PERBUATAN ALLAH BERBEDA
DENGAN MANUSIA MESKIPUN PAKAI KATA SAMA
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
Kata “tawakal” bisa diartikan “pasrah
diri kepada kehendak Allah”.
Al-Quran
surah Al-Muzzammil (surah ke-73) ayat 9.
رَبُّ
الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ فَاتَّخِذْهُ وَكِيلًا
(Dia) Tuhan masyrik dan magrib, tidak ada
tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung.
Kata
“wakil” bisa diterjemahkan
sebagai “pelindung".
Kata
“wakil” pada hakikatnya terambil dari kata “wakala-yakilu” yang
artinya “mewakilkan”.
Jika
orang “mewakilkan” kepada orang lain
dalam suatu masalah, maka dia
telah menjadikan orang
yang mewakili sebagai dirinya sendiri dalam menangani
masalah itu.
Sang wakil
melakukan apa yang dikehendaki
oleh orang yang menyerahkan perwakilan kepadanya.
Jika
menjadikan Allah sebagai “wakil” sesuai dengan
makna yang disebut di atas,
artinya “menyerahkan segala masalah kepada Allah”.
Makna
seperti itu bisa menimbulkan salahpaham, maka perlu penjelasan lebih jauh.
Keesaan
Allah artinya perbuatan Allah adalah Esa.
Perbuatan
Allah berbeda dengan perbuatan manusia, meskipun memakain kata atau istilah sama.
Misalnya,
Allah Maha Pengasih dan Maha Pemurah.
Kedua
sifat ini bisa pula dinisbahkan kepada manusia.
Tetapi
hakikat dan kapasitas rahmat dan kemurahan Allah tidak bisa disamakan dengan
yang dimiliki manusia.
Mempersamakan
hal itu akan berakibat gugurnya makna keesaan.
Allah,
yang kepada-Nya diwakilkan segala masalah adalah Yang Maha Kuasa, Maha
Mengetahui, Maha Bijaksana dan semua
maha yang mengandung pujian.
Dan
sebaliknya manusia adalah makhluk yang terbatas dalam segala hal.
Al-Quran
surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 216.
كُتِبَ
عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ
خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ
يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Diwajibkan
atasmu berperang, padahal berperang adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi
kamu membenci sesuatu, padahal dia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu
menyukai sesuatu, padahal dia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu
tidak mengetahui.
Al-Quran
surah Al-Ahzab (surah ke-33) ayat 36.
وَمَا
كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ
لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ
ضَلَالًا مُبِينًا
Dan
tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang
mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada
bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa
mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.
Perintah
“bertawakal” kepada Allah atau perintah menjadikan Allah sebagai “wakil”, dalam
Al-Quran terulang dalam bentuk tunggal, yaitu “tawakkal” 9 kali.
Dalam
bentuk jamak, yaitu “tawakkalu” 2 kali.
Semuanya dengan perintah untuk melakukan sesuatu, lalu
disusul dengan perintah
“bertawakal”.
Al-Quran
surah Al-Anfal (surah ke-8) ayat 61.
۞ وَإِنْ
جَنَحُوا لِلسَّلْمِ فَاجْنَحْ لَهَا وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ
الْعَلِيمُ
Dan
jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan
bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Dia Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.
Al-Quran
surah An-Nisa (surah ke-4) ayat 79.
مَا أَصَابَكَ
مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ ۚ
وَأَرْسَلْنَاكَ لِلنَّاسِ رَسُولًا ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ شَهِيدًا
Apa
saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang
menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul
kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.
Al-Quran
surah Al-Fatihah (surah ke-1) ayat 7.
صِرَاطَ
الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
Yaitu
jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan
(jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Cara
Al-Quran memberi contoh orang Muslim mengekspresikan keyakinan ucapannya.
Yaitu
“petunjuk jalan menuju kebaikan” adalah
bersumber dari Allah yang
memberikan nikmat.
Al-Quran
ketika bicara “jalan orang sesat dan yang mendapat murka”, tidak dinyatakan
sebagai “jalan orang-orang yang Engkau
murkai”.
Tetapi
“yang dimurkai”.
Karena
“murka” dapat mengandung makna negatif.
Sehingga
tidak wajar disandarkan kepada Allah.
Al-Quran
surah Asy-Syuara (surah ke-26) ayat 80.
وَإِذَا
مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ
Dan
apabila aku sakit, Dia Yang menyembuhkan aku.
Penyakit
adalah sesuatu yang buruk, maka tidak dinyatakan berasal dari Allah.
Tetapi
“kesembuhan” adalah sesuatu yang terpuji.
Maka
dinyatakan “Dia (Allah) yang
menyembuhkan”.
Al-Quran
surah Al-Kahfi (surah ke-18) ayat 79.
أَمَّا
السَّفِينَةُ فَكَانَتْ لِمَسَاكِينَ يَعْمَلُونَ فِي الْبَحْرِ فَأَرَدْتُ أَنْ أَعِيبَهَا
وَكَانَ وَرَاءَهُمْ مَلِكٌ يَأْخُذُ كُلَّ سَفِينَةٍ غَصْبًا
Adapun
bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku
bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang
merampas tiap-tiap bahtera.
Al-Quran
surah Al-Kahfi (surah ke-18) ayat 82.
وَأَمَّا
الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ
لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا
وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ ۚ وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي
ۚ ذَٰلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا
Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua
orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi
mereka berdua, sedangkan ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu
menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan
simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu
menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan yang kamu tidak
dapat sabar terhadapnya.
Ketika
Nabi Khidir membocorkan perahu, sambil berkata, “Aku ingin
merusaknya”.
Karena
“pembocoran” perahu adalah sesuatu yang buruk.
Ketika
“membangun tembok” yang hampir runtuh.
Kalimat
yang dipakai “Maka Tuhanmu menghendaki”.
Karena
“membangun” adalah positif.
Daftar
Pustaka
1.
Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan
Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2.
Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran.
Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3.
Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan
Al-Quran.
4.
Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an
Ver 3.2
5.
Tafsirq.com online.
0 comments:
Post a Comment