Saturday, April 10, 2021

9223. MENYONGSONG RAMADAN PENUH BERKAH

 


MENYONGSONG RAMADAN

BULAN MULIA PENUH BERKAH

Oleh: Agus Mustofa*

 

 

 

Sebentar lagi, bulan Ramadan datang.

 

InsyaAllah, 3 hari lagi.

 

 Diperkirakan Selasa, 13 April 2021 umat Islam sudah menjalani puasa hari pertama.

 

Menurut perhitungan Astronomi.

 

 

Konjungsi bulan akan terjadi pada Senin, 12 April 2021, pukul 02:31 GMT.

 

 

Alias pukul 09:31 WIB.

 

Itulah penanda bulan Syakban sudah habis.

 

Sehingga, setelah maghrib sudah memasuki awal Ramadan.

 

Yang demikian ini sudah bisa dihitung jauh-jauh hari.

 

Bahkan, di era milenial ini sudah ada software.

 

 

Untuk mensimulasikan pergerakan benda langit.

 

Termasuk bulan.

 

Sebagai penanda pergantian bulan Hijriah itu.

 

Nama softwarenya Stellarium.

 

Bisa diunduh gratis dari http://stellarium.org/

 

Di bulan Syakban, kalangan muslim mempersiapkan diri untuk menyongsong bulan yang mulia dan penuh berkah.

 

Termasuk, melakukan kajian-kajian persiapan yang dikenal sebagai Tarhib Ramadan.

 

Marhaban ya Ramadan.

 

Di bulan ini, saya beberapa kali diundang oleh masjid, komunitas, maupun perusahaan.

 

Untuk memberikan motivasi dan kajian hakikat puasa Ramadan.

 

Mereka ingin lebih mantap dalam menjalani ibadah puasa sebulan penuh.

 

“Mas Agus kami ingin mengundang Anda untuk memberikan kajian Tarhib Ramadan,” kata Ir M. Ahsin Sidqi MM. Ia adalah direktur utama PT Indonesia Power.

 

 

Perusahaan listrik terbesar di Indonesia.

 

Pemasok listrik ke PLN.

 

Yang memiliki sekitar 4000 karyawan di seluruh Indonesia.

 

 

Ahsin adalah insinyur nuklir.

 

 

Adik kelas saya di Teknik Nuklir Universitas Gadjahmada, Yogyakarta.

 

Saya Angkatan ’82.

 

Dia Angkatan ’85.

 

 

Sesama Ketua KMTN – Keluarga Mahasiswa Teknik Nuklir.

 

 

Di periode yang berbeda.

 

“Lama kita tidak jumpa.

 

 

Jadi teringat saat pertama kali masuk di jurusan Teknik Nuklir.

 

 

Waktu itu Mas Agus yang menerima kami sebagai mahasiswa baru,” katanya bernostalgia.

 

Ia lantas menambahkan, bahwa untuk acara Tarhib Ramadan kali ini ada beberapa alumni Teknik Nuklir yang ingin bergabung.

 

 

Tema yang diangkat adalah “Detoksifikasi Jiwa Raga Menuju Sehat dan Mulia”.

 

Selain PT Indonesia Power, ada alumni ITB Angkatan ’79 yang meminta acara Tarhib Ramadan.

 

 “Semoga Pak Agus bisa meluangkan waktu untuk memberikan kajian kepada kami,” pinta Prof. Dr. Ir. Andi Isra Mahyudin.

 

 

Sambil menyebutkan tema kajian yang diinginkannya: “Keajaiban Puasa & Penghargaan Nobel”.

 

 

“Saya sangat menikmati uraian dan diskusi yang dibawakan Pak Agus tadi,” ungkap dosen Biomechanic Institut Teknologi Bandung itu, seusai acara.

 

 

Diamini oleh Reza Esfan, alumni Teknik Industri ITB ’79.

 

Pada dasarnya, umat Islam butuh memahami hakikat puasa Ramadan.

 

 

Agar bisa mengambil manfaat sebesar-besarnya dari ibadah yang luar biasa itu.

 

Yang memang terbukti secara ilmiah bisa menyehatkan pelaku puasa.

 

Lahir dan batin.

 

Bahkan, memperoleh penghargaan Nobel melalui mekanisme autofagi, karya Yoshinori Ohsumi.

 

Ilmuwan Jepang.

 

 

Di tahun 2016.

 

“Shumu tashihu – Berpuasalah, niscaya kamu sehat,” sabda Rasulullah SAW.

 

Sehat badannya.

 

Sehat jiwanya.

 

Karena, berpuasa memang melatih kemampuan kontrol diri terkait dengan kesehatan badan dan jiwa.

 

Diatur pola makannya.

 

Diatur pola pikir dan pola hidupnya.

 

Yoshinori Ohsumi telah membuktikan.

 

 

Bahwa ketika tubuh kita dirangsang dengan rasa lapar selama beberapa jam.

 

 

Maka di dalam triliunan sel tubuh akan muncul mekanisme autofagi.

 

Yakni, sel yang kelaparan itu akan memakan sampah-sampah seluler.

 

 Misalnya, sisa metabolisme. Ataupun, organel-organel sel yang rusak dan mati.

 

 

Zat-zat yang mengotori sel itu diangkut dan dimasukkan ke dalam lubang vacuola.

 

 

Dicerna menjadi bahan baku yang bermanfaat.

 

 

Untuk meremajakan sel-sel tubuh kembali.

 

Menurut Yoshinori, mekanisme autofagi itu melibatkan perintah dari dalam inti sel.

 

 

Yakni, kode-kode genetika dari untai DNA.

 

 

“Ada 15 untai genetika yang terlibat dalam mekanisme itu,” urai Professor Maria Masucci dari Dewan Nobel, saat memberikan pidato pengantar pemberian penghargaan.

 

 

Bukan hanya di tingkat seluler.

 

 

 Mekanisme penyehatan tubuh juga terjadi di skala organik.

 

Misalnya, yang terjadi pada saluran pencernaan.

 

 

Sebagaimana dijelaskan oleh Hiromi Sinya M.D, dalam bukunya The Miracle Enzyme.

 

 

Bahwa, kesehatan seseorang bisa dilihat dari kesehatan saluran pencernaannya.

 

Hiromi Sinya, mengaku sudah melihat ribuan saluran pencernaan pasiennya.

 

 

Dengan menggunakan kamera kecil – endoscope – yang dimasukkan ke saluran pencernaan itu.

 

 

Dan ia memperoleh kesimpulan menarik. Bahwa, seseorang yang memiliki dinding usus bersih – putih kemerahan – bisa dipastikan dia orang yang sehat.

 

 

Sebaliknya, jika di dinding ususnya terdapat banyak sampah makanan.

 

 

Apalagi membusuk.

 

 

Dan menyebabkan abses.

 

 

Atau, luka-luka bernanah di sepanjang saluran itu.

 

 

Maka, bisa dipastikan orang tersebut memiliki badan yang tidak sehat.

 

 

Dan menderita sejumlah penyakit.

 

Buruknya kualitas usus disebabkan oleh pola makan yang buruk.

 

 

Baik dikarenakan jumlah yang berlebihan, sehingga tidak tercerna dengan baik.

 

 

Atau, jenis makanannya yang tidak sehat.

 

 

Ataupun, frekuensi makan yang terlalu sering.

 

 

Sehingga, usus memperoleh beban berlebih dalam mencerna makanan.

 

 

Dan, kemudian “nyampah” di dinding usus itu.

 

Lebih jauh, ternyata puasa juga bisa menyebabkan perbaikan mekanisme hormonal.

 

 

Melalui mekanisme homeostasis.

 

Yang menyebabkan kondisi kejiwaan menjadi lebih sehat.

 

Yakni, dengan munculnya hormon-hormon kebahagiaan seperti serotonin, endorfin, dopamin, dan oksitosin.

 

Maka, tidak heran Allah berfirman di dalam Al Qur’an.

 

 

Bahwa sesungguhnya berpuasa itu sangat baik dan bermanfaat bagi diri kita sendiri.

 

 

Jika kita mengetahui.

 

 

Sayangnya, kebanyakan kita tidak mengetahuinya …

 

“Dan puasamu itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.”

 

 [QS. Al Baqarah: 184].

 

[Dimuat di Harian DisWay, Jum'at 9 April 2021]

 

*Alumni Teknik Nuklir UGM, Penulis Buku-Buku Tasawuf Modern, dan Founder Kajian Islam Futuristik.

0 comments:

Post a Comment