MENYONGSONG RAMADAN
BULAN MULIA PENUH BERKAH
Oleh: Agus Mustofa*
Sebentar lagi, bulan Ramadan
datang.
InsyaAllah, 3 hari lagi.
Diperkirakan Selasa, 13 April 2021 umat Islam
sudah menjalani puasa hari pertama.
Menurut perhitungan Astronomi.
Konjungsi bulan akan terjadi
pada Senin, 12 April 2021, pukul 02:31 GMT.
Alias pukul 09:31 WIB.
Itulah penanda bulan Syakban
sudah habis.
Sehingga, setelah maghrib
sudah memasuki awal Ramadan.
Yang demikian ini sudah bisa
dihitung jauh-jauh hari.
Bahkan, di era milenial ini
sudah ada software.
Untuk mensimulasikan
pergerakan benda langit.
Termasuk bulan.
Sebagai penanda pergantian
bulan Hijriah itu.
Nama softwarenya Stellarium.
Bisa diunduh gratis dari
http://stellarium.org/
Di bulan Syakban, kalangan
muslim mempersiapkan diri untuk menyongsong bulan yang mulia dan penuh berkah.
Termasuk, melakukan kajian-kajian
persiapan yang dikenal sebagai Tarhib Ramadan.
Marhaban ya Ramadan.
Di bulan ini, saya beberapa
kali diundang oleh masjid, komunitas, maupun perusahaan.
Untuk memberikan motivasi dan
kajian hakikat puasa Ramadan.
Mereka ingin lebih mantap
dalam menjalani ibadah puasa sebulan penuh.
“Mas Agus kami ingin
mengundang Anda untuk memberikan kajian Tarhib Ramadan,” kata Ir M. Ahsin Sidqi
MM. Ia adalah direktur utama PT Indonesia Power.
Perusahaan listrik terbesar di
Indonesia.
Pemasok listrik ke PLN.
Yang memiliki sekitar 4000
karyawan di seluruh Indonesia.
Ahsin adalah insinyur nuklir.
Adik kelas saya di Teknik
Nuklir Universitas Gadjahmada, Yogyakarta.
Saya Angkatan ’82.
Dia Angkatan ’85.
Sesama Ketua KMTN – Keluarga
Mahasiswa Teknik Nuklir.
Di periode yang berbeda.
“Lama kita tidak jumpa.
Jadi teringat saat pertama
kali masuk di jurusan Teknik Nuklir.
Waktu itu Mas Agus yang
menerima kami sebagai mahasiswa baru,” katanya bernostalgia.
Ia lantas menambahkan, bahwa
untuk acara Tarhib Ramadan kali ini ada beberapa alumni Teknik Nuklir yang
ingin bergabung.
Tema yang diangkat adalah
“Detoksifikasi Jiwa Raga Menuju Sehat dan Mulia”.
Selain PT Indonesia Power, ada
alumni ITB Angkatan ’79 yang meminta acara Tarhib Ramadan.
“Semoga Pak Agus bisa meluangkan waktu untuk
memberikan kajian kepada kami,” pinta Prof. Dr. Ir. Andi Isra Mahyudin.
Sambil menyebutkan tema kajian
yang diinginkannya: “Keajaiban Puasa & Penghargaan Nobel”.
“Saya sangat menikmati uraian
dan diskusi yang dibawakan Pak Agus tadi,” ungkap dosen Biomechanic Institut
Teknologi Bandung itu, seusai acara.
Diamini oleh Reza Esfan,
alumni Teknik Industri ITB ’79.
Pada dasarnya, umat Islam
butuh memahami hakikat puasa Ramadan.
Agar bisa mengambil manfaat
sebesar-besarnya dari ibadah yang luar biasa itu.
Yang memang terbukti secara
ilmiah bisa menyehatkan pelaku puasa.
Lahir dan batin.
Bahkan, memperoleh penghargaan
Nobel melalui mekanisme autofagi, karya Yoshinori Ohsumi.
Ilmuwan Jepang.
Di tahun 2016.
“Shumu tashihu – Berpuasalah,
niscaya kamu sehat,” sabda Rasulullah SAW.
Sehat badannya.
Sehat jiwanya.
Karena, berpuasa memang
melatih kemampuan kontrol diri terkait dengan kesehatan badan dan jiwa.
Diatur pola makannya.
Diatur pola pikir dan pola
hidupnya.
Yoshinori Ohsumi telah
membuktikan.
Bahwa ketika tubuh kita
dirangsang dengan rasa lapar selama beberapa jam.
Maka di dalam triliunan sel
tubuh akan muncul mekanisme autofagi.
Yakni, sel yang kelaparan itu
akan memakan sampah-sampah seluler.
Misalnya, sisa metabolisme. Ataupun,
organel-organel sel yang rusak dan mati.
Zat-zat yang mengotori sel itu
diangkut dan dimasukkan ke dalam lubang vacuola.
Dicerna menjadi bahan baku
yang bermanfaat.
Untuk meremajakan sel-sel
tubuh kembali.
Menurut Yoshinori, mekanisme
autofagi itu melibatkan perintah dari dalam inti sel.
Yakni, kode-kode genetika dari
untai DNA.
“Ada 15 untai genetika yang
terlibat dalam mekanisme itu,” urai Professor Maria Masucci dari Dewan Nobel,
saat memberikan pidato pengantar pemberian penghargaan.
Bukan hanya di tingkat
seluler.
Mekanisme penyehatan tubuh juga terjadi di
skala organik.
Misalnya, yang terjadi pada
saluran pencernaan.
Sebagaimana dijelaskan oleh
Hiromi Sinya M.D, dalam bukunya The Miracle Enzyme.
Bahwa, kesehatan seseorang
bisa dilihat dari kesehatan saluran pencernaannya.
Hiromi Sinya, mengaku sudah
melihat ribuan saluran pencernaan pasiennya.
Dengan menggunakan kamera
kecil – endoscope – yang dimasukkan ke saluran pencernaan itu.
Dan ia memperoleh kesimpulan
menarik. Bahwa, seseorang yang memiliki dinding usus bersih – putih kemerahan –
bisa dipastikan dia orang yang sehat.
Sebaliknya, jika di dinding
ususnya terdapat banyak sampah makanan.
Apalagi membusuk.
Dan menyebabkan abses.
Atau, luka-luka bernanah di
sepanjang saluran itu.
Maka, bisa dipastikan orang
tersebut memiliki badan yang tidak sehat.
Dan menderita sejumlah
penyakit.
Buruknya kualitas usus
disebabkan oleh pola makan yang buruk.
Baik dikarenakan jumlah yang
berlebihan, sehingga tidak tercerna dengan baik.
Atau, jenis makanannya yang
tidak sehat.
Ataupun, frekuensi makan yang
terlalu sering.
Sehingga, usus memperoleh
beban berlebih dalam mencerna makanan.
Dan, kemudian “nyampah” di
dinding usus itu.
Lebih jauh, ternyata puasa
juga bisa menyebabkan perbaikan mekanisme hormonal.
Melalui mekanisme homeostasis.
Yang menyebabkan kondisi
kejiwaan menjadi lebih sehat.
Yakni, dengan munculnya
hormon-hormon kebahagiaan seperti serotonin, endorfin, dopamin, dan oksitosin.
Maka, tidak heran Allah
berfirman di dalam Al Qur’an.
Bahwa sesungguhnya berpuasa
itu sangat baik dan bermanfaat bagi diri kita sendiri.
Jika kita mengetahui.
Sayangnya, kebanyakan kita
tidak mengetahuinya …
“Dan puasamu itu lebih baik
bagimu, jika kamu mengetahui.”
[QS. Al Baqarah: 184].
[Dimuat di Harian DisWay,
Jum'at 9 April 2021]
*Alumni Teknik Nuklir UGM,
Penulis Buku-Buku Tasawuf Modern, dan Founder Kajian Islam Futuristik.
0 comments:
Post a Comment