Monday, April 19, 2021

9310. SEJARAH SURVEI MONITOR BERUJUNG PENJARA

 


SEJARAH SURVEI MONITOR BERUJUNG PENJARA

 

 

 

 

Kontroversi angket Majalah Monitor

 

 

 

Arswendo Atmowiloto, Pemimpin Redaksi Monitor tahun 1990.

 

Yang mencetuskan ide angket "Kagum 5 Juta"

 

 

Pada tahun 1990, Majalah Monitor melakukan angket.

 

Yang diberi nama "Kagum 5 Juta".

 

Angket ingin tahu siapa tokoh dikagumi pembaca Majalah Monitor.

 

 

Sekaligus menambah oplah majalah.

 

 

Yang saat itu disebut majalah oplah tertinggi di Indonesia.

 (Tempo, 27 Oktober 1990)

 

 

Angket memberi rangsangan kepada pembaca berupa hadiah uang tunai.

 

 

Ide berasal dari Pemimpin Redaksi Monitor, Arswendo Atmowiloto.

 

 

Angket ini memicu kontroversi.

 

 

Karena nama Arswendo berada di atas Nabi Muhammad.

 

 

Dalam daftar tokoh paling dikagumi.

 

 

 

Akibat dari kontroversi bersifat nasional ini.

 

 

Arswendo divonis hukuman penjara 5 tahun.

 

 

Dan Majalah Monitor dibredel.

 

 

Dicabut SIUPP, Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers.

 

 

Oleh Departemen Penerangan yang dipimpin Harmoko.

 

 Yang juga punya saham dalam Majalah Monitor.

 

 

 

Arswendo dihukum karena alasan demi ketertiban umum.

Majalah Monitor adalah anak perusahaan PT. Kompas Gramedia.

 

 

 

Hasil angketnya:

 

1.      Soeharto 5.003 kartu pos.

 

2.      B.J. Habibie (MenRisTek) 2.975 kartu pos.

 

3.      Soekarno 2.662 kartu pos.

 

4.      Iwan Fals 2.431 kartu pos.

 

5.      Zainuddin M.Z. 1.663 kartu pos.

 

6.      Try Sutrisno (Panglima ABRI) 1.447 kartu pos.

 

7.      Saddam Hussein (Presiden Irak) 847 kartu pos.

 

8.      Siti Hardijanti Indra Rukmana (anak Presiden Soeharto) 800 kartu pos.

 

9.      Harmoko (Menteri Penerangan) 797 kartu pos.

 

10.               Arswendo Atmowiloto 663 kartu pos.

 

11.               Nabi Muhammad 616 kartu pos.

 

 

Reaksi pertama muncul di MedanSumatera Utara.

 

 

Harian Waspada memuat reaksi Hasrul Azwar (DPRD Sumatera Utara dan Ketua Fraksi PPP).

 

 

Dia menganggap artikel dan  angket itu tidak valid dan menghina Islam.

 

 

Reaksi juga muncul dari Majalah Adil dan Mohammad Natsir.

 

 

Majalah Adil dalam edisi Nomor 11 tahun 59 Oktober II/1990.

 

 

Menulis khusus.

 

 

Kontroversi ini dengan judul "Penghinaan terhadap Islam:

 Di  balik Angket Monitor".

 

 

 

Reaksi lebih keras disuarakan tokoh dekat kalangan Islam.

 

Seperti:

1.               Amien Rais.

2.              Rhoma Irama.

 

3.              Zainuddin MZ.

4.              Patrialis Akbar.

 

5.              Din Syamsuddin.

6.              K.H. Hasan Basri.

 

7.              Deliar Noer.

8.              Cak Nur (Nurcholis Madjid) yang saat itu dianggap moderat.

 

 

Suara moderat dari kasus ini hanya muncul dari Gus Dur (Abdurrahman Wahid).

 

 

Reaksi dari pemerintah muncul dari Harmoko.

 

 Yang ironisnya punya saham dalam majalah ini.

 

 

Dan Menteri Sekretaris Negara Moerdiono 

(Tempo, 27 Oktober 1990).[7]

 

 

Dampak dari penerbitan angket ini adalah dicabutnya SIUPP Majalah Monitor oleh Departemen Penerangan.

 

 

Arswendo divonis 5 tahun penjara dengan Pasal 156a KUHP.

 

 

 Kasus Arswendo adalah  penistaan agama paling sensitif menjelang akhir Orde Baru (dekade 1990).

 

 

(Sumber internet)

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment