Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Monday, June 26, 2017

115. MUKJIZAT NABI MUHAMMAD

MUKJIZAT NABI MUHAMMAD
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo


      Mukjizat merupakan kejadian atau peristiwa ajaib yang sukar dijangkau oleh kemampun akal manusia. Dalam Islam, mukjizat terjadi hanya karena izin Allah.
      Mukjizat Nabi Muhammad berupa kemampuan luar biasa yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad. Untuk membuktikan kerasulannya. Nabi Muhammad bersabda, “Semua nabi diberi sejumlah mukjizat. Agar manusia beriman kepadanya. Mukjizat yang saya terima berupa wahyu. Allah mewahyukannya kepadaku. Saya berharap akan menjadi nabi yang paling banyak pengikutnya pada hari kiamat.”
MUKJIZAT MASA KELAHIRAN
      Senin, 12 Rabiulawal tahun Gajah. Nabi Muhammad lahir di Mekah. Bertepatan dengan 20 April 571 Masehi (?). Mengapa disebut tahun Gajah? Pada tahun itu, Raja Abrahah, Gubernur Yaman mengirim pasukan untuk menghancurkan Kakbah.
       Raja Abrahah menunggang seekor gajah putih besar. Si “kepala suku gajah” dibuntuti 13 ekor gajah lainnya. Bersama 60.000 prajurit. Berangkat dari Yaman menuju Mekah.
      Pasukan Abrahah memasuki kota Mekah. Gajah terbesar, si “kepala suku gajah” berhenti. Tidak mau melanjutkan perjalanan. Gajah yang lain ikut berhenti. Gajah “induk” diputar  ke arah lain, dia mau berangkat. Diarahkan ke Mekah, dia “mogok”. Tidak mau berjalan.  Demikian terjadi, berulang-ulang. 
      Muncul ribuan burung Ababil. Menjatuhkan ribuan kerikil amat panas. Setiap burung membawa tiga butir kerikil. Dua butir dicengkeram kaki, satu butir di mulutnya. Pasukan Abrahah berhamburan. Pasukan yang tertimpa kerikil, tubuhnya hancur. Sendi tulangnya “mereteli”. Mereka mati laksana daun dimakan ulat. Raja Abrahah kembali ke Yaman. Dia meninggal mengenaskan. Sendi tulangnya terlepas, dadanya terbelah.
      Aminah binti Wahab, ibu Nabi. Selama mengandung janin Nabi tidak pernah merasakan lelah. Tidak mengalami kesulitan apa pun. Melahirkan amat lancar.
      Raja Kisra di Persia bermimpi menakutkan. Terjadi gempa di sekitar istana. Empat belas menaranya tiba-tiba runtuh. Dinding istananya retak-retak. Air sungai yang dikultuskan di dekat istana Persia mendadak mengering.
      Api yang disembah kaum Majusi mendadak padam. Padahal, api tersebut menyala sepanjang masa. Tidak pernah padam.
      Terjadi gempa yang merobohkan tempat ibadah di kerajaan Romawi. Semua danau dan sawah tiba-tiba mengering.
     Terlihat cahaya sampai negeri Syam. Berasal dari ibu Nabi, Aminah. Nabi Muhammad terlahir sudah berkhitan. Tali pusarnya sudah putus.
     Abdul Muththalib bercerita,“Saat Muhammad lahir. Berhala di sekitar Kakbah jatuh bersujud.” Dia mendengar dinding Kakbah berbicara, "Nabi yang dipilih telah lahir. Akan  menghancurkan orang-orang kafir. Membersihkan berhala. Memerintahkan menyembah kepada Tuhan Yang Merajai Seluruh Alam."
      Masyarakat Yahudi di Madinah, menyaksikan munculnya bintang “Ahmad” di langit. Sebagai tanda telah lahir seorang rasul baru. Kaum Yahudi datang ke Madinah. Karena menurut Taurat, kitab mereka. Rasul terakhir akan muncul di Madinah.
      Kaum Yahudi amat “mengenali” Nabi Muhammad. Bagaikan orang tua yang  mengenali anaknya sendiri. Mengapa? Mereka tidak mengakui Nabi Muhammad sebagai rasul. Karena Nabi Muhammad bukan berasal dari bangsa Yahudi.
MUKJIZAT MASA ANAK-ANAK
     Halimah, berasal dari suku Sakdiyah, dan keluarganya memperoleh “berkah”. Sejak mengasuh dan menyusui Nabi Muhammad.  Ternaknya menjadi gemuk, air susunya melimpah. Hewan ternaknya cepat berkembang biak. Hidupnya menjadi “makmur”.
      Pada usia 5 bulan, Nabi sudah pandai berjalan. Nabi berusia 9 bulan sudah mampu berbicara. Umur 2 tahun sudah dilepas. Bermain bersama anak Halimah lainnya. Turut  menggembala kambing.
      Nabi berumur 4 tahun. Dadanya dibedah oleh malaikat. Halimah merasa ketakutan. Nabi dikembalikan ke orang tuanya.
MUKJIZAT MASA REMAJA
      Nabi berumur 12 tahun. Mengikuti Abu Thalib berdagang ke negeri Syam. Dalam perjalanan berjumpa pendeta Bahira. Dia mengetahui tanda kenabian. berupa gumpalan mendung yang selalu menaungi. Juga, menyaksikan tanda kenabian di kulit punggung Nabi.
      Biasanya, Nabi Muhammad menggembala ternak. Terutama kambing dan domba. Milik sendiri, keluarga Abu Thalib maupun titipan penduduk Mekah.  Di padang pasir yang luas. Bersama teman sebayanya.
      Nabi ingin menonton “pertunjukan” zaman jahiliah. Dalam perjalanan ke perkampungan, beliau tertidur sampai pagi hari. Hal demikian, selalu terjadi. Selama hidupnya, Nabi tidak pernah menyaksikan “hiburan” zaman jahiliah.
MUKJIZAT MASA KENABIAN
      Turun surah Allahab. Surah ke-111. Yang berisi kepastian Abu Lahab dan istrinya. Akan dicemplungkan ke neraka Jahanam. Umi Jamil, istri Abu Lahab murka. Dia membawa batu besar. Nabi Muhammad dan Abu Bakar duduk di dekat Kakbah.
       Umi Jamil berdiri di dekat Nabi Muhammad. “Wahai, Abu Bakar. Di manakah Muhammad. Aku mendengar, dia menyindirku. Jika aku melihatnya. Akan kutimpukkan batu ini ke mulutnya,” teriak Umi Jamil.
      Umi Jamil membalikkan badannya. Kembali pulang. Abu Bakar berkata, “Wahai Nabi. Bukankah dia melihat engkau, dan engkau juga melihatnya.” Nabi Menjawab,” Dia tidak melihatku. Allah menutupi pandangannya.”
      Abu Jahal amat membenci Nabi. Dia sering mengganggu umat Islam. Nabi salat di dekat Kakbah. Abu Jahal berteriak marah. “Wahai Muhammad. Bukankah aku sudah melarangmu! Akan kuinjak lehermu.”
      Abu Jahal mendekati Nabi. Mendadak dia mundur, berteriak ketakutan. Orang-orang bertanya,”Wahai Abu Jahal. Apakah yang terjadi? Abu Jahal menjawab, “Antara Muhammad dan aku. Ada pembatas api yang menyambar.” Nabi menjelaskan, “Jika dia mendekatiku, maka malaikat akan membakarnya.”        
      Utbah bin Abu Lahab merobek baju Nabi. Meludah ke muka Nabi. Tetapi, tidak mengenai wajah Nabi. Nabi berdoa,”Ya Allah, buatlah dia dilahap binatang buas ciptaan-Mu.” Doa Nabi terkabul. Utbah bin Abu Lahab pergi ke Syam. Bersama rombongan Quraisy. Dalam perjalanan dia diterkam singa.
      Abu Jahal berkata, “Wahai Quraisy, aku akan menimpukkan batu besar. Mengenai  kepala Muhammad. Ketika dia sedang salat. Kemudian lindungi aku. Agar Bani Hasyim tidak bisa membalas.”
      Nabi sedang sujud. Abu Jahal membawa batu besar. Dia mendekati Nabi. Mendadak Abu Jahal mundur dan berteriak. Wajahnya pucat dan tubuhnya gemetar. Batu yang dibawanya terlempar. Orang-orang bertanya, “Apakah yang terjadi. Wahai Abu Jahal?” “Tiba-tiba muncul unta besar, siap mencaplokku,” jawab Abu Jahal. Peristiwa ini, menyebabkan Hamzah bin Abdul Muththalib, paman Nabi, masuk Islam.
       Nabi berdoa,”Ya Allah, kokohlah Islam dengan salah satu orang yang paling Engkau sukai. Umar bin Kaththab atau Abu Jahal bin Hisyam.”Doa Nabi dikabulkan. Umar bin Kaththab masuk Islam. Tiga hari setelah Hamzah bin Abdul Muththalib masuk Islam.
       Kaum Quraisy memboikot Bani Hasyim dan Bani Muththalib. Tidak boleh berbicara, berjual beli, berteman, berkumpul, memasuki rumah, dan menikah. Boikot berlaku sampai Nabi Muhammad diserahkan untuk dibunuh.
      Piagam boikot digantungkan di tembok dalam Kakbah. Tidak terkena panas maupun hujan.  Boikot berjalan tiga tahun. Abu Thalib berkata, “Muhammad, kemenakanku mengatakan piagam boikot telah dimakan rayap.”
      “Mari kita buktikan. Jika memang kemenakanku berbohong, kami akan membiarkan urusan kalian dengannya. Jika dia benar, kalian harus membatalkan embargo,” ujar Abu Thâlib. Ternyata benar. Piagam boikot dimakan rayap. Yang masih utuh tulisan “Bismika-Allah”. Yang bermakna “Dengan nama-Mu Ya, Allah”.  Akhirnya, boikot dibatalkan.
      Segumpal mendung selalu menanungi Nabi. waktu pulang dari Thaif. Para jin ikut mendengarkan bacaan Alquran. Ketika berada di Wadi Nakhlah. Daerah sumber air di luar mekah.
      Peristiwa Isra Mikraj. Nabi dalam perjalanan amat jauh. Dari Mekah ke Palestina. Terus naik ke tujuh langit, ke Sidratul Muntaha. Kembali lagi ke Mekah. Hanya semalam saja. Bahkan hanya beberapa jam saja. 
     Pasukan pembunuh Nabi tertidur. Nabi menaburkan pasir ke arah mereka. Nabi lolos dari kepungan regu pembunuh kaum Quraisy. Yang mengepung rumah Nabi.
      Nabi dilindungi sarang laba-laba dan burung merpati. Ketika besembunyi di gua Tsur di atas gunung Jabal Tsur. Waktu akan hijrah dari Mekah ke Madinah.
      Suraqah dan kudanya terjungkal. Sebanyak tiga kali. Ketika akan memanah Nabi.  Dalam perjalanan hijrah. Suraqah minta maaf. Nabi memaafkan.
      Malaikat ikut terlibat dalam Perang Badar. Nabi berdoa,”Ya Allah, jika pasukan ini hancur. Tentu Engkau tidak akan disembah lagi. Kecuali memang Engkau menghendaki tidak disembah lagi, selamanya.”
      Seorang pasukan muslim akan menyerang musyrikin di depannya.  Tiba-tiba terdengar suara lecutan cambuk di atasnya. Musuh sudah bergelimpangan. Seorang Ansar melaporkan kepada Nabi. “Benar, itulah pertolongan dari langit,” kata Nabi.
      Potongan akar berubah menjadi pedang. Pedang milik Ukkasyah bin Mihsan patah dalam Perang Badar. Dia menghadap Nabi. Nabi memberinya sepotong kayu akar pohon. Kayu tersebut berubah menjadi sebatang pedang panjang yang mengkilat dan tajam.
      Nabi “menghilang” dalam Perang Uhud. Nafik bin Jubeir berkata, “Banyak anak panah melesat dalam Perang Uhud. Berseliweran dari segala arah. Semuanya menuju ke arah Nabi. Tetapi, tidak ada yang mengenai sasaran.
      Abdullah bin Syihab berteriak,”Tunjukkan padaku, di mana Muhammad. Aku akan membunuhnya.”Padahal, Nabi berada di dekatnya. Tetapi, dia tidak melihatnya.
     Nabi mengetahui akan dijatuhi batu penggilingan. Nabi dan para sahabat berkunjung ke kaum Yahudi Bani Nadhir. Nabi dan para sahabat diminta duduk. Di dekat tembok rumah penduduk. 
      Beberapa orang Bani Nadhir berniat membunuh Nabi. Menjatuhkan batu penggilingan dari atas tembok. Nabi diberitahu malaikat Jibril. Nabi bergegas bangkit. Nabi dan sahabat selamat.
      Makanan untuk lima orang, cukup dimakan seribu orang. Perang Khandaq. Pasukan muslim menggali parit. Tiga hari tidak ada makanan. Jabir bin Abdullah meyiapkan masakan untuk Nabi dan beberapa sahabatnya. Nabi mengundang seribu orang. Bergiliran makan. Semuanya kenyang. Makanan masih bersisa.
     Nabi menghancurkan batu besar. Waktu menggali parit. Menemukan bongkahan batu besar. Tidak ada yang mampu memecahkan. Nabi memukul batu dengan pacul tiga kali. Batu besar hancur berkeping-keping.
     Setangkup kurma, cukup dimakan ratusan orang. Nukman bin Basyir membawa setangkup kurma. Untuk ayah dan pamannya yang menggali parit. Nabi memintanya. Meletakkan kurma di atas selembar kain. Semua orang mengambil dan memakannya. Kurma masih bersisa.
     Nabi mengetahui paha domba disusupi racun. Seorang wanita mengirimkan panggang paha domba  kepada Nabi. Nabi memakannya, lalu memuntahkannya. Nabi bersabda, “Tulang ini mengabarkan, dagingnya disusupi racun.” Nabi selamat. Alhamdulillah.
Daftar Pustaka
1.    Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2.    Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3.    Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
4.    Al-Kandahlawi, Maulana Muhammad Zakaria. Himpunan Fadhilah Amal. Penebit Ash-Shaff. Jogyakarta. 2000.




115. MUKJZAT NABI MUHAMMAD

MUKJIZAT NABI MUHAMMAD
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo


      Mukjizat merupakan kejadian atau peristiwa ajaib yang sukar dijangkau oleh kemampun akal manusia. Dalam Islam, mukjizat terjadi hanya karena izin Allah.
      Mukjizat Nabi Muhammad berupa kemampuan luar biasa yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad. Untuk membuktikan kerasulannya. Nabi Muhammad bersabda, “Semua nabi diberi sejumlah mukjizat. Agar manusia beriman kepadanya. Mukjizat yang saya terima berupa wahyu. Allah mewahyukannya kepadaku. Saya berharap akan menjadi nabi yang paling banyak pengikutnya pada hari kiamat.”
MUKJIZAT MASA KELAHIRAN
      Senin, 12 Rabiulawal tahun Gajah. Nabi Muhammad lahir di Mekah. Bertepatan dengan 20 April 571 Masehi (?). Mengapa disebut tahun Gajah? Pada tahun itu, Raja Abrahah, Gubernur Yaman mengirim pasukan untuk menghancurkan Kakbah.
       Raja Abrahah menunggang seekor gajah putih besar. Si “kepala suku gajah” dibuntuti 13 ekor gajah lainnya. Bersama 60.000 prajurit. Berangkat dari Yaman menuju Mekah.
      Pasukan Abrahah memasuki kota Mekah. Gajah terbesar, si “kepala suku gajah” berhenti. Tidak mau melanjutkan perjalanan. Gajah yang lain ikut berhenti. Gajah “induk” diputar  ke arah lain, dia mau berangkat. Diarahkan ke Mekah, dia “mogok”. Tidak mau berjalan.  Demikian terjadi, berulang-ulang. 
      Muncul ribuan burung Ababil. Menjatuhkan ribuan kerikil amat panas. Setiap burung membawa tiga butir kerikil. Dua butir dicengkeram kaki, satu butir di mulutnya. Pasukan Abrahah berhamburan. Pasukan yang tertimpa kerikil, tubuhnya hancur. Sendi tulangnya “mereteli”. Mereka mati laksana daun dimakan ulat. Raja Abrahah kembali ke Yaman. Dia meninggal mengenaskan. Sendi tulangnya terlepas, dadanya terbelah.
      Aminah binti Wahab, ibu Nabi. Selama mengandung janin Nabi tidak pernah merasakan lelah. Tidak mengalami kesulitan apa pun. Melahirkan amat lancar.
      Raja Kisra di Persia bermimpi menakutkan. Terjadi gempa di sekitar istana. Empat belas menaranya tiba-tiba runtuh. Dinding istananya retak-retak. Air sungai yang dikultuskan di dekat istana Persia mendadak mengering.
      Api yang disembah kaum Majusi mendadak padam. Padahal, api tersebut menyala sepanjang masa. Tidak pernah padam.
      Terjadi gempa yang merobohkan tempat ibadah di kerajaan Romawi. Semua danau dan sawah tiba-tiba mengering.
     Terlihat cahaya sampai negeri Syam. Berasal dari ibu Nabi, Aminah. Nabi Muhammad terlahir sudah berkhitan. Tali pusarnya sudah putus.
     Abdul Muththalib bercerita,“Saat Muhammad lahir. Berhala di sekitar Kakbah jatuh bersujud.” Dia mendengar dinding Kakbah berbicara, "Nabi yang dipilih telah lahir. Akan  menghancurkan orang-orang kafir. Membersihkan berhala. Memerintahkan menyembah kepada Tuhan Yang Merajai Seluruh Alam."
      Masyarakat Yahudi di Madinah, menyaksikan munculnya bintang “Ahmad” di langit. Sebagai tanda telah lahir seorang rasul baru. Kaum Yahudi datang ke Madinah. Karena menurut Taurat, kitab mereka. Rasul terakhir akan muncul di Madinah.
      Kaum Yahudi amat “mengenali” Nabi Muhammad. Bagaikan orang tua yang  mengenali anaknya sendiri. Mengapa? Mereka tidak mengakui Nabi Muhammad sebagai rasul. Karena Nabi Muhammad bukan berasal dari bangsa Yahudi.
MUKJIZAT MASA ANAK-ANAK
     Halimah, berasal dari suku Sakdiyah, dan keluarganya memperoleh “berkah”. Sejak mengasuh dan menyusui Nabi Muhammad.  Ternaknya menjadi gemuk, air susunya melimpah. Hewan ternaknya cepat berkembang biak. Hidupnya menjadi “makmur”.
      Pada usia 5 bulan, Nabi sudah pandai berjalan. Nabi berusia 9 bulan sudah mampu berbicara. Umur 2 tahun sudah dilepas. Bermain bersama anak Halimah lainnya. Turut  menggembala kambing.
      Nabi berumur 4 tahun. Dadanya dibedah oleh malaikat. Halimah merasa ketakutan. Nabi dikembalikan ke orang tuanya.
MUKJIZAT MASA REMAJA
      Nabi berumur 12 tahun. Mengikuti Abu Thalib berdagang ke negeri Syam. Dalam perjalanan berjumpa pendeta Bahira. Dia mengetahui tanda kenabian. berupa gumpalan mendung yang selalu menaungi. Juga, menyaksikan tanda kenabian di kulit punggung Nabi.
      Biasanya, Nabi Muhammad menggembala ternak. Terutama kambing dan domba. Milik sendiri, keluarga Abu Thalib maupun titipan penduduk Mekah.  Di padang pasir yang luas. Bersama teman sebayanya.
      Nabi ingin menonton “pertunjukan” zaman jahiliah. Dalam perjalanan ke perkampungan, beliau tertidur sampai pagi hari. Hal demikian, selalu terjadi. Selama hidupnya, Nabi tidak pernah menyaksikan “hiburan” zaman jahiliah.
MUKJIZAT MASA KENABIAN
      Turun surah Allahab. Surah ke-111. Yang berisi kepastian Abu Lahab dan istrinya. Akan dicemplungkan ke neraka Jahanam. Umi Jamil, istri Abu Lahab murka. Dia membawa batu besar. Nabi Muhammad dan Abu Bakar duduk di dekat Kakbah.
       Umi Jamil berdiri di dekat Nabi Muhammad. “Wahai, Abu Bakar. Di manakah Muhammad. Aku mendengar, dia menyindirku. Jika aku melihatnya. Akan kutimpukkan batu ini ke mulutnya,” teriak Umi Jamil.
      Umi Jamil membalikkan badannya. Kembali pulang. Abu Bakar berkata, “Wahai Nabi. Bukankah dia melihat engkau, dan engkau juga melihatnya.” Nabi Menjawab,” Dia tidak melihatku. Allah menutupi pandangannya.”
      Abu Jahal amat membenci Nabi. Dia sering mengganggu umat Islam. Nabi salat di dekat Kakbah. Abu Jahal berteriak marah. “Wahai Muhammad. Bukankah aku sudah melarangmu! Akan kuinjak lehermu.”
      Abu Jahal mendekati Nabi. Mendadak dia mundur, berteriak ketakutan. Orang-orang bertanya,”Wahai Abu Jahal. Apakah yang terjadi? Abu Jahal menjawab, “Antara Muhammad dan aku. Ada pembatas api yang menyambar.” Nabi menjelaskan, “Jika dia mendekatiku, maka malaikat akan membakarnya.”        
      Utbah bin Abu Lahab merobek baju Nabi. Meludah ke muka Nabi. Tetapi, tidak mengenai wajah Nabi. Nabi berdoa,”Ya Allah, buatlah dia dilahap binatang buas ciptaan-Mu.” Doa Nabi terkabul. Utbah bin Abu Lahab pergi ke Syam. Bersama rombongan Quraisy. Dalam perjalanan dia diterkam singa.
      Abu Jahal berkata, “Wahai Quraisy, aku akan menimpukkan batu besar. Mengenai  kepala Muhammad. Ketika dia sedang salat. Kemudian lindungi aku. Agar Bani Hasyim tidak bisa membalas.”
      Nabi sedang sujud. Abu Jahal membawa batu besar. Dia mendekati Nabi. Mendadak Abu Jahal mundur dan berteriak. Wajahnya pucat dan tubuhnya gemetar. Batu yang dibawanya terlempar. Orang-orang bertanya, “Apakah yang terjadi. Wahai Abu Jahal?” “Tiba-tiba muncul unta besar, siap mencaplokku,” jawab Abu Jahal. Peristiwa ini, menyebabkan Hamzah bin Abdul Muththalib, paman Nabi, masuk Islam.
       Nabi berdoa,”Ya Allah, kokohlah Islam dengan salah satu orang yang paling Engkau sukai. Umar bin Kaththab atau Abu Jahal bin Hisyam.”Doa Nabi dikabulkan. Umar bin Kaththab masuk Islam. Tiga hari setelah Hamzah bin Abdul Muththalib masuk Islam.
       Kaum Quraisy memboikot Bani Hasyim dan Bani Muththalib. Tidak boleh berbicara, berjual beli, berteman, berkumpul, memasuki rumah, dan menikah. Boikot berlaku sampai Nabi Muhammad diserahkan untuk dibunuh.
      Piagam boikot digantungkan di tembok dalam Kakbah. Tidak terkena panas maupun hujan.  Boikot berjalan tiga tahun. Abu Thalib berkata, “Muhammad, kemenakanku mengatakan piagam boikot telah dimakan rayap.”
      “Mari kita buktikan. Jika memang kemenakanku berbohong, kami akan membiarkan urusan kalian dengannya. Jika dia benar, kalian harus membatalkan embargo,” ujar Abu Thâlib. Ternyata benar. Piagam boikot dimakan rayap. Yang masih utuh tulisan “Bismika-Allah”. Yang bermakna “Dengan nama-Mu Ya, Allah”.  Akhirnya, boikot dibatalkan.
      Segumpal mendung selalu menanungi Nabi. waktu pulang dari Thaif. Para jin ikut mendengarkan bacaan Alquran. Ketika berada di Wadi Nakhlah. Daerah sumber air di luar mekah.
      Peristiwa Isra Mikraj. Nabi dalam perjalanan amat jauh. Dari Mekah ke Palestina. Terus naik ke tujuh langit, ke Sidratul Muntaha. Kembali lagi ke Mekah. Hanya semalam saja. Bahkan hanya beberapa jam saja. 
     Pasukan pembunuh Nabi tertidur. Nabi menaburkan pasir ke arah mereka. Nabi lolos dari kepungan regu pembunuh kaum Quraisy. Yang mengepung rumah Nabi.
      Nabi dilindungi sarang laba-laba dan burung merpati. Ketika besembunyi di gua Tsur di atas gunung Jabal Tsur. Waktu akan hijrah dari Mekah ke Madinah.
      Suraqah dan kudanya terjungkal. Sebanyak tiga kali. Ketika akan memanah Nabi.  Dalam perjalanan hijrah. Suraqah minta maaf. Nabi memaafkan.
      Malaikat ikut terlibat dalam Perang Badar. Nabi berdoa,”Ya Allah, jika pasukan ini hancur. Tentu Engkau tidak akan disembah lagi. Kecuali memang Engkau menghendaki tidak disembah lagi, selamanya.”
      Seorang pasukan muslim akan menyerang musyrikin di depannya.  Tiba-tiba terdengar suara lecutan cambuk di atasnya. Musuh sudah bergelimpangan. Seorang Ansar melaporkan kepada Nabi. “Benar, itulah pertolongan dari langit,” kata Nabi.
      Potongan akar berubah menjadi pedang. Pedang milik Ukkasyah bin Mihsan patah dalam Perang Badar. Dia menghadap Nabi. Nabi memberinya sepotong kayu akar pohon. Kayu tersebut berubah menjadi sebatang pedang panjang yang mengkilat dan tajam.
      Nabi “menghilang” dalam Perang Uhud. Nafik bin Jubeir berkata, “Banyak anak panah melesat dalam Perang Uhud. Berseliweran dari segala arah. Semuanya menuju ke arah Nabi. Tetapi, tidak ada yang mengenai sasaran.
      Abdullah bin Syihab berteriak,”Tunjukkan padaku, di mana Muhammad. Aku akan membunuhnya.”Padahal, Nabi berada di dekatnya. Tetapi, dia tidak melihatnya.
     Nabi mengetahui akan dijatuhi batu penggilingan. Nabi dan para sahabat berkunjung ke kaum Yahudi Bani Nadhir. Nabi dan para sahabat diminta duduk. Di dekat tembok rumah penduduk. 
      Beberapa orang Bani Nadhir berniat membunuh Nabi. Menjatuhkan batu penggilingan dari atas tembok. Nabi diberitahu malaikat Jibril. Nabi bergegas bangkit. Nabi dan sahabat selamat.
      Makanan untuk lima orang, cukup dimakan seribu orang. Perang Khandaq. Pasukan muslim menggali parit. Tiga hari tidak ada makanan. Jabir bin Abdullah meyiapkan masakan untuk Nabi dan beberapa sahabatnya. Nabi mengundang seribu orang. Bergiliran makan. Semuanya kenyang. Makanan masih bersisa.
     Nabi menghancurkan batu besar. Waktu menggali parit. Menemukan bongkahan batu besar. Tidak ada yang mampu memecahkan. Nabi memukul batu dengan pacul tiga kali. Batu besar hancur berkeping-keping.
     Setangkup kurma, cukup dimakan ratusan orang. Nukman bin Basyir membawa setangkup kurma. Untuk ayah dan pamannya yang menggali parit. Nabi memintanya. Meletakkan kurma di atas selembar kain. Semua orang mengambil dan memakannya. Kurma masih bersisa.
     Nabi mengetahui paha domba disusupi racun. Seorang wanita mengirimkan panggang paha domba  kepada Nabi. Nabi memakannya, lalu memuntahkannya. Nabi bersabda, “Tulang ini mengabarkan, dagingnya disusupi racun.” Nabi selamat. Alhamdulillah.
Daftar Pustaka
1.    Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2.    Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3.    Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
4.    Al-Kandahlawi, Maulana Muhammad Zakaria. Himpunan Fadhilah Amal. Penebit Ash-Shaff. Jogyakarta. 2000.




114. JANGAN BERSEDIH, AYO TERTAWA YANG WAJAR

JANGAN BERSEDIH,
AYO TERTAWA YANG WAJAR
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo


JANGAN BERSEDIH
      Jangan bersedih. Sebab kesedihan akan membuat air yang segar terasa pahit. Sinar matahari pagi yang indah terasa suram. Suara burung-burung yang merdu  bagaikan suara hantu menyeramkan.
      Jangan bersedih. Karena kesedihan akan membuat rumah yang luas terasa sempit. Istri yang cantik tampak menyeramkan. Anak-anak yang lucu terasa membisingkan.
      Jangan bersedih. Sebab kesedihan akan membuat udara yang sejuk tampak menyesakkan. Pemandangan yang elok menjadi menakutkan. kebun yang indah tampak seonggok sampah menjengkelkan.
     Jangan bersedih. Karena kesedihan akan membuat suasana rumah terasa pengap laksana penjara. Hubungan harmonis dalam keluarga menjadi “berantakan” bagaikan kapal pecah. kendaraan yang bagus tidak bermanfaat sedikit pun.
      Jangan bersedih. Karena kita masih memiliki dua mata, dua telinga, dua tangan, dua kaki, dua bibir, pikiran , dan hati. Kita masih memiliki kesehatan, waktu luang, dan keamanan.
       Jangan bersedih. Sebab kita masih memiliki agama yang kita anut. Tempat tinggal  yang kita huni. Nasi yang kita makan. Air yang kita minum. Pakaian yang kita pakai. Keluarga tempat berbagi perasaan. Mengapa harus bersedih?
     Jangan bersedih. Ketika anak kita gagal dalam ujian, lalu kita bersedih. Apakah anak kita menjadi lulus? Saat keluarga kita ada yang meninggal dunia, apakah dia akan hidup kembali? Jika kita rugi dalam bisnis, apakah kita menjadi untung?
      Jangan bersedih. Ketika kita berada di pagi hari. Jangan menunggu datangnya sore hari. Hari ini yang kita jalani, bukan hari kemarin. Juga bukan hari esok yang belum pasti datangnya. Mari kita nikmati dan syukuri hari ini. Hari ini milik kita.
      Jangan bersedih. Mari kita jalani hari ini tanpa kesedihan, kegalauan, kemarahan, kedengkian, dan kebencian. Jika hari ini kita minum air jernih yang segar, mengapa kita harus bersedih dengan air asin yang kita minum kemarin. Atau mengkhawatirkan air pahit esok hari yang belum tentu terjadi?
       Hal itu akan membuat kita bertekad dalam hati. Hanya hari ini kesempatan saya. Cuma saat ini waktu saya. Saya manfaatkan dengan maksimal. Berbicara yang bermanfaat. Berkata yang baik-baik saja. Tidak berkata yang jelek dan kotor. Tidak akan mencela dan menghardik. Tidak membicarakan kejelekan orang lain. Tak berbuat yang sia-sia.
      Ya Allah. Kami berlindung kepada-Mu, dari kesedihan dan kecemasan. Dari kemalasan dan kebakhilan. Dari sifat pengecut, beban utang, dan tekanan orang jahat. Cukuplah Allah bagi kita. Dia sebaik-baik pelindung. Amin.
AYO TERTAWA YANG WAJAR
     Tertawa yang wajar itu bagaikan “obat” bagi kesedihan. Laksana “pil kuat” untuk kegalauan.  Pengaruh tertawa yang wajar amat kuat. Membuat hati bergembira. Hati menjadi berbahagia. Lingkungan menjadi menyenangkan.
      Sahabat Nabi berkata, ”Nabi Muhammad kadang kala tertawa, sehingga tampak gigi gerahamnya.” Tertawa merupakan puncak kegembiraan. Titik tertinggi keceriaan. Ujung perasaan kesenangan.
      Nabi bersabda, “Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah.” Bahkan Nabi Sulaiman tertawa. Alquran surah Annaml ayat 19. ”Maka Sulaiman tertawa karena mendengarkan perkataan semut.”
      Salah satu nikmat Allah untuk penghuni surga ialah tertawa. Alquran surah Almutaffifin ayat 34. “Maka pada hari ini, orang-orang beriman menertawakan orang-orang kafir.”
      Namun, jangan tertawa berlebihan. Nabi bersabda,“Jangan engkau banyak tertawa, karena banyak tertawa akan mematikan hati.” Mari kita tertawa yang wajar saja.
      Jangan tertawa sinis dan penuh kesombongan. Sebagaimana dilakukan orang-orang kafir. Alquran surah Azzukruf ayat 47. “…tatkala dia datang kepada mereka dengan membawa mukjizat Kami. Dengan serta merta mereka menertawakannya.”
       Pada umumnya, semua orang senang wajah yang murah senyum. Suka dengan muka yang selalu tampak ceria. Hal itu merupakan cermin kemurahan hati. Kelapangan dada, dan kedermawanan.
      Pada dasarnya, Islam dibangun berdasarkan prinsip keseimbangan. Moderat dalam hal akidah, ibadah, budi pekerti, dan perilaku. Pertengahan dalam bersikap. Islam tidak mengenal kemuraman yang menakutkan, maupun tertawa lepas tak beraturan.
      Islam senantiasa mengajarkan kesungguhan penuh wibawa dan ringan langkah yang terarah.  Menganjurkan perbuatan yang bermanfaat untuk diri, keluarga dan masyarakat sekitarnya.
     Imam Gazali melontarkan humor, “Benda apakah yang paling tajam di dunia ini? Muridnya menjawab degan berbagai jawaban. Antara lain: pisau, silet, pedang dan semacamnya. Imam Gazali menjawab, “Betul, semua benda yang kalian sebutkan itu tajam. Tetapi ada yang lebih tajam dari itu semua, yaitu LIDAH”.
       Abu Hurairah bertanya, “Wahai Rasul, apakah engkau pernah bersenda gurau? Nabi menjawab,” Benar, hanya saya selalu berkata benar.”
      Nabi bergurau, “Naikkan barang-barangmu ke punggung anak unta di sebelah sana!” Sahabat bingung, “Ya Rasul, bagaimana anak unta mampu memikul beban berat? Nabi menjawab,”Saya tidak bilang anak unta itu kecil. Semua unta ‘kan lahir dari ibu unta.”
     Seorang wanita tua bertanya, “Ya Nabi, apakah wanita tua seperti saya layak masuk surga?” Nabi menjawab, “Maaf, Bu. Di surga tidak ada wanita tua”. Wanita itu menangis. Nabi menjelaskan,” Semua orang yang masuk surga, akan menjadi muda lagi.” Wanita tua itu tersenyum.
      Sungguh, manusia membutuhkan senyuman. Memerlukan humor yang menghibur. Tidak menghina siapa pun. Tak merendahkan apa pun. Semua orang senang dengan wajah yang selalu berseri-seri. Hati yang lapang dalam menerima perbedaan. Budi pekerti yang luhur. Perilaku yang lembut. Pembawaan yang tidak kasar.
     Jadi, janganlah kita bersedih. Lontarkan humor yang cedas. Humor yang tidak menyinggung siapa pun. Tak menghina apa pun. Mari kita tersenyum. Ayo tertawa yang wajar. Kehidupan akan terasa lebih indah, ceria, dan memesona. Semoga.
Daftar Pustaka
1. Al-Qarni, Aidh. La Tahzan. Jangan Bersedih. Penerbit Qisthi Press. Jakarta 2007.



114. JANGAN BERSEDIH, AYO TERTAWA YANG WAJAR

JANGAN BERSEDIH,
AYO TERTAWA YANG WAJAR
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo


JANGAN BERSEDIH
      Jangan bersedih. Sebab kesedihan akan membuat air yang segar terasa pahit. Sinar matahari pagi yang indah terasa suram. Suara burung-burung yang merdu  bagaikan suara hantu menyeramkan.
      Jangan bersedih. Karena kesedihan akan membuat rumah yang luas terasa sempit. Istri yang cantik tampak menyeramkan. Anak-anak yang lucu terasa membisingkan.
      Jangan bersedih. Sebab kesedihan akan membuat udara yang sejuk tampak menyesakkan. Pemandangan yang elok menjadi menakutkan. kebun yang indah tampak seonggok sampah menjengkelkan.
     Jangan bersedih. Karena kesedihan akan membuat suasana rumah terasa pengap laksana penjara. Hubungan harmonis dalam keluarga menjadi “berantakan” bagaikan kapal pecah. kendaraan yang bagus tidak bermanfaat sedikit pun.
      Jangan bersedih. Karena kita masih memiliki dua mata, dua telinga, dua tangan, dua kaki, dua bibir, pikiran , dan hati. Kita masih memiliki kesehatan, waktu luang, dan keamanan.
       Jangan bersedih. Sebab kita masih memiliki agama yang kita anut. Tempat tinggal  yang kita huni. Nasi yang kita makan. Air yang kita minum. Pakaian yang kita pakai. Keluarga tempat berbagi perasaan. Mengapa harus bersedih?
     Jangan bersedih. Ketika anak kita gagal dalam ujian, lalu kita bersedih. Apakah anak kita menjadi lulus? Saat keluarga kita ada yang meninggal dunia, apakah dia akan hidup kembali? Jika kita rugi dalam bisnis, apakah kita menjadi untung?
      Jangan bersedih. Ketika kita berada di pagi hari. Jangan menunggu datangnya sore hari. Hari ini yang kita jalani, bukan hari kemarin. Juga bukan hari esok yang belum pasti datangnya. Mari kita nikmati dan syukuri hari ini. Hari ini milik kita.
      Jangan bersedih. Mari kita jalani hari ini tanpa kesedihan, kegalauan, kemarahan, kedengkian, dan kebencian. Jika hari ini kita minum air jernih yang segar, mengapa kita harus bersedih dengan air asin yang kita minum kemarin. Atau mengkhawatirkan air pahit esok hari yang belum tentu terjadi?
       Hal itu akan membuat kita bertekad dalam hati. Hanya hari ini kesempatan saya. Cuma saat ini waktu saya. Saya manfaatkan dengan maksimal. Berbicara yang bermanfaat. Berkata yang baik-baik saja. Tidak berkata yang jelek dan kotor. Tidak akan mencela dan menghardik. Tidak membicarakan kejelekan orang lain. Tak berbuat yang sia-sia.
      Ya Allah. Kami berlindung kepada-Mu, dari kesedihan dan kecemasan. Dari kemalasan dan kebakhilan. Dari sifat pengecut, beban utang, dan tekanan orang jahat. Cukuplah Allah bagi kita. Dia sebaik-baik pelindung. Amin.
AYO TERTAWA YANG WAJAR
     Tertawa yang wajar itu bagaikan “obat” bagi kesedihan. Laksana “pil kuat” untuk kegalauan.  Pengaruh tertawa yang wajar amat kuat. Membuat hati bergembira. Hati menjadi berbahagia. Lingkungan menjadi menyenangkan.
      Sahabat Nabi berkata, ”Nabi Muhammad kadang kala tertawa, sehingga tampak gigi gerahamnya.” Tertawa merupakan puncak kegembiraan. Titik tertinggi keceriaan. Ujung perasaan kesenangan.
      Nabi bersabda, “Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah.” Bahkan Nabi Sulaiman tertawa. Alquran surah Annaml ayat 19. ”Maka Sulaiman tertawa karena mendengarkan perkataan semut.”
      Salah satu nikmat Allah untuk penghuni surga ialah tertawa. Alquran surah Almutaffifin ayat 34. “Maka pada hari ini, orang-orang beriman menertawakan orang-orang kafir.”
      Namun, jangan tertawa berlebihan. Nabi bersabda,“Jangan engkau banyak tertawa, karena banyak tertawa akan mematikan hati.” Mari kita tertawa yang wajar saja.
      Jangan tertawa sinis dan penuh kesombongan. Sebagaimana dilakukan orang-orang kafir. Alquran surah Azzukruf ayat 47. “…tatkala dia datang kepada mereka dengan membawa mukjizat Kami. Dengan serta merta mereka menertawakannya.”
       Pada umumnya, semua orang senang wajah yang murah senyum. Suka dengan muka yang selalu tampak ceria. Hal itu merupakan cermin kemurahan hati. Kelapangan dada, dan kedermawanan.
      Pada dasarnya, Islam dibangun berdasarkan prinsip keseimbangan. Moderat dalam hal akidah, ibadah, budi pekerti, dan perilaku. Pertengahan dalam bersikap. Islam tidak mengenal kemuraman yang menakutkan, maupun tertawa lepas tak beraturan.
      Islam senantiasa mengajarkan kesungguhan penuh wibawa dan ringan langkah yang terarah.  Menganjurkan perbuatan yang bermanfaat untuk diri, keluarga dan masyarakat sekitarnya.
     Imam Gazali melontarkan humor, “Benda apakah yang paling tajam di dunia ini? Muridnya menjawab degan berbagai jawaban. Antara lain: pisau, silet, pedang dan semacamnya. Imam Gazali menjawab, “Betul, semua benda yang kalian sebutkan itu tajam. Tetapi ada yang lebih tajam dari itu semua, yaitu LIDAH”.
       Abu Hurairah bertanya, “Wahai Rasul, apakah engkau pernah bersenda gurau? Nabi menjawab,” Benar, hanya saya selalu berkata benar.”
      Nabi bergurau, “Naikkan barang-barangmu ke punggung anak unta di sebelah sana!” Sahabat bingung, “Ya Rasul, bagaimana anak unta mampu memikul beban berat? Nabi menjawab,”Saya tidak bilang anak unta itu kecil. Semua unta ‘kan lahir dari ibu unta.”
     Seorang wanita tua bertanya, “Ya Nabi, apakah wanita tua seperti saya layak masuk surga?” Nabi menjawab, “Maaf, Bu. Di surga tidak ada wanita tua”. Wanita itu menangis. Nabi menjelaskan,” Semua orang yang masuk surga, akan menjadi muda lagi.” Wanita tua itu tersenyum.
      Sungguh, manusia membutuhkan senyuman. Memerlukan humor yang menghibur. Tidak menghina siapa pun. Tak merendahkan apa pun. Semua orang senang dengan wajah yang selalu berseri-seri. Hati yang lapang dalam menerima perbedaan. Budi pekerti yang luhur. Perilaku yang lembut. Pembawaan yang tidak kasar.
     Jadi, janganlah kita bersedih. Lontarkan humor yang cedas. Humor yang tidak menyinggung siapa pun. Tak menghina apa pun. Mari kita tersenyum. Ayo tertawa yang wajar. Kehidupan akan terasa lebih indah, ceria, dan memesona. Semoga.
Daftar Pustaka
1. Al-Qarni, Aidh. La Tahzan. Jangan Bersedih. Penerbit Qisthi Press. Jakarta 2007.



114. JANGAN BERSEDIH, AYO TERTAWA YANG WAJAR

JANGAN BERSEDIH,
AYO TERTAWA YANG WAJAR
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo


JANGAN BERSEDIH
      Jangan bersedih. Sebab kesedihan akan membuat air yang segar terasa pahit. Sinar matahari pagi yang indah terasa suram. Suara burung-burung yang merdu  bagaikan suara hantu menyeramkan.
      Jangan bersedih. Karena kesedihan akan membuat rumah yang luas terasa sempit. Istri yang cantik tampak menyeramkan. Anak-anak yang lucu terasa membisingkan.
      Jangan bersedih. Sebab kesedihan akan membuat udara yang sejuk tampak menyesakkan. Pemandangan yang elok menjadi menakutkan. kebun yang indah tampak seonggok sampah menjengkelkan.
     Jangan bersedih. Karena kesedihan akan membuat suasana rumah terasa pengap laksana penjara. Hubungan harmonis dalam keluarga menjadi “berantakan” bagaikan kapal pecah. kendaraan yang bagus tidak bermanfaat sedikit pun.
      Jangan bersedih. Karena kita masih memiliki dua mata, dua telinga, dua tangan, dua kaki, dua bibir, pikiran , dan hati. Kita masih memiliki kesehatan, waktu luang, dan keamanan.
       Jangan bersedih. Sebab kita masih memiliki agama yang kita anut. Tempat tinggal  yang kita huni. Nasi yang kita makan. Air yang kita minum. Pakaian yang kita pakai. Keluarga tempat berbagi perasaan. Mengapa harus bersedih?
     Jangan bersedih. Ketika anak kita gagal dalam ujian, lalu kita bersedih. Apakah anak kita menjadi lulus? Saat keluarga kita ada yang meninggal dunia, apakah dia akan hidup kembali? Jika kita rugi dalam bisnis, apakah kita menjadi untung?
      Jangan bersedih. Ketika kita berada di pagi hari. Jangan menunggu datangnya sore hari. Hari ini yang kita jalani, bukan hari kemarin. Juga bukan hari esok yang belum pasti datangnya. Mari kita nikmati dan syukuri hari ini. Hari ini milik kita.
      Jangan bersedih. Mari kita jalani hari ini tanpa kesedihan, kegalauan, kemarahan, kedengkian, dan kebencian. Jika hari ini kita minum air jernih yang segar, mengapa kita harus bersedih dengan air asin yang kita minum kemarin. Atau mengkhawatirkan air pahit esok hari yang belum tentu terjadi?
       Hal itu akan membuat kita bertekad dalam hati. Hanya hari ini kesempatan saya. Cuma saat ini waktu saya. Saya manfaatkan dengan maksimal. Berbicara yang bermanfaat. Berkata yang baik-baik saja. Tidak berkata yang jelek dan kotor. Tidak akan mencela dan menghardik. Tidak membicarakan kejelekan orang lain. Tak berbuat yang sia-sia.
      Ya Allah. Kami berlindung kepada-Mu, dari kesedihan dan kecemasan. Dari kemalasan dan kebakhilan. Dari sifat pengecut, beban utang, dan tekanan orang jahat. Cukuplah Allah bagi kita. Dia sebaik-baik pelindung. Amin.
AYO TERTAWA YANG WAJAR
     Tertawa yang wajar itu bagaikan “obat” bagi kesedihan. Laksana “pil kuat” untuk kegalauan.  Pengaruh tertawa yang wajar amat kuat. Membuat hati bergembira. Hati menjadi berbahagia. Lingkungan menjadi menyenangkan.
      Sahabat Nabi berkata, ”Nabi Muhammad kadang kala tertawa, sehingga tampak gigi gerahamnya.” Tertawa merupakan puncak kegembiraan. Titik tertinggi keceriaan. Ujung perasaan kesenangan.
      Nabi bersabda, “Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah.” Bahkan Nabi Sulaiman tertawa. Alquran surah Annaml ayat 19. ”Maka Sulaiman tertawa karena mendengarkan perkataan semut.”
      Salah satu nikmat Allah untuk penghuni surga ialah tertawa. Alquran surah Almutaffifin ayat 34. “Maka pada hari ini, orang-orang beriman menertawakan orang-orang kafir.”
      Namun, jangan tertawa berlebihan. Nabi bersabda,“Jangan engkau banyak tertawa, karena banyak tertawa akan mematikan hati.” Mari kita tertawa yang wajar saja.
      Jangan tertawa sinis dan penuh kesombongan. Sebagaimana dilakukan orang-orang kafir. Alquran surah Azzukruf ayat 47. “…tatkala dia datang kepada mereka dengan membawa mukjizat Kami. Dengan serta merta mereka menertawakannya.”
       Pada umumnya, semua orang senang wajah yang murah senyum. Suka dengan muka yang selalu tampak ceria. Hal itu merupakan cermin kemurahan hati. Kelapangan dada, dan kedermawanan.
      Pada dasarnya, Islam dibangun berdasarkan prinsip keseimbangan. Moderat dalam hal akidah, ibadah, budi pekerti, dan perilaku. Pertengahan dalam bersikap. Islam tidak mengenal kemuraman yang menakutkan, maupun tertawa lepas tak beraturan.
      Islam senantiasa mengajarkan kesungguhan penuh wibawa dan ringan langkah yang terarah.  Menganjurkan perbuatan yang bermanfaat untuk diri, keluarga dan masyarakat sekitarnya.
     Imam Gazali melontarkan humor, “Benda apakah yang paling tajam di dunia ini? Muridnya menjawab degan berbagai jawaban. Antara lain: pisau, silet, pedang dan semacamnya. Imam Gazali menjawab, “Betul, semua benda yang kalian sebutkan itu tajam. Tetapi ada yang lebih tajam dari itu semua, yaitu LIDAH”.
       Abu Hurairah bertanya, “Wahai Rasul, apakah engkau pernah bersenda gurau? Nabi menjawab,” Benar, hanya saya selalu berkata benar.”
      Nabi bergurau, “Naikkan barang-barangmu ke punggung anak unta di sebelah sana!” Sahabat bingung, “Ya Rasul, bagaimana anak unta mampu memikul beban berat? Nabi menjawab,”Saya tidak bilang anak unta itu kecil. Semua unta ‘kan lahir dari ibu unta.”
     Seorang wanita tua bertanya, “Ya Nabi, apakah wanita tua seperti saya layak masuk surga?” Nabi menjawab, “Maaf, Bu. Di surga tidak ada wanita tua”. Wanita itu menangis. Nabi menjelaskan,” Semua orang yang masuk surga, akan menjadi muda lagi.” Wanita tua itu tersenyum.
      Sungguh, manusia membutuhkan senyuman. Memerlukan humor yang menghibur. Tidak menghina siapa pun. Tak merendahkan apa pun. Semua orang senang dengan wajah yang selalu berseri-seri. Hati yang lapang dalam menerima perbedaan. Budi pekerti yang luhur. Perilaku yang lembut. Pembawaan yang tidak kasar.
     Jadi, janganlah kita bersedih. Lontarkan humor yang cedas. Humor yang tidak menyinggung siapa pun. Tak menghina apa pun. Mari kita tersenyum. Ayo tertawa yang wajar. Kehidupan akan terasa lebih indah, ceria, dan memesona. Semoga.
Daftar Pustaka
1. Al-Qarni, Aidh. La Tahzan. Jangan Bersedih. Penerbit Qisthi Press. Jakarta 2007.



114. JANGAN BERSEDIH, AYO TERTAWA YANG WAJAR.

JANGAN BERSEDIH,
AYO TERTAWA YANG WAJAR
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo


JANGAN BERSEDIH
      Jangan bersedih. Sebab kesedihan akan membuat air yang segar terasa pahit. Sinar matahari pagi yang indah terasa suram. Suara burung-burung yang merdu  bagaikan suara hantu menyeramkan.
      Jangan bersedih. Karena kesedihan akan membuat rumah yang luas terasa sempit. Istri yang cantik tampak menyeramkan. Anak-anak yang lucu terasa membisingkan.
      Jangan bersedih. Sebab kesedihan akan membuat udara yang sejuk tampak menyesakkan. Pemandangan yang elok menjadi menakutkan. kebun yang indah tampak seonggok sampah menjengkelkan.
     Jangan bersedih. Karena kesedihan akan membuat suasana rumah terasa pengap laksana penjara. Hubungan harmonis dalam keluarga menjadi “berantakan” bagaikan kapal pecah. kendaraan yang bagus tidak bermanfaat sedikit pun.
      Jangan bersedih. Karena kita masih memiliki dua mata, dua telinga, dua tangan, dua kaki, dua bibir, pikiran , dan hati. Kita masih memiliki kesehatan, waktu luang, dan keamanan.
       Jangan bersedih. Sebab kita masih memiliki agama yang kita anut. Tempat tinggal  yang kita huni. Nasi yang kita makan. Air yang kita minum. Pakaian yang kita pakai. Keluarga tempat berbagi perasaan. Mengapa harus bersedih?
     Jangan bersedih. Ketika anak kita gagal dalam ujian, lalu kita bersedih. Apakah anak kita menjadi lulus? Saat keluarga kita ada yang meninggal dunia, apakah dia akan hidup kembali? Jika kita rugi dalam bisnis, apakah kita menjadi untung?
      Jangan bersedih. Ketika kita berada di pagi hari. Jangan menunggu datangnya sore hari. Hari ini yang kita jalani, bukan hari kemarin. Juga bukan hari esok yang belum pasti datangnya. Mari kita nikmati dan syukuri hari ini. Hari ini milik kita.
      Jangan bersedih. Mari kita jalani hari ini tanpa kesedihan, kegalauan, kemarahan, kedengkian, dan kebencian. Jika hari ini kita minum air jernih yang segar, mengapa kita harus bersedih dengan air asin yang kita minum kemarin. Atau mengkhawatirkan air pahit esok hari yang belum tentu terjadi?
       Hal itu akan membuat kita bertekad dalam hati. Hanya hari ini kesempatan saya. Cuma saat ini waktu saya. Saya manfaatkan dengan maksimal. Berbicara yang bermanfaat. Berkata yang baik-baik saja. Tidak berkata yang jelek dan kotor. Tidak akan mencela dan menghardik. Tidak membicarakan kejelekan orang lain. Tak berbuat yang sia-sia.
      Ya Allah. Kami berlindung kepada-Mu, dari kesedihan dan kecemasan. Dari kemalasan dan kebakhilan. Dari sifat pengecut, beban utang, dan tekanan orang jahat. Cukuplah Allah bagi kita. Dia sebaik-baik pelindung. Amin.
AYO TERTAWA YANG WAJAR
     Tertawa yang wajar itu bagaikan “obat” bagi kesedihan. Laksana “pil kuat” untuk kegalauan.  Pengaruh tertawa yang wajar amat kuat. Membuat hati bergembira. Hati menjadi berbahagia. Lingkungan menjadi menyenangkan.
      Sahabat Nabi berkata, ”Nabi Muhammad kadang kala tertawa, sehingga tampak gigi gerahamnya.” Tertawa merupakan puncak kegembiraan. Titik tertinggi keceriaan. Ujung perasaan kesenangan.
      Nabi bersabda, “Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah.” Bahkan Nabi Sulaiman tertawa. Alquran surah Annaml ayat 19. ”Maka Sulaiman tertawa karena mendengarkan perkataan semut.”
      Salah satu nikmat Allah untuk penghuni surga ialah tertawa. Alquran surah Almutaffifin ayat 34. “Maka pada hari ini, orang-orang beriman menertawakan orang-orang kafir.”
      Namun, jangan tertawa berlebihan. Nabi bersabda,“Jangan engkau banyak tertawa, karena banyak tertawa akan mematikan hati.” Mari kita tertawa yang wajar saja.
      Jangan tertawa sinis dan penuh kesombongan. Sebagaimana dilakukan orang-orang kafir. Alquran surah Azzukruf ayat 47. “…tatkala dia datang kepada mereka dengan membawa mukjizat Kami. Dengan serta merta mereka menertawakannya.”
       Pada umumnya, semua orang senang wajah yang murah senyum. Suka dengan muka yang selalu tampak ceria. Hal itu merupakan cermin kemurahan hati. Kelapangan dada, dan kedermawanan.
      Pada dasarnya, Islam dibangun berdasarkan prinsip keseimbangan. Moderat dalam hal akidah, ibadah, budi pekerti, dan perilaku. Pertengahan dalam bersikap. Islam tidak mengenal kemuraman yang menakutkan, maupun tertawa lepas tak beraturan.
      Islam senantiasa mengajarkan kesungguhan penuh wibawa dan ringan langkah yang terarah.  Menganjurkan perbuatan yang bermanfaat untuk diri, keluarga dan masyarakat sekitarnya.
     Imam Gazali melontarkan humor, “Benda apakah yang paling tajam di dunia ini? Muridnya menjawab degan berbagai jawaban. Antara lain: pisau, silet, pedang dan semacamnya. Imam Gazali menjawab, “Betul, semua benda yang kalian sebutkan itu tajam. Tetapi ada yang lebih tajam dari itu semua, yaitu LIDAH”.
       Abu Hurairah bertanya, “Wahai Rasul, apakah engkau pernah bersenda gurau? Nabi menjawab,” Benar, hanya saya selalu berkata benar.”
      Nabi bergurau, “Naikkan barang-barangmu ke punggung anak unta di sebelah sana!” Sahabat bingung, “Ya Rasul, bagaimana anak unta mampu memikul beban berat? Nabi menjawab,”Saya tidak bilang anak unta itu kecil. Semua unta ‘kan lahir dari ibu unta.”
     Seorang wanita tua bertanya, “Ya Nabi, apakah wanita tua seperti saya layak masuk surga?” Nabi menjawab, “Maaf, Bu. Di surga tidak ada wanita tua”. Wanita itu menangis. Nabi menjelaskan,” Semua orang yang masuk surga, akan menjadi muda lagi.” Wanita tua itu tersenyum.
      Sungguh, manusia membutuhkan senyuman. Memerlukan humor yang menghibur. Tidak menghina siapa pun. Tak merendahkan apa pun. Semua orang senang dengan wajah yang selalu berseri-seri. Hati yang lapang dalam menerima perbedaan. Budi pekerti yang luhur. Perilaku yang lembut. Pembawaan yang tidak kasar.
     Jadi, janganlah kita bersedih. Lontarkan humor yang cedas. Humor yang tidak menyinggung siapa pun. Tak menghina apa pun. Mari kita tersenyum. Ayo tertawa yang wajar. Kehidupan akan terasa lebih indah, ceria, dan memesona. Semoga.
Daftar Pustaka
1. Al-Qarni, Aidh. La Tahzan. Jangan Bersedih. Penerbit Qisthi Press. Jakarta 2007.



114. JANGAN BERSEDIH, AYO TERTAWA YANG WAJAR

JANGAN BERSEDIH,
AYO TERTAWA YANG WAJAR
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo


JANGAN BERSEDIH
      Jangan bersedih. Sebab kesedihan akan membuat air yang segar terasa pahit. Sinar matahari pagi yang indah terasa suram. Suara burung-burung yang merdu  bagaikan suara hantu menyeramkan.
      Jangan bersedih. Karena kesedihan akan membuat rumah yang luas terasa sempit. Istri yang cantik tampak menyeramkan. Anak-anak yang lucu terasa membisingkan.
      Jangan bersedih. Sebab kesedihan akan membuat udara yang sejuk tampak menyesakkan. Pemandangan yang elok menjadi menakutkan. kebun yang indah tampak seonggok sampah menjengkelkan.
     Jangan bersedih. Karena kesedihan akan membuat suasana rumah terasa pengap laksana penjara. Hubungan harmonis dalam keluarga menjadi “berantakan” bagaikan kapal pecah. kendaraan yang bagus tidak bermanfaat sedikit pun.
      Jangan bersedih. Karena kita masih memiliki dua mata, dua telinga, dua tangan, dua kaki, dua bibir, pikiran , dan hati. Kita masih memiliki kesehatan, waktu luang, dan keamanan.
       Jangan bersedih. Sebab kita masih memiliki agama yang kita anut. Tempat tinggal  yang kita huni. Nasi yang kita makan. Air yang kita minum. Pakaian yang kita pakai. Keluarga tempat berbagi perasaan. Mengapa harus bersedih?
     Jangan bersedih. Ketika anak kita gagal dalam ujian, lalu kita bersedih. Apakah anak kita menjadi lulus? Saat keluarga kita ada yang meninggal dunia, apakah dia akan hidup kembali? Jika kita rugi dalam bisnis, apakah kita menjadi untung?
      Jangan bersedih. Ketika kita berada di pagi hari. Jangan menunggu datangnya sore hari. Hari ini yang kita jalani, bukan hari kemarin. Juga bukan hari esok yang belum pasti datangnya. Mari kita nikmati dan syukuri hari ini. Hari ini milik kita.
      Jangan bersedih. Mari kita jalani hari ini tanpa kesedihan, kegalauan, kemarahan, kedengkian, dan kebencian. Jika hari ini kita minum air jernih yang segar, mengapa kita harus bersedih dengan air asin yang kita minum kemarin. Atau mengkhawatirkan air pahit esok hari yang belum tentu terjadi?
       Hal itu akan membuat kita bertekad dalam hati. Hanya hari ini kesempatan saya. Cuma saat ini waktu saya. Saya manfaatkan dengan maksimal. Berbicara yang bermanfaat. Berkata yang baik-baik saja. Tidak berkata yang jelek dan kotor. Tidak akan mencela dan menghardik. Tidak membicarakan kejelekan orang lain. Tak berbuat yang sia-sia.
      Ya Allah. Kami berlindung kepada-Mu, dari kesedihan dan kecemasan. Dari kemalasan dan kebakhilan. Dari sifat pengecut, beban utang, dan tekanan orang jahat. Cukuplah Allah bagi kita. Dia sebaik-baik pelindung. Amin.
AYO TERTAWA YANG WAJAR
     Tertawa yang wajar itu bagaikan “obat” bagi kesedihan. Laksana “pil kuat” untuk kegalauan.  Pengaruh tertawa yang wajar amat kuat. Membuat hati bergembira. Hati menjadi berbahagia. Lingkungan menjadi menyenangkan.
      Sahabat Nabi berkata, ”Nabi Muhammad kadang kala tertawa, sehingga tampak gigi gerahamnya.” Tertawa merupakan puncak kegembiraan. Titik tertinggi keceriaan. Ujung perasaan kesenangan.
      Nabi bersabda, “Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah.” Bahkan Nabi Sulaiman tertawa. Alquran surah Annaml ayat 19. ”Maka Sulaiman tertawa karena mendengarkan perkataan semut.”
      Salah satu nikmat Allah untuk penghuni surga ialah tertawa. Alquran surah Almutaffifin ayat 34. “Maka pada hari ini, orang-orang beriman menertawakan orang-orang kafir.”
      Namun, jangan tertawa berlebihan. Nabi bersabda,“Jangan engkau banyak tertawa, karena banyak tertawa akan mematikan hati.” Mari kita tertawa yang wajar saja.
      Jangan tertawa sinis dan penuh kesombongan. Sebagaimana dilakukan orang-orang kafir. Alquran surah Azzukruf ayat 47. “…tatkala dia datang kepada mereka dengan membawa mukjizat Kami. Dengan serta merta mereka menertawakannya.”
       Pada umumnya, semua orang senang wajah yang murah senyum. Suka dengan muka yang selalu tampak ceria. Hal itu merupakan cermin kemurahan hati. Kelapangan dada, dan kedermawanan.
      Pada dasarnya, Islam dibangun berdasarkan prinsip keseimbangan. Moderat dalam hal akidah, ibadah, budi pekerti, dan perilaku. Pertengahan dalam bersikap. Islam tidak mengenal kemuraman yang menakutkan, maupun tertawa lepas tak beraturan.
      Islam senantiasa mengajarkan kesungguhan penuh wibawa dan ringan langkah yang terarah.  Menganjurkan perbuatan yang bermanfaat untuk diri, keluarga dan masyarakat sekitarnya.
     Imam Gazali melontarkan humor, “Benda apakah yang paling tajam di dunia ini? Muridnya menjawab degan berbagai jawaban. Antara lain: pisau, silet, pedang dan semacamnya. Imam Gazali menjawab, “Betul, semua benda yang kalian sebutkan itu tajam. Tetapi ada yang lebih tajam dari itu semua, yaitu LIDAH”.
       Abu Hurairah bertanya, “Wahai Rasul, apakah engkau pernah bersenda gurau? Nabi menjawab,” Benar, hanya saya selalu berkata benar.”
      Nabi bergurau, “Naikkan barang-barangmu ke punggung anak unta di sebelah sana!” Sahabat bingung, “Ya Rasul, bagaimana anak unta mampu memikul beban berat? Nabi menjawab,”Saya tidak bilang anak unta itu kecil. Semua unta ‘kan lahir dari ibu unta.”
     Seorang wanita tua bertanya, “Ya Nabi, apakah wanita tua seperti saya layak masuk surga?” Nabi menjawab, “Maaf, Bu. Di surga tidak ada wanita tua”. Wanita itu menangis. Nabi menjelaskan,” Semua orang yang masuk surga, akan menjadi muda lagi.” Wanita tua itu tersenyum.
      Sungguh, manusia membutuhkan senyuman. Memerlukan humor yang menghibur. Tidak menghina siapa pun. Tak merendahkan apa pun. Semua orang senang dengan wajah yang selalu berseri-seri. Hati yang lapang dalam menerima perbedaan. Budi pekerti yang luhur. Perilaku yang lembut. Pembawaan yang tidak kasar.
     Jadi, janganlah kita bersedih. Lontarkan humor yang cedas. Humor yang tidak menyinggung siapa pun. Tak menghina apa pun. Mari kita tersenyum. Ayo tertawa yang wajar. Kehidupan akan terasa lebih indah, ceria, dan memesona. Semoga.
Daftar Pustaka
1. Al-Qarni, Aidh. La Tahzan. Jangan Bersedih. Penerbit Qisthi Press. Jakarta 2007.