WAYANG BIMA URAKAN TAPI TAK KURANG AJAR
Oleh:Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
URAKAN
Urakan adalah tidak mengikuti aturan dan bertingkah laku
seenaknya.
SOPAN
Sopan adalah:
1.
Hormat
dan takzim.
2.
Tertib
menurut adat yang baik.
3.
Beradab
(tentang tingkah laku, tutur kata, pakaian dan sebagainya).
4.
Tahu
adat.
5.
Baik
budi bahasanya.
KURANG AJAR
Kurang ajar adalah tidak sopan dan tidak tahu sopan santun.
BERTOLAK PINGGANG
Bertolak pinggang adalah menaruh kedua belah tangan pada
pinggang.
Bertolak pinggang adalah kedua tangan bertumpu pada pinggang.
KISAH DALAM WAYANG
Bima tetap bertolak pinggang di depan sesepuhnya,
titisan Wisnu, Prabu Kresna.
Padahal saudaranya Pandawa yang lain, sikapnya
berbeda.
Setelah menyembah untuk menghormati.
Mereka bersikap santun.
Dengan meletakkan kedua tangannya istirahat di depan.
Bima juga tak mau menyembah untuk menghormat.
Bima bahkan memakai bahasa ngoko (kasar).
Tapi Kresna sayang banget sama Bima.
Bima urakan, tapi tidak kurang ajar.
Kurang ajar itu melanggar aturan cuma untuk bergaya.
Urakan melanggar aturan, jika bertentangan dengan
prinsip batinnya.
Bima punya prinsip bahwa yang harus disembah cuma
Tuhan.
Anehnya, Kresna tak merasa dihina.
Karena tak disembah oleh Bima.
Bahkan Kresna sayang banget sama Bima.
Krisna punya senjata pamungkas yang tak ada lawannya.
Para Pandawa memanggil Prabu Kresna dengan sebutan,
“Yang Mulia..”
,
Tapi Bima memanggilnya “Jlitheng!”.
Yang arti harfiahnya,
“Heh,
Hitam!”.
Non harfiahnya bisa,
“Suuu, Asuuu...”.
Atau, “Cuuuk”.
Kresna tak merasa dihina.
Malah kangen dipanggil itu.
Para ulama leluhur Nusantara mengajarkan.
Bahwa sopan santun dan ekspresi luar penting.
Tapi yang lebih penting adalah Tata Krama ekspresi
dalam.
Bima tak punya sopan santun.
Bima urakan, tapi tetap punya tata krama.
Maka leluhur Jawa memilih Bima satu-satunya karakter
wayang.
Yang bisa ketemu Tuhan.
Dalam lakon Dewa Ruci.
(Sumber sujiwotejo)
0 comments:
Post a Comment