HUKUMNYA MENJUAL PADI YANG MASIH DI SAWAH
Oleh: Drs. H. M.
Yusron Hadi, M.M.
Hukumnya Menjual Padi Yang Masih
Di Sawah
Jual
beli adalah kegiatan muamalah yang dibolehkan dalam Islam.
Tapi
ada jual beli yang dilarang dalam lslam.
Termasuk
dilarang adalah jual beli yang belum jelas (gharar).
Yaitu
dilarang jual beli sesuatu bersifat spekulasi atau samar-samar.
Sesuatu
yang samar-samar hukumnya haram untuk jual
beli.
Karena
dapat merugikan salah satu pihak.
Yaitu
merugikan pihak penjual atau pembeli.
Yang
dimaksud samar-samar adalah:
1)
Tidak
jelas barangnya.
2)
Tak
jelas harganya.
3)
Tak
jelas kadarnya.
4)
Tak
jelas waktu bayarnya.
5)
Dan tak jelas lainnya.
Rasulullah
melarang jual beli:
1)
Muhaqalah.
2)
Muzabanah.
3)
Mukhadarah.
4)
Mulamasah.
5)
Munabadzah.
MUHAQALAH
Muhaqalah adalah
menjual tanaman yang masih di sawah atau di ladang yang belum siap dipanen.
MUZABANAH
Muzabanah ialah
menjual atau menukar buah basah dengan buah kering.
Seperti
menjual kurma kering dengan bayaran kurma basah.
MUKHADARAH
Mukhadarah adalah
jual beli tetumbuhan yang masih hijau (belum pantas dipanen).
Seperti
jual beli beli rambutan masih hijau atau mangga yang masih kecil-kecil.
MULAMASAH
Mulamasah yaitu
jual beli dengan cara sentuh-menyentuh.
Misalnya,
orang menyentuh sehelai kain.
Maka
orang yang menyentuh berarti telah membeli kain itu.
MUNABAZAH
Munabazah adalah
jual beli dengan cara penjual dan
pembeli melempar barangnya.
Setelah
lempar-melempar terjadi jual beli.
Cukup
dengan cara ini transaksi sudah terjadi.
Dan
mengikat.
Tanpa
adanya rasa saling suka di antara keduanya.
PENJELASAN
Jual
beli tanaman di ladang dan jual beli tetumbuhan yang masih hijau dilarang.
Karena
mengandung unsur samar-samar, tidak jelas, tipuan, dan spekulasi.
Ketika
padi itu sudah waktunya panen.
Ternyata
terkena hama wereng, atau terkena banjir, dan lainnya.
Atau
justru panennya melimpah.
Dengan
kondisi ini.
Maka
ada pihak dirugikan dan ada pihak diuntungkan.
Tapi,
jual beli menjadi boleh.
Jika
padi di sawah sudah menguning dan siap dipanen.
Sehingga
tidak ada unsur samar dan tipuan.
Rasulullah
melarang jual beli buah-buahan di pohonnya sampai masak.
Diriwayatkan
Ibnu Abbas.
Rasulullah tiba di Madinah.
Penduduk
Madinah terbiasa memesan buah kurma dalam waktu 2 atau 3 tahun.
Rasulullah
bersabda,
“Barang
siapa memesan sesuatu.
Hendaknya
memesan dalam jumlah takaran yang diketahui kedua belah pihak.
Dan
dalam waktu yang diketahui oleh kedua belah pihak.”
Rasulullah
bersabda,
“Jual
beli itu harus saling meridai.”
Al-Quran
surah An-Nisa (surah ke-4) ayat 29.
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ
إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ ۚ وَلَا تَقْتُلُوا
أَنْفُسَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا
Hai orang-orang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;
sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu.
(Sumber suara.muhammadiyah)







