Friday, July 17, 2020

4929. PERANG MU'TAH 3.000 LAWAN 200.000


PERANG MU’TAH
3.000 ISLAM LAWAN 200.000 ROMAWI
Drs. HM Yusron Hadi, MM

1.    Perang Mu’tah, 3.000 Pasukan Nabi Melawan 200.000 Rumawi
2.    PWMU.CO-Perang Mu’tah terjadi pada bulan Jumada Ula tahun ke-8 Hijriah atau 630 M.
3.    Mu’tah adalah kawasan di wilayah Syam yang dikuasai bangsa Rumawi.
4.    Lokasinya di timur sungai Yordan dan Karak.
5.    Orang-orang Arab Syam yang Nashara berpihak kepada Rumawi.
6.    Perang Mu’tah dipicu pembunuhan utusan Rasulullah Harits bin ‘Umair yang  mengirim surat kepada Gubernur Syam Hanits bin Abi Syamr Al-Ghassani pada tahun ke-8 H (628 M).
7.    Utusan dicegat dan dibunuh di sekitar Mu’tah oleh Syurahbil bin Amr al-Ghasani, pemimpin kabilah Ghasan sekutu Rumawi.
8.    Tahun yang sama utusan kepada Banu Sulayman dan Dhat Talh juga dibunuh di daerah Palestina.
9.    Sirah Ibnu Hisyam menceritakan, Rasulullah mengirim pasukan Perang Mu’tah dan menunjuk anak angkatnya, Zaid bin Haritsah, sebagai panglima.
10. ”Apabila Zaid gugur, panglima pasukan diganti oleh Ja’far bin Abu Thalib.
11.  Apabila Ja’far bin Abu Thalib gugur, maka diganti oleh Abdullah bin Rawahah,” pesan Nabi.
12. Pasukan muslim berjumlah 3.000 orang.
13. Sebelum berangkat, Abdullah bin Rawahah menghadap Rasulullah untuk mengucapkan salam perpisahan.
14. Setelah pasukan perang Mu’tah siap peralatan dan logistik, mereka berbaris.
15.  Keberangkatan pasukan dilepas oleh Rasulullah bersama semua warga Madinah hingga ke gerbang kota dengan derai air mata dan ucapan perpisahan.
16. Panglima Zaid bin Haritsah berjalan memimpin di depan pasukannya.
17. Air Mata Perpisahan
18. Saat Abdullah bin Rawahah diberi ucapan selamat jalan oleh orang-orang yang melepas kepergian pasukan, ia menangis.
19. Para sahabat bertanya,”Ya Ibnu Rawahah mengapa kamu menangis?”
20. Abdullah bin Rawahah menjawab,”Demi Allah, aku menangis bukan karena kecintaanku pada dunia atau kerinduanku pada kalian, namun karena aku pernah mendengar Rasulullah membaca al-Quran tentang neraka.
21. Aku tidak tahu seperti apa nasib diriku setelah kematian.”
22. Dan tidak ada seorang pun dari kalian, melainkan mendatangi neraka tersebut; hal ini bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan (Maryam: 71).
23. Warga menyampai doa,”Semoga Allah menyertai, melindungi serta mengembalikan kalian kepada kami dalam keadaan selamat.”
24. Abdullah bin Rawahah menjawab, semoga damai tercurah kepada orang yang kutinggalkan di Madinah, sebaik-baik penjaga dan sahabat.
25. Kekuatan Pasukan Tak Imbang
26. Pasukan berangkat menuju utara.
27. Mereka singgah di sebuah daerah bernama Ma’an sudah masuk wilayah Syam.
28. Di tempat ini, Panglima Zaid menerima laporan dari mata-mata Panglima Rumawi Heraklius telah tiba di Ma’ab, sebuah daerah di Al-Balqa’.
29. Rumawi membawa 100.000 tentara Rumawi dan 100.000 tentara sekutu dari Kabilah Lakhm, Judzam, al-Yaqin, Bahra’, dan Baly yang dipimpin salah seorang dari Baly kemudian dari Irasyah yang bernama Malik bin Zafilah.
30. Lokasi Perang Mu’tah di Yordania.
31. Pasukan muslimin tinggal di Ma’an selama 2 malam menyusun strategi perang melawan 200 ribu tentara.
32. ”Kita harus mengirim surat kepada Rasulullah memberi jumlah kekuatan pasukan musuh, agar mengirim pasukan tambahan atau memerintahkan kita kembali pulang,” kata salah seorang komandan pasukan.
33. Abdullah bin Rawahah memotivasi mereka agar jangan mundur.
34. ”Wahai kaum muslimin, demi Allah, sesungguhnya hal yang kalian takuti ini pada hakikatnya inilah yang kalian cari yaitu mati syahid.
35. Kita tidak memerangi musuh karena jumlah kita banyak.
36. Tapi, kita memerangi mereka dengan agama ini yang menjadikan kita dimuliakan oleh Allah.
37. Berangkatlah, kalian akan memperoleh salah satu dari 2 kebaikan: menang atau mati syahid.”
38. Pasukan muslimin berkata dengan semangat,”Demi Allah, apa yang dikatakan Abdullah bin Rawahah benar.”
39. Pasukan muslimin berangkat ke medan perang.
40. Mereka tiba di perbatasan Balqa’, di Desa Masyarif, bertemu pasukan Rumawi dan sekutu Arab yang siap berperang.
41. Tiga Panglima Gugur
42. Barisan kedua pasukan saling merapat, namun kaum Muslimin bergerak menuju daerah Mu’tah.
43. Di sanalah, kedua pasukan berhadapan dalam perang Mu’tah ini.
44. Quthbah bin Qatadah dari Bani Udzrah pemimpin pasukan sayap kanan lslam.
45. Pasukan sayap kiri dipimpin Ubayah bin Malik dari kaum Anshar.
46. Perang Mu’tah pun pecah.
47. Pasukan saling serang.
48. Quthbah bin Qatadah Al-Udzri dari sayap kanan menyerang.
49. Dia menewaskan komandan musuh bernama Malik bin Zafilah.
50. Zaid bin Haritsah bertempur memegang panji perang Rasulullah memimpin di depan.
51. Hingga dia gugur terkena tikaman tombak musuh.
52. Panji perang diambil Ja’far bin Abu Thalib sebagai panglima.
53. Ja’far bin Abu Thalib turun dari kudanya dan menyembelih kudanya karena terluka.
54. Dia bertempur habis-habisan menebaskan pedangnya sambil membawa panji perang.
55. Hingga tangan kanannya tersabet pedang, ia memegang panji dengan tangan kiri.
56. Tangan itu pun ditebas pedang musuh.
57. Maka ia dekap panji dengan kedua lengannya.
58. Pedang musuh menembus tubuhnya ia gugur usia 33 tahun.
59. Mengetahui Ja’far gugur, Abdullah bin Rawahah berganti memimpin pasukan dengan mengambil alih panji perang.
60. Ia maju membawa bendera perang mengendarai kuda memberi komando menyerang musuh.
61. Saat jeda perang dia dihampiri saudara sepupunya yang menyodorkan sepotong tulang berdaging.
62. ”Makanlah daging ini agar badanmu tambah kuat. Hari-hari ini melelahkan.”
63. Abdullah bin Rawahah mengambil daging itu.
64. Di saat menggigitnya, tiba-tiba mendengar suara serangan musuh datang.
65. Ia langsung membuang daging dan mengambil pedangnya lalu bertempur hingga gugur sebagai syahid.
66. Muncul Panglima Baru
67. Panji perang diambil alih oleh Tsabit bin Arqam dari Bani Al-Ajlan.
68. Ia berkata, ”Wahai kaum Muslimin, pilihlah salah seorang dari kalian untuk menjadi panglima pasukan.”
69. Pasukan muslimin berkata, ”Engkau panglima perang kami.”
70. Tsabit bin Arqam berkata,”Aku tidak sanggup.”
71. Khalid bin Walid menjadi panglima pasukan.
72. Khalid bin Walid mengambil panji perang dan mengomando menyerang musuh.
73. Pasukan muslim diubah posisinya.
74. Pasukan kanan dipindah ke kiri, dan sebaliknya.
75. Pasukan belakng pindah depan dan sebaliknya.
76. paukan musuh mengira dating bantuan baru.
77. Setelah bertempur beberapa hari,  Khalid menarik pasukan mundur.
78. Melihat sisa pasukannya yang tak imbang, dia memutuskan pulang.
79. Mendengar pasukan kaum muslimin mendekati Madinah, Rasulullah naik kuda menyambut bersama kaum muslimin, dan anak-anak sambil berlarian.
80. Kabar duka kekalahan perang disambut isak tangis.
81. Duka keluarga Ja’far
82. Rasulullah takziah ke rumah Ja’far.
83. Istri Ja’far, Asma binti Umais belum mendengar kabar suaminya.
84. Saat itu dia sibuk menyamak 40 kulit dan membuat adonan roti.
85. Memandikan anak-anaknya dan meminyaki rambutnya sehingga tak sempat keluar.
86. Rasulullah berkata kepada Asma’,”Bawalah kemari anak-anak Ja’far.”
87. Rasulullah mencium mereka satu persatu dengan air mata berlinang.
88. Asma’ bertanya,”Rasulullah, apa yang membuatmu menangis?
89. Apakah telah mendapat berita tentang Ja’far dan para sahabat?”
90. Rasulullah bercerita,”Mereka gugur pada hari ini.”
91. Asma’ menangis menyebut nama suaminya hingga para wanita mendatanginya.
92. Rasulullah berkata,”Memasaklah makanan untuk keluarga Ja’far, sebab mereka berduka.”
93. Beberapa tahun kemudian, Khalid bin Walid memimpin pasukan perang kembali ke Syam untuk menaklukan wilayah itu.
94. Kali ini Allah memberi kemenangan.
(Sumber: internet)

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment