Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Saturday, August 7, 2021

10771. ADA 7 MACAM JENIS BERTAPA

 



ADA 7 MACAM JENIS BERTAPA

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

Dalam tradisi Hindu dan Budha adalah istilah semadi.

 

Semadi adalah meditasi.

Semadi adalah pemusatan pikiran dan perasaan.

 

Tapa dalam bahasa Urdu India artinya enerji.

 

Tapa adalah upaya menaklukkan enerji.

Dan menguasai enerji hidup.

 

Tapa adalah latihan untuk menaklukkan diri sendiri.

 

 

Bertapa adalah mengasingkan diri dari keramaian dunia.

 

 

Dengan menahan hawa nafsu (makan, minum, tidur, birahi).

 

Untuk mencari ketenangan batin.

 

Macam macam jenis tapa.

1.      Tubuh.

2.      Hati.

3.      Nafsu.

4.      Nyawa (Roh).

5.      Rasa (lntuisi).

6.      Cahaya (Nur).

7.      Atma (Hayu).

 

Dalam bertapa ada aspek zakatnya.

 

Bertapa itu ke dalam.

Zakatnya itu keluar.

 

1.   Tubuh.

1)     Tapanya: berlaku sopan santun.

2)     Zakatnya: gemar berbuat kebaikan.

 

Jika berhasil, maka  akan menguasai enerji jasmani tubuh.

 

2.      Hati (Budi, Akhlak)

1)     Tapanya: rela dan sabar.

2)     Zakatnya: bersih dari prasangka jelek kepada orang lain.

 

3.      Nafsu.

1)     Tapanya: berhati ikhlas karena nafsu selalu ingin menuntut.

2)     Zakatnya: tabah menghadapi cobaan sengsara dan mudah memaafkan kesalahan orang lain.

 

Nafsu akan tangguh, jika tak mudah tergoda dan bisa pemaaf.

Sehingga tak punya dendam.

 

Orang dendam itu merusak diri sendiri.

 

Jika ada orang berkata,

“Saya sudah memaafkan.

Tapi urusan hukum jalan terus.”

 

Hal itu artinya dia tak memaafkan.

 

 

4.      Nyawa (Roh).

1)     Tapanya: bertindak jujur.

2)     Zakatnya: tak mengganggu orang lain dan tak mencela.

 

Orang yang suka mencela orang lain.

Dengan memfitnah dan membuat hoaks.

Maka rohnya keruh dan tak suci lagi.

 

5.      Rasa (lntuisi)

1)     Tapanya: mengutamakan berbuat kebajikan.

2)     Zakatnya: diam, menyesali kesalahan dan bertobat.

 

6.      Cahaya (Nur).

1)     Tapanya: mengutamakan berbuat yang suci.

2)     Zakatnya:berhati ikhlas.

 

7.      Atma (Hayu)

1)     Tapanya: berlaku awas.

2)     Zakatnya:selalu ingat.

 

Dalam bahasa Jawa disebut:  “Eling lan waspodo.”

 

 

Jika orang berhasil dalam bertapanya.

Maka hidupnya bermutu.

 

Ada 7  tapanya (diet) anggota tubuh, yaitu:

1)     Mata.

2)     Telinga.

3)     Hidung.

4)     Lisan.

5)     Aurat.

6)     Tangan.

7)     Kaki.

 

 

 

Banyak penyakit muncul karena aspek psikis.

Bukan aspek fisik.

 

1.   Mata.

1)     Tapanya: Mengurangi tidur dan tak melihat yang jelek.

2)     Zakatnya: Tak ingin merebut punya orang lain. Tak tamak.

 

 

 

2.   Telinga.

1)             Tapanya: mencegah hawa nafsu.

2)             Zakatnya: tak mendengar ucapan jelek.

 

Telinga mudah kemasukan hal jelek dan disimpan dalam alam bawah sadar.

 

3.   Hidung.

1)     Tapanya: mengurangi minum.

2)     Zakatnya: tak suka mencela jeleknya orang lain.

 

4.   Lisan (mulut).

1)     Tapanya: mengurangi makan.

2)     Zakatnya: hindari ucapan jelek.

 

 

5.   Aurat.

1)     Tapanya:menahan syahwat.

2)     Zakatnya: menjauhi zina.



6.   Tangan.

1)     Tapanya: tak mencuri.

2)     Zakatnya: tak menyakiti orang lain.

 

7.   Kaki.

1)     Tapanya: tak berjalan untuk berbuat jahat.

2)     Zakatnya: evaluasi diri.

 

 

(Sumber Ngaji Filsafat Dr Fahrudin Faiz)

 

10770. PENGERTIAN WAHDATUL WUJUD

 






PENGERTIAN WAHDATUL WUJUD

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

Wahdatul wujud berasal dari kata wahdah (وحدة) dan  al-wujud (الوجود ).

 

Wahdah artinya  tunggal atau kesatuan.


Wujud artinya
ada, eksistensi, atau keberadaan.

 

Secara harfiah,

 

Wahdatul Wujud artinya "kesatuan eksistensi".

 

Doktrin ini tidak mengakui bedanya Allah dengan makhluk-Nya.

 

Yaitu keyakinan bahwa Allah itu adalah keseluruhan.

 

Makhluk adalah bagian dari keseluruhan itu.

 

Allah memperlihatkan Diri-Nya pada apa saja yang ada di alam semesta ini.

 

Karena tak ada satu pun di alam semesta ini, kecuali wujud Allah.

 

Alam semesta beserta isinya itu mawujud.

 

Mawujud berarti asalnya tak ada, tapi diadakan oleh Allah.

 

Manusia, asalnya tak ada.

Sekarang ada dan bisa hidup di bumi.

Kelak, manusia  akan hilang dari bumi.

 

Jika ada manusia sombong.

Maka dia melupakan hakikat dirinya.

 

Karena manusia butuh Allah untuk ada dan bisa hidup di dunia.

 

Manusia yang punya sifat sombong dalam hatinya.

 

Meskipun sedikit.

Tak bisa masuk surga.

Yang berhak sombong hanya Allah saja.

 

Karena Allah yang menciptakan alam semesta dan menjaganya.

 

 

Wahdatul Wujud sering dihubungkan dengan Ibnu Arabi.

 

Karena Ibnu Arabi dianggap  penggagasnya.

 

Wahdatul wujud sudah diajarkan oleh beberapa sufi sebelum Ibnu Arabi.

 

Misalnya, Abu Hamid Al-Ghazali.

 

Al-Ghazali berkata,

Sesuatu yang wujud dengan sebenar-benarnya adalah Allah.

 

Seperti cahaya yang sebenar-benarnya adalah Allah.

 

Tidak ada wujud, kecuali Allah.

 

Segala sesuatu akan binasa, kecuali Allah secara azali dan abadi.”

 

Ibnu Taimiyah memopulerkan istilah Wahdatul Wujud.

 

Syekh Siti Jenar nama aslinya Raden Abdul Jalil.

 

Lahir di Iran tahun 1404 Masehi.

 

Bertempat tinggal di JeparaJawa TengahIndonesia.

 

Syekh Siti Jenar terkenal dengan ajarannya:

 

Manunggaling Kawula Gusti”.

 

 Yaitu istilah Wahdatul Wujud diubah ke bahasa Jawa.

 

Syekh Siti Jenar mengembangkan paham jalan hidup sufi.

 

Yang dianggap bertentangan dengan ajaran Wali songo.

 

Pertentangan praktik sufi oleh Sykeh Siti Jenar dengan Wali songo.

 

Terletak pada penekanan aspek formal.

 

Yaitu ketentuan syariat yang dilakukan oleh Wali Songo.

 

 

(Sumber Ngaji Filsafat Dr Fahrudin Faiz)