Saturday, April 24, 2021

9347. AISYAH ISTRI RASULULLAH DITUDUH SELINGKUH

 


AISYAH ISTRI RASULULLAH DITUDUH SELINGKUH

Oleh: Drs. HM. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

KISAH AISYAH DITUDUH SELINGKUH

 

 

NABI MUHAMMAD MENGHADAPI ORANG MUNAFIK

 

 

Jika Nabi Muhammad keluar daerah.

 

Menempuh suatu perjalanan.

 

Dalam perang atau kegiatan lain.

 

Beliau selalu mengajak salah satu istrinya.

 

 

Mendampinginya selama perjalanan.

 

Pada suatu hari, Nabi bersiap berangkat perang.

 

 

Aisyah mendapat giliran mendampingi.

 

 

Aisyah ikut berangkat bersama rombongan.

 

 

Selama perjalanan, Aisyah duduk di dalam keranda.

 

 

Tempat berlindung selama perjalanan.

 

Dinaikkan di atas seekor unta. 

 

 

 Perang selesai.

 

 

Nabi memberi tanda rombongan akan kembali ke Madinah.

 

 

Aisyah pergi agak jauh dari rombongan.

 

 

Untuk melepaskan hajat.

 

 

Setelah selesai, Aisyah kembali.

 

 

Mendekati unta tunggangannya.

 

 

 Ternyata, kalungnya hilang. 

 

Aisyah kembali ke tempat buang hajat.

 

Mencari kalung yang terlepas.

 

 

Aisyah kembali ke rombongan.

 

 

Pasukan sudah meninggalkan lokasi.

 

 

Kerandanya sudah dinaikkan di atas unta.

 

 

Pengawal menduga Aisyah sudah berada di dalamnya.

 

 

Aisyah ketinggalan rombongan.

 

Tubuh Aisyah sangat ringan.

 

 

Para pengawal tidak mengetahui kerandanya kosong.

 

 

Aisyah bertahan di tempat perhentian semula.

 

Dengan harapan pasukan akan kembali menjemputnya.

 

 

Shafwan bin Muaththal, anggota pasukan yang sedang berkeliling.

 

 

Bertugas menyisir pasukan.

 

Bertanggung jawab membawa benda apa  pun yang tertinggal.

 

 

Dia  mengenali Aisyah, istri Nabi.

 

Di padang pasir sendirian, “innalillahi,“ kata Shafwan.

 

Dia merendahkan untanya.

 

 

Aisyah naik di atasnya.

 

Shafwan menuntun untanya.

 

Mereka tidak berbicara apa pun.

 

Shafwan mengejar rombongan.

 

 Rombongan Rasulullah berteduh di tengah hari yang terik.

 

Shafwan dan Aisyah menyusul datang.

 

 

 Abdullah bin Ubay, tokoh munafik Madinah mendapat kesempatan emas.

 

 

Dia menyebarkan isu.

 

 

Aisyah, istri Nabi, selingkuh dengan Shafwan.

 

 

Kaum muslim gempar.

 

 

Nabi Muhammad mengadapi masalah yang pelik.

 

 

Selama sebulan wahyu tidak turun.

 

Nabi belum mengambil keputusan apa pun.

 

 

Siapakah Abdullah bin Ubay?

 

Dia kepala suku Khazraj.

 

Sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Madinah.

 

Abdullah bin Ubay akan dinobatkan menjadi “Raja Madinah”.

 

 

Menjadi orang nomor satu di Madinah.

 

Nabi datang di Madinah.

 

 

Abdullah bin Ubay kalah pamor.

 

Dia batal menjadi “Raja Madinah”.

 

Sejak saat itu. Abdullah bin Ubay menjadi tokoh munafik.

 

 

Dia tidak berani melawan Nabi.

 

 Tetapi selalu bekerja sama dengan musuh Nabi.

 

 

Menjadi musuh dalam selimut.

 

 

Dia menjadi tokoh munafik.

 

 

 Penduduk asli Madinah ialah suku Aus dan suku Khazraj.

 

 

Saad bin Muadz, kepala suku Aus.

 

Abdullah bin Ubay, kepala suku Khazraj.

 

 

Suku Aus dan suku Khazraj menjadi kaum Ansar.

 

Pendatang dari Mekah disebut kaum Muhajirin.

 

 

Di Madinah juga bermukim kelompok Yahudi.

 

 

Bani Nadhir, Bani Qaynuqa, dan Bani Quraizhah.

 

 

Sejarah masuknya orang Yahudi di Madinah.

 

 

Kaisar Romawi mengusir kaum Yahudi.

 

 

Mereka menuju  Madinah.

 

 

Menurut Taurat, kitab yang mereka percayai.

 

 

Akan datang seorang rasul di daerah perkebunan kurma.

 

 

 Kaum Yahudi lebih cerdas dari penduduk Arab asli.

 

 

Mereka menguasai ekonomi.

 

Kelompok Yahudi terdiri atas tiga suku utama.

 

 

Suku Nadhir, suku Qaynuqa, dan suku Quraizhah.

 

 

Penduduk asli Madinah.

 

 

Terdiri atas dua kabilah bersaudara.

 

 

Yaitu Bani Aus dan Bani Khazraj.

 

Bani Khazraj bersahabat dengan suku Qaynuqa.

 

Bani Aus berteman dengan suku Quraizhah.

 

 

Kelompok Yahudi sering mengadu domba Bani Aus dengan Bani Khazraj.

 

Kaum Yahudi selalu menyampaikan kepada Bani Aus dan Bani Khazraj.

 

 

Rasul  baru akan muncul di Madinah.

 

 

Mereka akan mengakui rasul baru.

 

Menjadi pengikut rasul baru.

 

Berperang melawan suku Aus dan suku Khazraj.

 

Rasul yang ditunggu benar-benar datang.

 

Namun, kelompok Yahudi mengingkarinya.

 

 

Mereka tidak mengakuinya.

 

Tidak seperti yang digembar-gemborkan dahulu. 

 

Mengapa?

 

Hanya satu sebabnya.

 

Rasul baru bukan berasal dari bangsa Yahudi.

 

 

 Aisyah memasuki rumah.

 

 

Nabi duduk sendirian.

 

 

Aisyah belum mengetahui kabar yang beredar.

 

Aisyah dituduh selingkuh.

 

 

Aisyah merasa gundah.

 

 

Sikap Nabi berubah terhadapnya.

 

Aisyah hendak bicara, Nabi malah berpaling.

 

 

Aisyah sakit sebulan.

 

 

Minta izin kepada Nabi untuk pulang ke rumah orang tuanya.

 

Aisyah mengetahui berita yang tersiar.

 

 

Aisyah mengurung diri.

 

 

Di rumah orang tuanya.

 

 

Nabi berkunjung ke rumah mertuanya.

 

 

Disambut baik oleh keluarga Abu Bakar. 

 

 

Aisyah masih bersedih.

 

 

Nabi bersabda,

 

“Wahai Aisyah, berita itu rupanya telah sampai kepadamu.

 

Jika engkau masih suci, niscaya Allah akan membersihanmu.

 

Tetapi, jika engkau telah berbuat dosa.

 

Bertobatlah dengan penuh penyesalan.

 

Niscaya Allah akan mengampuni dosamu.”

 

 

Aisyah menjawab sambil menangis,

 

“Demi Allah, aku tahu engkau telah mendengar kabar ini.

 

Ternyata engkau mempercayainya.

 

Seandainya aku katakan bahwa aku tetap suci, niscaya  Allah mengetahui kesucianku.

 

 Tentunya engkau tak akan mempercayaiku.”

 

 

Aisyah melanjutkan,

 

“Tetapi, jika aku mengakuinya.

 

 

Sedangkan Allah mengetahui bahwa aku tetap suci.

 

 

Maka engkau akan mempercayai perkataanku.

 

Aku hanya dapat mengatakan apa yang disampaikan Nabi Yusuf, ‘Bersabar itu lebih baik’.”

 

 

Beberapa saat kemudian.

 

Wahyu turun kepada Nabi.

 

 

Aisyah dinyatakan tidak bersalah.

 

Umar bin Khattab berkata,

 

“Wahai Nabi, wahyu sudah datang.

 

Izinkan saya menebas leher Abdullah bin Ubay.

 

Dia menyebarkan berita bohong.”

 

Nabi menjawab,

 

”Wahai Umar, janganlah kamu membunuh orang munafik itu.

 

Nanti akan beredar kabar Muhammad membunuh sahabatnya.“

 

 

Daftar Pustaka

1. Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.

0 comments:

Post a Comment