Friday, February 23, 2018

710. KAFAN

MENGAFANI JENAZAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M


      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang cara mengafani (membungkus) jenazah orang Islam yang meninggal dunia menurut cara agama Islam?” Ustad Sulaiman Rasjid menjelaskannya.
      Kata “jenazah” menurut KBBI V dapat diartikan “mayat”, “badan atau tubuh orang yang sudah mati”, dengan istilah yang lebih santun.
      Fardu kifayah adalah kewajiban bersama bagi mukalaf yang apabila sudah dilaksanakan oleh seseorang di antara mereka, yang lain bebas dari kewajiban itu.
      Jika seorang muslim meninggal dunia, maka hukumnya “fardu kifayah” atas umat Islam untuk menyelenggarakan empat hal terhadap jenazahnya, yaitu: memandikan, mengafani, menyalatkan, dan menguburkan jenazah.
     Jenazah yang wajib dimandikan adalah jenazah orang Islam, terdapat tubuhnya meskipun sebagian, dan bukan mati syahid (mati dalam peperangan untuk membela agama Allah).
      Kafan adalah kain pembungkus mayat (sebaiknya berwarna putih) dan mengafani jenazah adalah memberikan kain kafan kepada jenazah atau memakaikan kain kafan kepada jenazah.
     Cara mengafani (membungkus) jenazah adalah berikut ini.
      Ke-1, kain kafan diambilkan dari harta si jenazah sendiri, dari keluarganya, atau berasal dari dana sosial masyarakat. Ke-2, kain kafan minimal satu lapis untuk jenazah pria maupun wanita yang menutupi seluruh tubuhnya.
      Ke-3, jenazah pria sebaiknya dibungkus kafan sebanyak tiga lapis kain kafan menutupi seluruh tubuh jenazah dan untuk jenazah wanita lima lapis kain kafan.
      Ke-4, kain kafan dihamparkan setiap helai ditaburi wewangian kemudian dibungkuskan kepada jenazah. Ke-5, kedua tangan jenazah ditaruh di atas perutnya tangan kanan di atas tangan kiri dan  diluruskan sesuai rusuknya (lambungnya).
      Ke-5, jenazah orang Islam yang sedang memakai seragam ihram haji atau ihram umrah tidak perlu diberikan wewangian dan kepala jenazah tidak perlu ditutupi.
Daftar Pustaka
A. Rasjid, Sulaiman. Fikih Islam (Hukum Fikih Lengkap).  Penerbit Sinar Baru Algensindo. Cetakan ke-80, Bandung. 2017.
B. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
C. Tafsirq.com online

SALAT PEKERJAAN UTAMA
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M


      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang salat adalah pekerjaan umat Islam yang paling penting dan paling utama menurut agama Islam?” Ustad Sulaiman Rasjid menjelaskannya.
      Kata “salat” (menurut KBBI V) dapat diartikan “rukun Islam kedua, berupa ibadah kepada Allah, wajib dilakukan oleh setiap muslim mukalaf, dengan syarat, rukun, dan bacaan tertentu, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam”, atau ”doa kepada Allah”.
      Kata “sunah” (menurut KBBI V) dapat diartikan “jalan yang ditempuh”, “kebiasaan”, “auran agama yang didasarkan atas segala apa yang dinukilkan dari Nabi Muhammad, baik perbuatan, perkataan, sikap, maupun kebiasaan yang tidak pernah ditinggalkan”, “hadis”,  “perbuatan yang apabila dilakukan mendapat pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak berdosa”.
      Kata “penting” menurut KBBI V dapat diartikan “utama”,”pokok”, sangat berharga”, mempunyai potensi yang menetukan (dalam pemerintahan, dan sebagainya seperti pejaat atau direktur)”.
      Kata “utama” menurut KBBI V dapat diartikan “terbaik”, “nomor satu”, “amat baik”, “lebih baik dari yang lain-lain”, “terpenting”, atau “terpokok”.
      Anas berkata bahwa Nabi Muhammad bersabda,”Sesungguhnya yang pertama difardukan oleh Allah terhadap manusia dalam urusan agama adalah salat. Dan yang pertama-tama dihitung adalah masalah salat.  Allah berfirman,’Periksalah hamba-Ku tentang salat fardunya. Jika salat fardunya sempurna, maka tulislah nilainya sempurna. Jika salat fardunya kurang, maka sempurnakan nilai salat fardunya dengan salat sunahnya’.”
      Para ulama menjelaskan bahwa salat adalah pekerjaan umat Islam yang paling penting dan paling utama, karena semua amal perbuatan umat manusia sangat ditentukan oleh nilai salatnya.
     Jika salat seorang manusia bernilai bagus, maka semua amal perbuatan seorang manusia bernilai bagus, dan sebaliknya jika salat seorang manusia bernilai jelek maka semua nilai amal perbauatan manusia bernilai jelek.
Daftar Pustaka.
1. Rasjid, Sulaiman. Fikih Islam (Hukum Fikih Lengkap).  Penerbit Sinar Baru Algensindo. Cetakan ke-80, Bandung. 2017.
2. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
3. Tafsirq.com online

Related Posts:

  • 851. ANAKKETURUNAN NABI MUHAMMAD Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.             Beberapa orang bertanya,&#… Read More
  • 851. ANAKKETURUNAN NABI MUHAMMAD Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.             Beberapa orang bertanya,&#… Read More
  • 851. ANAKKETURUNAN NABI MUHAMMAD Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.             Beberapa orang bertanya,&#… Read More
  • 852. CUCUCUCU NABI MUHAMMAD Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.             Beberapa orang bertanya,”… Read More
  • 852. CUCUCUCU NABI MUHAMMAD Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.             Beberapa orang bertanya,”… Read More

0 comments:

Post a Comment