Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Thursday, December 28, 2017

596. IFTI

BERBAGAI BACAAN DOA IFTITAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang berbagai macam doa iftitah yang dibaca pada awal salat setelah takbiratul ihram?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya.
      Doa iftitah adalah bacaan pembukaan atau permulaan setelah membaca takbiratul ihram dalam salat.
     Beberapa doa istiftah yang pernah diamalkan dan diajarkan oleh Nabi Muhammad adalah sebagai berikut.

اللَّهُمَّ باَعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا باَعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ، اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اللَّهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ

       “Ya Allah, jauhkan antara aku dengan dosa-dosaku sebagaimana telah Engkau jauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, sucikan aku dari dosa-dosa sebagaimana disucikannya kain yang putih dari kotoran. Ya Allah basuhlah dosa-dosaku dengan air, salju dan air yang sejuk”. (HR. Bukhari dan Muslim).

وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ، إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ، وَمَمَاتِي لِلهِ رَبِّ الْعَلَمِيْنَ، لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَبِذلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ. اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَنْتَ رَبِّي وَأَنَا عَبْدُكَ، ظَلَمْتُ نَفْسِي وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي ذَنْبِي جَمِيْعًا إِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ. وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلاَقِ، لاَ يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ. وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا, لاَ يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ. لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ، وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ، وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ، أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ، تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

      “Aku hadapkan wajahku kepada Dia yang telah menciptakan langit dan bumi, aku condong kepada kebenaran, berserah diri kepada-Nya, aku tidak termasuk orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, matiku hanya untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya, dengan itulah aku diperintahkan, aku termasuk orang-orang yang berserah diri (muslim). Ya Allah, Engkaulah Penguasa, tidak ada tuhan selain Engkau. Engkau adalah Tuhanku, aku adalah hamba-Mu, aku telah menzalimi diriku, aku mengakui dosaku, ampunilah aku atas dosa-dosaku semuanya, sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau, tunjukkan padaku kebaikan akhlaq, tidak ada yang dapat menunjukkannya kecuali Engkau, alihkan dariku kejelekan prilaku, tidak ada yang dapat mengalihkannya kecuali Engkau, aku sambut panggilan-Mu, semua kebaikan berada dalam kedua tangan-Mu dan kejelekan tidak ada pada-Mu, aku bersama-Mu dan kepada-Mu, Maha Suci Engkau, Maha Tinggi Engkau, aku memohon ampun kepada-Mu dan aku kembali kepada-Mu”. (HR. Muslim,Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’I, Ibnu Majah dan Ahmad).

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، وَتَبَارَكَ اسْمُكَ، وَتَعَالَى جَدُّكَ، وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ

      “Maha Suci Engkau, Ya Allah, dan sepenuh pujian kepada-Mu. Berlimpah keberkahan nama-Mu, Maha Tinggi kemuliaan dan keagungan-Mu, dan tidak ada sesembahan yang benar kecuali Engkau.” (HR. Abu Dawud no. 776, An-Nasa‘i no. 899, dan selain keduanya dari Abu Sa’id Al-Khudri, dan disahihkan dalam Shahih Abi Dawud)

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً

      “Allah Maha Besar, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak. Mahasuci Allah pada waktu pagi dan petang.” (HR. Muslim no. 1357 dan yang selainnya dari Ibnu Umar)

الْحَمْدُ لِلهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ

     “Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, yang baik, lagi diberkahi di dalamnya.” (HR. Muslim no. 1356 dari Anas bin Malik)

اللهُ أَكْبَرُ (عَشْرًا)، الْحَمْدُ لِلهِ (عَشْرًا)، سُبْحَانَ اللهِ (عَشْرًا), لاَ إِلَهَ إلاَّ اللهُ (عَشْرًا)، أَسْتَغْفِرُ اللهَ (عَشْراً).
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي، وَاهْدِنِي، وَارْزُقْنِي، وَعَافِنِي (عَشْرًا).
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الضِّيْقِ يَوْمَ الْحِسَابِ (عَشْرًا)

      “Allah Maha Besar (10 kali). Segala puji bagi Allah (10 kali). Maha Suci Allah (10 kali), tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah (10 kali), aku memohon ampun kepada Allah (10 kali). (kemudian membaca) Ya Allah, ampunilah aku, berilah petunjuk kepadaku, berilah rezeki kepadaku dan maafkanlah aku. (10 kali). (kemudian diteruskan dengan membaca) Ya Allah, sungguh aku berlindung kepada-Mu dari kesempitan pada hari penghisaban (perhitungan amalan).” (HR. Ahmad 6/143 dan Thabarani dalam Al-Ausath 62/2, dari Aisyah, dengan sanad yang sahih sebagaimana dalam Ashlu Shifati Shalatin Nabi, 1/267).
Daftar Pustaka
1. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat.
2. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat.
3. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

596. IFTI

BERBAGAI BACAAN DOA IFTITAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang berbagai macam doa iftitah yang dibaca pada awal salat setelah takbiratul ihram?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya.
      Doa iftitah adalah bacaan pembukaan atau permulaan setelah membaca takbiratul ihram dalam salat.
     Beberapa doa istiftah yang pernah diamalkan dan diajarkan oleh Nabi Muhammad adalah sebagai berikut.

اللَّهُمَّ باَعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا باَعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ، اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اللَّهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ

       “Ya Allah, jauhkan antara aku dengan dosa-dosaku sebagaimana telah Engkau jauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, sucikan aku dari dosa-dosa sebagaimana disucikannya kain yang putih dari kotoran. Ya Allah basuhlah dosa-dosaku dengan air, salju dan air yang sejuk”. (HR. Bukhari dan Muslim).

وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ، إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ، وَمَمَاتِي لِلهِ رَبِّ الْعَلَمِيْنَ، لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَبِذلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ. اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَنْتَ رَبِّي وَأَنَا عَبْدُكَ، ظَلَمْتُ نَفْسِي وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي ذَنْبِي جَمِيْعًا إِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ. وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلاَقِ، لاَ يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ. وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا, لاَ يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ. لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ، وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ، وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ، أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ، تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

      “Aku hadapkan wajahku kepada Dia yang telah menciptakan langit dan bumi, aku condong kepada kebenaran, berserah diri kepada-Nya, aku tidak termasuk orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, matiku hanya untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya, dengan itulah aku diperintahkan, aku termasuk orang-orang yang berserah diri (muslim). Ya Allah, Engkaulah Penguasa, tidak ada tuhan selain Engkau. Engkau adalah Tuhanku, aku adalah hamba-Mu, aku telah menzalimi diriku, aku mengakui dosaku, ampunilah aku atas dosa-dosaku semuanya, sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau, tunjukkan padaku kebaikan akhlaq, tidak ada yang dapat menunjukkannya kecuali Engkau, alihkan dariku kejelekan prilaku, tidak ada yang dapat mengalihkannya kecuali Engkau, aku sambut panggilan-Mu, semua kebaikan berada dalam kedua tangan-Mu dan kejelekan tidak ada pada-Mu, aku bersama-Mu dan kepada-Mu, Maha Suci Engkau, Maha Tinggi Engkau, aku memohon ampun kepada-Mu dan aku kembali kepada-Mu”. (HR. Muslim,Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’I, Ibnu Majah dan Ahmad).

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، وَتَبَارَكَ اسْمُكَ، وَتَعَالَى جَدُّكَ، وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ

      “Maha Suci Engkau, Ya Allah, dan sepenuh pujian kepada-Mu. Berlimpah keberkahan nama-Mu, Maha Tinggi kemuliaan dan keagungan-Mu, dan tidak ada sesembahan yang benar kecuali Engkau.” (HR. Abu Dawud no. 776, An-Nasa‘i no. 899, dan selain keduanya dari Abu Sa’id Al-Khudri, dan disahihkan dalam Shahih Abi Dawud)

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً

      “Allah Maha Besar, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak. Mahasuci Allah pada waktu pagi dan petang.” (HR. Muslim no. 1357 dan yang selainnya dari Ibnu Umar)

الْحَمْدُ لِلهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ

     “Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, yang baik, lagi diberkahi di dalamnya.” (HR. Muslim no. 1356 dari Anas bin Malik)

اللهُ أَكْبَرُ (عَشْرًا)، الْحَمْدُ لِلهِ (عَشْرًا)، سُبْحَانَ اللهِ (عَشْرًا), لاَ إِلَهَ إلاَّ اللهُ (عَشْرًا)، أَسْتَغْفِرُ اللهَ (عَشْراً).
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي، وَاهْدِنِي، وَارْزُقْنِي، وَعَافِنِي (عَشْرًا).
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الضِّيْقِ يَوْمَ الْحِسَابِ (عَشْرًا)

      “Allah Maha Besar (10 kali). Segala puji bagi Allah (10 kali). Maha Suci Allah (10 kali), tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah (10 kali), aku memohon ampun kepada Allah (10 kali). (kemudian membaca) Ya Allah, ampunilah aku, berilah petunjuk kepadaku, berilah rezeki kepadaku dan maafkanlah aku. (10 kali). (kemudian diteruskan dengan membaca) Ya Allah, sungguh aku berlindung kepada-Mu dari kesempitan pada hari penghisaban (perhitungan amalan).” (HR. Ahmad 6/143 dan Thabarani dalam Al-Ausath 62/2, dari Aisyah, dengan sanad yang sahih sebagaimana dalam Ashlu Shifati Shalatin Nabi, 1/267).
Daftar Pustaka
1. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat.
2. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat.
3. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

595. TAAWUZ

BACAAN TAAWUZ DALAM SALAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hukum membaca taawuz dalam salat?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya.
      Taawuz adalah permohonan perlindungan kepada Allah dari gangguan setan, dengan ucapan “audzu billahi minasy syaitanir rajim”.

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ ،
“Aku berlindung kepada Allah dari gangguan setan yang terkutuk.”

أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

      “Aku berlindung kepada Allah Yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui dari gangguan setan yang terkutuk.”
     Menurut mazhab Maliki bahwa membaca taawuz sebelum surah Al-Fatihah dan surah Al-Quran dalam salat hukumnya adalah makruh, berdasarkan hadis Anas yang berkata,“Sesungguhnya Rasulullah, Abu Bakar dan Umar bin Khattab mengawali salat mereka dengan membaca ‘alhamdulillahi rabbil alamin’.”
      Menurut mazhab Hanafi ketika umat Islam mengerjakan salat, maka dianjurkan untuk mengucapkan taawuz secara “jahar” (keras) hanya pada rakaat pertama saja, sebelum membaca surat Al-Fatihah dan surah Al-Quran, sedangkan pada rakaat berikutnya tidak perlu membaca taawuz.”
     Menurut mazhab Syafi’i dan mazhab Hambali, ketika mengerjakan salat, maka   dianjurkan untuk membaca taawuz secara “sirr” (pelan) pada awal setiap rakaat, dalilnya adalah hadis riwayat Imam Ahmad dan Tirmidzi dari Abu Sa’id Khudri,”Rasulullah ketika akan melaksanakan salat, beliau mengawali dengan mengucapkan taawuz.”
      Ibnu Mundzir berkata,”Rasulullah ketika salat, beliau mengawalinya dengan membaca dengan taawuz sebelum membaca surat Al-fatihah dan surah Al-Quran.”
      Menurut mazhab Hanafi dan mazhab Hambali bacaan taawuz dalam salat diucapkan dengan “sirr” (pelan), sedangkan menurut mazhab Syafii bacaan taawuz diucapkan dengan “jahar” (keras).
       Al-Quran surah An-Nahl, surah ke-16 ayat 98.

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

      “Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.”

Daftar Pustaka
1. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat.
2. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat.
3. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

595. TAAWUZ

BACAAN TAAWUZ DALAM SALAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hukum membaca taawuz dalam salat?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya.
      Taawuz adalah permohonan perlindungan kepada Allah dari gangguan setan, dengan ucapan “audzu billahi minasy syaitanir rajim”.

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ ،
“Aku berlindung kepada Allah dari gangguan setan yang terkutuk.”

أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

      “Aku berlindung kepada Allah Yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui dari gangguan setan yang terkutuk.”
     Menurut mazhab Maliki bahwa membaca taawuz sebelum surah Al-Fatihah dan surah Al-Quran dalam salat hukumnya adalah makruh, berdasarkan hadis Anas yang berkata,“Sesungguhnya Rasulullah, Abu Bakar dan Umar bin Khattab mengawali salat mereka dengan membaca ‘alhamdulillahi rabbil alamin’.”
      Menurut mazhab Hanafi ketika umat Islam mengerjakan salat, maka dianjurkan untuk mengucapkan taawuz secara “jahar” (keras) hanya pada rakaat pertama saja, sebelum membaca surat Al-Fatihah dan surah Al-Quran, sedangkan pada rakaat berikutnya tidak perlu membaca taawuz.”
     Menurut mazhab Syafi’i dan mazhab Hambali, ketika mengerjakan salat, maka   dianjurkan untuk membaca taawuz secara “sirr” (pelan) pada awal setiap rakaat, dalilnya adalah hadis riwayat Imam Ahmad dan Tirmidzi dari Abu Sa’id Khudri,”Rasulullah ketika akan melaksanakan salat, beliau mengawali dengan mengucapkan taawuz.”
      Ibnu Mundzir berkata,”Rasulullah ketika salat, beliau mengawalinya dengan membaca dengan taawuz sebelum membaca surat Al-fatihah dan surah Al-Quran.”
      Menurut mazhab Hanafi dan mazhab Hambali bacaan taawuz dalam salat diucapkan dengan “sirr” (pelan), sedangkan menurut mazhab Syafii bacaan taawuz diucapkan dengan “jahar” (keras).
       Al-Quran surah An-Nahl, surah ke-16 ayat 98.

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

      “Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.”

Daftar Pustaka
1. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat.
2. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat.
3. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

595. TAAWUZ

BACAAN TAAWUZ DALAM SALAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hukum membaca taawuz dalam salat?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya.
      Taawuz adalah permohonan perlindungan kepada Allah dari gangguan setan, dengan ucapan “audzu billahi minasy syaitanir rajim”.

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ ،
“Aku berlindung kepada Allah dari gangguan setan yang terkutuk.”

أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

      “Aku berlindung kepada Allah Yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui dari gangguan setan yang terkutuk.”
     Menurut mazhab Maliki bahwa membaca taawuz sebelum surah Al-Fatihah dan surah Al-Quran dalam salat hukumnya adalah makruh, berdasarkan hadis Anas yang berkata,“Sesungguhnya Rasulullah, Abu Bakar dan Umar bin Khattab mengawali salat mereka dengan membaca ‘alhamdulillahi rabbil alamin’.”
      Menurut mazhab Hanafi ketika umat Islam mengerjakan salat, maka dianjurkan untuk mengucapkan taawuz secara “jahar” (keras) hanya pada rakaat pertama saja, sebelum membaca surat Al-Fatihah dan surah Al-Quran, sedangkan pada rakaat berikutnya tidak perlu membaca taawuz.”
     Menurut mazhab Syafi’i dan mazhab Hambali, ketika mengerjakan salat, maka   dianjurkan untuk membaca taawuz secara “sirr” (pelan) pada awal setiap rakaat, dalilnya adalah hadis riwayat Imam Ahmad dan Tirmidzi dari Abu Sa’id Khudri,”Rasulullah ketika akan melaksanakan salat, beliau mengawali dengan mengucapkan taawuz.”
      Ibnu Mundzir berkata,”Rasulullah ketika salat, beliau mengawalinya dengan membaca dengan taawuz sebelum membaca surat Al-fatihah dan surah Al-Quran.”
      Menurut mazhab Hanafi dan mazhab Hambali bacaan taawuz dalam salat diucapkan dengan “sirr” (pelan), sedangkan menurut mazhab Syafii bacaan taawuz diucapkan dengan “jahar” (keras).
       Al-Quran surah An-Nahl, surah ke-16 ayat 98.

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

      “Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.”

Daftar Pustaka
1. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat.
2. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat.
3. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

595. TAAWUZ

BACAAN TAAWUZ DALAM SALAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hukum membaca taawuz dalam salat?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya.
      Taawuz adalah permohonan perlindungan kepada Allah dari gangguan setan, dengan ucapan “audzu billahi minasy syaitanir rajim”.

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ ،
“Aku berlindung kepada Allah dari gangguan setan yang terkutuk.”

أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

      “Aku berlindung kepada Allah Yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui dari gangguan setan yang terkutuk.”
     Menurut mazhab Maliki bahwa membaca taawuz sebelum surah Al-Fatihah dan surah Al-Quran dalam salat hukumnya adalah makruh, berdasarkan hadis Anas yang berkata,“Sesungguhnya Rasulullah, Abu Bakar dan Umar bin Khattab mengawali salat mereka dengan membaca ‘alhamdulillahi rabbil alamin’.”
      Menurut mazhab Hanafi ketika umat Islam mengerjakan salat, maka dianjurkan untuk mengucapkan taawuz secara “jahar” (keras) hanya pada rakaat pertama saja, sebelum membaca surat Al-Fatihah dan surah Al-Quran, sedangkan pada rakaat berikutnya tidak perlu membaca taawuz.”
     Menurut mazhab Syafi’i dan mazhab Hambali, ketika mengerjakan salat, maka   dianjurkan untuk membaca taawuz secara “sirr” (pelan) pada awal setiap rakaat, dalilnya adalah hadis riwayat Imam Ahmad dan Tirmidzi dari Abu Sa’id Khudri,”Rasulullah ketika akan melaksanakan salat, beliau mengawali dengan mengucapkan taawuz.”
      Ibnu Mundzir berkata,”Rasulullah ketika salat, beliau mengawalinya dengan membaca dengan taawuz sebelum membaca surat Al-fatihah dan surah Al-Quran.”
      Menurut mazhab Hanafi dan mazhab Hambali bacaan taawuz dalam salat diucapkan dengan “sirr” (pelan), sedangkan menurut mazhab Syafii bacaan taawuz diucapkan dengan “jahar” (keras).
       Al-Quran surah An-Nahl, surah ke-16 ayat 98.

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

      “Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.”

Daftar Pustaka
1. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat.
2. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat.
3. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

595. TAAWUZ

BACAAN TAAWUZ DALAM SALAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hukum membaca taawuz dalam salat?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya.
      Taawuz adalah permohonan perlindungan kepada Allah dari gangguan setan, dengan ucapan “audzu billahi minasy syaitanir rajim”.

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ ،
“Aku berlindung kepada Allah dari gangguan setan yang terkutuk.”

أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

      “Aku berlindung kepada Allah Yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui dari gangguan setan yang terkutuk.”
     Menurut mazhab Maliki bahwa membaca taawuz sebelum surah Al-Fatihah dan surah Al-Quran dalam salat hukumnya adalah makruh, berdasarkan hadis Anas yang berkata,“Sesungguhnya Rasulullah, Abu Bakar dan Umar bin Khattab mengawali salat mereka dengan membaca ‘alhamdulillahi rabbil alamin’.”
      Menurut mazhab Hanafi ketika umat Islam mengerjakan salat, maka dianjurkan untuk mengucapkan taawuz secara “jahar” (keras) hanya pada rakaat pertama saja, sebelum membaca surat Al-Fatihah dan surah Al-Quran, sedangkan pada rakaat berikutnya tidak perlu membaca taawuz.”
     Menurut mazhab Syafi’i dan mazhab Hambali, ketika mengerjakan salat, maka   dianjurkan untuk membaca taawuz secara “sirr” (pelan) pada awal setiap rakaat, dalilnya adalah hadis riwayat Imam Ahmad dan Tirmidzi dari Abu Sa’id Khudri,”Rasulullah ketika akan melaksanakan salat, beliau mengawali dengan mengucapkan taawuz.”
      Ibnu Mundzir berkata,”Rasulullah ketika salat, beliau mengawalinya dengan membaca dengan taawuz sebelum membaca surat Al-fatihah dan surah Al-Quran.”
      Menurut mazhab Hanafi dan mazhab Hambali bacaan taawuz dalam salat diucapkan dengan “sirr” (pelan), sedangkan menurut mazhab Syafii bacaan taawuz diucapkan dengan “jahar” (keras).
       Al-Quran surah An-Nahl, surah ke-16 ayat 98.

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

      “Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.”

Daftar Pustaka
1. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat.
2. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat.
3. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

595. TAAWUZ

BACAAN TAAWUZ DALAM SALAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hukum membaca taawuz dalam salat?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya.
      Taawuz adalah permohonan perlindungan kepada Allah dari gangguan setan, dengan ucapan “audzu billahi minasy syaitanir rajim”.

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ ،
“Aku berlindung kepada Allah dari gangguan setan yang terkutuk.”

أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

      “Aku berlindung kepada Allah Yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui dari gangguan setan yang terkutuk.”
     Menurut mazhab Maliki bahwa membaca taawuz sebelum surah Al-Fatihah dan surah Al-Quran dalam salat hukumnya adalah makruh, berdasarkan hadis Anas yang berkata,“Sesungguhnya Rasulullah, Abu Bakar dan Umar bin Khattab mengawali salat mereka dengan membaca ‘alhamdulillahi rabbil alamin’.”
      Menurut mazhab Hanafi ketika umat Islam mengerjakan salat, maka dianjurkan untuk mengucapkan taawuz secara “jahar” (keras) hanya pada rakaat pertama saja, sebelum membaca surat Al-Fatihah dan surah Al-Quran, sedangkan pada rakaat berikutnya tidak perlu membaca taawuz.”
     Menurut mazhab Syafi’i dan mazhab Hambali, ketika mengerjakan salat, maka   dianjurkan untuk membaca taawuz secara “sirr” (pelan) pada awal setiap rakaat, dalilnya adalah hadis riwayat Imam Ahmad dan Tirmidzi dari Abu Sa’id Khudri,”Rasulullah ketika akan melaksanakan salat, beliau mengawali dengan mengucapkan taawuz.”
      Ibnu Mundzir berkata,”Rasulullah ketika salat, beliau mengawalinya dengan membaca dengan taawuz sebelum membaca surat Al-fatihah dan surah Al-Quran.”
      Menurut mazhab Hanafi dan mazhab Hambali bacaan taawuz dalam salat diucapkan dengan “sirr” (pelan), sedangkan menurut mazhab Syafii bacaan taawuz diucapkan dengan “jahar” (keras).
       Al-Quran surah An-Nahl, surah ke-16 ayat 98.

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

      “Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.”

Daftar Pustaka
1. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat.
2. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat.
3. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

595. TAAWUZ

BACAAN TAAWUZ DALAM SALAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hukum membaca taawuz dalam salat?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya.
      Taawuz adalah permohonan perlindungan kepada Allah dari gangguan setan, dengan ucapan “audzu billahi minasy syaitanir rajim”.

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ ،
“Aku berlindung kepada Allah dari gangguan setan yang terkutuk.”

أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

      “Aku berlindung kepada Allah Yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui dari gangguan setan yang terkutuk.”
     Menurut mazhab Maliki bahwa membaca taawuz sebelum surah Al-Fatihah dan surah Al-Quran dalam salat hukumnya adalah makruh, berdasarkan hadis Anas yang berkata,“Sesungguhnya Rasulullah, Abu Bakar dan Umar bin Khattab mengawali salat mereka dengan membaca ‘alhamdulillahi rabbil alamin’.”
      Menurut mazhab Hanafi ketika umat Islam mengerjakan salat, maka dianjurkan untuk mengucapkan taawuz secara “jahar” (keras) hanya pada rakaat pertama saja, sebelum membaca surat Al-Fatihah dan surah Al-Quran, sedangkan pada rakaat berikutnya tidak perlu membaca taawuz.”
     Menurut mazhab Syafi’i dan mazhab Hambali, ketika mengerjakan salat, maka   dianjurkan untuk membaca taawuz secara “sirr” (pelan) pada awal setiap rakaat, dalilnya adalah hadis riwayat Imam Ahmad dan Tirmidzi dari Abu Sa’id Khudri,”Rasulullah ketika akan melaksanakan salat, beliau mengawali dengan mengucapkan taawuz.”
      Ibnu Mundzir berkata,”Rasulullah ketika salat, beliau mengawalinya dengan membaca dengan taawuz sebelum membaca surat Al-fatihah dan surah Al-Quran.”
      Menurut mazhab Hanafi dan mazhab Hambali bacaan taawuz dalam salat diucapkan dengan “sirr” (pelan), sedangkan menurut mazhab Syafii bacaan taawuz diucapkan dengan “jahar” (keras).
       Al-Quran surah An-Nahl, surah ke-16 ayat 98.

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

      “Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.”

Daftar Pustaka
1. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat.
2. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat.
3. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

595. TAAWUZ

BACAAN TAAWUZ DALAM SALAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hukum membaca taawuz dalam salat?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya.
      Taawuz adalah permohonan perlindungan kepada Allah dari gangguan setan, dengan ucapan “audzu billahi minasy syaitanir rajim”.

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ ،
“Aku berlindung kepada Allah dari gangguan setan yang terkutuk.”

أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

      “Aku berlindung kepada Allah Yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui dari gangguan setan yang terkutuk.”
     Menurut mazhab Maliki bahwa membaca taawuz sebelum surah Al-Fatihah dan surah Al-Quran dalam salat hukumnya adalah makruh, berdasarkan hadis Anas yang berkata,“Sesungguhnya Rasulullah, Abu Bakar dan Umar bin Khattab mengawali salat mereka dengan membaca ‘alhamdulillahi rabbil alamin’.”
      Menurut mazhab Hanafi ketika umat Islam mengerjakan salat, maka dianjurkan untuk mengucapkan taawuz secara “jahar” (keras) hanya pada rakaat pertama saja, sebelum membaca surat Al-Fatihah dan surah Al-Quran, sedangkan pada rakaat berikutnya tidak perlu membaca taawuz.”
     Menurut mazhab Syafi’i dan mazhab Hambali, ketika mengerjakan salat, maka   dianjurkan untuk membaca taawuz secara “sirr” (pelan) pada awal setiap rakaat, dalilnya adalah hadis riwayat Imam Ahmad dan Tirmidzi dari Abu Sa’id Khudri,”Rasulullah ketika akan melaksanakan salat, beliau mengawali dengan mengucapkan taawuz.”
      Ibnu Mundzir berkata,”Rasulullah ketika salat, beliau mengawalinya dengan membaca dengan taawuz sebelum membaca surat Al-fatihah dan surah Al-Quran.”
      Menurut mazhab Hanafi dan mazhab Hambali bacaan taawuz dalam salat diucapkan dengan “sirr” (pelan), sedangkan menurut mazhab Syafii bacaan taawuz diucapkan dengan “jahar” (keras).
       Al-Quran surah An-Nahl, surah ke-16 ayat 98.

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

      “Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.”

Daftar Pustaka
1. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat.
2. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat.
3. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

595. TAAWUZ

BACAAN TAAWUZ DALAM SALAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hukum membaca taawuz dalam salat?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya.
      Taawuz adalah permohonan perlindungan kepada Allah dari gangguan setan, dengan ucapan “audzu billahi minasy syaitanir rajim”.

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ ،
“Aku berlindung kepada Allah dari gangguan setan yang terkutuk.”

أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

      “Aku berlindung kepada Allah Yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui dari gangguan setan yang terkutuk.”
     Menurut mazhab Maliki bahwa membaca taawuz sebelum surah Al-Fatihah dan surah Al-Quran dalam salat hukumnya adalah makruh, berdasarkan hadis Anas yang berkata,“Sesungguhnya Rasulullah, Abu Bakar dan Umar bin Khattab mengawali salat mereka dengan membaca ‘alhamdulillahi rabbil alamin’.”
      Menurut mazhab Hanafi ketika umat Islam mengerjakan salat, maka dianjurkan untuk mengucapkan taawuz secara “jahar” (keras) hanya pada rakaat pertama saja, sebelum membaca surat Al-Fatihah dan surah Al-Quran, sedangkan pada rakaat berikutnya tidak perlu membaca taawuz.”
     Menurut mazhab Syafi’i dan mazhab Hambali, ketika mengerjakan salat, maka   dianjurkan untuk membaca taawuz secara “sirr” (pelan) pada awal setiap rakaat, dalilnya adalah hadis riwayat Imam Ahmad dan Tirmidzi dari Abu Sa’id Khudri,”Rasulullah ketika akan melaksanakan salat, beliau mengawali dengan mengucapkan taawuz.”
      Ibnu Mundzir berkata,”Rasulullah ketika salat, beliau mengawalinya dengan membaca dengan taawuz sebelum membaca surat Al-fatihah dan surah Al-Quran.”
      Menurut mazhab Hanafi dan mazhab Hambali bacaan taawuz dalam salat diucapkan dengan “sirr” (pelan), sedangkan menurut mazhab Syafii bacaan taawuz diucapkan dengan “jahar” (keras).
       Al-Quran surah An-Nahl, surah ke-16 ayat 98.

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

      “Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.”

Daftar Pustaka
1. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat.
2. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat.
3. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

594. DOA

HUKUM MEMBACA DOA IFTITAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hukum membaca doa iftitah  ketika salat?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya.
      Doa iftitah adalah bacaan doa dalam pembukaan atau permulaan setelah membaca takbiratul ihram dalam salat.
      Menurut mazhab Maliki bahwa membaca doa iftitah setelah membaca surah Al-Fatihah dalam salat hukumnya adalah makruh, karena menurut riwayat setelah bertakbir langsung membaca surah Al-Fatihah.
      Berdasarkan riwayat Anas bin Malik yang berkata,”Rasulullah, Abu Bakar dan Umar bin Khattab mengawali salat dengan membaca ‘Alhamdulillahi rabbil alamin’.” (HR. Bukhari dan Muslim).
      Menurut jumhur (mayoritas) ulama bahwa membaca doa Iftitah setelah takbiratul Ihram dalam salat pada rakaat pertama hukumnya adalah sunat.
    Doa bacaan iftitah menurut Mazhab Hanafi dan mazhab Hambali.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، وَتَبَارَكَ اسْمُكَ، وَتَعَالَى جَدُّكَ، وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ

      “Maha Suci Engkau, Ya Allah dan dengan pujian-Mu, Maha Suci nama-Mu dan Maha Tinggi keagungan-Mu, tidak ada tuhan selain Engkau”.
     Aisyah berkata,”Rasulullah ketika mengawali salat, beliau membaca,’Maha Suci Engkau, Ya Allah dan dengan pujian-Mu, Maha Suci nama-Mu dan Maha Tinggi keagungan-Mu, tidak ada tuhan selain Engkau’.” (HR. Abu Daud dan Daraquthni dari riwayat Anas, Abu Daud, Tirmidzi, Nasai, Ibnu Majah dan Ahmad dari Abu Said).
    Muslim dalam hadis sahih berkata,”Umar bin Khattab membaca doa ini dengan cara jahar (diucapkan sehingga terdengar).”
    Doa iftitah dalam Mazhab Syafii.

اللَّهُمَّ باَعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا باَعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ، اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اللَّهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ

     “Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahan-kesalahanku sebagaimana Engkau jauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana dibersihkannya kain yang putih dari noda. Ya Allah, cucilah aku dari kesalahan-kesalahanku dengan air, hujan es, dan air dingin.” (HR. Al-Bukhari no. 744 dan Muslim no. 1353, dari Abu Hurairah)

وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ، إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ، وَمَمَاتِي لِلهِ رَبِّ الْعَلَمِيْنَ، لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَبِذلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ.
اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَنْتَ رَبِّي وَأَنَا عَبْدُكَ، ظَلَمْتُ نَفْسِي وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي ذَنْبِي جَمِيْعًا إِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ. وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلاَقِ، لاَ يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ. وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا, لاَ يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ. لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ، وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ، وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ، أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ، تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

     “Aku hadapkan wajahku kepada Zat yang telah memulai penciptaan langit-langit dan bumi tanpa ada contoh sebelumnya, dalam keadaan lurus mengarah kepada al-haq, lagi berserah diri, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadah sembelihanku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah Rabb semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya, dan dengan itulah aku diperintah dan aku adalah orang yang pertama kali berserah diri.”
     “Ya Allah, Engkau adalah Raja, tidak ada sesembahan yang hak kecuali Engkau. Engkaulah Rabbku dan aku adalah hamba-Mu. Aku telah menzalimi diriku, dan aku mengakui dosa-dosaku, maka ampunilah dosa-dosaku seluruhnya, sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Tunjukilah aku kepada akhlak yang terbaik, tidak ada yang dapat menunjukkan kepada akhlak yang terbaik kecuali Engkau. Dan palingkan/jauhkan aku dari kejelekan akhlak dan tidak ada yang dapat menjauhkanku dari kejelekan akhlak kecuali Engkau. Labbaika (aku terus-menerus menegakkan ketaatan kepada-Mu) dan sa’daik (terus bersiap menerima perintah-Mu dan terus mengikuti agama-Mu yang Engkau ridhai). Kebaikan itu seluruhnya berada pada kedua tangan-Mu, dan kejelekan itu tidak disandarkan kepada-Mu2. Aku berlindung, bersandar kepada-Mu dan Aku memohon taufik pada-Mu. Mahasuci Engkau lagi Mahatinggi. Aku memohon ampun kepada-Mu dan bertaubat kepada-Mu.” (HR. Muslim no. 1809 dari Ali bin Abi Thalib)

وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ. إِنَّ صَلاَتِي, وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلهِ رَبِّ الْعَلَمِيْنَ، لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ، وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ. اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحاَنَكَ وَبِحَمْدِكَ

      “Aku hadapkan wajahku kepada Zat yang mencipta langit-langit dan bumi tanpa ada contoh sebelumnya, dalam keadaan aku lurus, condong kepada al-haq lagi berserah diri, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadah sembelihanku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah Rabb semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya, dan dengan itulah aku diperintah dan aku adalah orang yang pertama kali berserah diri. Ya Allah, Engkau adalah Raja tidak ada sesembahan yang haq kecuali Engkau. Mahasuci Engkau dan sepenuh pujian kepada-Mu.” (HR. An-Nasa’i no. 898 dari Muhammad bin Maslamah disahihkan dalam Sahih Ibni Majah dan Misykat no. 821)
Daftar Pustaka
1. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat.
2. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat.
3. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

594. DOA

HUKUM MEMBACA DOA IFTITAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hukum membaca doa iftitah  ketika salat?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya.
      Doa iftitah adalah bacaan doa dalam pembukaan atau permulaan setelah membaca takbiratul ihram dalam salat.
      Menurut mazhab Maliki bahwa membaca doa iftitah setelah membaca surah Al-Fatihah dalam salat hukumnya adalah makruh, karena menurut riwayat setelah bertakbir langsung membaca surah Al-Fatihah.
      Berdasarkan riwayat Anas bin Malik yang berkata,”Rasulullah, Abu Bakar dan Umar bin Khattab mengawali salat dengan membaca ‘Alhamdulillahi rabbil alamin’.” (HR. Bukhari dan Muslim).
      Menurut jumhur (mayoritas) ulama bahwa membaca doa Iftitah setelah takbiratul Ihram dalam salat pada rakaat pertama hukumnya adalah sunat.
    Doa bacaan iftitah menurut Mazhab Hanafi dan mazhab Hambali.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، وَتَبَارَكَ اسْمُكَ، وَتَعَالَى جَدُّكَ، وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ

      “Maha Suci Engkau, Ya Allah dan dengan pujian-Mu, Maha Suci nama-Mu dan Maha Tinggi keagungan-Mu, tidak ada tuhan selain Engkau”.
     Aisyah berkata,”Rasulullah ketika mengawali salat, beliau membaca,’Maha Suci Engkau, Ya Allah dan dengan pujian-Mu, Maha Suci nama-Mu dan Maha Tinggi keagungan-Mu, tidak ada tuhan selain Engkau’.” (HR. Abu Daud dan Daraquthni dari riwayat Anas, Abu Daud, Tirmidzi, Nasai, Ibnu Majah dan Ahmad dari Abu Said).
    Muslim dalam hadis sahih berkata,”Umar bin Khattab membaca doa ini dengan cara jahar (diucapkan sehingga terdengar).”
    Doa iftitah dalam Mazhab Syafii.

اللَّهُمَّ باَعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا باَعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ، اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اللَّهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ

     “Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahan-kesalahanku sebagaimana Engkau jauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana dibersihkannya kain yang putih dari noda. Ya Allah, cucilah aku dari kesalahan-kesalahanku dengan air, hujan es, dan air dingin.” (HR. Al-Bukhari no. 744 dan Muslim no. 1353, dari Abu Hurairah)

وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ، إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ، وَمَمَاتِي لِلهِ رَبِّ الْعَلَمِيْنَ، لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَبِذلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ.
اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَنْتَ رَبِّي وَأَنَا عَبْدُكَ، ظَلَمْتُ نَفْسِي وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي ذَنْبِي جَمِيْعًا إِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ. وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلاَقِ، لاَ يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ. وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا, لاَ يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ. لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ، وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ، وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ، أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ، تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

     “Aku hadapkan wajahku kepada Zat yang telah memulai penciptaan langit-langit dan bumi tanpa ada contoh sebelumnya, dalam keadaan lurus mengarah kepada al-haq, lagi berserah diri, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadah sembelihanku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah Rabb semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya, dan dengan itulah aku diperintah dan aku adalah orang yang pertama kali berserah diri.”
     “Ya Allah, Engkau adalah Raja, tidak ada sesembahan yang hak kecuali Engkau. Engkaulah Rabbku dan aku adalah hamba-Mu. Aku telah menzalimi diriku, dan aku mengakui dosa-dosaku, maka ampunilah dosa-dosaku seluruhnya, sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Tunjukilah aku kepada akhlak yang terbaik, tidak ada yang dapat menunjukkan kepada akhlak yang terbaik kecuali Engkau. Dan palingkan/jauhkan aku dari kejelekan akhlak dan tidak ada yang dapat menjauhkanku dari kejelekan akhlak kecuali Engkau. Labbaika (aku terus-menerus menegakkan ketaatan kepada-Mu) dan sa’daik (terus bersiap menerima perintah-Mu dan terus mengikuti agama-Mu yang Engkau ridhai). Kebaikan itu seluruhnya berada pada kedua tangan-Mu, dan kejelekan itu tidak disandarkan kepada-Mu2. Aku berlindung, bersandar kepada-Mu dan Aku memohon taufik pada-Mu. Mahasuci Engkau lagi Mahatinggi. Aku memohon ampun kepada-Mu dan bertaubat kepada-Mu.” (HR. Muslim no. 1809 dari Ali bin Abi Thalib)

وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ. إِنَّ صَلاَتِي, وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلهِ رَبِّ الْعَلَمِيْنَ، لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ، وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ. اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحاَنَكَ وَبِحَمْدِكَ

      “Aku hadapkan wajahku kepada Zat yang mencipta langit-langit dan bumi tanpa ada contoh sebelumnya, dalam keadaan aku lurus, condong kepada al-haq lagi berserah diri, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadah sembelihanku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah Rabb semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya, dan dengan itulah aku diperintah dan aku adalah orang yang pertama kali berserah diri. Ya Allah, Engkau adalah Raja tidak ada sesembahan yang haq kecuali Engkau. Mahasuci Engkau dan sepenuh pujian kepada-Mu.” (HR. An-Nasa’i no. 898 dari Muhammad bin Maslamah disahihkan dalam Sahih Ibni Majah dan Misykat no. 821)
Daftar Pustaka
1. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat.
2. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat.
3. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online