Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Monday, June 26, 2017

117. ABU BAKAR

ABU BAKAR, PEMBELA SETIA NABI
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Abu Bakar lahir Oktober 573 Masehi di Mekah. Meninggal 23 Agustus di Madinah. Lahir dengan nama Abdul Kakbah bin Abi Quhafah.  Abu bakar termasuk “Ash-shabiqunal awwalun”. Orang-orang yang terdahulu dan pertama masuk Islam.
      Ayahnya bernama Usman bin Amir. Dipanggil “Abu Quhafa”. Ibunya bernama Salam binti Sakhar. Dipanggil “Umi Khair”. Berasal keluarga kaum Bani Tamim. Abu Bakar kecil senang bermain dengan unta dan kambing. Dijuluki Abu Bakar berarti  “Bapaknya Unta”.
    Abu Bakar lebih muda 2 tahun dibandingkan dengan Nabi. Terlibat perdagangan sejak kecil. Abu Bakar lebih terkenal dalam dunia bisnis.
       Abu Bakar, 10 tahun, mengikuti rombongan berdagang ke Siria. Nabi Muhammad, 12 tahun, juga ikut. Diajak Abu Thalib turut dalam kafilah.
       Abu Bakar, 18 tahun, berprofesi sebagai pedagang kain. Mengikuti bisnis keluarga.     Abu Bakar sering berdagang ke luar negeri. Bersama kafilahnya. Berdagang ke Yaman, Siriah. Juga, beberapa tempat lainnya.
      Kegiatan dalam bisnis. Membuat Abu Bakar semakin kaya. Semakin berpengalaman berdagang. Bisnisnya semakin berkembang. Status sosial Abu Bakar tambah naik. Layaknya keluarga pedagang Mekah yang kaya. Abu Bakar adalah orang terpelajar. Bisa menulis dan membaca. Menyukai puisi.
       Abu Bakar masih kecil. Ayahnya membawanya ke Kakbah. Menyuruh Abu Bakar berdoa kepada berhala. Ayahnya pergi mengurus bisnis. Abu Bakar ditinggal sendirian.  
      Abu Bakar berdoa kepada berhala, "Ya tuhanku, aku membutuhkan pakaian.  Berikan kepadaku pakaian". Berhala tersebut tetap diam, tidak menanggapi permintaan Abu Bakar.
      Abu Bakar berdoa kepada berhala lainnya, "Ya tuhanku, berikanlah aku makanan yang lezat, lihatlah aku sangat lapar". Berhala itu masih tidak memberikan jawaban apa pun.
      Abu Bakar mengangkat sebuah batu. Berkata kepada berhala,"Saya sedang mengangkat batu. Mengarahkan kepadamu. Jika kamu memang tuhan, maka lindungilah dirimu sendiri".
      Abu Bakar melemparkan batu ke arah berhala. Pergi meninggalkan Kakbah. Sejak saat itu, Abu Bakar tidak pernah menyembah berhala.
      Nabi berdakwah, "Sesungguhnya aku adalah utusan Allah. Aku mengajak kamu kepada Allah."  Abu Bakar langsung masuk Islam. Nabi amat gembira.
       Abu Bakar menemui Usman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awam, dan Saad bin Abi Waqas. Mereka pun masuk Islam.
      Menurut Ibnu Katsir. Khadijah, istri Nabi, wanita pertama masuk Islam.  Zaid bin Haritsah, budak pertama masuk Islam. Ali bin Abi Thalib, anak kecil pertama masuk Islam. Abu Bakar, laki-laki dewasa  pertama masuk Islam.
      Istri pertama Abu Bakar, Qutailah binti Abdul-Uzza, tidak masuk Islam. Lalu bercerai. Istrinya yang lain, Umi Ruman, memeluk Islam. Semua anak Abu Bakar masuk  Islam.  Abdurrahman bin Abu Bakar memeluk Islam dalam perjanjian Hudaibiyah.
      Nabi Muhammad menikah dengan Khadijah. Rumah Nabi bertetangga dengan Abu Bakar. Nabi Muhammad muda sebagai pedagang, Abu Bakar muda ahli berdagang. Nabi Muhammad lebih tua 2 tahun. Abu Bakar berpostur “agak kurus”. Berkulit “putih”, dan berambut lebat.
      Pada awal Islam. Penganut agama Islam disiksa. Keluarga kaya dan terhormat dilindungi keluarganya. Para budak mengalami penyiksaan paling parah. Abu Bakar membelinya lalu membebaskannya.
     Bilal bin Rabah, seorang budak terkenal. Abu Bakar membelinya, lalu melepaskannya. akhrnya, Bilal menjadi sahabat setia Nabi. Muazin pertama pada zaman Nabi.
     Peristiwa Isra Mikraj. Penduduk Mekah gempar. Hampir semua pemeluk Islam kembali murtad. Mendengarkan kisah Nabi yang “tidak masuk akal”. Perjalanan dari Mekah ke Palestina. Berjarak lebih dari 1.000 km. Ditambah lagi “cerita” naik ke-7  langit. Sungguh mencengangkan dan membingungkan.
     Menunggang kuda tercepat. Berangkat ke Palestina memerlukan waktu sebulan. Kembalinya, juga membutuhkan sebulan. Nabi bercerita dalam Isra Mikraj. Berangkat dari Mekah ke Palestina, dan langsung kembali dari Palestina ke Mekah. Hanya ditempuh beberapa jam saja!. Sungguh “amat mustahil”. Tidak masuk dalam akal mereka.
     Tetapi, Abu Bakar berhasil mengubah semuanya. Dengan amat yakin Abu Bakar berkata, “Semua yang dikatakan Nabi Muhammad pasti benar!”.
      Abu Bakar mengumpulkan para tokoh Quraisy. Juga, semua orang yang pernah mengunjungi Palestina. Mereka dipersilakan bertanya kepada Nabi. Tentang “seluk beluk” Palestina. Padahal, Nabi sendiri belum pernah ke Palestina!
      Nabi Muhammad berhasil menjawab dengan baik. Semuanya mampu dijelaskan dengan amat sempurna.  Sungguh mengherankan. Sekali lagi, Nabi Muhammad belum pernah mengunjungi Palestina. 
     Nabi berkata, “Malam hari tadi, saya berjumpa dengan suatu kafilah dari Mekah. Mereka kehilangan satu unta. Saya menunjukkan tempatnya. Untanya berhasil ditemukan. Saya minum sebagian bekal air mereka. Dua hari lagi mereka datang.”
    Nabi menyebutkan nama semua orang. Yang ikut dalam rombongan kafilah. Jumlah untanya, dan perbekalan lainnya.
     Penduduk Mekah berkumpul. Bergerombol berjajar di tepi pintu masuk  Mekah. Menunggu kedatangan kafilah yang diceritakan Nabi Muhammad. Rombongan kafilah datang.
    Penduduk Mekah bertanya kepada anggota rombongan. Ternyata, semuanya benar seperti yang diceritakan Nabi Muhammad. Sungguh, mengherankan. Semua pemeluk Islam bertambah kuat keyakinan mereka.
      Nabi Muhammad memberi gelar “Ash-Shiddiq”. Yang berarti “Berkata benar.“ Abu Bakar membenarkan peristiwa Isra Mikraj. Dikenal dengan nama "Abu Bakar Sidik".
     Nabi hijrah dari Mekah ke Madinah. Abu Bakar menemani bersembunyi di gua Tsur. Selama 3 malam. menghindari kejaran pasukan Quraisy. Menempuh jalur yang sulit. Menuju Madinah. Berjalan selama 7 hari.
         Abu Bakar juga mertua dengan Nabi Muhammad. Aisyah, putri Abu Bakar  menikah dengan Nabi. Beberapa waktu setelah Hijrah.
       Nabi Muhammad sakit.  Abu Bakar menjadi imam salat. Menggantikan Nabi.  Banyak yang menganggap ini “tanda” Abu Bakar akan menggantikan posisi Nabi.
      Nabi Muhammad meninggal dunia.  Abu Bakar sahabat Nabi paling tabah menghadapinya.  Abu Bakar pemimpin baru umat Islam. Khalifah Islam pertama. Mulai tahun 632 sampai 634 Masehi.
      Pasukan abu Bakar berhasil mengalahkan Kaisar Bizantium dan Kaisar Sassanid. Panglima Khalid bin Walid menaklukkan Irak dan Syria.
        Para penghafal Al-Quran banyak meninggal. Abu Bakar  mengumpulkan koleksi lembaran Al-Quran. Zaid bin Tsabit, sebagai ketua tim. Mengumpulkan semua lembaran Al-Quran.  Berasal dari para penghafal Al-Quran, tulisan pada tulang, kulit dan bahan lainnya. Abu Bakar menyimpan buku kumpulan Al-Quran yang lengkap.
      Abu Bakar meninggal. buku lembaran Al-Quran disimpan Umar bin Khattab. Khalifah  Usman bin Affan membukukan koleksi ini. Menjadi dasar penulisan teks Al-Quran. yang dikenal dengan Al-Quran “Mushaf Usmany”.
        Abu Bakar meninggal 23 Agustus 634 Masehi, di Madinah karena sakit. dimakamkan di rumah Aisyah, putrinya.
      Kondisi makam sekarang.  Makam Nabi Muhammad, Abu Bakar, dan Umar bin Khattab berada di sisi timur Masjid Nabawi, Madinah. Berada di bawah kubah berwarna hijau.
      Masjid Nabawi menghadap ke arah selatan. Ke arah Kakbah di Masjidil-Haram  Mekah. Mekah berada di selatan Madinah.
 Daftar Pustaka
1.    Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2.    Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3.    Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
4.    Al-Kandahlawi, Maulana Muhammad Zakaria. Himpunan Fadhilah Amal. Penerbit Ash-Shaff. Yogyakarta. 2000.


117. ABU BAKAR

ABU BAKAR, PEMBELA SETIA NABI
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Abu Bakar lahir Oktober 573 Masehi di Mekah. Meninggal 23 Agustus di Madinah. Lahir dengan nama Abdul Kakbah bin Abi Quhafah.  Abu bakar termasuk “Ash-shabiqunal awwalun”. Orang-orang yang terdahulu dan pertama masuk Islam.
      Ayahnya bernama Usman bin Amir. Dipanggil “Abu Quhafa”. Ibunya bernama Salam binti Sakhar. Dipanggil “Umi Khair”. Berasal keluarga kaum Bani Tamim. Abu Bakar kecil senang bermain dengan unta dan kambing. Dijuluki Abu Bakar berarti  “Bapaknya Unta”.
    Abu Bakar lebih muda 2 tahun dibandingkan dengan Nabi. Terlibat perdagangan sejak kecil. Abu Bakar lebih terkenal dalam dunia bisnis.
       Abu Bakar, 10 tahun, mengikuti rombongan berdagang ke Siria. Nabi Muhammad, 12 tahun, juga ikut. Diajak Abu Thalib turut dalam kafilah.
       Abu Bakar, 18 tahun, berprofesi sebagai pedagang kain. Mengikuti bisnis keluarga.     Abu Bakar sering berdagang ke luar negeri. Bersama kafilahnya. Berdagang ke Yaman, Siriah. Juga, beberapa tempat lainnya.
      Kegiatan dalam bisnis. Membuat Abu Bakar semakin kaya. Semakin berpengalaman berdagang. Bisnisnya semakin berkembang. Status sosial Abu Bakar tambah naik. Layaknya keluarga pedagang Mekah yang kaya. Abu Bakar adalah orang terpelajar. Bisa menulis dan membaca. Menyukai puisi.
       Abu Bakar masih kecil. Ayahnya membawanya ke Kakbah. Menyuruh Abu Bakar berdoa kepada berhala. Ayahnya pergi mengurus bisnis. Abu Bakar ditinggal sendirian.  
      Abu Bakar berdoa kepada berhala, "Ya tuhanku, aku membutuhkan pakaian.  Berikan kepadaku pakaian". Berhala tersebut tetap diam, tidak menanggapi permintaan Abu Bakar.
      Abu Bakar berdoa kepada berhala lainnya, "Ya tuhanku, berikanlah aku makanan yang lezat, lihatlah aku sangat lapar". Berhala itu masih tidak memberikan jawaban apa pun.
      Abu Bakar mengangkat sebuah batu. Berkata kepada berhala,"Saya sedang mengangkat batu. Mengarahkan kepadamu. Jika kamu memang tuhan, maka lindungilah dirimu sendiri".
      Abu Bakar melemparkan batu ke arah berhala. Pergi meninggalkan Kakbah. Sejak saat itu, Abu Bakar tidak pernah menyembah berhala.
      Nabi berdakwah, "Sesungguhnya aku adalah utusan Allah. Aku mengajak kamu kepada Allah."  Abu Bakar langsung masuk Islam. Nabi amat gembira.
       Abu Bakar menemui Usman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awam, dan Saad bin Abi Waqas. Mereka pun masuk Islam.
      Menurut Ibnu Katsir. Khadijah, istri Nabi, wanita pertama masuk Islam.  Zaid bin Haritsah, budak pertama masuk Islam. Ali bin Abi Thalib, anak kecil pertama masuk Islam. Abu Bakar, laki-laki dewasa  pertama masuk Islam.
      Istri pertama Abu Bakar, Qutailah binti Abdul-Uzza, tidak masuk Islam. Lalu bercerai. Istrinya yang lain, Umi Ruman, memeluk Islam. Semua anak Abu Bakar masuk  Islam.  Abdurrahman bin Abu Bakar memeluk Islam dalam perjanjian Hudaibiyah.
      Nabi Muhammad menikah dengan Khadijah. Rumah Nabi bertetangga dengan Abu Bakar. Nabi Muhammad muda sebagai pedagang, Abu Bakar muda ahli berdagang. Nabi Muhammad lebih tua 2 tahun. Abu Bakar berpostur “agak kurus”. Berkulit “putih”, dan berambut lebat.
      Pada awal Islam. Penganut agama Islam disiksa. Keluarga kaya dan terhormat dilindungi keluarganya. Para budak mengalami penyiksaan paling parah. Abu Bakar membelinya lalu membebaskannya.
     Bilal bin Rabah, seorang budak terkenal. Abu Bakar membelinya, lalu melepaskannya. akhrnya, Bilal menjadi sahabat setia Nabi. Muazin pertama pada zaman Nabi.
     Peristiwa Isra Mikraj. Penduduk Mekah gempar. Hampir semua pemeluk Islam kembali murtad. Mendengarkan kisah Nabi yang “tidak masuk akal”. Perjalanan dari Mekah ke Palestina. Berjarak lebih dari 1.000 km. Ditambah lagi “cerita” naik ke-7  langit. Sungguh mencengangkan dan membingungkan.
     Menunggang kuda tercepat. Berangkat ke Palestina memerlukan waktu sebulan. Kembalinya, juga membutuhkan sebulan. Nabi bercerita dalam Isra Mikraj. Berangkat dari Mekah ke Palestina, dan langsung kembali dari Palestina ke Mekah. Hanya ditempuh beberapa jam saja!. Sungguh “amat mustahil”. Tidak masuk dalam akal mereka.
     Tetapi, Abu Bakar berhasil mengubah semuanya. Dengan amat yakin Abu Bakar berkata, “Semua yang dikatakan Nabi Muhammad pasti benar!”.
      Abu Bakar mengumpulkan para tokoh Quraisy. Juga, semua orang yang pernah mengunjungi Palestina. Mereka dipersilakan bertanya kepada Nabi. Tentang “seluk beluk” Palestina. Padahal, Nabi sendiri belum pernah ke Palestina!
      Nabi Muhammad berhasil menjawab dengan baik. Semuanya mampu dijelaskan dengan amat sempurna.  Sungguh mengherankan. Sekali lagi, Nabi Muhammad belum pernah mengunjungi Palestina. 
     Nabi berkata, “Malam hari tadi, saya berjumpa dengan suatu kafilah dari Mekah. Mereka kehilangan satu unta. Saya menunjukkan tempatnya. Untanya berhasil ditemukan. Saya minum sebagian bekal air mereka. Dua hari lagi mereka datang.”
    Nabi menyebutkan nama semua orang. Yang ikut dalam rombongan kafilah. Jumlah untanya, dan perbekalan lainnya.
     Penduduk Mekah berkumpul. Bergerombol berjajar di tepi pintu masuk  Mekah. Menunggu kedatangan kafilah yang diceritakan Nabi Muhammad. Rombongan kafilah datang.
    Penduduk Mekah bertanya kepada anggota rombongan. Ternyata, semuanya benar seperti yang diceritakan Nabi Muhammad. Sungguh, mengherankan. Semua pemeluk Islam bertambah kuat keyakinan mereka.
      Nabi Muhammad memberi gelar “Ash-Shiddiq”. Yang berarti “Berkata benar.“ Abu Bakar membenarkan peristiwa Isra Mikraj. Dikenal dengan nama "Abu Bakar Sidik".
     Nabi hijrah dari Mekah ke Madinah. Abu Bakar menemani bersembunyi di gua Tsur. Selama 3 malam. menghindari kejaran pasukan Quraisy. Menempuh jalur yang sulit. Menuju Madinah. Berjalan selama 7 hari.
         Abu Bakar juga mertua dengan Nabi Muhammad. Aisyah, putri Abu Bakar  menikah dengan Nabi. Beberapa waktu setelah Hijrah.
       Nabi Muhammad sakit.  Abu Bakar menjadi imam salat. Menggantikan Nabi.  Banyak yang menganggap ini “tanda” Abu Bakar akan menggantikan posisi Nabi.
      Nabi Muhammad meninggal dunia.  Abu Bakar sahabat Nabi paling tabah menghadapinya.  Abu Bakar pemimpin baru umat Islam. Khalifah Islam pertama. Mulai tahun 632 sampai 634 Masehi.
      Pasukan abu Bakar berhasil mengalahkan Kaisar Bizantium dan Kaisar Sassanid. Panglima Khalid bin Walid menaklukkan Irak dan Syria.
        Para penghafal Al-Quran banyak meninggal. Abu Bakar  mengumpulkan koleksi lembaran Al-Quran. Zaid bin Tsabit, sebagai ketua tim. Mengumpulkan semua lembaran Al-Quran.  Berasal dari para penghafal Al-Quran, tulisan pada tulang, kulit dan bahan lainnya. Abu Bakar menyimpan buku kumpulan Al-Quran yang lengkap.
      Abu Bakar meninggal. buku lembaran Al-Quran disimpan Umar bin Khattab. Khalifah  Usman bin Affan membukukan koleksi ini. Menjadi dasar penulisan teks Al-Quran. yang dikenal dengan Al-Quran “Mushaf Usmany”.
        Abu Bakar meninggal 23 Agustus 634 Masehi, di Madinah karena sakit. dimakamkan di rumah Aisyah, putrinya.
      Kondisi makam sekarang.  Makam Nabi Muhammad, Abu Bakar, dan Umar bin Khattab berada di sisi timur Masjid Nabawi, Madinah. Berada di bawah kubah berwarna hijau.
      Masjid Nabawi menghadap ke arah selatan. Ke arah Kakbah di Masjidil-Haram  Mekah. Mekah berada di selatan Madinah.
 Daftar Pustaka
1.    Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2.    Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3.    Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
4.    Al-Kandahlawi, Maulana Muhammad Zakaria. Himpunan Fadhilah Amal. Penerbit Ash-Shaff. Yogyakarta. 2000.


117. ABU BAKAR

ABU BAKAR, PEMBELA SETIA NABI
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Abu Bakar lahir Oktober 573 Masehi di Mekah. Meninggal 23 Agustus di Madinah. Lahir dengan nama Abdul Kakbah bin Abi Quhafah.  Abu bakar termasuk “Ash-shabiqunal awwalun”. Orang-orang yang terdahulu dan pertama masuk Islam.
      Ayahnya bernama Usman bin Amir. Dipanggil “Abu Quhafa”. Ibunya bernama Salam binti Sakhar. Dipanggil “Umi Khair”. Berasal keluarga kaum Bani Tamim. Abu Bakar kecil senang bermain dengan unta dan kambing. Dijuluki Abu Bakar berarti  “Bapaknya Unta”.
    Abu Bakar lebih muda 2 tahun dibandingkan dengan Nabi. Terlibat perdagangan sejak kecil. Abu Bakar lebih terkenal dalam dunia bisnis.
       Abu Bakar, 10 tahun, mengikuti rombongan berdagang ke Siria. Nabi Muhammad, 12 tahun, juga ikut. Diajak Abu Thalib turut dalam kafilah.
       Abu Bakar, 18 tahun, berprofesi sebagai pedagang kain. Mengikuti bisnis keluarga.     Abu Bakar sering berdagang ke luar negeri. Bersama kafilahnya. Berdagang ke Yaman, Siriah. Juga, beberapa tempat lainnya.
      Kegiatan dalam bisnis. Membuat Abu Bakar semakin kaya. Semakin berpengalaman berdagang. Bisnisnya semakin berkembang. Status sosial Abu Bakar tambah naik. Layaknya keluarga pedagang Mekah yang kaya. Abu Bakar adalah orang terpelajar. Bisa menulis dan membaca. Menyukai puisi.
       Abu Bakar masih kecil. Ayahnya membawanya ke Kakbah. Menyuruh Abu Bakar berdoa kepada berhala. Ayahnya pergi mengurus bisnis. Abu Bakar ditinggal sendirian.  
      Abu Bakar berdoa kepada berhala, "Ya tuhanku, aku membutuhkan pakaian.  Berikan kepadaku pakaian". Berhala tersebut tetap diam, tidak menanggapi permintaan Abu Bakar.
      Abu Bakar berdoa kepada berhala lainnya, "Ya tuhanku, berikanlah aku makanan yang lezat, lihatlah aku sangat lapar". Berhala itu masih tidak memberikan jawaban apa pun.
      Abu Bakar mengangkat sebuah batu. Berkata kepada berhala,"Saya sedang mengangkat batu. Mengarahkan kepadamu. Jika kamu memang tuhan, maka lindungilah dirimu sendiri".
      Abu Bakar melemparkan batu ke arah berhala. Pergi meninggalkan Kakbah. Sejak saat itu, Abu Bakar tidak pernah menyembah berhala.
      Nabi berdakwah, "Sesungguhnya aku adalah utusan Allah. Aku mengajak kamu kepada Allah."  Abu Bakar langsung masuk Islam. Nabi amat gembira.
       Abu Bakar menemui Usman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awam, dan Saad bin Abi Waqas. Mereka pun masuk Islam.
      Menurut Ibnu Katsir. Khadijah, istri Nabi, wanita pertama masuk Islam.  Zaid bin Haritsah, budak pertama masuk Islam. Ali bin Abi Thalib, anak kecil pertama masuk Islam. Abu Bakar, laki-laki dewasa  pertama masuk Islam.
      Istri pertama Abu Bakar, Qutailah binti Abdul-Uzza, tidak masuk Islam. Lalu bercerai. Istrinya yang lain, Umi Ruman, memeluk Islam. Semua anak Abu Bakar masuk  Islam.  Abdurrahman bin Abu Bakar memeluk Islam dalam perjanjian Hudaibiyah.
      Nabi Muhammad menikah dengan Khadijah. Rumah Nabi bertetangga dengan Abu Bakar. Nabi Muhammad muda sebagai pedagang, Abu Bakar muda ahli berdagang. Nabi Muhammad lebih tua 2 tahun. Abu Bakar berpostur “agak kurus”. Berkulit “putih”, dan berambut lebat.
      Pada awal Islam. Penganut agama Islam disiksa. Keluarga kaya dan terhormat dilindungi keluarganya. Para budak mengalami penyiksaan paling parah. Abu Bakar membelinya lalu membebaskannya.
     Bilal bin Rabah, seorang budak terkenal. Abu Bakar membelinya, lalu melepaskannya. akhrnya, Bilal menjadi sahabat setia Nabi. Muazin pertama pada zaman Nabi.
     Peristiwa Isra Mikraj. Penduduk Mekah gempar. Hampir semua pemeluk Islam kembali murtad. Mendengarkan kisah Nabi yang “tidak masuk akal”. Perjalanan dari Mekah ke Palestina. Berjarak lebih dari 1.000 km. Ditambah lagi “cerita” naik ke-7  langit. Sungguh mencengangkan dan membingungkan.
     Menunggang kuda tercepat. Berangkat ke Palestina memerlukan waktu sebulan. Kembalinya, juga membutuhkan sebulan. Nabi bercerita dalam Isra Mikraj. Berangkat dari Mekah ke Palestina, dan langsung kembali dari Palestina ke Mekah. Hanya ditempuh beberapa jam saja!. Sungguh “amat mustahil”. Tidak masuk dalam akal mereka.
     Tetapi, Abu Bakar berhasil mengubah semuanya. Dengan amat yakin Abu Bakar berkata, “Semua yang dikatakan Nabi Muhammad pasti benar!”.
      Abu Bakar mengumpulkan para tokoh Quraisy. Juga, semua orang yang pernah mengunjungi Palestina. Mereka dipersilakan bertanya kepada Nabi. Tentang “seluk beluk” Palestina. Padahal, Nabi sendiri belum pernah ke Palestina!
      Nabi Muhammad berhasil menjawab dengan baik. Semuanya mampu dijelaskan dengan amat sempurna.  Sungguh mengherankan. Sekali lagi, Nabi Muhammad belum pernah mengunjungi Palestina. 
     Nabi berkata, “Malam hari tadi, saya berjumpa dengan suatu kafilah dari Mekah. Mereka kehilangan satu unta. Saya menunjukkan tempatnya. Untanya berhasil ditemukan. Saya minum sebagian bekal air mereka. Dua hari lagi mereka datang.”
    Nabi menyebutkan nama semua orang. Yang ikut dalam rombongan kafilah. Jumlah untanya, dan perbekalan lainnya.
     Penduduk Mekah berkumpul. Bergerombol berjajar di tepi pintu masuk  Mekah. Menunggu kedatangan kafilah yang diceritakan Nabi Muhammad. Rombongan kafilah datang.
    Penduduk Mekah bertanya kepada anggota rombongan. Ternyata, semuanya benar seperti yang diceritakan Nabi Muhammad. Sungguh, mengherankan. Semua pemeluk Islam bertambah kuat keyakinan mereka.
      Nabi Muhammad memberi gelar “Ash-Shiddiq”. Yang berarti “Berkata benar.“ Abu Bakar membenarkan peristiwa Isra Mikraj. Dikenal dengan nama "Abu Bakar Sidik".
     Nabi hijrah dari Mekah ke Madinah. Abu Bakar menemani bersembunyi di gua Tsur. Selama 3 malam. menghindari kejaran pasukan Quraisy. Menempuh jalur yang sulit. Menuju Madinah. Berjalan selama 7 hari.
         Abu Bakar juga mertua dengan Nabi Muhammad. Aisyah, putri Abu Bakar  menikah dengan Nabi. Beberapa waktu setelah Hijrah.
       Nabi Muhammad sakit.  Abu Bakar menjadi imam salat. Menggantikan Nabi.  Banyak yang menganggap ini “tanda” Abu Bakar akan menggantikan posisi Nabi.
      Nabi Muhammad meninggal dunia.  Abu Bakar sahabat Nabi paling tabah menghadapinya.  Abu Bakar pemimpin baru umat Islam. Khalifah Islam pertama. Mulai tahun 632 sampai 634 Masehi.
      Pasukan abu Bakar berhasil mengalahkan Kaisar Bizantium dan Kaisar Sassanid. Panglima Khalid bin Walid menaklukkan Irak dan Syria.
        Para penghafal Al-Quran banyak meninggal. Abu Bakar  mengumpulkan koleksi lembaran Al-Quran. Zaid bin Tsabit, sebagai ketua tim. Mengumpulkan semua lembaran Al-Quran.  Berasal dari para penghafal Al-Quran, tulisan pada tulang, kulit dan bahan lainnya. Abu Bakar menyimpan buku kumpulan Al-Quran yang lengkap.
      Abu Bakar meninggal. buku lembaran Al-Quran disimpan Umar bin Khattab. Khalifah  Usman bin Affan membukukan koleksi ini. Menjadi dasar penulisan teks Al-Quran. yang dikenal dengan Al-Quran “Mushaf Usmany”.
        Abu Bakar meninggal 23 Agustus 634 Masehi, di Madinah karena sakit. dimakamkan di rumah Aisyah, putrinya.
      Kondisi makam sekarang.  Makam Nabi Muhammad, Abu Bakar, dan Umar bin Khattab berada di sisi timur Masjid Nabawi, Madinah. Berada di bawah kubah berwarna hijau.
      Masjid Nabawi menghadap ke arah selatan. Ke arah Kakbah di Masjidil-Haram  Mekah. Mekah berada di selatan Madinah.
 Daftar Pustaka
1.    Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2.    Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3.    Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
4.    Al-Kandahlawi, Maulana Muhammad Zakaria. Himpunan Fadhilah Amal. Penerbit Ash-Shaff. Yogyakarta. 2000.


116. ZAID ALKHAIR

ZAID AL-KHAIR, BADUI “NDESO”.
BERTANYA TENTANG ORANG DISUKAI ALLAH.
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo


      Zaid Al-Khail, seorang Badui “ndeso”. Berasal dari pedalaman. Tempat yang jauh dari Madinah. Dia telah memeluk Islam. Zaid Al-Khail berangkat dari tempat tinggalnya. Menuju ke Madinah. Menunggang seekor unta. Selama 15 hari perjalanan. .
      Zaid Al-Khail tiba di Madinah. Dia mengikat untanya. Di luar Masjid Madinah. Kemudian masuk ke dalam masjid. Menjumpai Nabi Muhammad. Zaid Al-Khail berkata,”Ya Nabi, saya telah melelahkan untaku selama 9 hari. Saya menuntunnya selama 6 hari. Terus menerus. Tanpa berhenti.”
   Zaid Al-Khail melanjutkan,”Saya berpuasa di siang hari. Dan jarang tidur di malam hari. Sehingga untaku amat lelah. Semua itu saya lakukan untuk menanyakan dua hal. Sampai saya sulit tidur.”  
      Nabi memandang Si Badui dengan kagum. Seorang muslim biasa. Orang yang sederhana. Berjuang begitu beratnya. Menempuh perjalanan jauh. Berjalan selama 15 hari. Untuk memperoleh penjelasan. Langsung dari Nabi.
      Nabi bersabda, “Siapakah namamu?” Si Badui menjawab, “Nama saya, Zaid Al-Khail.” Yang bermakna “Zaid, Sang Unta”. Nabi tampaknya kurang berkenan dengan nama itu. Nabi bersabda,”Oh, jadi namamu, Zaid Al-Khair.” Yang bermakna “Zaid, yang penuh kebaikan.”
      Jelas sekali, Nabi ingin mengganti namanya. Dia berkata,”Benar,  Ya Nabi. Nama saya, Zaid Al-Khair.”  Zaid Al-Khair amat senang dengan nama barunya. Karena yang memberi nama Nabi sendiri.
           Nabi bersabda,”Sekarang, silakan bertanya kepadaku.” Zaid Al-Khair berkata,” Ya, Nabi. Saya ingin bertanya tentang tanda-tanda orang yang disukai Allah, dan ciri-ciri orang yang dibenci Allah.” Nabi bersabda,” Untung, untung,…”
    Nabi amat gembira mendengarnya. Tak keliru, jika namanya memang Al-Khoir. Yang penuh kebaikan. Nabi bersabda,”Wahai Zaid Al-Khair. Bagaimanakah keadaanmu sekarang?”  Zaid Al-Khair menjawab,”Saya sekarang senang dengan amal kebaikan. Suka dengan orang yang berbuat kebaikan. Gembira dengan tersebarnya kebaikan.”
      Zaid Al-Khair melanjutkan,”Saya menyesal, jika tak ikut berbuat  amal kebaikan. Saya selalu rindu untuk berbuat kebaikan. Jika saya berbuat kebaikan, pasti Allah akan memberikan pahalanya.”
    Nabi bersabda, “Ya, itulah tanda-tanda orang yang disukai Allah. Apabila Allah membencimu. Tentulah kamu akan melakukan yang berlawanan dengan itu. Yaitu kamu akan senang berbuat keburukan. Suka berbuat jahat. Gembira dengan orang yang berbuat kejelekan.”
      Zaid Al-Khair berkata,”Sudah cukup. Ya, Nabi” Seolah dia tak ingin Nabi melanjutkan penjelasannya. Dia mengucapkan terima kasih. Zaid Al-Khair pamit keluar masjid. Dia menunggang untanya. Kembali pulang.
      Wajah Nabi sumringah. Tanda beliau amat gembira. Mengapa? Seorang musafir datang dari jauh.  Tak bergaul dengan Nabi, tetapi dia merasakan nuansa kasih sayang Allah. Yang begitu mendalam.
      Seorang Badui “ndeso”. Berasal dari daerah pedalaman. Wilayah yang “adoh kawat”. Tetapi, bisa menikmati “kasih sayang” Nabi. Seperti yang dirasakan para sahabat. Yang setiap hari berada di sekitar Nabi.  
Daftar Pustaka
1. Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004   
4. Kisah Para Sahabat.

116. ZAID ALKHAIR

ZAID AL-KHAIR, BADUI “NDESO”.
BERTANYA TENTANG ORANG DISUKAI ALLAH.
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo


      Zaid Al-Khail, seorang Badui “ndeso”. Berasal dari pedalaman. Tempat yang jauh dari Madinah. Dia telah memeluk Islam. Zaid Al-Khail berangkat dari tempat tinggalnya. Menuju ke Madinah. Menunggang seekor unta. Selama 15 hari perjalanan. .
      Zaid Al-Khail tiba di Madinah. Dia mengikat untanya. Di luar Masjid Madinah. Kemudian masuk ke dalam masjid. Menjumpai Nabi Muhammad. Zaid Al-Khail berkata,”Ya Nabi, saya telah melelahkan untaku selama 9 hari. Saya menuntunnya selama 6 hari. Terus menerus. Tanpa berhenti.”
   Zaid Al-Khail melanjutkan,”Saya berpuasa di siang hari. Dan jarang tidur di malam hari. Sehingga untaku amat lelah. Semua itu saya lakukan untuk menanyakan dua hal. Sampai saya sulit tidur.”  
      Nabi memandang Si Badui dengan kagum. Seorang muslim biasa. Orang yang sederhana. Berjuang begitu beratnya. Menempuh perjalanan jauh. Berjalan selama 15 hari. Untuk memperoleh penjelasan. Langsung dari Nabi.
      Nabi bersabda, “Siapakah namamu?” Si Badui menjawab, “Nama saya, Zaid Al-Khail.” Yang bermakna “Zaid, Sang Unta”. Nabi tampaknya kurang berkenan dengan nama itu. Nabi bersabda,”Oh, jadi namamu, Zaid Al-Khair.” Yang bermakna “Zaid, yang penuh kebaikan.”
      Jelas sekali, Nabi ingin mengganti namanya. Dia berkata,”Benar,  Ya Nabi. Nama saya, Zaid Al-Khair.”  Zaid Al-Khair amat senang dengan nama barunya. Karena yang memberi nama Nabi sendiri.
           Nabi bersabda,”Sekarang, silakan bertanya kepadaku.” Zaid Al-Khair berkata,” Ya, Nabi. Saya ingin bertanya tentang tanda-tanda orang yang disukai Allah, dan ciri-ciri orang yang dibenci Allah.” Nabi bersabda,” Untung, untung,…”
    Nabi amat gembira mendengarnya. Tak keliru, jika namanya memang Al-Khoir. Yang penuh kebaikan. Nabi bersabda,”Wahai Zaid Al-Khair. Bagaimanakah keadaanmu sekarang?”  Zaid Al-Khair menjawab,”Saya sekarang senang dengan amal kebaikan. Suka dengan orang yang berbuat kebaikan. Gembira dengan tersebarnya kebaikan.”
      Zaid Al-Khair melanjutkan,”Saya menyesal, jika tak ikut berbuat  amal kebaikan. Saya selalu rindu untuk berbuat kebaikan. Jika saya berbuat kebaikan, pasti Allah akan memberikan pahalanya.”
    Nabi bersabda, “Ya, itulah tanda-tanda orang yang disukai Allah. Apabila Allah membencimu. Tentulah kamu akan melakukan yang berlawanan dengan itu. Yaitu kamu akan senang berbuat keburukan. Suka berbuat jahat. Gembira dengan orang yang berbuat kejelekan.”
      Zaid Al-Khair berkata,”Sudah cukup. Ya, Nabi” Seolah dia tak ingin Nabi melanjutkan penjelasannya. Dia mengucapkan terima kasih. Zaid Al-Khair pamit keluar masjid. Dia menunggang untanya. Kembali pulang.
      Wajah Nabi sumringah. Tanda beliau amat gembira. Mengapa? Seorang musafir datang dari jauh.  Tak bergaul dengan Nabi, tetapi dia merasakan nuansa kasih sayang Allah. Yang begitu mendalam.
      Seorang Badui “ndeso”. Berasal dari daerah pedalaman. Wilayah yang “adoh kawat”. Tetapi, bisa menikmati “kasih sayang” Nabi. Seperti yang dirasakan para sahabat. Yang setiap hari berada di sekitar Nabi.  
Daftar Pustaka
1. Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004   
4. Kisah Para Sahabat.

116. ZAID ALKHAIR

ZAID AL-KHAIR, BADUI “NDESO”.
BERTANYA TENTANG ORANG DISUKAI ALLAH.
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo


      Zaid Al-Khail, seorang Badui “ndeso”. Berasal dari pedalaman. Tempat yang jauh dari Madinah. Dia telah memeluk Islam. Zaid Al-Khail berangkat dari tempat tinggalnya. Menuju ke Madinah. Menunggang seekor unta. Selama 15 hari perjalanan. .
      Zaid Al-Khail tiba di Madinah. Dia mengikat untanya. Di luar Masjid Madinah. Kemudian masuk ke dalam masjid. Menjumpai Nabi Muhammad. Zaid Al-Khail berkata,”Ya Nabi, saya telah melelahkan untaku selama 9 hari. Saya menuntunnya selama 6 hari. Terus menerus. Tanpa berhenti.”
   Zaid Al-Khail melanjutkan,”Saya berpuasa di siang hari. Dan jarang tidur di malam hari. Sehingga untaku amat lelah. Semua itu saya lakukan untuk menanyakan dua hal. Sampai saya sulit tidur.”  
      Nabi memandang Si Badui dengan kagum. Seorang muslim biasa. Orang yang sederhana. Berjuang begitu beratnya. Menempuh perjalanan jauh. Berjalan selama 15 hari. Untuk memperoleh penjelasan. Langsung dari Nabi.
      Nabi bersabda, “Siapakah namamu?” Si Badui menjawab, “Nama saya, Zaid Al-Khail.” Yang bermakna “Zaid, Sang Unta”. Nabi tampaknya kurang berkenan dengan nama itu. Nabi bersabda,”Oh, jadi namamu, Zaid Al-Khair.” Yang bermakna “Zaid, yang penuh kebaikan.”
      Jelas sekali, Nabi ingin mengganti namanya. Dia berkata,”Benar,  Ya Nabi. Nama saya, Zaid Al-Khair.”  Zaid Al-Khair amat senang dengan nama barunya. Karena yang memberi nama Nabi sendiri.
           Nabi bersabda,”Sekarang, silakan bertanya kepadaku.” Zaid Al-Khair berkata,” Ya, Nabi. Saya ingin bertanya tentang tanda-tanda orang yang disukai Allah, dan ciri-ciri orang yang dibenci Allah.” Nabi bersabda,” Untung, untung,…”
    Nabi amat gembira mendengarnya. Tak keliru, jika namanya memang Al-Khoir. Yang penuh kebaikan. Nabi bersabda,”Wahai Zaid Al-Khair. Bagaimanakah keadaanmu sekarang?”  Zaid Al-Khair menjawab,”Saya sekarang senang dengan amal kebaikan. Suka dengan orang yang berbuat kebaikan. Gembira dengan tersebarnya kebaikan.”
      Zaid Al-Khair melanjutkan,”Saya menyesal, jika tak ikut berbuat  amal kebaikan. Saya selalu rindu untuk berbuat kebaikan. Jika saya berbuat kebaikan, pasti Allah akan memberikan pahalanya.”
    Nabi bersabda, “Ya, itulah tanda-tanda orang yang disukai Allah. Apabila Allah membencimu. Tentulah kamu akan melakukan yang berlawanan dengan itu. Yaitu kamu akan senang berbuat keburukan. Suka berbuat jahat. Gembira dengan orang yang berbuat kejelekan.”
      Zaid Al-Khair berkata,”Sudah cukup. Ya, Nabi” Seolah dia tak ingin Nabi melanjutkan penjelasannya. Dia mengucapkan terima kasih. Zaid Al-Khair pamit keluar masjid. Dia menunggang untanya. Kembali pulang.
      Wajah Nabi sumringah. Tanda beliau amat gembira. Mengapa? Seorang musafir datang dari jauh.  Tak bergaul dengan Nabi, tetapi dia merasakan nuansa kasih sayang Allah. Yang begitu mendalam.
      Seorang Badui “ndeso”. Berasal dari daerah pedalaman. Wilayah yang “adoh kawat”. Tetapi, bisa menikmati “kasih sayang” Nabi. Seperti yang dirasakan para sahabat. Yang setiap hari berada di sekitar Nabi.  
Daftar Pustaka
1. Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004   
4. Kisah Para Sahabat.

116. ZAID AL-KHAIR

ZAID AL-KHAIR, BADUI “NDESO”.
BERTANYA TENTANG ORANG DISUKAI ALLAH.
            Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Zaid Al-Khail, seorang Badui “ndeso”. Berasal dari pedalaman. Tempat yang jauh dari Madinah. Dia telah memeluk Islam. Zaid Al-Khail berangkat dari tempat tinggalnya. Menuju ke Madinah. Menunggang seekor unta. Selama 15 hari perjalanan. .
      Zaid Al-Khail tiba di Madinah. Dia mengikat untanya. Di luar Masjid Madinah. Kemudian masuk ke dalam masjid. Menjumpai Nabi Muhammad. Zaid Al-Khail berkata,”Ya Nabi, saya telah melelahkan untaku selama 9 hari. Saya menuntunnya selama 6 hari. Terus menerus. Tanpa berhenti.”
   Zaid Al-Khail melanjutkan,”Saya berpuasa di siang hari. Dan jarang tidur di malam hari. Sehingga untaku amat lelah. Semua itu saya lakukan untuk menanyakan dua hal. Sampai saya sulit tidur.”  
      Nabi memandang Si Badui dengan kagum. Seorang muslim biasa. Orang yang sederhana. Berjuang begitu beratnya. Menempuh perjalanan jauh. Berjalan selama 15 hari. Untuk memperoleh penjelasan. Langsung dari Nabi.
      Nabi bersabda, “Siapakah namamu?” Si Badui menjawab, “Nama saya, Zaid Al-Khail.” Yang bermakna “Zaid, Sang Unta”. Nabi tampaknya kurang berkenan dengan nama itu. Nabi bersabda,”Oh, jadi namamu, Zaid Al-Khair.” Yang bermakna “Zaid, yang penuh kebaikan.”
      Jelas sekali, Nabi ingin mengganti namanya. Dia berkata,”Benar,  Ya Nabi. Nama saya, Zaid Al-Khair.”  Zaid Al-Khair amat senang dengan nama barunya. Karena yang memberi nama Nabi sendiri.
           Nabi bersabda,”Sekarang, silakan bertanya kepadaku.” Zaid Al-Khair berkata,” Ya, Nabi. Saya ingin bertanya tentang tanda-tanda orang yang disukai Allah, dan ciri-ciri orang yang dibenci Allah.” Nabi bersabda,” Untung, untung,…”
    Nabi amat gembira mendengarnya. Tak keliru, jika namanya memang Al-Khoir. Yang penuh kebaikan. Nabi bersabda,”Wahai Zaid Al-Khair. Bagaimanakah keadaanmu sekarang?”  Zaid Al-Khair menjawab,”Saya sekarang senang dengan amal kebaikan. Suka dengan orang yang berbuat kebaikan. Gembira dengan tersebarnya kebaikan.”
      Zaid Al-Khair melanjutkan,”Saya menyesal, jika tak ikut berbuat  amal kebaikan. Saya selalu rindu untuk berbuat kebaikan. Jika saya berbuat kebaikan, pasti Allah akan memberikan pahalanya.”
    Nabi bersabda, “Ya, itulah tanda-tanda orang yang disukai Allah. Apabila Allah membencimu. Tentulah kamu akan melakukan yang berlawanan dengan itu. Yaitu kamu akan senang berbuat keburukan. Suka berbuat jahat. Gembira dengan orang yang berbuat kejelekan.”
      Zaid Al-Khair berkata,”Sudah cukup. Ya, Nabi” Seolah dia tak ingin Nabi melanjutkan penjelasannya. Dia mengucapkan terima kasih. Zaid Al-Khair pamit keluar masjid. Dia menunggang untanya. Kembali pulang.
      Wajah Nabi sumringah. Tanda beliau amat gembira. Mengapa? Seorang musafir datang dari jauh.  Tak bergaul dengan Nabi, tetapi dia merasakan nuansa kasih sayang Allah. Yang begitu mendalam.
      Seorang Badui “ndeso”. Berasal dari daerah pedalaman. Wilayah yang “adoh kawat”. Tetapi, bisa menikmati “kasih sayang” Nabi. Seperti yang dirasakan para sahabat. Yang setiap hari berada di sekitar Nabi.   
Daftar Pustaka
1.    Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2.    Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3.    Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004   
4.    Kisah Para Sahabat.
    




116. ZAID AL-KHAIR

ZAID AL-KHAIR, BADUI “NDESO”.
BERTANYA TENTANG ORANG DISUKAI ALLAH.
            Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Zaid Al-Khail, seorang Badui “ndeso”. Berasal dari pedalaman. Tempat yang jauh dari Madinah. Dia telah memeluk Islam. Zaid Al-Khail berangkat dari tempat tinggalnya. Menuju ke Madinah. Menunggang seekor unta. Selama 15 hari perjalanan. .
      Zaid Al-Khail tiba di Madinah. Dia mengikat untanya. Di luar Masjid Madinah. Kemudian masuk ke dalam masjid. Menjumpai Nabi Muhammad. Zaid Al-Khail berkata,”Ya Nabi, saya telah melelahkan untaku selama 9 hari. Saya menuntunnya selama 6 hari. Terus menerus. Tanpa berhenti.”
   Zaid Al-Khail melanjutkan,”Saya berpuasa di siang hari. Dan jarang tidur di malam hari. Sehingga untaku amat lelah. Semua itu saya lakukan untuk menanyakan dua hal. Sampai saya sulit tidur.”  
      Nabi memandang Si Badui dengan kagum. Seorang muslim biasa. Orang yang sederhana. Berjuang begitu beratnya. Menempuh perjalanan jauh. Berjalan selama 15 hari. Untuk memperoleh penjelasan. Langsung dari Nabi.
      Nabi bersabda, “Siapakah namamu?” Si Badui menjawab, “Nama saya, Zaid Al-Khail.” Yang bermakna “Zaid, Sang Unta”. Nabi tampaknya kurang berkenan dengan nama itu. Nabi bersabda,”Oh, jadi namamu, Zaid Al-Khair.” Yang bermakna “Zaid, yang penuh kebaikan.”
      Jelas sekali, Nabi ingin mengganti namanya. Dia berkata,”Benar,  Ya Nabi. Nama saya, Zaid Al-Khair.”  Zaid Al-Khair amat senang dengan nama barunya. Karena yang memberi nama Nabi sendiri.
           Nabi bersabda,”Sekarang, silakan bertanya kepadaku.” Zaid Al-Khair berkata,” Ya, Nabi. Saya ingin bertanya tentang tanda-tanda orang yang disukai Allah, dan ciri-ciri orang yang dibenci Allah.” Nabi bersabda,” Untung, untung,…”
    Nabi amat gembira mendengarnya. Tak keliru, jika namanya memang Al-Khoir. Yang penuh kebaikan. Nabi bersabda,”Wahai Zaid Al-Khair. Bagaimanakah keadaanmu sekarang?”  Zaid Al-Khair menjawab,”Saya sekarang senang dengan amal kebaikan. Suka dengan orang yang berbuat kebaikan. Gembira dengan tersebarnya kebaikan.”
      Zaid Al-Khair melanjutkan,”Saya menyesal, jika tak ikut berbuat  amal kebaikan. Saya selalu rindu untuk berbuat kebaikan. Jika saya berbuat kebaikan, pasti Allah akan memberikan pahalanya.”
    Nabi bersabda, “Ya, itulah tanda-tanda orang yang disukai Allah. Apabila Allah membencimu. Tentulah kamu akan melakukan yang berlawanan dengan itu. Yaitu kamu akan senang berbuat keburukan. Suka berbuat jahat. Gembira dengan orang yang berbuat kejelekan.”
      Zaid Al-Khair berkata,”Sudah cukup. Ya, Nabi” Seolah dia tak ingin Nabi melanjutkan penjelasannya. Dia mengucapkan terima kasih. Zaid Al-Khair pamit keluar masjid. Dia menunggang untanya. Kembali pulang.
      Wajah Nabi sumringah. Tanda beliau amat gembira. Mengapa? Seorang musafir datang dari jauh.  Tak bergaul dengan Nabi, tetapi dia merasakan nuansa kasih sayang Allah. Yang begitu mendalam.
      Seorang Badui “ndeso”. Berasal dari daerah pedalaman. Wilayah yang “adoh kawat”. Tetapi, bisa menikmati “kasih sayang” Nabi. Seperti yang dirasakan para sahabat. Yang setiap hari berada di sekitar Nabi.   
Daftar Pustaka
1.    Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2.    Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3.    Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004   
4.    Kisah Para Sahabat.