Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Friday, June 23, 2017

110. ABU DZAR ALGHIFARI

ABU DZAR ALGHIFARI, SAHABAT NABI.
MANTAN PREMAN,
PENERIAK SYAHADAT PERTAMA KALI
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Abizar Al-Ghifari atau Abu Dzar AlGhifari. Lahir dengan nama Jundub bin Al-Ghifari. Ayahnya bernama Junadah Al-Ghifari. Ibunya bernama Ramla binti Alwaqik. Berasal dari suku Ghifari. Daerah yang jauh di luar Mekah, Arab Saudi.
       Abu Dzar Al-Ghifari termasuk “Assabiqunal Awwalun”. Orang-orang yang terdahulu dan pertama masuk Islam. Abu Dzar Al-Ghifari menentang pemujaan berhala.
      Ketika mendengar kabar. Ada Nabi yang mencela penyembahaan berhala. Dia mendatangi Nabi Muhammad langsung ke Mekah. Untuk menyatakan keislamannya. Abu Dzar Al-Ghifari orang dewasa keenam. Yang masuk Islam pertama kali.
     Abu Dzar Al-Ghifari bercerita kepada Nabi. Dia berasal dari suku Ghifari. Nabi tersenyum mendengarnya.  Bani Ghifari terkenal sebagai kelompok “preman”. Sering merampok kafilah dagang. Di belantara padang pasir.
     Bani Ghifari mahir berperang. Ahli berkuda. Piawai melakukan perjalanan malam hari. Mereka amat ditakuti para kafilah dagang. Nabi semakin kagum. Abu Dzar Al-Ghifari datang sendirian. Menyatakan masuk Islam.
     Nabi masih berdakwah secara rahasia. Nabi bersabda,”Sungguh, Allah memberikan hidayah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.” Nabi berpesan kepada Abu Dzar Al-Ghifari. Untuk sementara, agar menyembunyikan keislamannya. Supaya dia segera kembali kepada kaumnya.
     Abu Dzar Al-Ghifari seorang perantau. Dia bepergian sendirian. Sangat berbahaya, bila diketahui memeluk Islam. Dia amat menentang penyembahan berhala.  Abu Dzar Al-Ghifari memahami pesan Nabi.
     Tetapi, Abu Dzar Al-Ghifari mantan “preman”. Tak mempunyai perasaan takut. Berjiwa pemberontak. Dia berjanji,”Demi Tuhan, yang menguasai jiwaku. Aku tak akan pulang sebelum meneriakkan keislamanku.”
      Abu Dzar Al-Ghifari berjalan ke arah Masjidil-Haram. Dia berteriak dengan lantang. Dengan suara sekeras-kerasnya. ”Asyhadu anlailaha illallah. Waasyhadu anna Muhammadar Rasulullah.” Saya bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah. Saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad utusan Allah.
   Itulah kumandang suara ikrar “Syahadat”. Yang pertama kali dilantunkan dengan keras di Mekah.  Pertama kali di bumi. Diteriakkan di depan masyarakat umum. Kaum Quraisy langsung mengeroyoknya. Hingga Abu Dzar Al-Ghifari pingsan.
      Abbas bin Abdul Muththalib, paman Nabi. Belum menyatakan masuk Islam. Meskipun, sudah “mencintai” Islam. Berkata diplomatis,”Wahai kaum Quraisy, dia berasal dari Bani Ghifari. Kalian pedagang yang sering melewati daerah mereka. Bagaimana jika mereka tahu. Kalian telah menyiksanya?”
      Abu Dzar Al-Ghifari dilepaskan. Hari berikutnya. Dia melakukan hal sama. Melantunkan dengan keras ikrar “Dua Kalimat Syahadat”. Kaum Quraisy mengeroyoknya lagi. Nabi memerintahkan Abu Dzar Al-Ghifari kembali ke kaumnya.
       Abu Dzar Al-Ghifari berdakwah kepada kaumnya, Bani Ghifar. Juga, kepada tetangganya, Bani Aslam.  Beberapa tahun kemudian. Nabi berada di Madinah. Berdatangan rombongan besar manusia. Terdengar suara gemuruh. Mereka meneriakkan suara takbir.
     Rombongan Bani Ghifar dan Bani Aslam datang. Kedua rombongan besar menghadap Nabi. Dua kabilah “berkamuflase”. Gerombolan perampok menjadi pembela Islam. Nabi menyambut kedatangan mereka. Dengan perasaan terharu. Dengan mata berkaca-kaca.
     Nabi menyambut Bani Ghifar. Nabi bersabda,”Bani Ghifar telah diampuni Allah.”  Nabi berpaling menghadap Bani Aslam. Nabi bersabda,”Bani Aslam telah diterima dengan selamat oleh Allah.”
      Tahun ke-9 Hijriah. Nabi berumur 62 tahun. Terjadi Perang Tabuk. Perang yang terkenal dengan “Jaisyul Usrah” atau “Perang di masa sulit”. Beberapa orang tertinggal dari rombongan Nabi. Salah seorang yang tertinggal ialah Abu Dzar Al-Ghifari. 
     Pasukan Nabi beristirahat. Seorang sahabat melaporkan. Tampak dari kejauhan. Seorang berjalan sendirian. Nabi bersanda,” Semoga itu Abu Dzar Al-Ghifari.”Ternyata benar. Dia memanggul perbekalan di punggungnya. Wajahnya tampak kelelahan. Tetapi, dia sumringah, karena  bisa bertemu Nabi.
     Nabi menatapnya dengan kagum. Tersenyum penuh santun dan kasih. Nabi bersabda,”Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada Abu Dzar Al-Ghifari. Dia berjalan sendirian,  meninggal sendirian, dan akan dibangkitkan sendirian.”
     Nabi memahami watak Abu Dzar Al-Ghifari. Sebagai mantan “preman”. Dia hidup  dalam lingkungan yang “keras”. Nabi pernah bertanya, “Wahai Abu Dzar Al-Ghifari. Bagaimana pendapatmu apabila ada pemimpin yang mengambil upeti untuk keperluan pribadinya?”
     Abu Dzar Al-Ghifari menjawab dengan tegas,”Demi Allah, yang telah mengutus engkau dengan kebenaran. Aku akan meluruskan dengan pedangku.” Nabi tersenyum,“ Maukah kamu, saya beri jalan yang lebih baik?” Abu Dzar mengangguk. “Bersabarlah engkau, sampai menjumpai aku,” kata Nabi. 
      Abu Bakar dan Umar bin Khattab menjadi khalifah. Abu Dzar tak terusik. Usman bin Affan menjadi khalifah. Dia mulai terusik dengan gaya hidup mewah. Mengikuti gaya hidup Persia dan Romawi. Nabi melarangnya menggunakan pedang. Tetapi, Nabi tak melarang memakai lidah dan nasihat.
       Abu Dzar Al-Ghifari mulai “mengkritik” penguasa.  Dia melihat jurang perbedaan kaya dan miskin. Dia sering mengutip Al-Quran surah At-Taubah. Surah ke-9 ayat 34-35. “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar orang alim Yahudi dan rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil. Mereka menghalang-halangi manusia dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah. Beritahukan kepada mereka, mereka akan mendapat siksa yang pedih.”
      “Pada hari dipanaskan emas perak dalam neraka Jahanam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka,"Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri. Rasakan sekarang akibat yang kamu simpan itu".
        Abu Dzar Al-Ghifari “mengasingkan diri” ke pedalaman Rabadzah. Jauh di luar Madinah. Abu Dzar Al-Ghifari meninggal di Rabadzah.
Daftar Pustaka
1. Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004   
4. Kisah Para Sahabat.

110. ABU DZAR ALGHIFARI

ABU DZAR ALGHIFARI, SAHABAT NABI.
MANTAN PREMAN,
PENERIAK SYAHADAT PERTAMA KALI
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Abizar Al-Ghifari atau Abu Dzar AlGhifari. Lahir dengan nama Jundub bin Al-Ghifari. Ayahnya bernama Junadah Al-Ghifari. Ibunya bernama Ramla binti Alwaqik. Berasal dari suku Ghifari. Daerah yang jauh di luar Mekah, Arab Saudi.
       Abu Dzar Al-Ghifari termasuk “Assabiqunal Awwalun”. Orang-orang yang terdahulu dan pertama masuk Islam. Abu Dzar Al-Ghifari menentang pemujaan berhala.
      Ketika mendengar kabar. Ada Nabi yang mencela penyembahaan berhala. Dia mendatangi Nabi Muhammad langsung ke Mekah. Untuk menyatakan keislamannya. Abu Dzar Al-Ghifari orang dewasa keenam. Yang masuk Islam pertama kali.
     Abu Dzar Al-Ghifari bercerita kepada Nabi. Dia berasal dari suku Ghifari. Nabi tersenyum mendengarnya.  Bani Ghifari terkenal sebagai kelompok “preman”. Sering merampok kafilah dagang. Di belantara padang pasir.
     Bani Ghifari mahir berperang. Ahli berkuda. Piawai melakukan perjalanan malam hari. Mereka amat ditakuti para kafilah dagang. Nabi semakin kagum. Abu Dzar Al-Ghifari datang sendirian. Menyatakan masuk Islam.
     Nabi masih berdakwah secara rahasia. Nabi bersabda,”Sungguh, Allah memberikan hidayah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.” Nabi berpesan kepada Abu Dzar Al-Ghifari. Untuk sementara, agar menyembunyikan keislamannya. Supaya dia segera kembali kepada kaumnya.
     Abu Dzar Al-Ghifari seorang perantau. Dia bepergian sendirian. Sangat berbahaya, bila diketahui memeluk Islam. Dia amat menentang penyembahan berhala.  Abu Dzar Al-Ghifari memahami pesan Nabi.
     Tetapi, Abu Dzar Al-Ghifari mantan “preman”. Tak mempunyai perasaan takut. Berjiwa pemberontak. Dia berjanji,”Demi Tuhan, yang menguasai jiwaku. Aku tak akan pulang sebelum meneriakkan keislamanku.”
      Abu Dzar Al-Ghifari berjalan ke arah Masjidil-Haram. Dia berteriak dengan lantang. Dengan suara sekeras-kerasnya. ”Asyhadu anlailaha illallah. Waasyhadu anna Muhammadar Rasulullah.” Saya bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah. Saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad utusan Allah.
   Itulah kumandang suara ikrar “Syahadat”. Yang pertama kali dilantunkan dengan keras di Mekah.  Pertama kali di bumi. Diteriakkan di depan masyarakat umum. Kaum Quraisy langsung mengeroyoknya. Hingga Abu Dzar Al-Ghifari pingsan.
      Abbas bin Abdul Muththalib, paman Nabi. Belum menyatakan masuk Islam. Meskipun, sudah “mencintai” Islam. Berkata diplomatis,”Wahai kaum Quraisy, dia berasal dari Bani Ghifari. Kalian pedagang yang sering melewati daerah mereka. Bagaimana jika mereka tahu. Kalian telah menyiksanya?”
      Abu Dzar Al-Ghifari dilepaskan. Hari berikutnya. Dia melakukan hal sama. Melantunkan dengan keras ikrar “Dua Kalimat Syahadat”. Kaum Quraisy mengeroyoknya lagi. Nabi memerintahkan Abu Dzar Al-Ghifari kembali ke kaumnya.
       Abu Dzar Al-Ghifari berdakwah kepada kaumnya, Bani Ghifar. Juga, kepada tetangganya, Bani Aslam.  Beberapa tahun kemudian. Nabi berada di Madinah. Berdatangan rombongan besar manusia. Terdengar suara gemuruh. Mereka meneriakkan suara takbir.
     Rombongan Bani Ghifar dan Bani Aslam datang. Kedua rombongan besar menghadap Nabi. Dua kabilah “berkamuflase”. Gerombolan perampok menjadi pembela Islam. Nabi menyambut kedatangan mereka. Dengan perasaan terharu. Dengan mata berkaca-kaca.
     Nabi menyambut Bani Ghifar. Nabi bersabda,”Bani Ghifar telah diampuni Allah.”  Nabi berpaling menghadap Bani Aslam. Nabi bersabda,”Bani Aslam telah diterima dengan selamat oleh Allah.”
      Tahun ke-9 Hijriah. Nabi berumur 62 tahun. Terjadi Perang Tabuk. Perang yang terkenal dengan “Jaisyul Usrah” atau “Perang di masa sulit”. Beberapa orang tertinggal dari rombongan Nabi. Salah seorang yang tertinggal ialah Abu Dzar Al-Ghifari. 
     Pasukan Nabi beristirahat. Seorang sahabat melaporkan. Tampak dari kejauhan. Seorang berjalan sendirian. Nabi bersanda,” Semoga itu Abu Dzar Al-Ghifari.”Ternyata benar. Dia memanggul perbekalan di punggungnya. Wajahnya tampak kelelahan. Tetapi, dia sumringah, karena  bisa bertemu Nabi.
     Nabi menatapnya dengan kagum. Tersenyum penuh santun dan kasih. Nabi bersabda,”Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada Abu Dzar Al-Ghifari. Dia berjalan sendirian,  meninggal sendirian, dan akan dibangkitkan sendirian.”
     Nabi memahami watak Abu Dzar Al-Ghifari. Sebagai mantan “preman”. Dia hidup  dalam lingkungan yang “keras”. Nabi pernah bertanya, “Wahai Abu Dzar Al-Ghifari. Bagaimana pendapatmu apabila ada pemimpin yang mengambil upeti untuk keperluan pribadinya?”
     Abu Dzar Al-Ghifari menjawab dengan tegas,”Demi Allah, yang telah mengutus engkau dengan kebenaran. Aku akan meluruskan dengan pedangku.” Nabi tersenyum,“ Maukah kamu, saya beri jalan yang lebih baik?” Abu Dzar mengangguk. “Bersabarlah engkau, sampai menjumpai aku,” kata Nabi. 
      Abu Bakar dan Umar bin Khattab menjadi khalifah. Abu Dzar tak terusik. Usman bin Affan menjadi khalifah. Dia mulai terusik dengan gaya hidup mewah. Mengikuti gaya hidup Persia dan Romawi. Nabi melarangnya menggunakan pedang. Tetapi, Nabi tak melarang memakai lidah dan nasihat.
       Abu Dzar Al-Ghifari mulai “mengkritik” penguasa.  Dia melihat jurang perbedaan kaya dan miskin. Dia sering mengutip Al-Quran surah At-Taubah. Surah ke-9 ayat 34-35. “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar orang alim Yahudi dan rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil. Mereka menghalang-halangi manusia dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah. Beritahukan kepada mereka, mereka akan mendapat siksa yang pedih.”
      “Pada hari dipanaskan emas perak dalam neraka Jahanam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka,"Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri. Rasakan sekarang akibat yang kamu simpan itu".
        Abu Dzar Al-Ghifari “mengasingkan diri” ke pedalaman Rabadzah. Jauh di luar Madinah. Abu Dzar Al-Ghifari meninggal di Rabadzah.
Daftar Pustaka
1. Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004   
4. Kisah Para Sahabat.

109. JELITA

Copy dari teman :Tulisan Peter F Gontha yang bagus:

"Dear JELITA (Jelang lewat Lima puluh Tahun) dan LOLITA (Lolos Lima puluh Tahun)"

1. Pada saat usia telah 50 tahun, hendaklah belajar mengasihi diri sendiri. Berusaha menikmati hidup.
Saat masih bisa menikmatinya jangan pelit terhadap diri sendiri.

2. Anak-anak telah dewasa, harus yakin mereka akan sukses, masing-masing mempunyai rejekinya sendiri.  Berhentilah mengkhawatirkan mereka.

3. Kita harus hidup berbahagia di dunia ini. Meski pun setiap rumah tangga memiliki masalahnya sendiri.
Tidak perlu membandingkan jabatan dan kekuasaan dengan orang lain.......ingat jabatan itu hanya sementara......persahabatan selamanya. Sampai usia 50 tahun kita harus hidup lebih bahagia, lebih sehat, dan panjang umur daripada orang lain.

4. Kemampuan setiap orang ada batasnya, meskipun kita bisa seperti superman. Terhadap hal-hal yang di luar kemampuan kita janganlah terlalu risau. Risau pun tidak ada gunanya, yang hanya akan mempengaruhi emosional, fisik dan kesehatan.

5. Saat pensiun masih mengandalkan diri sendiri, jangan terlalu mengharapkan anak. Harta warisan kita kasih sewajarnya saja untuk anak. Karena penghasilan anak juga bukanlah milik kita, dimintai pun sulit.

6. Berusaha sendiri mencari teman di hari tua, Berusaha mencari sahabat di hari tua, anak yang soleh mempunyai bakti, namun mereka akan disibukkan oleh pekerjaan. Tidak dapat setiap saat mendampingi kita.

7. Saat usia 50 tahun janganlah menukarkan kesehatan dengan Harta Duniawi. Uang yang dicari tak berujung, bahkan jika di paksa, hanyalah untuk membeli sejumlah obat, bukan untuk kesehatan kita.

8. Kebahagiaan hanya dapat diupayakan oleh diri sendiri.  Asalkan memiliki nurani yang baik maka setiap hari akan terjadi hal-hal yang baik, maka setiap hari akan bahagia.

9.  Semangat yang baik membuat tidak mudah sakit. Semangat yang baik dapat menyembuhkan dan mempercepat penyembuhan penyakit. Maka pertahankan semangat itu.

10.  Suasana hati yang baik, Olahraraga yg tepat, jiwa yg sehat. Makan makanan yg tepat dan hidup teratur. Maka dapat hidup sehat dan panjang umur.

11. Makna kehidupan dimulai dari usia 50 tahun.

Banyak yg tdk mengalami Lolita, karena melupakan Jelita.
Selamat berbahagia selalu...
Keep spirit..

109. JELITA

Copy dari teman :Tulisan Peter F Gontha yang bagus:

"Dear JELITA (Jelang lewat Lima puluh Tahun) dan LOLITA (Lolos Lima puluh Tahun)"

1. Pada saat usia telah 50 tahun, hendaklah belajar mengasihi diri sendiri. Berusaha menikmati hidup.
Saat masih bisa menikmatinya jangan pelit terhadap diri sendiri.

2. Anak-anak telah dewasa, harus yakin mereka akan sukses, masing-masing mempunyai rejekinya sendiri.  Berhentilah mengkhawatirkan mereka.

3. Kita harus hidup berbahagia di dunia ini. Meski pun setiap rumah tangga memiliki masalahnya sendiri.
Tidak perlu membandingkan jabatan dan kekuasaan dengan orang lain.......ingat jabatan itu hanya sementara......persahabatan selamanya. Sampai usia 50 tahun kita harus hidup lebih bahagia, lebih sehat, dan panjang umur daripada orang lain.

4. Kemampuan setiap orang ada batasnya, meskipun kita bisa seperti superman. Terhadap hal-hal yang di luar kemampuan kita janganlah terlalu risau. Risau pun tidak ada gunanya, yang hanya akan mempengaruhi emosional, fisik dan kesehatan.

5. Saat pensiun masih mengandalkan diri sendiri, jangan terlalu mengharapkan anak. Harta warisan kita kasih sewajarnya saja untuk anak. Karena penghasilan anak juga bukanlah milik kita, dimintai pun sulit.

6. Berusaha sendiri mencari teman di hari tua, Berusaha mencari sahabat di hari tua, anak yang soleh mempunyai bakti, namun mereka akan disibukkan oleh pekerjaan. Tidak dapat setiap saat mendampingi kita.

7. Saat usia 50 tahun janganlah menukarkan kesehatan dengan Harta Duniawi. Uang yang dicari tak berujung, bahkan jika di paksa, hanyalah untuk membeli sejumlah obat, bukan untuk kesehatan kita.

8. Kebahagiaan hanya dapat diupayakan oleh diri sendiri.  Asalkan memiliki nurani yang baik maka setiap hari akan terjadi hal-hal yang baik, maka setiap hari akan bahagia.

9.  Semangat yang baik membuat tidak mudah sakit. Semangat yang baik dapat menyembuhkan dan mempercepat penyembuhan penyakit. Maka pertahankan semangat itu.

10.  Suasana hati yang baik, Olahraraga yg tepat, jiwa yg sehat. Makan makanan yg tepat dan hidup teratur. Maka dapat hidup sehat dan panjang umur.

11. Makna kehidupan dimulai dari usia 50 tahun.

Banyak yg tdk mengalami Lolita, karena melupakan Jelita.
Selamat berbahagia selalu...
Keep spirit..

108. TAWON, SEMUT, LABA-LABA

KISAH TAWON, SEMUT, DAN
LABA-LABA DALAM ALQURAN
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Al-Quran berisi 114 surah. Terdapat tiga nama binatang kecil. Yang dijadikan nama surah dalam Al-Quran. Al-Quran surah An-Nahl. Surah ke-16. Artinya “Lebah” atau “Tawon”. Memuat 128 ayat. Al-Quran surah An-Naml. Surah ke-27. Bermakna “Semut”. Berisi 93 ayat. Al-Quran surah Al-Ankabut. Surah ke-29. Berarti “Laba-laba”. Terdapat 69 ayat.
      Al-Quran surah An-Nahl. Surah ke-16 ayat 68. “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah,"Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia.”
      Nabi Bersabda, “Manusia yang paling baik ialah yang paling bermanfaat bagi yang lain.” Nabi bersabda,” Sesungguhnya perumpamaan orang beriman itu bagaikan seekor lebah. Dia makan yang bersih, mengeluarkan sesuatu yang bersih, hinggap di tempat yang bersih. Tidak merusak atau mematahkan yang dihinggapinya.”
      Beberapa sifat tawon atau lebah. Hinggap di tempat bersih. Menyerap sesuatu yang bersih. Mengeluarkan sesuatu yang bersih. Pekerja keras. Tak merusak yang dihinggapinya. Tak pernah melukai. Jika diganggu, dia akan melawan.
      Sarang lebah berbentuk segi enam. Sering disebut “Heksagonal”. Heksagonal memerlukan bahan baku paling sedikit. Heksagonal simetris menghasilkan kombinasi ruang sempurna. Tak ada ruang tersisa. Jika berbentuk lingkaran, banyak ruang tersisa. Heksagonal bentuk paling baik dan optimal. Bentuk paling efektif dan efisien. Memuat  luas maksimum. Untuk menampung madu.
      Manfaat sarang tawon atau lebah. Membunuh jamur dalam tubuh. Sumber anti oksidan, mampu membunuh berbagai penyakit. Menyembuhkan kanker. Mengobati tumor. Memperkuat jantung dan daya tahan tubuh. Menyehatkan sistem pencernaan. Menyembuhkan peradangan dan luka. Mengurangi stres. Memperlambat pengapuran tulang. Menetralkan racun. Menjaga kesehatan hati. Sebagai anti biotik, mempermudah penyembuhan penyakit.
      Beberapa sifat semut. Mengangkat beban melebihi dirinya. Selalu menghimpun makanan. Mengumpulkan bekal makanan untuk bertahun-tahun. Umurnya tak sampai setahun. Budaya semut ialah budaya “menumpuk”. Tanpa mengolahnya. Budaya “aji mumpung”. Suka memanfaatkan “jabatannya.”.
     Beberapa sifat laba-laba. Sarangnya tempat paling rapuh. Bukan tempat yang aman. Siapa pun yang berlindung akan disergap. Si jantan, “suaminya sendiri” akan dimakan oleh si betina. Telur yang menetas saling berdesakan. Dapat saling memusnahkan. Budaya laba-laba selalu “mengincar mangsa.” Siap menerkam siapa saja.
      Al-Quran surah Al-Ankabut. Surah ke-29 ayat 41. “Perumpamaan orang yang mengambil pelindung selain Allah, seperti laba-laba yang membuat rumah. Sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba, kalau mereka mengetahui.”
      Nabi mengibaratkan seorang Islam seperti tawon atau lebah. Hanya mengonsumsi yang baik. Menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Tak suka merusak. Tak senang menyakiti orang lain.
Daftar Pustaka

1.    Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.

108. TAWON, SEMUT, LABA-LABA

KISAH TAWON, SEMUT, DAN
LABA-LABA DALAM ALQURAN
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Al-Quran berisi 114 surah. Terdapat tiga nama binatang kecil. Yang dijadikan nama surah dalam Al-Quran. Al-Quran surah An-Nahl. Surah ke-16. Artinya “Lebah” atau “Tawon”. Memuat 128 ayat. Al-Quran surah An-Naml. Surah ke-27. Bermakna “Semut”. Berisi 93 ayat. Al-Quran surah Al-Ankabut. Surah ke-29. Berarti “Laba-laba”. Terdapat 69 ayat.
      Al-Quran surah An-Nahl. Surah ke-16 ayat 68. “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah,"Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia.”
      Nabi Bersabda, “Manusia yang paling baik ialah yang paling bermanfaat bagi yang lain.” Nabi bersabda,” Sesungguhnya perumpamaan orang beriman itu bagaikan seekor lebah. Dia makan yang bersih, mengeluarkan sesuatu yang bersih, hinggap di tempat yang bersih. Tidak merusak atau mematahkan yang dihinggapinya.”
      Beberapa sifat tawon atau lebah. Hinggap di tempat bersih. Menyerap sesuatu yang bersih. Mengeluarkan sesuatu yang bersih. Pekerja keras. Tak merusak yang dihinggapinya. Tak pernah melukai. Jika diganggu, dia akan melawan.
      Sarang lebah berbentuk segi enam. Sering disebut “Heksagonal”. Heksagonal memerlukan bahan baku paling sedikit. Heksagonal simetris menghasilkan kombinasi ruang sempurna. Tak ada ruang tersisa. Jika berbentuk lingkaran, banyak ruang tersisa. Heksagonal bentuk paling baik dan optimal. Bentuk paling efektif dan efisien. Memuat  luas maksimum. Untuk menampung madu.
      Manfaat sarang tawon atau lebah. Membunuh jamur dalam tubuh. Sumber anti oksidan, mampu membunuh berbagai penyakit. Menyembuhkan kanker. Mengobati tumor. Memperkuat jantung dan daya tahan tubuh. Menyehatkan sistem pencernaan. Menyembuhkan peradangan dan luka. Mengurangi stres. Memperlambat pengapuran tulang. Menetralkan racun. Menjaga kesehatan hati. Sebagai anti biotik, mempermudah penyembuhan penyakit.
      Beberapa sifat semut. Mengangkat beban melebihi dirinya. Selalu menghimpun makanan. Mengumpulkan bekal makanan untuk bertahun-tahun. Umurnya tak sampai setahun. Budaya semut ialah budaya “menumpuk”. Tanpa mengolahnya. Budaya “aji mumpung”. Suka memanfaatkan “jabatannya.”.
     Beberapa sifat laba-laba. Sarangnya tempat paling rapuh. Bukan tempat yang aman. Siapa pun yang berlindung akan disergap. Si jantan, “suaminya sendiri” akan dimakan oleh si betina. Telur yang menetas saling berdesakan. Dapat saling memusnahkan. Budaya laba-laba selalu “mengincar mangsa.” Siap menerkam siapa saja.
      Al-Quran surah Al-Ankabut. Surah ke-29 ayat 41. “Perumpamaan orang yang mengambil pelindung selain Allah, seperti laba-laba yang membuat rumah. Sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba, kalau mereka mengetahui.”
      Nabi mengibaratkan seorang Islam seperti tawon atau lebah. Hanya mengonsumsi yang baik. Menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Tak suka merusak. Tak senang menyakiti orang lain.
Daftar Pustaka

1.    Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.

108. TAWON, SEMUT, LABA-LABA

KISAH TAWON, SEMUT, DAN
LABA-LABA DALAM ALQURAN
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Al-Quran berisi 114 surah. Terdapat tiga nama binatang kecil. Yang dijadikan nama surah dalam Al-Quran. Al-Quran surah An-Nahl. Surah ke-16. Artinya “Lebah” atau “Tawon”. Memuat 128 ayat. Al-Quran surah An-Naml. Surah ke-27. Bermakna “Semut”. Berisi 93 ayat. Al-Quran surah Al-Ankabut. Surah ke-29. Berarti “Laba-laba”. Terdapat 69 ayat.
      Al-Quran surah An-Nahl. Surah ke-16 ayat 68. “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah,"Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia.”
      Nabi Bersabda, “Manusia yang paling baik ialah yang paling bermanfaat bagi yang lain.” Nabi bersabda,” Sesungguhnya perumpamaan orang beriman itu bagaikan seekor lebah. Dia makan yang bersih, mengeluarkan sesuatu yang bersih, hinggap di tempat yang bersih. Tidak merusak atau mematahkan yang dihinggapinya.”
      Beberapa sifat tawon atau lebah. Hinggap di tempat bersih. Menyerap sesuatu yang bersih. Mengeluarkan sesuatu yang bersih. Pekerja keras. Tak merusak yang dihinggapinya. Tak pernah melukai. Jika diganggu, dia akan melawan.
      Sarang lebah berbentuk segi enam. Sering disebut “Heksagonal”. Heksagonal memerlukan bahan baku paling sedikit. Heksagonal simetris menghasilkan kombinasi ruang sempurna. Tak ada ruang tersisa. Jika berbentuk lingkaran, banyak ruang tersisa. Heksagonal bentuk paling baik dan optimal. Bentuk paling efektif dan efisien. Memuat  luas maksimum. Untuk menampung madu.
      Manfaat sarang tawon atau lebah. Membunuh jamur dalam tubuh. Sumber anti oksidan, mampu membunuh berbagai penyakit. Menyembuhkan kanker. Mengobati tumor. Memperkuat jantung dan daya tahan tubuh. Menyehatkan sistem pencernaan. Menyembuhkan peradangan dan luka. Mengurangi stres. Memperlambat pengapuran tulang. Menetralkan racun. Menjaga kesehatan hati. Sebagai anti biotik, mempermudah penyembuhan penyakit.
      Beberapa sifat semut. Mengangkat beban melebihi dirinya. Selalu menghimpun makanan. Mengumpulkan bekal makanan untuk bertahun-tahun. Umurnya tak sampai setahun. Budaya semut ialah budaya “menumpuk”. Tanpa mengolahnya. Budaya “aji mumpung”. Suka memanfaatkan “jabatannya.”.
     Beberapa sifat laba-laba. Sarangnya tempat paling rapuh. Bukan tempat yang aman. Siapa pun yang berlindung akan disergap. Si jantan, “suaminya sendiri” akan dimakan oleh si betina. Telur yang menetas saling berdesakan. Dapat saling memusnahkan. Budaya laba-laba selalu “mengincar mangsa.” Siap menerkam siapa saja.
      Al-Quran surah Al-Ankabut. Surah ke-29 ayat 41. “Perumpamaan orang yang mengambil pelindung selain Allah, seperti laba-laba yang membuat rumah. Sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba, kalau mereka mengetahui.”
      Nabi mengibaratkan seorang Islam seperti tawon atau lebah. Hanya mengonsumsi yang baik. Menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Tak suka merusak. Tak senang menyakiti orang lain.
Daftar Pustaka

1.    Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.

Thursday, June 22, 2017

107. ISLAM GAMPANG

AGAMA ISLAM ITU GAMPANG
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Sepasang suami istri menjumpai Nabi Muhammad. Si istri berkata,”Wahai Nabi. Suamiku, Sofwan,  sering menghardikku, ketika aku salat. Memaksaku membatalkan puasaku, ketika aku puasa sunah. Suamiku sering melakukan salat Subuh, ketika matahari sudah terbit.”
      Nabi mendengarkan keluhan tersebut. Nabi menoleh dengan seluruh badan. Begitulah cara Nabi menoleh. Menghadap ke arah suaminya. Nabi bertanya,”Benarkah itu, Wahai Sofwan?     “Benar, Wahai Nabi,”jawab Sofwan tulus. 
      Sofwan melanjutkan,”Saya menghardiknya, karena bacaan salatnya panjang. Setelah membaca surah Al-Fatihah. Istriku membaca dua surah yang panjang. Pada setiap rakaatnya. Saya sudah menegurnya berkali-kali.  Tetapi, dia tetap saja begitu.”
      “Benar, Ya Nabi. Saya menyuruh membatalkan puasanya. Ketika istriku puasa sunah. Karena saya lelaki sehat, sering tak mampu menahan birahi.” Lanjut Sofwan.
      Sofwan menambahkan,“Benar, saya sering melakukan salat Subuh, ketika matahari hampir terbit. Karena keluargaku terbiasa bangun siang. Saya sulit bangun tepat pada waktu Subuh.”
      Nabi membenarkan sikap Sofwan. Nabi menambahkan,”Segeralah melakukan salat Subuh, ketika kamu bangun!” Nabi menoleh kepada istri Sofwan,”Persingkatlah salatmu.  Jika berpuasa sunah, kamu harus izin suamimu.”
      Al-Quran surah Al-Haj. Surah ke-22 ayat 78. “Berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilihmu. Dia tidak menjadikanmu dalam agama suatu kesempitan. Ikuti agama orang tuamu Ibrahim. Allah menamakanmu sekalian orang-orang muslim sejak dahulu. Begitu pula dalam Al- Quran ini. Agar Rasul menjadi saksi atas dirimu. Supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia. Dirikan salat, tunaikan zakat. Berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia Pelindungmu. Dia sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.”  
      Profesor Quraish Shihab menjelaskan. Salah satu kaidah hukum Islam ialah “Kesulitan melahirkan kemudahan”. Berarti, apabila seseorang mengalami kesulitan dalam menjalankan agama. Dia mendapatkan pengecualian. Sehingga dia memperoleh kemudahan.
     Para ulama enggan memopulerkannya. Karena khawatir, orang akan mengabaikan ajaran agama. Sikap ini benar, dalam satu sisi. Tetapi, salah dalam sisi yang lain. Apabila ajaran agama tak dijalankan sama sekali, karena tak tahu kemudahannya.
     Umat Islam perlu memahami kemudahan beragama. Contohnya, berwudu biasanya menggunakan air, bisa diganti dengan bertayamum. Tayamum merupakan pengganti wudu. Yaitu bersuci dari hadas kecil atau besar. Menggunakan debu, pasir, atau tanah. Karena tak ada air. Atau sebab halangan memakai air. Misalnya, sakit.
    Kemudahan agama Islam lainnya. Salat Jamak. Yaitu salat yang dilaksanakan dengan mengumpulkan dua salat wajib.  Dalam satu waktu. Seperti salat Zuhur dengan Asar, dan salat Magrib dengan salat Isya.
    Salat Jamak Takdim. Yaitu penggabungan pelaksanaan dua salat dalam satu waktu. Dengan cara memajukan salat yang belum masuk ke dalam salat yang telah masuk waktunya. Seperti penggabungan pelaksanaan salat Zuhur dengan salat Asar pada waktu Zuhur. Atau pelaksanaan salat Magrib dengan salat Isya pada waktu Magrib.  
     Salat Jamak Takhir. Penggabungan pelaksanaan dua salat dalam satu waktu. Dengan cara mengundurkan salat yang sudah masuk ke dalam waktu salat yang berikutnya. Seperti penggabungan pelaksanaan salat Zuhur dengan salat Asar pada waktu Asar. Atau pelaksanaan salat Magrib dengan Isya pada waktu salat Isya.
      Salat Jamak Qasar. Yaitu penggabungan sekaligus penyingkatan salat wajib. Salat yang 4 rakaat disingkat menjadi 2 rakaat. Kemudian digabung pelaksanaannya.
      Mungkin ada yang kaget. Nabi membolehkan orang yang tertidur, untuk melaksanakan salat Subuh, sesudah terbitnya matahari. Dia tak berdosa karena terlambat. Tentu saja, hal ini tak berlaku bagi orang yang berleha-leha pada malam hari. Juga, bagi orang yang terlambat bangun karena malas.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.

107. ISLAM GAMPANG

AGAMA ISLAM ITU GAMPANG
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Sepasang suami istri menjumpai Nabi Muhammad. Si istri berkata,”Wahai Nabi. Suamiku, Sofwan,  sering menghardikku, ketika aku salat. Memaksaku membatalkan puasaku, ketika aku puasa sunah. Suamiku sering melakukan salat Subuh, ketika matahari sudah terbit.”
      Nabi mendengarkan keluhan tersebut. Nabi menoleh dengan seluruh badan. Begitulah cara Nabi menoleh. Menghadap ke arah suaminya. Nabi bertanya,”Benarkah itu, Wahai Sofwan?     “Benar, Wahai Nabi,”jawab Sofwan tulus. 
      Sofwan melanjutkan,”Saya menghardiknya, karena bacaan salatnya panjang. Setelah membaca surah Al-Fatihah. Istriku membaca dua surah yang panjang. Pada setiap rakaatnya. Saya sudah menegurnya berkali-kali.  Tetapi, dia tetap saja begitu.”
      “Benar, Ya Nabi. Saya menyuruh membatalkan puasanya. Ketika istriku puasa sunah. Karena saya lelaki sehat, sering tak mampu menahan birahi.” Lanjut Sofwan.
      Sofwan menambahkan,“Benar, saya sering melakukan salat Subuh, ketika matahari hampir terbit. Karena keluargaku terbiasa bangun siang. Saya sulit bangun tepat pada waktu Subuh.”
      Nabi membenarkan sikap Sofwan. Nabi menambahkan,”Segeralah melakukan salat Subuh, ketika kamu bangun!” Nabi menoleh kepada istri Sofwan,”Persingkatlah salatmu.  Jika berpuasa sunah, kamu harus izin suamimu.”
      Al-Quran surah Al-Haj. Surah ke-22 ayat 78. “Berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilihmu. Dia tidak menjadikanmu dalam agama suatu kesempitan. Ikuti agama orang tuamu Ibrahim. Allah menamakanmu sekalian orang-orang muslim sejak dahulu. Begitu pula dalam Al- Quran ini. Agar Rasul menjadi saksi atas dirimu. Supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia. Dirikan salat, tunaikan zakat. Berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia Pelindungmu. Dia sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.”  
      Profesor Quraish Shihab menjelaskan. Salah satu kaidah hukum Islam ialah “Kesulitan melahirkan kemudahan”. Berarti, apabila seseorang mengalami kesulitan dalam menjalankan agama. Dia mendapatkan pengecualian. Sehingga dia memperoleh kemudahan.
     Para ulama enggan memopulerkannya. Karena khawatir, orang akan mengabaikan ajaran agama. Sikap ini benar, dalam satu sisi. Tetapi, salah dalam sisi yang lain. Apabila ajaran agama tak dijalankan sama sekali, karena tak tahu kemudahannya.
     Umat Islam perlu memahami kemudahan beragama. Contohnya, berwudu biasanya menggunakan air, bisa diganti dengan bertayamum. Tayamum merupakan pengganti wudu. Yaitu bersuci dari hadas kecil atau besar. Menggunakan debu, pasir, atau tanah. Karena tak ada air. Atau sebab halangan memakai air. Misalnya, sakit.
    Kemudahan agama Islam lainnya. Salat Jamak. Yaitu salat yang dilaksanakan dengan mengumpulkan dua salat wajib.  Dalam satu waktu. Seperti salat Zuhur dengan Asar, dan salat Magrib dengan salat Isya.
    Salat Jamak Takdim. Yaitu penggabungan pelaksanaan dua salat dalam satu waktu. Dengan cara memajukan salat yang belum masuk ke dalam salat yang telah masuk waktunya. Seperti penggabungan pelaksanaan salat Zuhur dengan salat Asar pada waktu Zuhur. Atau pelaksanaan salat Magrib dengan salat Isya pada waktu Magrib.  
     Salat Jamak Takhir. Penggabungan pelaksanaan dua salat dalam satu waktu. Dengan cara mengundurkan salat yang sudah masuk ke dalam waktu salat yang berikutnya. Seperti penggabungan pelaksanaan salat Zuhur dengan salat Asar pada waktu Asar. Atau pelaksanaan salat Magrib dengan Isya pada waktu salat Isya.
      Salat Jamak Qasar. Yaitu penggabungan sekaligus penyingkatan salat wajib. Salat yang 4 rakaat disingkat menjadi 2 rakaat. Kemudian digabung pelaksanaannya.
      Mungkin ada yang kaget. Nabi membolehkan orang yang tertidur, untuk melaksanakan salat Subuh, sesudah terbitnya matahari. Dia tak berdosa karena terlambat. Tentu saja, hal ini tak berlaku bagi orang yang berleha-leha pada malam hari. Juga, bagi orang yang terlambat bangun karena malas.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.

107. ISLAM GAMPANG

AGAMA ISLAM ITU GAMPANG
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Sepasang suami istri menjumpai Nabi Muhammad. Si istri berkata,”Wahai Nabi. Suamiku, Sofwan,  sering menghardikku, ketika aku salat. Memaksaku membatalkan puasaku, ketika aku puasa sunah. Suamiku sering melakukan salat Subuh, ketika matahari sudah terbit.”
      Nabi mendengarkan keluhan tersebut. Nabi menoleh dengan seluruh badan. Begitulah cara Nabi menoleh. Menghadap ke arah suaminya. Nabi bertanya,”Benarkah itu, Wahai Sofwan?     “Benar, Wahai Nabi,”jawab Sofwan tulus. 
      Sofwan melanjutkan,”Saya menghardiknya, karena bacaan salatnya panjang. Setelah membaca surah Al-Fatihah. Istriku membaca dua surah yang panjang. Pada setiap rakaatnya. Saya sudah menegurnya berkali-kali.  Tetapi, dia tetap saja begitu.”
      “Benar, Ya Nabi. Saya menyuruh membatalkan puasanya. Ketika istriku puasa sunah. Karena saya lelaki sehat, sering tak mampu menahan birahi.” Lanjut Sofwan.
      Sofwan menambahkan,“Benar, saya sering melakukan salat Subuh, ketika matahari hampir terbit. Karena keluargaku terbiasa bangun siang. Saya sulit bangun tepat pada waktu Subuh.”
      Nabi membenarkan sikap Sofwan. Nabi menambahkan,”Segeralah melakukan salat Subuh, ketika kamu bangun!” Nabi menoleh kepada istri Sofwan,”Persingkatlah salatmu.  Jika berpuasa sunah, kamu harus izin suamimu.”
      Al-Quran surah Al-Haj. Surah ke-22 ayat 78. “Berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilihmu. Dia tidak menjadikanmu dalam agama suatu kesempitan. Ikuti agama orang tuamu Ibrahim. Allah menamakanmu sekalian orang-orang muslim sejak dahulu. Begitu pula dalam Al- Quran ini. Agar Rasul menjadi saksi atas dirimu. Supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia. Dirikan salat, tunaikan zakat. Berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia Pelindungmu. Dia sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.”  
      Profesor Quraish Shihab menjelaskan. Salah satu kaidah hukum Islam ialah “Kesulitan melahirkan kemudahan”. Berarti, apabila seseorang mengalami kesulitan dalam menjalankan agama. Dia mendapatkan pengecualian. Sehingga dia memperoleh kemudahan.
     Para ulama enggan memopulerkannya. Karena khawatir, orang akan mengabaikan ajaran agama. Sikap ini benar, dalam satu sisi. Tetapi, salah dalam sisi yang lain. Apabila ajaran agama tak dijalankan sama sekali, karena tak tahu kemudahannya.
     Umat Islam perlu memahami kemudahan beragama. Contohnya, berwudu biasanya menggunakan air, bisa diganti dengan bertayamum. Tayamum merupakan pengganti wudu. Yaitu bersuci dari hadas kecil atau besar. Menggunakan debu, pasir, atau tanah. Karena tak ada air. Atau sebab halangan memakai air. Misalnya, sakit.
    Kemudahan agama Islam lainnya. Salat Jamak. Yaitu salat yang dilaksanakan dengan mengumpulkan dua salat wajib.  Dalam satu waktu. Seperti salat Zuhur dengan Asar, dan salat Magrib dengan salat Isya.
    Salat Jamak Takdim. Yaitu penggabungan pelaksanaan dua salat dalam satu waktu. Dengan cara memajukan salat yang belum masuk ke dalam salat yang telah masuk waktunya. Seperti penggabungan pelaksanaan salat Zuhur dengan salat Asar pada waktu Zuhur. Atau pelaksanaan salat Magrib dengan salat Isya pada waktu Magrib.  
     Salat Jamak Takhir. Penggabungan pelaksanaan dua salat dalam satu waktu. Dengan cara mengundurkan salat yang sudah masuk ke dalam waktu salat yang berikutnya. Seperti penggabungan pelaksanaan salat Zuhur dengan salat Asar pada waktu Asar. Atau pelaksanaan salat Magrib dengan Isya pada waktu salat Isya.
      Salat Jamak Qasar. Yaitu penggabungan sekaligus penyingkatan salat wajib. Salat yang 4 rakaat disingkat menjadi 2 rakaat. Kemudian digabung pelaksanaannya.
      Mungkin ada yang kaget. Nabi membolehkan orang yang tertidur, untuk melaksanakan salat Subuh, sesudah terbitnya matahari. Dia tak berdosa karena terlambat. Tentu saja, hal ini tak berlaku bagi orang yang berleha-leha pada malam hari. Juga, bagi orang yang terlambat bangun karena malas.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.

106. MENGAPA ISLAM DISEBARKAN DARI MEKAH?

MENGAPA ISLAM DISEBARKAN DARI MEKAH?
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Mengapa Islam disebarkan dari Mekah, Arab Saudi? Profesor Quraish Shihab mencoba menjawabnya. Apabila seseorang ingin menyampaikan “pesan” ke seluruh dunia. Sebaiknya memilih tempat yang berada di tengah. Tempat yang strategis. Lokasi yang memudahkan “pesan” tersebar. Sehingga “nasihat” cepat menyebar ke segala penjuru.
    Hindari tempat yang berpotensi mengganggu. Jauhi lokasi yang terdapat kekuatan yang bisa menghalangi.  Pilih tempat yang tidak merugikan. Pilih orang yang simpatik, berwibawa, dan berkemampuan.  Pilih orang yang memiliki daya tarik. Agar “pesan” mudah tersiar.
      Mekah dan Madinah berada di Arab Saudi. Termasuk wilayah Timur Tengah. Timur Tengah berada di tengah peta dunia. Menurut Dr. Zakir Naik, ahli perbandingan agama. Peta pertama dunia dibuat orang Islam. Kutub Selatan diletakkan di atas. Kutub Utara berada di bawah. Mekah berada di tengah peta dunia.
      Orang Barat membuat peta dunia. Kutub Utara diletakkan di atas. Kutub Selatan berada di bawah. Mekah tetap berada di tengah. Jadi, menurut peta yang dibuat orang Islam maupun orang Barat, Mekah tetap berada di tengah peta dunia.
     Timur Tengah merupakan jalur penghubung timur dan barat. Wajar Mekah dan Madinah menjadi pilihan. Tempat diturunkan wahyu Allah yang terakhir.
     Zaman Nabi Muhammad. Pada abad ke-5 dan ke-6 Masehi. Terdapat dua kerajaan raksasa. Pertama, Kerajaan Persia. Pemimpin dan masyarakatnya menyembah api. Kedua, kerajaan Romawi. Raja dan rakyatnya beragama Kristen.
     Kedua adidaya selalu bersaing.  Memperebutkan daerah kekuasaan. Memperluas wilayah jajahan. Wilayah Hejaz di Timur Tengah belum dikuasai siapa pun. Meskipun, Raja Abrahah dengan pasukan gajahnya. Sudah mencoba menaklukkan. Tetapi gagal, karena diserang burung Ababil.
     Seandainya, agama Islam dikumandangkan di wilayah Kerajaan Persia.  Atau di daerah kekuasaan Kerajaan Romawi. Yang berbeda keyakinan dengan agama Islam. Semua pengikutnya pasti akan ditumpas. Umat Islam akan habis tak bersisa.
       Wilayah Timur Tengah kala itu. Kekuasaan belum terpusat. Banyak kelompok kecil saling bermusuhan. Perang antarsuku sering terjadi. Belum ada pemenang yang dominan. Tak ada kepala suku yang menguasai.
     Mekah pusat daerah Hejaz. Tempat para pedagang dan seniman berkumpul. Memamerkan hasil karya mereka.  Mekah tempat bertemu kafilah “antarnegara”. Tempat berjumpa kafilah dari utara dan selatan. Lokasi berkumpul “turis” dari barat dan timur.
      Al-Quran surah Qurasy. Surah ke-106 ayat 1-2. “Karena kebiasaan orang-orang Quraisy. Yaitu bepergian pada musim dingin dan musim panas.” Penduduk Mekah sering bepergian. Pada musim dingin dan musim panas. Pergi ke wilayah Romawi dan Persia. Hal ini, akan memudahkan penyebaran agama Islam.
      Faktor lain yang mendukung. Penduduk Mekah belum banyak disentuh peradaban. Waktu itu, masyarakat Mekah belum mengenal “Munafik”. Mereka belum mengenal sifat “bermuka dua”.  Mereka keras kepala. Ungkapan lidah mereka amat tajam.
      Al-Quran surah Al-Ahzab. Surah ke-33 ayat 19. “Mereka bakhil terhadapmu apabila datang ketakutan (bahaya). Kamu lihat mereka memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik. Seperti orang yang pingsan karena akan mati. Apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam. Sedangkan mereka bakhil untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapuskan (pahala) amalnya. Yang demikian itu mudah bagi Allah.”
      Penduduk Mekah amat kuat memegang pendirian. Meskipun, ditekan dan disiksa, bahkan dibunuh. Mereka tetap memegang keyakinannya. Walaupun agama Islam  membolehkan berpura-pura. Asalkan hatinya tetap beriman.
      Al-Quran surah An-Nahl. Surah ke-16 ayat 106. “Barangsiapa kafir kepada Allah, sesudah dia beriman. Dia mendapat kemurkaan Allah. Kecuali orang yang dipaksa kafir, padahal hatinya tetap beriman. Dia tidak berdosa. Tetapi, orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran. Kemurkaan Allah menimpanya. Dan baginya azab yang besar.”
       Sifat munafik baru muncul di Madinah. Entahlah, bagaimana perkembangan agama Islam. Jika pada awal perkembangannya. Sudah ada  orang yang munafik?
      Suku Quraisy amat berpengaruh di Mekah. Bahasa dan dialeknya amat indah. Suku Quraisy memiliki dua keluarga besar. Yaitu Bani Hasyim dan Bani Umayah. Keduanya bersumber dari keluarga yang sama. Tetapi, amat  berbeda wataknya.
      Bani Hasyim terkenal budiman, gagah, dan taat Beragama. Bani Umayah politikus, pekerja ambisius, dan penuh tipu daya. Keluarga siapakah yang pantas menerima tugas kenabian? Jawabnya, tentu saja, Bani Hasyim.
      Nabi Muhammad terpilih menjadi nabi. Karena berasal dari Bani Hasyim. Orangnya gagah, simpatik, dan berwibawa. Juga, berbudi pekerti luhur. Al-Quran surah Al-Qalam. Surah ke-68 ayat 4. “Sungguh, kamu Muhammad, benar-benar berbudi pekerti luhur.”
Daftar Pustaka

1.    Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.

106. MENGAPA ISLAM DISEBARKAN DARI MEKAH?

MENGAPA ISLAM DISEBARKAN DARI MEKAH?
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Mengapa Islam disebarkan dari Mekah, Arab Saudi? Profesor Quraish Shihab mencoba menjawabnya. Apabila seseorang ingin menyampaikan “pesan” ke seluruh dunia. Sebaiknya memilih tempat yang berada di tengah. Tempat yang strategis. Lokasi yang memudahkan “pesan” tersebar. Sehingga “nasihat” cepat menyebar ke segala penjuru.
    Hindari tempat yang berpotensi mengganggu. Jauhi lokasi yang terdapat kekuatan yang bisa menghalangi.  Pilih tempat yang tidak merugikan. Pilih orang yang simpatik, berwibawa, dan berkemampuan.  Pilih orang yang memiliki daya tarik. Agar “pesan” mudah tersiar.
      Mekah dan Madinah berada di Arab Saudi. Termasuk wilayah Timur Tengah. Timur Tengah berada di tengah peta dunia. Menurut Dr. Zakir Naik, ahli perbandingan agama. Peta pertama dunia dibuat orang Islam. Kutub Selatan diletakkan di atas. Kutub Utara berada di bawah. Mekah berada di tengah peta dunia.
      Orang Barat membuat peta dunia. Kutub Utara diletakkan di atas. Kutub Selatan berada di bawah. Mekah tetap berada di tengah. Jadi, menurut peta yang dibuat orang Islam maupun orang Barat, Mekah tetap berada di tengah peta dunia.
     Timur Tengah merupakan jalur penghubung timur dan barat. Wajar Mekah dan Madinah menjadi pilihan. Tempat diturunkan wahyu Allah yang terakhir.
     Zaman Nabi Muhammad. Pada abad ke-5 dan ke-6 Masehi. Terdapat dua kerajaan raksasa. Pertama, Kerajaan Persia. Pemimpin dan masyarakatnya menyembah api. Kedua, kerajaan Romawi. Raja dan rakyatnya beragama Kristen.
     Kedua adidaya selalu bersaing.  Memperebutkan daerah kekuasaan. Memperluas wilayah jajahan. Wilayah Hejaz di Timur Tengah belum dikuasai siapa pun. Meskipun, Raja Abrahah dengan pasukan gajahnya. Sudah mencoba menaklukkan. Tetapi gagal, karena diserang burung Ababil.
     Seandainya, agama Islam dikumandangkan di wilayah Kerajaan Persia.  Atau di daerah kekuasaan Kerajaan Romawi. Yang berbeda keyakinan dengan agama Islam. Semua pengikutnya pasti akan ditumpas. Umat Islam akan habis tak bersisa.
       Wilayah Timur Tengah kala itu. Kekuasaan belum terpusat. Banyak kelompok kecil saling bermusuhan. Perang antarsuku sering terjadi. Belum ada pemenang yang dominan. Tak ada kepala suku yang menguasai.
     Mekah pusat daerah Hejaz. Tempat para pedagang dan seniman berkumpul. Memamerkan hasil karya mereka.  Mekah tempat bertemu kafilah “antarnegara”. Tempat berjumpa kafilah dari utara dan selatan. Lokasi berkumpul “turis” dari barat dan timur.
      Al-Quran surah Qurasy. Surah ke-106 ayat 1-2. “Karena kebiasaan orang-orang Quraisy. Yaitu bepergian pada musim dingin dan musim panas.” Penduduk Mekah sering bepergian. Pada musim dingin dan musim panas. Pergi ke wilayah Romawi dan Persia. Hal ini, akan memudahkan penyebaran agama Islam.
      Faktor lain yang mendukung. Penduduk Mekah belum banyak disentuh peradaban. Waktu itu, masyarakat Mekah belum mengenal “Munafik”. Mereka belum mengenal sifat “bermuka dua”.  Mereka keras kepala. Ungkapan lidah mereka amat tajam.
      Al-Quran surah Al-Ahzab. Surah ke-33 ayat 19. “Mereka bakhil terhadapmu apabila datang ketakutan (bahaya). Kamu lihat mereka memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik. Seperti orang yang pingsan karena akan mati. Apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam. Sedangkan mereka bakhil untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapuskan (pahala) amalnya. Yang demikian itu mudah bagi Allah.”
      Penduduk Mekah amat kuat memegang pendirian. Meskipun, ditekan dan disiksa, bahkan dibunuh. Mereka tetap memegang keyakinannya. Walaupun agama Islam  membolehkan berpura-pura. Asalkan hatinya tetap beriman.
      Al-Quran surah An-Nahl. Surah ke-16 ayat 106. “Barangsiapa kafir kepada Allah, sesudah dia beriman. Dia mendapat kemurkaan Allah. Kecuali orang yang dipaksa kafir, padahal hatinya tetap beriman. Dia tidak berdosa. Tetapi, orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran. Kemurkaan Allah menimpanya. Dan baginya azab yang besar.”
       Sifat munafik baru muncul di Madinah. Entahlah, bagaimana perkembangan agama Islam. Jika pada awal perkembangannya. Sudah ada  orang yang munafik?
      Suku Quraisy amat berpengaruh di Mekah. Bahasa dan dialeknya amat indah. Suku Quraisy memiliki dua keluarga besar. Yaitu Bani Hasyim dan Bani Umayah. Keduanya bersumber dari keluarga yang sama. Tetapi, amat  berbeda wataknya.
      Bani Hasyim terkenal budiman, gagah, dan taat Beragama. Bani Umayah politikus, pekerja ambisius, dan penuh tipu daya. Keluarga siapakah yang pantas menerima tugas kenabian? Jawabnya, tentu saja, Bani Hasyim.
      Nabi Muhammad terpilih menjadi nabi. Karena berasal dari Bani Hasyim. Orangnya gagah, simpatik, dan berwibawa. Juga, berbudi pekerti luhur. Al-Quran surah Al-Qalam. Surah ke-68 ayat 4. “Sungguh, kamu Muhammad, benar-benar berbudi pekerti luhur.”
Daftar Pustaka

1.    Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.

106. ISLAM DARI MEKAH

MENGAPA ISLAM DISEBARKAN DARI MEKAH?
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Mengapa Islam disebarkan dari Mekah, Arab Saudi? Profesor Quraish Shihab mencoba menjawabnya. Apabila seseorang ingin menyampaikan “pesan” ke seluruh dunia. Sebaiknya memilih tempat yang berada di tengah. Tempat yang strategis. Lokasi yang memudahkan “pesan” tersebar. Sehingga “nasihat” cepat menyebar ke segala penjuru.
    Hindari tempat yang berpotensi mengganggu. Jauhi lokasi yang terdapat kekuatan yang bisa menghalangi.  Pilih tempat yang tidak merugikan. Pilih orang yang simpatik, berwibawa, dan berkemampuan.  Pilih orang yang memiliki daya tarik. Agar “pesan” mudah tersiar.
      Mekah dan Madinah berada di Arab Saudi. Termasuk wilayah Timur Tengah. Timur Tengah berada di tengah peta dunia. Menurut Dr. Zakir Naik, ahli perbandingan agama. Peta pertama dunia dibuat orang Islam. Kutub Selatan diletakkan di atas. Kutub Utara berada di bawah. Mekah berada di tengah peta dunia.
      Orang Barat membuat peta dunia. Kutub Utara diletakkan di atas. Kutub Selatan berada di bawah. Mekah tetap berada di tengah. Jadi, menurut peta yang dibuat orang Islam maupun orang Barat, Mekah tetap berada di tengah peta dunia.
     Timur Tengah merupakan jalur penghubung timur dan barat. Wajar Mekah dan Madinah menjadi pilihan. Tempat diturunkan wahyu Allah yang terakhir.
     Zaman Nabi Muhammad. Pada abad ke-5 dan ke-6 Masehi. Terdapat dua kerajaan raksasa. Pertama, Kerajaan Persia. Pemimpin dan masyarakatnya menyembah api. Kedua, kerajaan Romawi. Raja dan rakyatnya beragama Kristen.
     Kedua adidaya selalu bersaing.  Memperebutkan daerah kekuasaan. Memperluas wilayah jajahan. Wilayah Hejaz di Timur Tengah belum dikuasai siapa pun. Meskipun, Raja Abrahah dengan pasukan gajahnya. Sudah mencoba menaklukkan. Tetapi gagal, karena diserang burung Ababil.
     Seandainya, agama Islam dikumandangkan di wilayah Kerajaan Persia.  Atau di daerah kekuasaan Kerajaan Romawi. Yang berbeda keyakinan dengan agama Islam. Semua pengikutnya pasti akan ditumpas. Umat Islam akan habis tak bersisa.
       Wilayah Timur Tengah kala itu. Kekuasaan belum terpusat. Banyak kelompok kecil saling bermusuhan. Perang antarsuku sering terjadi. Belum ada pemenang yang dominan. Tak ada kepala suku yang menguasai.
     Mekah pusat daerah Hejaz. Tempat para pedagang dan seniman berkumpul. Memamerkan hasil karya mereka.  Mekah tempat bertemu kafilah “antarnegara”. Tempat berjumpa kafilah dari utara dan selatan. Lokasi berkumpul “turis” dari barat dan timur.
      Al-Quran surah Qurasy. Surah ke-106 ayat 1-2. “Karena kebiasaan orang-orang Quraisy. Yaitu bepergian pada musim dingin dan musim panas.” Penduduk Mekah sering bepergian. Pada musim dingin dan musim panas. Pergi ke wilayah Romawi dan Persia. Hal ini, akan memudahkan penyebaran agama Islam.
      Faktor lain yang mendukung. Penduduk Mekah belum banyak disentuh peradaban. Waktu itu, masyarakat Mekah belum mengenal “Munafik”. Mereka belum mengenal sifat “bermuka dua”.  Mereka keras kepala. Ungkapan lidah mereka amat tajam.
      Al-Quran surah Al-Ahzab. Surah ke-33 ayat 19. “Mereka bakhil terhadapmu apabila datang ketakutan (bahaya). Kamu lihat mereka memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik. Seperti orang yang pingsan karena akan mati. Apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam. Sedangkan mereka bakhil untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapuskan (pahala) amalnya. Yang demikian itu mudah bagi Allah.”
      Penduduk Mekah amat kuat memegang pendirian. Meskipun, ditekan dan disiksa, bahkan dibunuh. Mereka tetap memegang keyakinannya. Walaupun agama Islam  membolehkan berpura-pura. Asalkan hatinya tetap beriman.
      Al-Quran surah An-Nahl. Surah ke-16 ayat 106. “Barangsiapa kafir kepada Allah, sesudah dia beriman. Dia mendapat kemurkaan Allah. Kecuali orang yang dipaksa kafir, padahal hatinya tetap beriman. Dia tidak berdosa. Tetapi, orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran. Kemurkaan Allah menimpanya. Dan baginya azab yang besar.”
       Sifat munafik baru muncul di Madinah. Entahlah, bagaimana perkembangan agama Islam. Jika pada awal perkembangannya. Sudah ada  orang yang munafik?
      Suku Quraisy amat berpengaruh di Mekah. Bahasa dan dialeknya amat indah. Suku Quraisy memiliki dua keluarga besar. Yaitu Bani Hasyim dan Bani Umayah. Keduanya bersumber dari keluarga yang sama. Tetapi, amat  berbeda wataknya.
      Bani Hasyim terkenal budiman, gagah, dan taat Beragama. Bani Umayah politikus, pekerja ambisius, dan penuh tipu daya. Keluarga siapakah yang pantas menerima tugas kenabian? Jawabnya, tentu saja, Bani Hasyim.
      Nabi Muhammad terpilih menjadi nabi. Karena berasal dari Bani Hasyim. Orangnya gagah, simpatik, dan berwibawa. Juga, berbudi pekerti luhur. Al-Quran surah Al-Qalam. Surah ke-68 ayat 4. “Sungguh, kamu Muhammad, benar-benar berbudi pekerti luhur.”
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.