CARA SALAT WAKTU
PERANG
Oleh: Drs. H. M.
Yusron Hadi, M.M
SALAT DALAM PERANG (KHAUF)
Cara salat dalam
perang (khauf)
Banyak perbedaan model.
Ada yang meriwayatkan
3, 10, 16, atau 24 cara salat dalam perang.
Semuanya menunjukkan salat
fardu 5 waktu wajib dikerjakan.
Meskipun dalam
perang.
Tetapi siap siaga dan
mengawasi musuh dalam perang juga harus dilakukan.
CARA SALAT DALAM
PERANG
CARA KE-1 MUSUH BERADA
DI ARAH KIBLAT.
Misalnya pasukan mengerjakan salat fardu 2 rakaat.
Tetap dengan posisi menyandang senjata siap tembak.
RAKAAT KE-1.
Seorang imam berdiri paling depan.
Pasukan berbaris di belakang imam.
Makmum dibagi 2 kelompok.
1. lmam
takbiratul ihram, rukuk, iktidal, sujud, duduk di antara 2 sujud, sujud lagi,
dan berdiri tegak kembali.
Semua gerakan imam diikuti makmum pasukan kelompok ke-1.
2. lmam
berdiri tegak untuk masuk rakaat ke-2.
lmam membaca surah Al-Fatihah dan ayat Al-Quran agak panjang.
Giliran makmum pasukan kelompok ke-2 melakukan gerakan rukuk,
iktidal, sujud, duduk di antara 2 sujud, sujud lagi, dan berdiri tegak kembali.
RAKAAT KE-2.
Imam rukuk, iktidal, sujud, duduk di antara 2 sujud, sujud lagi,
dan duduk tasyahud akhir.
Semua gerakan imam diikuti oleh pasukan kelompok ke-2.
Giliran pasukan kelompok ke-1 melakukan gerakan rukuk, iktidal,
sujud, duduk di antara 2 sujud, dan duduk tasyahud akhir.
lmam mengucapkan salam menoleh ke kanan dan ke kiri.
Diikuti oleh semua pasukan.
Kelompok ke-1 dan ke-2 mengucapkan salam bersama-sama.
CARA KE-2 MUSUH TAK BERADA DI ARAH KIBLAT
Pasukan mengerjakan salat fardu berjamaah bergantian.
Sebagian pasukan salat berjamaah.
Sebagian pasukan siaga menghadap musuh.
Setelah pasukan kelompok ke-1 selesai mengerjakan salat
berjamaah.
Giliran pasukan kelompok ke-2 melakukan salat berjamaah.
Pasukan Yang selesai mengerjakan salat, bergantian siaga
menghadapi musuh.
CARA KE-3 MUSUH TAK JELAS POSISINYA
Pasukan musuh tidak
jelas posisinya.
Situasi perang sedang
berkecamuk.
Pasukan mengerjakan salat sendiri-sendiri sesuai kemampuan masing-masing.
Boleh salat sambil berjalan kaki.
Boleh salat dalam kendaraan menghadap kiblat.
Boleh salat tidak menghadap kiblat.
Sesuai situasi dan kondisi pasukan masing-masing.
Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 239.
فَإِنْ خِفْتُمْ فَرِجَالًا أَوْ رُكْبَانًا ۖ فَإِذَا أَمِنْتُمْ
فَاذْكُرُوا اللَّهَ كَمَا عَلَّمَكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ
Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka salatlah sambil
berjalan atau berkendaraan. Kemudian jika kamu telah aman, maka sebutlah Allah
(salatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu
ketahui.
Al-Quran surah An-Nisa
(surah ke-4) ayat 102.
وَإِذَا كُنْتَ فِيهِمْ فَأَقَمْتَ لَهُمُ الصَّلَاةَ فَلْتَقُمْ
طَائِفَةٌ مِنْهُمْ مَعَكَ وَلْيَأْخُذُوا أَسْلِحَتَهُمْ فَإِذَا سَجَدُوا
فَلْيَكُونُوا مِنْ وَرَائِكُمْ وَلْتَأْتِ طَائِفَةٌ أُخْرَىٰ لَمْ يُصَلُّوا
فَلْيُصَلُّوا مَعَكَ وَلْيَأْخُذُوا حِذْرَهُمْ وَأَسْلِحَتَهُمْ ۗ وَدَّ الَّذِينَ
كَفَرُوا لَوْ تَغْفُلُونَ عَنْ أَسْلِحَتِكُمْ وَأَمْتِعَتِكُمْ فَيَمِيلُونَ
عَلَيْكُمْ مَيْلَةً وَاحِدَةً ۚ وَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِنْ كَانَ بِكُمْ
أَذًى مِنْ مَطَرٍ أَوْ كُنْتُمْ مَرْضَىٰ أَنْ تَضَعُوا أَسْلِحَتَكُمْ ۖ
وَخُذُوا حِذْرَكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ أَعَدَّ لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُهِينًا
Dan jika kamu berada di tengah-mereka (sahabatmu) lalu kamu
hendak mendirikan salat bersama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka
berdiri (salat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian jika mereka (yang
salat besertamu) sujud (telah menyempurnakan serakaat), maka hendaklah mereka
pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan kedua
yang belum salat, lalu bersalatlah mereka denganmu, dan hendaklah mereka
bersiap siaga dan menyandang senjata. Orang-orang kafir ingin supaya kamu
lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan
sekaligus. Dan tidak ada dosa atasmu meletakkan senjatamu, jika kamu mendapat
sesuatu kesusahan karena hujan atau karena kamu memang sakit; dan siap-siagalah
kamu. Sesungguhnya Allah telah menyediakan azab yang menghinakan bagi
orang-orang kafir itu.
Daftar Pustaka.
1. Rasjid, Sulaiman.
Fikih Islam (Hukum Fikih Lengkap). Penerbit Sinar Baru Algensindo.
Cetakan ke-80, Bandung. 2017.
2. Al-Quran Digital,
Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
3. Tafsirq.com online

0 comments:
Post a Comment