini
menulis beberapa surat tentang cinta pada sahabatnya.
RA Kartini (24 tahun) menikah
dengan Bupati Rembang
Adipati Djojoadiningrat.
RA Kartini meninggal usia
25 tahun.
Setelah melahirkan anak
laki-laki.
Kemudian Mr JH Abendanon (sahabat
RA Kartini).
Mengumpulkan surat yang
pernah dikirimkan oleh RA Kartini.
Mr JH Abendanon menerbitkan dalam buku berjudul,
"Door
Duisternis tot Licht".
Yang terbit pertama tahun 1911.
Pada 1922 buku itu terbit
dalam bahasa melayu.
Berjudul "Habis Gelap
Terbitlah Terang" .
Yang diterbitkan Balai
Pustaka.
Kemudian buku "Door Duisternis tot Licht".
Diterjemahkan Agnes Louise
Symmers, menjadi:
"Letters
of a Javanese Princess".
Perasaan RA Kartini
tentang cinta.
Terungkap dalam
surat-surat yang dikirim kepada sahabatnya itu.
KUTIPAN SURAT RA KARTINI
Surat RA Kartini dalam
"Letters of a Javanese Princess"
"Love!
what do we know here of love?
How
can we love a man whom we have never known?
And
how could he love us?
That
in itself would not be possible.
Young
girls and men must be kept rigidly apart, and are never allowed to meet."
Cinta! Apa yang kita
ketahui tentang cinta?
Bagaimana kita dapat
mencintai seorang pria yang tak pernah kita kenal sebelumnya?
Bagaimana pria itu dapat
mencintai kita?
Tentu saja mustahil.
Perempuan dan laki-laki
muda dipisahkan, dan tak pernah diizinkan untuk berjumpa.
(Jepara - 25 Mei 1899)
"How
can a man and woman love each other when they see each other for the first time
in their lives after they are already fast bound in the chains of
wedlock?"
Bagaimana mungkin seorang
pria dan wanita dapat mencintai satu dengan yang lain.
Ketika mereka baru
berjumpa pertama kali dalam kehidupan ini setelah mereka terikat dalam pernikahan?
(Jepara - 6 November 1899)
"I
shall never, never fall in love.
To
love, there must first be respect, according to my thinking; and I can have no
respect for the Javanese young man.
How
can I respect one who is married and a father, and who, when he has had enough
of the mother of his children, brings another woman into his house?"
Saya tak akan pernah, tak
akan pernah jatuh cinta.
Mencintai, pertama-tama
membutuhkan rasa hormat, menurut hemat saya.
Dan saya tidak dapat
menghormati pemuda Jawa muda.
Bagaimana saya bisa
menghormati seseorang yang telah menikah dan menjadi seorang ayah.
dan telah punya istri yang
melahirkan anak-anaknya, membawa perempuan lain ke dalam rumahnya?
(Jepara - 6 November 1899)
"I
think there is nothing finer than to be able to call a happy smile to a loved
mouth—to see the sunshine break over another's face."
Tiada hal yang lebih indah.
Selain dapat menerbitkan
senyum di wajah mereka yang kita cinta.
(November 1899)
"Too
often we are made to feel that we Javanese are not really human beings at all.
How
do the Netherlanders expect to be loved by us when they treat us so?
Love
begets love, but scorn never yet aroused affection."
Terlalu sering kami
merasakan bahwa kami, orang Jawa, bukan manusia sama sekali.
Bagaimana mungkin
orang-orang Belanda berharap untuk dicintai orang-orang Jawa.
Ketika mereka
memperlakukan kami seperti ini?
Cinta melahirkan cinta.
Tetapi hinaan tak akan
pernah menimbulkan kasih sayang.
(23 Agustust 1900)
"We
wished to be loved - not feared."
Kita berharap untuk
dicintai - bukan ditakuti.
(17 Agustus 1902)
"Love
is the bond which binds us together."
Cinta adalah ikatan yang
menyatukan kita.
(17 Agustus 1902).
(Sumber internet)
0 comments:
Post a Comment