CARA HIDUP SEDERHANA
DENGAN MENTAL KAYA
Oleh Drs. HM Yusron
Hadi,MM
Kata sederhana dalam KBBI
V diartikan: “bersahaja dan tak berlebihan”.
Selama ini sederhana konotasinya
kekurangan dan kemiskinan.
Padahal tak seperti
itu.
Dalam bahasa agama “sederhana”
itu bersifat “qonaah”.
Yaitu menerima apa
adanya.
Dan mensyukuri apa
yang dimiliki saat ini.
Ahli filsafat Seneca
berpendapat.
1. Jika
kamu belum puas dengan apa yang kamu miliki sekarang.
Maka kamu tak akan merasa
puas, meskipun seluruh dunia menjadi milikmu.
2. Tak
ada yang lebih terhormat daripada hati yang penuh syukur.
3. Kita
banyak pakai hal tak penting, bukan karena kebutuhan.
Tapi karena kita punya.
1. Jika kamu
belum puas dengan apa yang kamu miliki sekarang.
Maka kamu tak akan merasa puas,
meskipun seluruh dunia menjadi milikmu.
Hidup yang bahagia adalah
hidup yang sederhana.
Yaitu hidup yang rela
dan puas dengan apa pun yang kita miliki saat ini.
Hal itu hakikat orang
yang kaya.
Orang kaya itu artinya
dia merasa bisa memenuhi semua yang dibutuhkan.
Mentalnya orang kaya adalah
merasa cukup.
Dan puas dengan apa
yang dimiliki sekarang.
Mentalnya orang miskin
adalah selalu merasa kurang.
Dan selalu tak puas
dengan apa yang dimiliki sekarang.
Hal itu sejatinya
orang yang hidupnya miskin.
Hidup sederhana itu
ekuivalen dengan mental kaya.
Yaitu merasa cukup dan
puas dengan apa yang dimiliki sekarang.
Hidup tak sederhana
itu ekuivalen dengan mental miskin.
Yaitu selalu merasa
kurang, tak cukup.
Dan tak puas dengan apa
yang dimiliki sekarang.
Hidup sederhana adalah
hidup yang rela, puas, dan merasa mampu dengan apa pun yang dimiliki.
Hidup sederhana itu
bukan hidup serba kekurangan.
Atau hidup dalam batas
paling bawah.
Tapi hidup sederhana
itu hidup bermental kaya.
Karena merasa ikhlas
dan cukup dengan yang dipunyai sekarang.
2. Tak ada
yang lebih terhormat dibanding dengan hati yang penuh syukur.
Orang yang selalu
mensyukuri nikmat apa pun dalam hidupnya yang diterima dari Allah.
Sekecil atau sebanyak
apa pun semuanya disyukuri.
Maka dia layak
dihormati.
Karena dia bermental
kaya.
Orang yang selalu merasa
puas dalam hidupnya
Maka dia orang yang
terhormat.
Tapi orang yang selalu
mengeluh, merasa kurang, dan menuntut
Seolah-olah hidupnya penuh
keruwetan dan sengsara.
Maka orang itu bermental
miskin.
Orang yang sederhana
bermental kaya layak dihormati meskipun hartanya relatif tak banyak.
Dibanding orang lebih banyak
harta.
Tapi bermental miskin
yang selalu merasa kurang
Sehingga tak mau
berbagi.
3. Banyak
hal tak penting yang kita pakai, bukan karena kebutuhan.
Tapi karena kita punya.
Jika kita sadar banyak
hal yang sebenarnya tak penting.
Tapi kita pakai.
Karena kita memilikinya.
Bukan karena kebutuhan.
Maka kita akan mudah
berbagi dengan orang lain.
Hidup ini adalah
ujian.
Al-Quran surah
Al-Anbiya (surah ke-21) ayat 35.
كُلُّ
نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ
وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji
kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan
hanya kepada Kami kamu dikembalikan.
(Sumber Ngaji Filsafat
Dr Fahrudin Faiz)
0 comments:
Post a Comment