Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Showing posts with label WAYANG BIMA URAKAN TAPI TAK KURANG AJAR. Show all posts
Showing posts with label WAYANG BIMA URAKAN TAPI TAK KURANG AJAR. Show all posts

Friday, July 2, 2021

10230. WAYANG BIMA URAKAN TAPI TAK KURANG AJAR

 



WAYANG BIMA URAKAN TAPI TAK KURANG AJAR

Oleh:Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

URAKAN

 

Urakan adalah tidak mengikuti aturan dan bertingkah laku seenaknya.

 

SOPAN

 

Sopan adalah:

1.      Hormat dan takzim.

 

2.      Tertib menurut adat yang baik.

 

3.      Beradab (tentang tingkah laku, tutur kata, pakaian dan sebagainya).

 

4.      Tahu adat.

 

5.      Baik budi bahasanya.

 

 

KURANG AJAR

 

Kurang ajar adalah tidak sopan dan tidak tahu sopan santun.

 

BERTOLAK PINGGANG

 

Bertolak pinggang adalah menaruh kedua belah tangan pada pinggang.

 

Bertolak pinggang adalah  kedua tangan bertumpu pada pinggang.

 

 

KISAH DALAM WAYANG

 

Bima tetap bertolak pinggang di depan sesepuhnya, titisan Wisnu, Prabu Kresna.

 

Padahal saudaranya Pandawa yang lain, sikapnya berbeda.

 

Setelah menyembah untuk menghormati.

 

Mereka bersikap santun.

 

Dengan meletakkan kedua tangannya istirahat di depan.

 

Bima juga tak mau menyembah untuk menghormat.

 

Bima bahkan memakai bahasa ngoko (kasar).

 

Tapi Kresna sayang banget sama Bima.

 

Bima urakan, tapi tidak kurang ajar.

 

 

Kurang ajar itu melanggar aturan cuma untuk bergaya.

 

Urakan melanggar aturan, jika bertentangan dengan prinsip batinnya.

 

Bima punya prinsip bahwa yang harus disembah cuma Tuhan.

 

Anehnya, Kresna tak merasa dihina.

 

 

Karena tak disembah oleh Bima.

 

Bahkan Kresna sayang banget sama Bima.

 

Krisna punya senjata pamungkas yang tak ada lawannya.

 

Para Pandawa memanggil Prabu Kresna dengan sebutan,

 

 “Yang Mulia..” ,

 

Tapi Bima memanggilnya “Jlitheng!”.

 

Yang arti harfiahnya,

 

  “Heh, Hitam!”.

 

Non harfiahnya bisa,

 

“Suuu, Asuuu...”.

 

 

Atau, “Cuuuk”.

 

Kresna tak merasa dihina.

 

Malah kangen dipanggil itu.

 

Para ulama leluhur Nusantara mengajarkan.

 

 

Bahwa sopan santun dan ekspresi luar penting.

 

 

Tapi yang lebih penting adalah Tata Krama ekspresi dalam.

 

 

Bima tak punya sopan santun.

 

Bima urakan, tapi tetap punya tata krama.

 

Maka leluhur Jawa memilih Bima satu-satunya karakter wayang.

 

Yang bisa ketemu Tuhan.

 

Dalam lakon Dewa Ruci.

 

(Sumber sujiwotejo)