KHILAFIAH LAFAZ SAYIDINA MUHAMMAD DALAM SALAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
MAZHAB HANAFI DAN SYAFII
Menurut mazhab Hanafi dan Syafii
dianjurkan mengucapkan “Sayidina” pada “Selawat Ibrahimiyah”.
Memberi tambahan adalah salah satu
bentuk adab tata kesopanan.
Maka lebih utama menambahkan “sayidina”
daripada ditinggalkan.
Al-Quran surah An-Nur (surah ke-24) ayat 63.
لَا تَجْعَلُوا دُعَاءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ
كَدُعَاءِ بَعْضِكُمْ بَعْضًا ۚ قَدْ يَعْلَمُ اللَّهُ الَّذِينَ يَتَسَلَّلُونَ مِنْكُمْ
لِوَاذًا ۚ فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ
أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul
di antaramu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain).
Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi di
antaramu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang
menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang
pedih.
Para ulama menjelaskan ayat itu perintah
dari Allah.
Meskipun perintah ini bukan perintah wajib.
Tetapi minimal anjuran untuk kebaikan.
Karena mengucapkan “Sayidina Muhammad”
adalah salah satu bentuk penghormatan dan memuliakan Nabi Muhammad.
Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah
bersabda,
”Aku adalah sayid (pemimpin) anak cucu
(keturunan) Adam pada hari kiamat,”
Aisyah berkata bahwa Nabi bersabda,
”Sambutlah pemimpin kalian Saad bin
Muadz sebagai hakim dalam Perang Quraizah.”
Yang menjelaskan bahwa ucapan “sayid”
adalah memang baik dan utama.
Dan terlarang diucapkan kepada orang
yang jahat.
Panggilan “Sayidah” dipakai kepada
Fathimah.
Panggilan “Sayid” dipakai kepada Saad
bin Muadz, Hasan bin Ali, Husein bin Ali, Abu Bakar, Umar bin Kahttab, dan
orang-orang yang baik secara mutlak.
Maka lebih utama memakainya ketika salat maupun di luar salat.
Memberi tambahan kata “Sayidina” adalah
lebih sopan santun dalam tata krama kepada Rasulullah.
Allah berfirman dalam
Al-Quran surah Al-A’raf (surah ke-7) ayat 157 bahwa orang beriman memuliakan
Nabi Muhammad.
الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ
الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ
يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ
وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ
الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ ۚ فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا
النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ ۙ أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul,
Nabi yang umi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil
yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan
melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka
segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang
dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka
orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti
cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur'an), mereka itulah
orang-orang yang beruntung.
PENDAPAT LAIN MENYATAKAN “SAYIDINA”
TAK PERLU DIPAKAI DALAM SALAT.
Karena salat adalah ibadah mahdah yang
bersifat tawqifi.
Dalam salat tata caranya harus sesuai
dengan praktik yang dilakukan oleh Rasulullah.
Manusia
tidak boleh menambah bacaan dan aktivitas apa pun yang tidak dicontohkan Rasulullah.
Rasulullah
bersabda,
صَلُّوْا كَمَا رَأَيْتُمُوْنِى أُصَلِّى
Salatlah
kalian seperti kamu sekalian melihat aku salat.”
(HR. Bukhari)
Tidak ada keterangan yang menyebutkan bahwa Rasulullah pernah
memerintahkan untuk membaca salawat kepadanya dalam salat dengan menambah kata
“Sayyidina”
Daftar Pustaka
1.
Somad,
Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat, 2017.
2.
Somad,
Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat, 2017.
3.
Somad,
Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer, 2017.
4.
Al-Quran
Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5.
Tafsirq.com
online



