MEMPERLUAS PIKIRAN DENGAN
KELUAR DARI TEMPURUNG
Oleh Drs. HM Yusron
Hadi,MM
Memperluas pikiran
dengan keluar dari tempurung untuk melihat dunia luar.
TEORI GROUNDSWELL
Yaitu kecenderungan sosial.
Bahwa manusia dalam mencari
kebenaran bukan mencari dari sumber aslinya.
Tapi mencari kebenaran
lewat teman atau kelompoknya.
Hal itu membuat
manusia cenderung terisolasi dalam kelompoknya.
Karena yang dia percaya
hanya bersumber dari kelompoknya saja.
Akibatnya, bisa muncul
orang yang menjengkelkan.
Yaitu orang bodoh.
Tapi tak mau
diluruskan.
Karena yang meluruskan
bukan kelompoknya.
Dia hanya percaya
kepada kelompoknya saja.
Kemudian muncul
Cyberghettos.
TEORI CYBERGHETTOS
Yaitu orang-orang yang
terisolasi dalam kelompoknya sendiri.
Dia merasa senang
dengan suara kelompoknya sendiri.
Yang selalu senada dan
seirama.
Dia tak terlatih dengan
pikiran yang berbeda.
Sehingga pikirannya menjadi
beku dan jumud.
TEORI ECHO CHAMBER
Yaitu ruang gaung (gema)
untuk kelompoknya sendiri.
Semua suara dalam
kelompok itu nadanya sama.
Tak boleh ada suara berbeda.
Sehingga wawasannya
sempit.
TEORI FILTER BUBBLE
Yaitu orang-orang yang
berkumpul dalam suatu kelompok yang senada.
Sehingga suara yang
didengarnya selalu senada dan seirama.
Yaitu hanya suara dari
kelompoknya sendiri.
Dan suara itu hanya
yang sesuai dengan selera kelompoknya saja.
Suara orang lain yang
berbeda tak akan bisa masuk dalam kelompok itu.
Sehingga tak mungkin ada
orang yang saling menasihati.
Kecuali orang yang menasihati
itu berasal dari kelompoknya sendiri.
GOOGLE DAN YOUTUBE PAHAM FILTER
BUBBLE
Jika kita masuk ke
situs tertentu.
Maka Google dan
Youtube akan menawarkan banyak pilihan situs lainnya.
Yang sesuai dan mirip dengan
selera kita.
Akibatnya, dengan
internet orang merasa wawasannya makin luas.
Padahal sebaliknya.
Wawasannya makin sempit.
Karena ilmunya memang menumpuk.
Tapi dalam nada dan irama
yang sama.
Sehingga, ilmunya tak
bertambah.
Dia selalu mendapat pembenaran
atas idenya.
Karena Google dan
Youtube selalu mengirim ide yang sama.
Wawasannya menjadi
sempit.
Karena dia tak pernah
keluar dari sarangnya.
Untuk melihat kelompoknya
dari sudut berbeda.
Dia tak pernah keluar
dari “pigoranya”.
Padahal, kita sulit melihat
suatu “gambar” secara utuh dan holisitik.
Jika kita masih berada
dalam “pigora” yang sama.
Jika kita ingin melihat
suatu gambar dalam pigora secara objektif dan menyeluruh.
Maka kita harus berani
keluar dari pigora itu.
CARA MEMPERLUAS PIKIRAN
Jangan mengharamkan
diri untuk melihat alternalif lain.
Jangan melarang diri
sendiri untuk melihat sesuatu dari sudut berbeda.
Agar wawasan kita menjadi
luas.
Misalnya, orang yang
suka tahlilan.
Tiap hari dia disuguhi
dalil yang mendukung tahlilan.
Dan sebaliknya.
Orang yang tak suka
tahlilan.
Tiap hari disuguhi dalil
bahwa tahlil itu bid’ah.
Al-Quran surah
Al-Qasas (surah ke-28) ayat 55.
وَإِذَا
سَمِعُوا اللَّغْوَ أَعْرَضُوا عَنْهُ وَقَالُوا لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ
أَعْمَالُكُمْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ لَا نَبْتَغِي الْجَاهِلِينَ
Dan jika mereka mendengar perkataan tidak bermanfaat, mereka
berpaling darinya dan mereka berkata: "Bagi kami amal kami dan bagimu amalmu,
kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang
jahil".
Ayat di atas
memerintahkan untuk berpaling dari hal yang tak bermanfaat.
Internet memberi
peluang untuk melihat apa pun.
Tapi kita harus selektif.
Hindari hoaks dan
berita yang tak bermanfaat.
Agar jiwa dan pikiran
kita tetap jernih.
Rasulullah bersabda,
“Hindari sifat dengki.
Karena dengki itu bisa
memakan kebaikan.
Seperti api memakan kayu
bakar.”
Jika dalam hati orang lslam
masih ada kebencian kepada sesama orang lslam.
Maka orang itu belum beriman
secara total.
Rasulullah bersabda,
“Sebarkan salam di antara
kalian.
Agar kalian saling
menyayangi.”
Rasulullah bersabda,
“Belum sempurna imannya
seseorang.
Sampai dia mencintai
saudaranya.
Seperti mencintai dirinya
sendiri.”
(Sumber Ngaji Filsafat
Dr Fahrudin Faiz)
0 comments:
Post a Comment