Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Showing posts with label APAKAH MUSIBAH TERKAIT DENGAN MURKA ALLAH. Show all posts
Showing posts with label APAKAH MUSIBAH TERKAIT DENGAN MURKA ALLAH. Show all posts

Monday, September 6, 2021

10842. APAKAH MUSIBAH TERKAIT DENGAN MURKA ALLAH








APAKAH MUSIBAH TERKAIT MURKA ALLAH

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

 

Bencana, keburukan, atau petaka dalam Al-Quran disebut dalam berbagai istilah, yaitu:

 

1)             Musibah.

2)             Bala.

 

3)             Iqab.

4)             Fitnah.

 

 

Musibah

 

Kata “mushibah” artinya “menimpa”.

 

Jika Al-Quran memakai  kata “mushibah”.

 

Maka artinya “sesuatu tidak enak menimpa manusia”.

 

 

PENYEBAB MUSIBAH

 

1.      Musibah akibat ulah manusia.

 

Al-Quran surah Asy-Syura (surah ke-42) ayat  30.

 

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

 

Dan apa saja musibah yang menimpamu, karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (kesalahanmu).

 

 

2.      Musibah terjadi dengan  izin Allah

 

Al-Quran surah At-Tagabun (surah ke-64) ayat 11.

 

 

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ۚ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

 

Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang, kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

 

 

3.      Musibah untuk menguji dan  menempa manusia.

 

Al-Quran surah Al-Hadid (surah ke-57) ayat 22-23.

 

 

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

 

Tidak ada suatu bencana yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri, melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian mudah bagi Allah.

 

 

لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

 

(Kami jelaskan yang demikian) agar kamu jangan bersedih terhadap apa yang luput dari kamu, dan agar kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.

 

 

PENGERTIAN BALA’

 

Kata “bala” artinya “nyata atau tampak”.

 

Al-Quran surah At-Tariq (surah ke-86) ayat 9.

 

يَوْمَ تُبْلَى السَّرَائِرُ

 

Pada hari ditampakkan segala rahasia.

 

 

 

 

 

Makna “bala” berkembang, menjadi:

 

“Ujian yang bisa menampakkan kualitas iman seseorang”.

 

 

Kesimpulan hakikat “bala” yaitu:

 

1)     Bala’ (ujian) adalah risiko hidup.

 

Bala dilakukan Allah tanpa melibatkan manusia yang diuji.

 

Allah yang menentukan cara, waktu, dan bentuk ujiannya.

 

 

Al-Quran surah Al-Mulk (surah ke-67) ayat 2.

 

 

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

 

Dia Allah yang menjadikan mati dan hidup, agar Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,

 

 

Bala’ adalah keniscayaan dan risiko bagi manusia mukallaf.

 

Maka tidak ada orang yang luput darinya.

 

Semakin tinggi kedudukan orang, makin berat ujiannya.

 

Ujian untuk para nabi sangat berat.

 

Ujian bala’ dapat berupa nikmat atau musibah.

 

Misalnya, bala’ (ujian)  nikmat kepada Nabi Sulaiman.

 

Nabi Sulaiman sadar bahwa fungsi nikmat itu sebagai ujian.

 

 

Al-Quran surah Al-Na’ml (surah ke-27) ayat 40.

 

 

قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ ۚ فَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قَالَ هَٰذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ ۖ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ

 

Berkata orang yang punya ilmu dari Al-Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia berkata: "Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barang siapa bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia".

 

 

2)     Nikmat menyenangkan atau musibah menyusahkan semuanya ujian.

 

Ujian yang menyenangkan, bukan ukuran dicintai Allah.

 

Dan musibah menyusahkan, bukan ukuran dibenci Allah.

 

Tapi semuanya adalah ujian dari Allah untuk manusia.

 

 

Al-Quran surah Al-Fajr (surah ke-89) ayat 15-16.

 

 

فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ

 

Adapun manusia jika Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: "Tuhanku telah memuliakanku".

 

وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ

 

Adapun jika Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku".

 

3)     Bala’ (ujian) yang menimpa orang, bisa juga cara Allah mengampuni dosa, menyucikan jiwa, dan meninggikan derajatnya.

 

 

Dalam perang Uhud 70 orang sahabat Rasulullah gugur.

 

Al-Quran surah Ali lmran (surah ke-3) ayat 154.

 

 

ثُمَّ أَنْزَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ بَعْدِ الْغَمِّ أَمَنَةً نُعَاسًا يَغْشَىٰ طَائِفَةً مِنْكُمْ ۖ وَطَائِفَةٌ قَدْ أَهَمَّتْهُمْ أَنْفُسُهُمْ يَظُنُّونَ بِاللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ ظَنَّ الْجَاهِلِيَّةِ ۖ يَقُولُونَ هَلْ لَنَا مِنَ الْأَمْرِ مِنْ شَيْءٍ ۗ قُلْ إِنَّ الْأَمْرَ كُلَّهُ لِلَّهِ ۗ يُخْفُونَ فِي أَنْفُسِهِمْ مَا لَا يُبْدُونَ لَكَ ۖ يَقُولُونَ لَوْ كَانَ لَنَا مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ مَا قُتِلْنَا هَاهُنَا ۗ قُلْ لَوْ كُنْتُمْ فِي بُيُوتِكُمْ لَبَرَزَ الَّذِينَ كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقَتْلُ إِلَىٰ مَضَاجِعِهِمْ ۖ وَلِيَبْتَلِيَ اللَّهُ مَا فِي صُدُورِكُمْ وَلِيُمَحِّصَ مَا فِي قُلُوبِكُمْ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ

 

 

Kemudian setelah kamu bersedih, Allah menurunkan kepada kamu keamanan (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari kamu, sedangkan segolongan lagi  dicemaskan diri mereka sendiri, mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliah. Mereka berkata: "Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?". Katakan: "Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah". Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata: "Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini". Katakan: "Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh". Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati.

 

 

PENGERTIAN FITNAH

 

 Kata “fitnah” dalam Al-Quran punya banyak arti, yaitu:

 

1)     Perbuatan yang bisa menimbulkan kekacauan.

2)     Membakar (dimasukkan) dalam neraka.

 

3)     Menyiksa atau siksaan.

 

4)     Kesesatan atau penyimpangan.

 

5)     Ujian berupa nikmat atau kesulitan.

 

Arti fitnah berupa nikmat atau musibah.

 

Yang dipakai memahami makna bencana dalam Al-Quran.

 

Al-Quran surah Al-Anfal (surah ke-8) ayat 28.

 

وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ

 

Dan ketahui, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanya sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah pahala yang besar.

 

 

Al-Quran surah At-Tagabun (surah ke-64) ayat 15.

 

 

إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ ۚ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ

 

Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanya cobaan (bagimu), dan di sisi Allah pahala yang besar.

 

 

Al-Quran surah Al-Anbiya (surah ke-21) ayat 35.

 

 

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

 

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.

 

 

 

Artinya fitnah (cobaan) dilakukan Allah sebagai peringatan.

 

Jika peringatan berkali-kali tidak diperhatikan.

 

Maka wajar Allah menjatuhkan tindakan lebih keras.

 

 

 

Al-Quran surah Al-Anfal (surah ke-8) ayat 25.

 

 

وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

 

Dan jaga dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang zalim saja di antara kamu. Dan ketahui bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.

 

 

Ayat di atas memakai 3 kata.

 

 

Yang semuanya bisa tidak menyenangkan, yaitu:

 

1)             Fitnah.

2)             Tushibanna.

3)             Iqab.

 

“Tushibana” seakar dengan musibah.

 

“Iqab” terambil dari “aqiba”.

 

Yang artinya belakang (kesudahan).

 

Kata “iqab” dipakai dalam arti kesudahan yang tidak menyenangkan.

 

Atau hukuman pelanggaran.

 

 

Berbeda dengan “aqibah” (akibat).

 

Yang berarti dampak baik atau buruk dari perbuatan.

 

Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa fitnah bisa menimpa orang yang tidak bersalah.

 

 

KESIMPULAN

 

 

1.      Musibah terjadi atau menimpa manusia akibat kesalahan manusianya sendiri.

 

2.      Bala’ bisa terjadi, meskipun tanpa kesalahan manusia.

 

3.      Fitnah adalah bencana yang bisa menimpa orang bersalah dan tidak bersalah.

 

 

Fitnah ujian bencana alam yang terjadi tidak hanya menimpa orang berdosa saja.

 

 Tapi juga bisa menimpa orang  yang tidak berdosa.

 

Jika orang berdosa ditimpa mudarat akibat bencana, maka itu akibat dosanya.

 

Jika orang tidak berdosa ditimpa bencana dan masih hidup.

 

Maka itu ujian untuk melihat kualitas imannya.

 

Jika dia wafat, padahal tak berdosa.

 

Atau dosanya tak seimbang dengan musibah yang menimpanya.

 

Maka itu tangga untuk mendapat kedudukan tinggi di sisi Allah.

 

 

(Sumber suara.muhammadiyah)