TERJADINYA PERANG BANI QURAIZHAH
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
Orang-orang
Yahudi pindah ke Madinah sejak Kaisar Romawi mengusirnya.
Menurut
Taurat, akan datang rasul baru di daerah perkebunan kurma.
Kaum
Yahudi di Madinah terdiri atas Bani Nadhir, Bani Qaynuqa, dan Bani Quraizhah.
Kaum Yahudi umumnya lebih cerdas dibanding penduduk Arab
asli, sehingga mereka menguasai ekonomi.
Penduduk
asli Madinah terdiri atas Bani Aus dan Bani Khazraj.
Bani
Khazraj bersahabat dengan suku Qaynuqa dan Bani Aus berteman dengan suku
Quraizhah.
Tetapi
kaum Yahudi sering mengadu domba antara Bani Aus dengan Bani Khazraj.
Kaum
Yahudi selalu menyampaikan kepada Bani Aus dan Bani Khazraj, bahwa akan datang
rasul baru di Madinah.
Mereka
akan menjadi pengikut rasul baru dan akan berperang melawan suku Aus dan suku Khazraj.
Ketika
rasul baru yang ditunggu benar-benar datang, ternyata kaum Yahudi tidak
mengakuinya.
Hal
ini bertentangan dengan yang digembar-gemborkan dahulu.
Kaum
Yahudi menolak Nabi Muhammad, karena beliau bukan berasal dari bangsa Yahudi.
Perang Khandaq Selesai
Perang
Parit terjadi tahun ke-5 Hijriah, saat Rasulullah umur 57 tahun.
Sekitar
10.000 pasukan kafir kembali ke daerah asal mereka dan 3.000 tentara muslim
kembali ke rumah.
Selama
Perang Khandaq kaum Yahudi Bani Quraizhah berkhianat dengan membatalkan
perjanjian secara sepihak.
Kaum
Bani Quraizhah menusuk dari belakang dan memberontak kepada Nabi.
Dalam
Perang Parit, pasukan muslim menghadapi musuh dari depan sekaligus dari
belakang.
Musuh
dari depan adalah kaum Yahudi Bani Nadhir, Bani Qaynuqa, kaum Quraisy, dan kaum
lainnya.
Musuh
dari belakang adalah kaum Yahudi Bani Quraizhah yang menyerang dari dalam kota Madinah.
Peristiwa
itu sangat menyakitkan.
Rasulullah
diperintah malaikat Jibril memberi hukuman kepada para pengkhianat.
Mereka
membatalkan perjanjian sepihak dan menyerang dari belakang.
Maka
terjadi Perang Quraizhah.
Syaikh
Shafiyyurahman, penulis buku Sirah Nabawi menjelaskan kisahnya.
Pengkhianatan
kaum Yahudi Bani Quraizhah sangat membahayakan.
Pasukan
muslim dalam kondisi kritis menghadapi musuh gabungan 10.000 pasukan kafir.
Dalam
Perang Parit, 3.000 tentara muslim dikepung 10.000 pasukan kafir selama lebih
dari sebulan.
Jumlah
tentara musuh lslam lebih banyak disbanding seluruh penduduk Madinah.
Pasukan
kafir menyerbu dari depan.
Pasukan
Yahudi Bani Quraizhah, yang masih terikat perjanjian saling melindungi dengan
umat Islam jika ada musuh dari luar, ternyata membatalkan kesepakatan sepihak.
Sekitar
700 tentara Bani Quraizhah memberontak dan menyerang dari belakang Madinah.
Sungguh,
sangat menyakitkan, Madinah bisa hancur dan umat Islam akan musnah dari muka
bumi.
Alhamdulillah,
umat Islam selamat, para wanita dan anak-anak selamat dan Madinah aman.
Perang
Khandaq selesai.
Nabi
pulang kembali ke rumah untuk melepaskan baju perang dan meletakkan senjata.
Ketika
Nabi mandi di rumah Ummu Salamah (istri Nabi), tiba-tiba Malaikat Jibril muncul.
“Wahai
Rasul, apakah engkau telah mengembalikan senjata ke tempatnya?"
Nabi
menjawab, "Benar!"
Jibril
melanjutkan, “Kami,para malaikat belum meletakkan senjata, kami disuruh pergi lebih
dahulu untuk menimbulkan kegoncangan ke dalam hati musuh”.
Nabi
bertanya, “Pergi ke mana?”
“Ke
Bani Quraizhah”, jawab malaikat Jibril.
Nabi
disarankan segera berangkat menuju tempat Bani Quraizhah.
Salat
Zuhur selesai.
Pasukan
muslim tidak sempat istirahat setelah dikepung pasukan gabungan selama lebih
dari sebulan dalam Perang Parit.
Nabi
menugaskan 3.000 tentara muslim berangkat
membawa senjata lengkap mengepung Bani Quraizhah.
Nabi
bersabda, “Semua pasukan berangkat, sekarang! Jangan melakukan salat Asar
sebelum sampai di benteng Quraizhah.”
Nabi
ikut berangkat.
Pimpinan
kota Madinah diserahkan kepada Ibnu Ummi Maktum, seorang sahabat Muhajirin yang
buta matanya.
Bendera
perang dipegang Ali bin Abi Thalib.
Pengepungan
benteng berlangsung 25 hari.
Akhirnya
Bani Quraizhah menyerah.
Mereka
minta berunding.
Nabi
menyetujui dan Saad bin Muadz (Kepala suku Bani Aus) dari kaum Ansar sebagai hakim
yang memutuskan hukuman.
Sejak
lama Bani Aus dari kaum Ansar bersahabat dengan kelompok Yahudi Bani Quraizhah.
Bani
Quraizhah mengharapkanSaad bin Muadz mengambil keputusan yang menguntungkan
mereka.
Seperti
Abdullah bin Ubay (Kepala suku Kazraj) dari kaum Ansar dahulu yang telah membela
Bani Qaynuqa.
Ketika
mereka berkhianat hanya diusir dari Madinah.
Setelah
Bani Qaynuqa diusir dari Madinah.
Mereka
malah menggerakkan pasukan gabungan untuk mengepung Madinah dengan membawa
10.000 tentara koalisi.
Maka
terjadi Perang Khandaq.
Abdullah
bin Ubay (Kepala suku Kazraj dari kaum Ansar) adalah tokoh munafik.
Saad
bin Muadz yang terluka parah dalam Perang Khandaq dijemput dari Madinah dibawa
ke Bani Quraizhah untuk memutuskan hukuman.
Beberapa
orang Bani Quraizhah berbisik kepada Saad bin Muadzagar bersikap lunak kepada
kaum Quraizhah.
Karena
mereka telah berteman sejak zaman dahulu.
Nabi
Bersabda ketika Saad bin Muadz tiba,”Berdirilah kalian semua, hormati pemimpin
kalian”.
Maka
semua orang berdiri menghormatinya untuk meneguhkan wibawa sebagai hakim.
Agar
keputusannya diterima dengan penuh kepatuhan.
Nabi
bersabda,”Wahai Saad bin Muadz, semua orang akan tunduk kepada keputusanmu,
maka jatuhkan hukuman sesuai yang kamu sukai.”
Saad bin Muadz memutuskan.
“Semua
tentara yang terlibat pemberontakan akan dihukum mati, para wanita dan
anak-anak menjadi tawanan, dan semua kekayaan menjadi harta rampasan perang.”
Nabi
bersabda, “Engkau memutuskan hukuman sesuai dengan kehendak Allah.“
Semua
tentara pemberontak diikat tangannya, dibawa ke Madinah dan dihukum mati.
Seorang wanita dihukum mati karena membunuh seorang tentara
muslim sewaktu pengepungan benteng Quraizhah.
Dia
menjatuhkan bongkahan besi besar yang menewaskan seorang pasukan muslim.
Daftar
Pustaka
1. Syaikh
Shafiyurrahman Al-Mubarakfury. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta.
2006.
2. Ghani,
Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani,
Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
4. Al-Quran
Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com
online.
0 comments:
Post a Comment