HATI YANG BERKAH RELA
DENGAN APA PUN PEMBERIAN ALLAH
Oleh Drs. HM Yusron
Hadi,MM
Nasihat Imam Hambali
tentang hati berkah.
“Segala sesuatu ada
berkahnya.
Berkahnya hati adalah
merasa puas dengan pemberian Allah.”
Ilmu yang berkah
adalah ilmu yang tampaknya biasa saja.
Ilmu pengetahuannya
biasa saja.
Tapi manfaatnya besar
untuk kehidupan manusia.
Rezeki yang berkah
adalah penghasilannya sederhana.
Tapi semua
kebutuhannya terpenuhi.
Bahkan lebih.
Karena Allah
mengendalikan keinginan kita.
Kita tak ingin yang
macam-macam
Sehingga kebutuhan
kita cukup.
Berkahnya hati adalah
merasa puas dengan pemberian Allah apa adanya.
Hati yang berkah itu
manusianya rela dan tak mengeluh.
Selalu bersyukur atas
apa pun yang telah diberikan oleh Allah.
Hal itu bukti bahwa
hati yang berkah.
Untuk mendapat hati
yang berkah caranya dengan melembutkan hati.
Untuk melembutkan hati
caranya dengan mengosumsi makanan halal.
Makanan yang halal ini
maksudnya konsumsi lahir dan batin.
Konsumsi batin halal adalah
yang mahmudah.
Dan konsumsi batin
haram adalah yang madmumah.
Contoh konsumsi haram
secara batin.
1. Jangan
masukkan sifat benci, iri, dan hasud.
2. Jangan
masukkan sifat munafik.
Contoh konsumsi haram
secara lahir.
1. Zatnya
haram
2. Haram
sebab dan efeknya.
Beras itu halal, tapi
jika diperoleh karena mencuri maka hukumnya haram.
Berasnya halal dan
diperoleh dengan cara halal.
Tapi diberikan kepada
fakir miskin dengan menghina orang yang menerima.
Maka efeknya menjadi
jelek.
Semua yang haram
secara lahir batin, zatnya, prosesnya, dan efeknya.
Akan membuat hati
menjadi keras.
Dan hati yang keras
akan membuat hati menjadi tidak berkah.
Hati yang tak berkah
adalah hati yang tak puas dengan pemberian dan ketetapan Allah.
Jika kita masih tak
ikhlas dengan ketetapan Allah.
Maka mungkin karena
hati kita tak berkah.
Mengapa hati kita tak
berkah?
Karena hati kita tak
lembut.
Mengapa hati kita tak
lembut ?
Mungkin yang masuk
dalam tubuh kita tak halal.
Secara lahir dan
batin.
Hal itu cara mengelola
hati agar menjadi berkah.
Nasihat lmam Hambali
tentang rezeki
“Rezeki itu telah dibagi.
Tak akan bertambah atau
berkurang.
Tiap orang sudah punya
jatah masing-masing.”
Mengapa ada orang terlihat kelebihan rezeki?
Dan yang lain tampak
kekurangan rezeki?
Jawabnya,
Masing-masing ada
ujiannya yang berbeda.
Orang yang merasa
kelebihan.
Apakah mau berbagi
dengan orang lain yang kekurangan?
Orang yang merasa kekurangan.
Apakah mau tetap rela
dan sabar.
Jatah rezeki tiap
makhluk sudah pasti.
Tinggal kita rela atau
tidak menerima ketetapan Allah.
Rezeki tak akan
bertambah atau berkurang.
Allah menuntut sikap
kita yang benar dalam menerima rezeki.
Harus dengan cara yang
baik.
Nasihat lmam Hambali
“Rezeki disebut bertambah.
Jika pemiliknya mendapat
kemudahan untuk berinfak dalam ketaatan kepada Allah”.
Rezeki bertambah bisa
diartikan rezekinya berkah.
Rezeki yang berkah.
Artinya pemiliknya
mendapat anugerah Allah.
Mudah untuk berbagi
karena patuh kepada Allah.
Rezeki kita
masing-masing tak bertambah atau berkurang.
Tapi ada orang yang
mau berbagi kepada orang lain.
Berarti, rezekinya
berkah.
Rezeki yang berkah
bukan hanya tampaknya sedikit, tapi cukup.
Juga, berapa pun yang diperoleh.
Pemiliknya sadar untuk berbagi.
Dia tak ambisi hanya
menikmati sendiri.
Tapi ingin orang lain juga
ikut merasakan apa yang dinikmati.
Hidup ini adalah
ujian.
Al-Quran surah
Al-Anbiya (surah ke-21) ayat 35.
كُلُّ
نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ
وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji
kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan
hanya kepada Kami kamu dikembalikan.
(Sumber Ngaji Filsafat
Dr Fahrudin Faiz)
0 comments:
Post a Comment