Friday, December 1, 2017

531. DEKAT

PUASA MENDEKATKAN DIRI KEPADA ALLAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

    Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang puasa adalah cara mendekatkan diri kepada Allah?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Ketika Nabi Adam dan istrinya masih di surga, Allah memperingatkan kepada mereka berdua,”Jangan mendekati pohon ini, karena apabila engkau mendekatinya, maka kalian berdua termasuk orang-orang yang zalim”.
      Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-7 ayat 19.

وَيَا آدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ فَكُلَا مِنْ حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَٰذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ

       “(Dan Allah berfirman),”Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan istrimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim”.
      Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-7 ayat 22.

فَدَلَّاهُمَا بِغُرُورٍ ۚ فَلَمَّا ذَاقَا الشَّجَرَةَ بَدَتْ لَهُمَا سَوْآتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِنْ وَرَقِ الْجَنَّةِ ۖ وَنَادَاهُمَا رَبُّهُمَا أَلَمْ أَنْهَكُمَا عَنْ تِلْكُمَا الشَّجَرَةِ وَأَقُلْ لَكُمَا إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمَا عَدُوٌّ مُبِينٌ

      “Maka setan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasakan buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka,”Bukankah Aku telah melarangmu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu,”Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?”
     Kalimat  dalam Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-7 ayat 19, “Janganlah kamu berdua mendekati POHON INI”, memberikan kesan “kedekatan” Allah kepada Adam dan istrinya ketika masih di surga, tetapi begitu mereka berdua makan “pohon terlarang”, maka Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-7 ayat 22 menceriterakan bahwa Allah “menyeru” (memberikan kesan berjauhan) keduanya dan berfirman,”Bukankah Aku telah melarangmu berdua untuk mendekati POHON ITU?
      Ayat berikutnya yaitu Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-7 ayat 22 memberikan isyarat bahwa posisi Nabi Adam dan istrinya “berjauhan” dengan Allah, sehingga Allah harus menyerunya, dalam arti memanggil dengan suara nyaring dan harus pula menunjuk ke pohon dengan kata “ITU”.
     Orang yang beragama adalah upaya mendekatkan diri sebagai manusia kembali (taqarrub) kepada Allah, betapapun sikap manusia selama hidup di dunia, maka pasti akan menghadap kepada Allah untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatannya.
      Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke-2 ayat 186.

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

      “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”.
     Al-Quran menegaskan di celah-celah penjelasan tentang puasa, bahwa apabila hamba Allah bertanya tentang Allah, maka (jawablah) bahwasanya Allah adalah dekat, yang memberikan isyarat bahwa berpuasa, dalam arti mengendalikan nafsu, adalah cara mendekatkan diri kepada Allah.
      Para ulama menjelaskan bahwa bawa nafsu bagaikan sebuah gunung yang tinggi dan besar yang merintangi perjalanan menuju Allah yang harus dilewati, dan terdapat  beberapa lereng yang curam, belukar yang lebat, banyak duri dan perampok yang menghambat para musafir.
     Di balik belukar terdapat iblis yang selalu merayu atau menakut-nakuti agar si musafir kembali dan tidak meneruskan perjalanannya, bertambah tinggi gunung yang didaki, semakin hebat rayuan dan ancaman.
      Sehingga diperlukan tekad dan semangat yang bulat dalam menghadapi segala macam gangguan dan godaan, karena apabila perjalanan tetap dilanjutkan, maka sebentar lagi akan nampak cahaya benderang.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

0 comments:

Post a Comment