Wednesday, November 11, 2020

6461. PERBUATAN ALLAH BERBEDA DENGAN MANUSIA MESKIPUN PAKAI KATA SAMA

 


PERBUATAN ALLAH BERBEDA DENGAN MANUSIA MESKIPUN PAKAI KATA SAMA

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

      Kata “tawakal” bisa diartikan “pasrah diri kepada kehendak Allah”.

 

Al-Quran surah Al-Muzzammil (surah ke-73) ayat 9.

 

 

رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ فَاتَّخِذْهُ وَكِيلًا

 

 (Dia) Tuhan masyrik dan magrib, tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung.

 

 

Kata “wakil”  bisa  diterjemahkan  sebagai  “pelindung".

 

Kata “wakil” pada  hakikatnya  terambil dari kata “wakala-yakilu” yang artinya “mewakilkan”.

 

 

Jika orang “mewakilkan” kepada orang  lain dalam suatu masalah,  maka  dia  telah  menjadikan  orang  yang mewakili sebagai dirinya sendiri dalam  menangani  masalah  itu.

 

Sang  wakil  melakukan  apa yang dikehendaki oleh orang yang menyerahkan perwakilan kepadanya.

 

Jika menjadikan  Allah sebagai  “wakil” sesuai  dengan  makna  yang disebut di atas, artinya “menyerahkan segala masalah kepada Allah”.

Makna seperti itu bisa menimbulkan salahpaham, maka perlu penjelasan lebih  jauh. 

 

 

 Keesaan  Allah artinya perbuatan Allah adalah Esa.

 

Perbuatan Allah berbeda dengan perbuatan manusia, meskipun memakain kata atau istilah sama.

 

 

Misalnya, Allah Maha Pengasih dan Maha Pemurah.

 

Kedua sifat ini bisa pula dinisbahkan kepada manusia.

 

Tetapi hakikat dan kapasitas rahmat dan kemurahan Allah tidak bisa disamakan dengan yang dimiliki manusia.

 

Mempersamakan hal itu akan berakibat gugurnya makna keesaan. 

 

Allah, yang kepada-Nya diwakilkan segala masalah adalah Yang Maha Kuasa, Maha Mengetahui, Maha Bijaksana dan semua  maha yang   mengandung pujian.

 

Dan sebaliknya manusia adalah makhluk yang terbatas dalam segala hal.

 

 

Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 216. 

 

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

 

 

Diwajibkan atasmu berperang, padahal berperang adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal dia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal dia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

 

Al-Quran surah Al-Ahzab (surah ke-33) ayat 36.

 

 

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا

 

 

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.

 

Perintah “bertawakal” kepada Allah atau perintah menjadikan Allah sebagai “wakil”, dalam Al-Quran terulang dalam bentuk tunggal, yaitu “tawakkal” 9 kali.

 

Dalam bentuk jamak, yaitu “tawakkalu”   2 kali.

 

Semuanya  dengan perintah untuk melakukan sesuatu, lalu disusul dengan  perintah “bertawakal”. 

 

 

Al-Quran surah Al-Anfal (surah ke-8) ayat 61.

 

 

۞ وَإِنْ جَنَحُوا لِلسَّلْمِ فَاجْنَحْ لَهَا وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

 

 

Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Dia Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

 

 

Al-Quran surah An-Nisa (surah ke-4) ayat 79.

 

 

مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ ۚ وَأَرْسَلْنَاكَ لِلنَّاسِ رَسُولًا ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ شَهِيدًا

 

 

Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.

 

 

Al-Quran surah Al-Fatihah (surah ke-1) ayat 7.

 

 

صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ

 

Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. 

 

 

Cara Al-Quran memberi contoh orang Muslim mengekspresikan keyakinan ucapannya.

 

 

Yaitu “petunjuk jalan menuju kebaikan”  adalah bersumber dari  Allah  yang  memberikan  nikmat.

 

 

Al-Quran ketika bicara “jalan orang sesat dan yang mendapat murka”, tidak dinyatakan sebagai “jalan orang-orang yang Engkau  murkai”.

 

 

Tetapi “yang dimurkai”.

 

Karena “murka” dapat mengandung makna negative.

 

 

Sehingga tidak wajar disandarkan kepada Allah.

 

 

Al-Quran surah Asy-Syuara (surah ke-26) ayat 80.

 

 

وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ

 

Dan apabila aku sakit, Dia Yang menyembuhkan aku.

 

 

Penyakit adalah sesuatu yang buruk, maka tidak dinyatakan berasal dari Allah.

 

 

Tetapi “kesembuhan” adalah sesuatu yang terpuji.

 

Maka dinyatakan  “Dia (Allah) yang menyembuhkan”.

 

 

Al-Quran surah Al-Kahfi (surah ke-18) ayat 79.

 

 

أَمَّا السَّفِينَةُ فَكَانَتْ لِمَسَاكِينَ يَعْمَلُونَ فِي الْبَحْرِ فَأَرَدْتُ أَنْ أَعِيبَهَا وَكَانَ وَرَاءَهُمْ مَلِكٌ يَأْخُذُ كُلَّ سَفِينَةٍ غَصْبًا

 

 

Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera.

 

 

Al-Quran surah Al-Kahfi (surah ke-18) ayat 82.

 

 

وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ ۚ وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي ۚ ذَٰلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا

    

 

 Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedangkan ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.

 

 

Ketika Nabi Khidir membocorkan perahu, sambil berkata, “Aku  ingin  merusaknya”.

 

 

Karena “pembocoran” perahu adalah sesuatu yang buruk.

 

 

Ketika “membangun tembok” yang hampir runtuh.

 

Kalimat yang dipakai  “Maka Tuhanmu menghendaki”.

 

 

Karena “membangun” adalah positif.

 

 

 

Daftar Pustaka

1.               Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   

2.               Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.

3.               Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.

4.               Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2

5.               Tafsirq.com online.

0 comments:

Post a Comment