PERANG
MU’TAH
3.000
ISLAM LAWAN 200.000 ROMAWI
Drs. HM Yusron Hadi, MM

2. PWMU.CO-Perang
Mu’tah terjadi pada bulan Jumada Ula tahun ke-8 Hijriah atau 630 M.
3. Mu’tah
adalah kawasan di wilayah Syam yang dikuasai bangsa Rumawi.
4. Lokasinya
di timur sungai Yordan dan Karak.
5. Orang-orang
Arab Syam yang Nashara berpihak kepada Rumawi.
6. Perang
Mu’tah dipicu pembunuhan utusan Rasulullah Harits bin ‘Umair yang mengirim surat kepada Gubernur Syam Hanits
bin Abi Syamr Al-Ghassani pada tahun ke-8 H (628 M).
7. Utusan
dicegat dan dibunuh di sekitar Mu’tah oleh Syurahbil bin Amr al-Ghasani,
pemimpin kabilah Ghasan sekutu Rumawi.
8. Tahun
yang sama utusan kepada Banu Sulayman dan Dhat Talh juga dibunuh di daerah
Palestina.
9. Sirah
Ibnu Hisyam menceritakan, Rasulullah mengirim pasukan Perang Mu’tah dan
menunjuk anak angkatnya, Zaid bin Haritsah, sebagai panglima.
10. ”Apabila
Zaid gugur, panglima pasukan diganti oleh Ja’far bin Abu Thalib.
11. Apabila Ja’far bin Abu Thalib gugur, maka
diganti oleh Abdullah bin Rawahah,” pesan Nabi.
12. Pasukan
muslim berjumlah 3.000 orang.
13. Sebelum
berangkat, Abdullah bin Rawahah menghadap Rasulullah untuk mengucapkan salam
perpisahan.
14. Setelah
pasukan perang Mu’tah siap peralatan dan logistik, mereka berbaris.
15. Keberangkatan pasukan dilepas oleh Rasulullah
bersama semua warga Madinah hingga ke gerbang kota dengan derai air mata dan
ucapan perpisahan.
16. Panglima
Zaid bin Haritsah berjalan memimpin di depan pasukannya.
17. Air
Mata Perpisahan
18. Saat
Abdullah bin Rawahah diberi ucapan selamat jalan oleh orang-orang yang melepas
kepergian pasukan, ia menangis.
19. Para
sahabat bertanya,”Ya Ibnu Rawahah mengapa kamu menangis?”
20. Abdullah
bin Rawahah menjawab,”Demi Allah, aku menangis bukan karena kecintaanku pada
dunia atau kerinduanku pada kalian, namun karena aku pernah mendengar
Rasulullah membaca al-Quran tentang neraka.
21. Aku
tidak tahu seperti apa nasib diriku setelah kematian.”
22. Dan
tidak ada seorang pun dari kalian, melainkan mendatangi neraka tersebut; hal
ini bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan (Maryam: 71).
23. Warga
menyampai doa,”Semoga Allah menyertai, melindungi serta mengembalikan kalian
kepada kami dalam keadaan selamat.”
24. Abdullah
bin Rawahah menjawab, semoga damai tercurah kepada orang yang kutinggalkan di
Madinah, sebaik-baik penjaga dan sahabat.
25. Kekuatan
Pasukan Tak Imbang
26. Pasukan
berangkat menuju utara.
27. Mereka
singgah di sebuah daerah bernama Ma’an sudah masuk wilayah Syam.
28. Di
tempat ini, Panglima Zaid menerima laporan dari mata-mata Panglima Rumawi
Heraklius telah tiba di Ma’ab, sebuah daerah di Al-Balqa’.
29. Rumawi
membawa 100.000 tentara Rumawi dan 100.000 tentara sekutu dari Kabilah Lakhm,
Judzam, al-Yaqin, Bahra’, dan Baly yang dipimpin salah seorang dari Baly
kemudian dari Irasyah yang bernama Malik bin Zafilah.
30. Lokasi
Perang Mu’tah di Yordania.
31. Pasukan
muslimin tinggal di Ma’an selama 2 malam menyusun strategi perang melawan 200
ribu tentara.
32. ”Kita
harus mengirim surat kepada Rasulullah memberi jumlah kekuatan pasukan musuh,
agar mengirim pasukan tambahan atau memerintahkan kita kembali pulang,” kata
salah seorang komandan pasukan.
33. Abdullah
bin Rawahah memotivasi mereka agar jangan mundur.
34. ”Wahai
kaum muslimin, demi Allah, sesungguhnya hal yang kalian takuti ini pada
hakikatnya inilah yang kalian cari yaitu mati syahid.
35. Kita
tidak memerangi musuh karena jumlah kita banyak.
36. Tapi,
kita memerangi mereka dengan agama ini yang menjadikan kita dimuliakan oleh
Allah.
37. Berangkatlah,
kalian akan memperoleh salah satu dari 2 kebaikan: menang atau mati syahid.”
38. Pasukan
muslimin berkata dengan semangat,”Demi Allah, apa yang dikatakan Abdullah bin
Rawahah benar.”
39. Pasukan
muslimin berangkat ke medan perang.
40. Mereka
tiba di perbatasan Balqa’, di Desa Masyarif, bertemu pasukan Rumawi dan sekutu
Arab yang siap berperang.
41. Tiga
Panglima Gugur
42. Barisan
kedua pasukan saling merapat, namun kaum Muslimin bergerak menuju daerah
Mu’tah.
43. Di
sanalah, kedua pasukan berhadapan dalam perang Mu’tah ini.
44. Quthbah
bin Qatadah dari Bani Udzrah pemimpin pasukan sayap kanan lslam.
45. Pasukan
sayap kiri dipimpin Ubayah bin Malik dari kaum Anshar.
46. Perang
Mu’tah pun pecah.
47. Pasukan
saling serang.
48. Quthbah
bin Qatadah Al-Udzri dari sayap kanan menyerang.
49. Dia
menewaskan komandan musuh bernama Malik bin Zafilah.
50. Zaid
bin Haritsah bertempur memegang panji perang Rasulullah memimpin di depan.
51. Hingga
dia gugur terkena tikaman tombak musuh.
52. Panji
perang diambil Ja’far bin Abu Thalib sebagai panglima.
53. Ja’far
bin Abu Thalib turun dari kudanya dan menyembelih kudanya karena terluka.
54. Dia
bertempur habis-habisan menebaskan pedangnya sambil membawa panji perang.
55. Hingga
tangan kanannya tersabet pedang, ia memegang panji dengan tangan kiri.
56. Tangan
itu pun ditebas pedang musuh.
57. Maka
ia dekap panji dengan kedua lengannya.
58. Pedang
musuh menembus tubuhnya ia gugur usia 33 tahun.
59. Mengetahui
Ja’far gugur, Abdullah bin Rawahah berganti memimpin pasukan dengan mengambil
alih panji perang.
60. Ia
maju membawa bendera perang mengendarai kuda memberi komando menyerang musuh.
61. Saat
jeda perang dia dihampiri saudara sepupunya yang menyodorkan sepotong tulang
berdaging.
62. ”Makanlah
daging ini agar badanmu tambah kuat. Hari-hari ini melelahkan.”
63. Abdullah
bin Rawahah mengambil daging itu.
64. Di
saat menggigitnya, tiba-tiba mendengar suara serangan musuh datang.
65. Ia
langsung membuang daging dan mengambil pedangnya lalu bertempur hingga gugur
sebagai syahid.
66. Muncul
Panglima Baru
67. Panji
perang diambil alih oleh Tsabit bin Arqam dari Bani Al-Ajlan.
68. Ia
berkata, ”Wahai kaum Muslimin, pilihlah salah seorang dari kalian untuk menjadi
panglima pasukan.”
69. Pasukan
muslimin berkata, ”Engkau panglima perang kami.”
70. Tsabit
bin Arqam berkata,”Aku tidak sanggup.”
71. Khalid
bin Walid menjadi panglima pasukan.
72. Khalid
bin Walid mengambil panji perang dan mengomando menyerang musuh.
73. Pasukan
muslim diubah posisinya.
74. Pasukan
kanan dipindah ke kiri, dan sebaliknya.
75. Pasukan
belakng pindah depan dan sebaliknya.
76. paukan
musuh mengira dating bantuan baru.
77. Setelah
bertempur beberapa hari, Khalid menarik
pasukan mundur.
78. Melihat
sisa pasukannya yang tak imbang, dia memutuskan pulang.
79. Mendengar
pasukan kaum muslimin mendekati Madinah, Rasulullah naik kuda menyambut bersama
kaum muslimin, dan anak-anak sambil berlarian.
80. Kabar
duka kekalahan perang disambut isak tangis.
81. Duka
keluarga Ja’far
82. Rasulullah
takziah ke rumah Ja’far.
83. Istri
Ja’far, Asma binti Umais belum mendengar kabar suaminya.
84. Saat
itu dia sibuk menyamak 40 kulit dan membuat adonan roti.
85. Memandikan
anak-anaknya dan meminyaki rambutnya sehingga tak sempat keluar.
86. Rasulullah
berkata kepada Asma’,”Bawalah kemari anak-anak Ja’far.”
87. Rasulullah
mencium mereka satu persatu dengan air mata berlinang.
88. Asma’
bertanya,”Rasulullah, apa yang membuatmu menangis?
89. Apakah
telah mendapat berita tentang Ja’far dan para sahabat?”
90. Rasulullah
bercerita,”Mereka gugur pada hari ini.”
91. Asma’
menangis menyebut nama suaminya hingga para wanita mendatanginya.
92. Rasulullah
berkata,”Memasaklah makanan untuk keluarga Ja’far, sebab mereka berduka.”
93. Beberapa
tahun kemudian, Khalid bin Walid memimpin pasukan perang kembali ke Syam untuk
menaklukan wilayah itu.
94. Kali
ini Allah memberi kemenangan.
(Sumber: internet)


0 comments:
Post a Comment