Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Sunday, December 24, 2017

581.GANGGU

MENGHADAPI GANGGUAN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang cara menghadapi gangguan orang yang menyakitkan hati menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Ketika Nabi Muhammad hijrah dari Mekah ke Madinah beliau menjumpai masyarakat yang majemuk yang berbhineka, yaitu kaum Yahudi, kaum Nasrani, Bani Aus, Bani Khazraj, dan kaum Muslim.
     Rasulullah menjalin hubungan persahabatan dengan seluruh masyarakat Madinah untuk membangun dan mempertahankan kota Madinah dari serangan musuh dari luar, dan sejak itu Allah mengizinkan umat Islam berperang untuk mempertahankan diri.
    Hal ini terbukti dengan terjadinya Perang Badar pada tahun ke-2 Hijriah dan Perang Uhud pada tahun ke-3 Hijriah, serta pada tahun ke-4 Hijriah turun wahyu peringatan Al-Quran yang ditujukan kepada umat Islam.
      Al-Quran surah Ali Imran, surah ke-3 ayat 186.

۞ لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا أَذًى كَثِيرًا ۚ وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

      “Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan”.
      Al-Quran menjelaskan bahwa sebagai manusia sering kali kita akan menerima gangguan yang menyakitkan hati yang tak henti-hentinya datang, sedangkan sumber segala sikap terpuji dalam bidang interaksi sosial adalah pertimbangan kemaslahatan dan kepentingan umum.
      Seandainya setiap orang dan kelompok berusaha memenuhi keinginannya sendiri, maka akan terjadi penindasan atas kepentingannya sendiri, sehingga setiap orang maupun kelompok dituntut untuk mengorbankan sebagian keinginan dan tuntutannya untuk ketenteraman dan ketertiban bersama.
      Setiap sikap terpuji dalam pandangan Al-Quran akan mencerminkan kekuatan pelakunya, dan kedermawanan adalah kekuatan, karena pelakunya sadar bahwa dirinya kuat, sehingga dia mau mengulurkan tangan kepada pihak yang lemah dan tidak mampu.
     Kesucian adalah kekuatan jiwa, karena pelakunya mampu menekan rayuan nafsu dan godaan syahwatnya, serta kasih sayang adalah kekuatan hati, karena kasih sayangnya ditujukan kepada pihak yang lemah dan tidak berdaya.
    Kesabaran dan pemaafan juga kekuatan, karena seseorang yang tidak kuat dan tidak tabah menghadapi gejolak jiwanya, maka dia ingin membalasnya, kemudian  niat membalas dan dendam itu dibatalkan, maka dinamakan bersabar yang berarti memaafkan.
    Keadilan juga kekuatan, karena Allah berpesan,”Jangan sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk tidak berlaku adil, maka berlaku adillah.
      Al-Quran surah Al-Maidah, surah ke-5 ayat 8.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

     “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
     Kesimpulannya, tuntunan agama Islam dalam menghadapi setiap gangguan dari manusia yang jahat adalah,”Galanglah kekuatan sosial, politik, ekonomi, dan mental untuk kemaslahatan seluruh kelompok, karena apabila kalian kuat dan kompak, maka siapa pun tidak akan berani menggangu dan menyakitkan hatimu.”
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

581. GANGGU

MENGHADAPI GANGGUAN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang cara menghadapi gangguan orang yang menyakitkan hati menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Ketika Nabi Muhammad hijrah dari Mekah ke Madinah beliau menjumpai masyarakat yang majemuk yang berbhineka, yaitu kaum Yahudi, kaum Nasrani, Bani Aus, Bani Khazraj, dan kaum Muslim.
     Rasulullah menjalin hubungan persahabatan dengan seluruh masyarakat Madinah untuk membangun dan mempertahankan kota Madinah dari serangan musuh dari luar, dan sejak itu Allah mengizinkan umat Islam berperang untuk mempertahankan diri.
    Hal ini terbukti dengan terjadinya Perang Badar pada tahun ke-2 Hijriah dan Perang Uhud pada tahun ke-3 Hijriah, serta pada tahun ke-4 Hijriah turun wahyu peringatan Al-Quran yang ditujukan kepada umat Islam.
      Al-Quran surah Ali Imran, surah ke-3 ayat 186.

۞ لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا أَذًى كَثِيرًا ۚ وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

      “Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan”.
      Al-Quran menjelaskan bahwa sebagai manusia sering kali kita akan menerima gangguan yang menyakitkan hati yang tak henti-hentinya datang, sedangkan sumber segala sikap terpuji dalam bidang interaksi sosial adalah pertimbangan kemaslahatan dan kepentingan umum.
      Seandainya setiap orang dan kelompok berusaha memenuhi keinginannya sendiri, maka akan terjadi penindasan atas kepentingannya sendiri, sehingga setiap orang maupun kelompok dituntut untuk mengorbankan sebagian keinginan dan tuntutannya untuk ketenteraman dan ketertiban bersama.
      Setiap sikap terpuji dalam pandangan Al-Quran akan mencerminkan kekuatan pelakunya, dan kedermawanan adalah kekuatan, karena pelakunya sadar bahwa dirinya kuat, sehingga dia mau mengulurkan tangan kepada pihak yang lemah dan tidak mampu.
     Kesucian adalah kekuatan jiwa, karena pelakunya mampu menekan rayuan nafsu dan godaan syahwatnya, serta kasih sayang adalah kekuatan hati, karena kasih sayangnya ditujukan kepada pihak yang lemah dan tidak berdaya.
    Kesabaran dan pemaafan juga kekuatan, karena seseorang yang tidak kuat dan tidak tabah menghadapi gejolak jiwanya, maka dia ingin membalasnya, kemudian  niat membalas dan dendam itu dibatalkan, maka dinamakan bersabar yang berarti memaafkan.
    Keadilan juga kekuatan, karena Allah berpesan,”Jangan sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk tidak berlaku adil, maka berlaku adillah.
      Al-Quran surah Al-Maidah, surah ke-5 ayat 8.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

     “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
     Kesimpulannya, tuntunan agama Islam dalam menghadapi setiap gangguan dari manusia yang jahat adalah,”Galanglah kekuatan sosial, politik, ekonomi, dan mental untuk kemaslahatan seluruh kelompok, karena apabila kalian kuat dan kompak, maka siapa pun tidak akan berani menggangu dan menyakitkan hatimu.”
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

581. GANGGU

MENGHADAPI GANGGUAN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang cara menghadapi gangguan orang yang menyakitkan hati menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Ketika Nabi Muhammad hijrah dari Mekah ke Madinah beliau menjumpai masyarakat yang majemuk yang berbhineka, yaitu kaum Yahudi, kaum Nasrani, Bani Aus, Bani Khazraj, dan kaum Muslim.
     Rasulullah menjalin hubungan persahabatan dengan seluruh masyarakat Madinah untuk membangun dan mempertahankan kota Madinah dari serangan musuh dari luar, dan sejak itu Allah mengizinkan umat Islam berperang untuk mempertahankan diri.
    Hal ini terbukti dengan terjadinya Perang Badar pada tahun ke-2 Hijriah dan Perang Uhud pada tahun ke-3 Hijriah, serta pada tahun ke-4 Hijriah turun wahyu peringatan Al-Quran yang ditujukan kepada umat Islam.
      Al-Quran surah Ali Imran, surah ke-3 ayat 186.

۞ لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا أَذًى كَثِيرًا ۚ وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

      “Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan”.
      Al-Quran menjelaskan bahwa sebagai manusia sering kali kita akan menerima gangguan yang menyakitkan hati yang tak henti-hentinya datang, sedangkan sumber segala sikap terpuji dalam bidang interaksi sosial adalah pertimbangan kemaslahatan dan kepentingan umum.
      Seandainya setiap orang dan kelompok berusaha memenuhi keinginannya sendiri, maka akan terjadi penindasan atas kepentingannya sendiri, sehingga setiap orang maupun kelompok dituntut untuk mengorbankan sebagian keinginan dan tuntutannya untuk ketenteraman dan ketertiban bersama.
      Setiap sikap terpuji dalam pandangan Al-Quran akan mencerminkan kekuatan pelakunya, dan kedermawanan adalah kekuatan, karena pelakunya sadar bahwa dirinya kuat, sehingga dia mau mengulurkan tangan kepada pihak yang lemah dan tidak mampu.
     Kesucian adalah kekuatan jiwa, karena pelakunya mampu menekan rayuan nafsu dan godaan syahwatnya, serta kasih sayang adalah kekuatan hati, karena kasih sayangnya ditujukan kepada pihak yang lemah dan tidak berdaya.
    Kesabaran dan pemaafan juga kekuatan, karena seseorang yang tidak kuat dan tidak tabah menghadapi gejolak jiwanya, maka dia ingin membalasnya, kemudian  niat membalas dan dendam itu dibatalkan, maka dinamakan bersabar yang berarti memaafkan.
    Keadilan juga kekuatan, karena Allah berpesan,”Jangan sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk tidak berlaku adil, maka berlaku adillah.
      Al-Quran surah Al-Maidah, surah ke-5 ayat 8.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

     “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
     Kesimpulannya, tuntunan agama Islam dalam menghadapi setiap gangguan dari manusia yang jahat adalah,”Galanglah kekuatan sosial, politik, ekonomi, dan mental untuk kemaslahatan seluruh kelompok, karena apabila kalian kuat dan kompak, maka siapa pun tidak akan berani menggangu dan menyakitkan hatimu.”
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

Friday, December 22, 2017

580. HIJRAH

HIKMAH HIJRAH NABI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hikmah hijrah Nabi Muhammad?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
     Nabi Muhammad bersabda,”Perlakukan hidup kalian di dunia ini bagaikan seorang musafir dalam perjalanan, artinya kalian boleh berteduh sejenak di bawah pohon yang rindang, tetapi ingat bahwa perjalanan masih jauh, maka bekal harus dipersiapkan dengan lengkap dan baik”.
     Itulah sebabnya ketika seseorang bertanya kepada Nabi tentang akhir masa pergantian malam dan siang, maka Nabi bersabda,”Bekal apa yang engkau persiapkan?” Perjalanan yang harus ditempuh oleh manusia sungguh panjang, sehingga harus membawa bekal yang lengkap dan banyak.
      Dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad dari Mekah ke Madinah sebagai awal penanggalan Islam, ditemukan bahwa bekal hidup manusia yang paling utama adalah “akidah”, dan peristiwa “hijrah” menggambarkan perjuangan menyelamatkan akidah, serta masa depan harus dihadapi dengan perjuangan dan optimisme, sedangkan hijrah adalah perjuangan yang optimisme.
      Al-Quran surah At-Taubah, surah ke-9 ayat 40.

إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا ۖ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَىٰ ۗ وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

       “Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedangkan dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya,”Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
      Akidah dan tingkat kepatuhan seseorang terhadap agama diukur ketika terjadi krisis, bukan diukur pada saat sukses, karena semua orang akan memeluk satu akidah apabila terlihat sukses, tetapi belum tentu demikian, apa bila dia mengalami penderitaan.
      Sebagian umat Islam, sejak pertengahan abad ke-19 Masehi, merasa kehilangan kepercayaan diri dan merasa minder melihat kemajuan pihak lain, sehingga sebagai kompensasi, misalnya dalam bidang tafsir, muncul pernyataan bahwa setiap ada penemuan baru, cepat-cepat diklaim bahwa “penemuan itu sudah dibicarakan oleh Al-Quran.”
      Khalifah Umar bin Khattab tidak memilih tahun kelahiran atau kemenangan umat bagi penanggalan Islam, tetapi yang dipilihnya adalah peristiwa hijrah Nabi Muhammad dari Mekah ke Madinah.
     Peristiwa hijrah adalah suatu peristiwa perjuangan dan optimisme agar setiap umat Islam, ketika membuka lembaran kalender atau menyongsong hari esok, dapat menyongsongnya dengan peijuangan dan optimisme.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

580. HIJRAH

HIKMAH HIJRAH NABI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hikmah hijrah Nabi Muhammad?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
     Nabi Muhammad bersabda,”Perlakukan hidup kalian di dunia ini bagaikan seorang musafir dalam perjalanan, artinya kalian boleh berteduh sejenak di bawah pohon yang rindang, tetapi ingat bahwa perjalanan masih jauh, maka bekal harus dipersiapkan dengan lengkap dan baik”.
     Itulah sebabnya ketika seseorang bertanya kepada Nabi tentang akhir masa pergantian malam dan siang, maka Nabi bersabda,”Bekal apa yang engkau persiapkan?” Perjalanan yang harus ditempuh oleh manusia sungguh panjang, sehingga harus membawa bekal yang lengkap dan banyak.
      Dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad dari Mekah ke Madinah sebagai awal penanggalan Islam, ditemukan bahwa bekal hidup manusia yang paling utama adalah “akidah”, dan peristiwa “hijrah” menggambarkan perjuangan menyelamatkan akidah, serta masa depan harus dihadapi dengan perjuangan dan optimisme, sedangkan hijrah adalah perjuangan yang optimisme.
      Al-Quran surah At-Taubah, surah ke-9 ayat 40.

إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا ۖ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَىٰ ۗ وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

       “Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedangkan dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya,”Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
      Akidah dan tingkat kepatuhan seseorang terhadap agama diukur ketika terjadi krisis, bukan diukur pada saat sukses, karena semua orang akan memeluk satu akidah apabila terlihat sukses, tetapi belum tentu demikian, apa bila dia mengalami penderitaan.
      Sebagian umat Islam, sejak pertengahan abad ke-19 Masehi, merasa kehilangan kepercayaan diri dan merasa minder melihat kemajuan pihak lain, sehingga sebagai kompensasi, misalnya dalam bidang tafsir, muncul pernyataan bahwa setiap ada penemuan baru, cepat-cepat diklaim bahwa “penemuan itu sudah dibicarakan oleh Al-Quran.”
      Khalifah Umar bin Khattab tidak memilih tahun kelahiran atau kemenangan umat bagi penanggalan Islam, tetapi yang dipilihnya adalah peristiwa hijrah Nabi Muhammad dari Mekah ke Madinah.
     Peristiwa hijrah adalah suatu peristiwa perjuangan dan optimisme agar setiap umat Islam, ketika membuka lembaran kalender atau menyongsong hari esok, dapat menyongsongnya dengan peijuangan dan optimisme.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

580. HIJRAH

HIKMAH HIJRAH NABI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hikmah hijrah Nabi Muhammad?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
     Nabi Muhammad bersabda,”Perlakukan hidup kalian di dunia ini bagaikan seorang musafir dalam perjalanan, artinya kalian boleh berteduh sejenak di bawah pohon yang rindang, tetapi ingat bahwa perjalanan masih jauh, maka bekal harus dipersiapkan dengan lengkap dan baik”.
     Itulah sebabnya ketika seseorang bertanya kepada Nabi tentang akhir masa pergantian malam dan siang, maka Nabi bersabda,”Bekal apa yang engkau persiapkan?” Perjalanan yang harus ditempuh oleh manusia sungguh panjang, sehingga harus membawa bekal yang lengkap dan banyak.
      Dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad dari Mekah ke Madinah sebagai awal penanggalan Islam, ditemukan bahwa bekal hidup manusia yang paling utama adalah “akidah”, dan peristiwa “hijrah” menggambarkan perjuangan menyelamatkan akidah, serta masa depan harus dihadapi dengan perjuangan dan optimisme, sedangkan hijrah adalah perjuangan yang optimisme.
      Al-Quran surah At-Taubah, surah ke-9 ayat 40.

إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا ۖ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَىٰ ۗ وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

       “Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedangkan dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya,”Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
      Akidah dan tingkat kepatuhan seseorang terhadap agama diukur ketika terjadi krisis, bukan diukur pada saat sukses, karena semua orang akan memeluk satu akidah apabila terlihat sukses, tetapi belum tentu demikian, apa bila dia mengalami penderitaan.
      Sebagian umat Islam, sejak pertengahan abad ke-19 Masehi, merasa kehilangan kepercayaan diri dan merasa minder melihat kemajuan pihak lain, sehingga sebagai kompensasi, misalnya dalam bidang tafsir, muncul pernyataan bahwa setiap ada penemuan baru, cepat-cepat diklaim bahwa “penemuan itu sudah dibicarakan oleh Al-Quran.”
      Khalifah Umar bin Khattab tidak memilih tahun kelahiran atau kemenangan umat bagi penanggalan Islam, tetapi yang dipilihnya adalah peristiwa hijrah Nabi Muhammad dari Mekah ke Madinah.
     Peristiwa hijrah adalah suatu peristiwa perjuangan dan optimisme agar setiap umat Islam, ketika membuka lembaran kalender atau menyongsong hari esok, dapat menyongsongnya dengan peijuangan dan optimisme.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

580. HIJRAH

HIKMAH HIJRAH NABI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hikmah hijrah Nabi Muhammad?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
     Nabi Muhammad bersabda,”Perlakukan hidup kalian di dunia ini bagaikan seorang musafir dalam perjalanan, artinya kalian boleh berteduh sejenak di bawah pohon yang rindang, tetapi ingat bahwa perjalanan masih jauh, maka bekal harus dipersiapkan dengan lengkap dan baik”.
     Itulah sebabnya ketika seseorang bertanya kepada Nabi tentang akhir masa pergantian malam dan siang, maka Nabi bersabda,”Bekal apa yang engkau persiapkan?” Perjalanan yang harus ditempuh oleh manusia sungguh panjang, sehingga harus membawa bekal yang lengkap dan banyak.
      Dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad dari Mekah ke Madinah sebagai awal penanggalan Islam, ditemukan bahwa bekal hidup manusia yang paling utama adalah “akidah”, dan peristiwa “hijrah” menggambarkan perjuangan menyelamatkan akidah, serta masa depan harus dihadapi dengan perjuangan dan optimisme, sedangkan hijrah adalah perjuangan yang optimisme.
      Al-Quran surah At-Taubah, surah ke-9 ayat 40.

إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا ۖ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَىٰ ۗ وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

       “Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedangkan dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya,”Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
      Akidah dan tingkat kepatuhan seseorang terhadap agama diukur ketika terjadi krisis, bukan diukur pada saat sukses, karena semua orang akan memeluk satu akidah apabila terlihat sukses, tetapi belum tentu demikian, apa bila dia mengalami penderitaan.
      Sebagian umat Islam, sejak pertengahan abad ke-19 Masehi, merasa kehilangan kepercayaan diri dan merasa minder melihat kemajuan pihak lain, sehingga sebagai kompensasi, misalnya dalam bidang tafsir, muncul pernyataan bahwa setiap ada penemuan baru, cepat-cepat diklaim bahwa “penemuan itu sudah dibicarakan oleh Al-Quran.”
      Khalifah Umar bin Khattab tidak memilih tahun kelahiran atau kemenangan umat bagi penanggalan Islam, tetapi yang dipilihnya adalah peristiwa hijrah Nabi Muhammad dari Mekah ke Madinah.
     Peristiwa hijrah adalah suatu peristiwa perjuangan dan optimisme agar setiap umat Islam, ketika membuka lembaran kalender atau menyongsong hari esok, dapat menyongsongnya dengan peijuangan dan optimisme.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

580. HIJRAH

HIKMAH HIJRAH NABI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hikmah hijrah Nabi Muhammad?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
     Nabi Muhammad bersabda,”Perlakukan hidup kalian di dunia ini bagaikan seorang musafir dalam perjalanan, artinya kalian boleh berteduh sejenak di bawah pohon yang rindang, tetapi ingat bahwa perjalanan masih jauh, maka bekal harus dipersiapkan dengan lengkap dan baik”.
     Itulah sebabnya ketika seseorang bertanya kepada Nabi tentang akhir masa pergantian malam dan siang, maka Nabi bersabda,”Bekal apa yang engkau persiapkan?” Perjalanan yang harus ditempuh oleh manusia sungguh panjang, sehingga harus membawa bekal yang lengkap dan banyak.
      Dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad dari Mekah ke Madinah sebagai awal penanggalan Islam, ditemukan bahwa bekal hidup manusia yang paling utama adalah “akidah”, dan peristiwa “hijrah” menggambarkan perjuangan menyelamatkan akidah, serta masa depan harus dihadapi dengan perjuangan dan optimisme, sedangkan hijrah adalah perjuangan yang optimisme.
      Al-Quran surah At-Taubah, surah ke-9 ayat 40.

إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا ۖ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَىٰ ۗ وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

       “Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedangkan dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya,”Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
      Akidah dan tingkat kepatuhan seseorang terhadap agama diukur ketika terjadi krisis, bukan diukur pada saat sukses, karena semua orang akan memeluk satu akidah apabila terlihat sukses, tetapi belum tentu demikian, apa bila dia mengalami penderitaan.
      Sebagian umat Islam, sejak pertengahan abad ke-19 Masehi, merasa kehilangan kepercayaan diri dan merasa minder melihat kemajuan pihak lain, sehingga sebagai kompensasi, misalnya dalam bidang tafsir, muncul pernyataan bahwa setiap ada penemuan baru, cepat-cepat diklaim bahwa “penemuan itu sudah dibicarakan oleh Al-Quran.”
      Khalifah Umar bin Khattab tidak memilih tahun kelahiran atau kemenangan umat bagi penanggalan Islam, tetapi yang dipilihnya adalah peristiwa hijrah Nabi Muhammad dari Mekah ke Madinah.
     Peristiwa hijrah adalah suatu peristiwa perjuangan dan optimisme agar setiap umat Islam, ketika membuka lembaran kalender atau menyongsong hari esok, dapat menyongsongnya dengan peijuangan dan optimisme.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

580. HIJRAH

HIKMAH HIJRAH NABI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hikmah hijrah Nabi Muhammad?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
     Nabi Muhammad bersabda,”Perlakukan hidup kalian di dunia ini bagaikan seorang musafir dalam perjalanan, artinya kalian boleh berteduh sejenak di bawah pohon yang rindang, tetapi ingat bahwa perjalanan masih jauh, maka bekal harus dipersiapkan dengan lengkap dan baik”.
     Itulah sebabnya ketika seseorang bertanya kepada Nabi tentang akhir masa pergantian malam dan siang, maka Nabi bersabda,”Bekal apa yang engkau persiapkan?” Perjalanan yang harus ditempuh oleh manusia sungguh panjang, sehingga harus membawa bekal yang lengkap dan banyak.
      Dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad dari Mekah ke Madinah sebagai awal penanggalan Islam, ditemukan bahwa bekal hidup manusia yang paling utama adalah “akidah”, dan peristiwa “hijrah” menggambarkan perjuangan menyelamatkan akidah, serta masa depan harus dihadapi dengan perjuangan dan optimisme, sedangkan hijrah adalah perjuangan yang optimisme.
      Al-Quran surah At-Taubah, surah ke-9 ayat 40.

إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا ۖ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَىٰ ۗ وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

       “Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedangkan dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya,”Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
      Akidah dan tingkat kepatuhan seseorang terhadap agama diukur ketika terjadi krisis, bukan diukur pada saat sukses, karena semua orang akan memeluk satu akidah apabila terlihat sukses, tetapi belum tentu demikian, apa bila dia mengalami penderitaan.
      Sebagian umat Islam, sejak pertengahan abad ke-19 Masehi, merasa kehilangan kepercayaan diri dan merasa minder melihat kemajuan pihak lain, sehingga sebagai kompensasi, misalnya dalam bidang tafsir, muncul pernyataan bahwa setiap ada penemuan baru, cepat-cepat diklaim bahwa “penemuan itu sudah dibicarakan oleh Al-Quran.”
      Khalifah Umar bin Khattab tidak memilih tahun kelahiran atau kemenangan umat bagi penanggalan Islam, tetapi yang dipilihnya adalah peristiwa hijrah Nabi Muhammad dari Mekah ke Madinah.
     Peristiwa hijrah adalah suatu peristiwa perjuangan dan optimisme agar setiap umat Islam, ketika membuka lembaran kalender atau menyongsong hari esok, dapat menyongsongnya dengan peijuangan dan optimisme.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

580. HIJRAH

HIKMAH HIJRAH NABI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hikmah hijrah Nabi Muhammad?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
     Nabi Muhammad bersabda,”Perlakukan hidup kalian di dunia ini bagaikan seorang musafir dalam perjalanan, artinya kalian boleh berteduh sejenak di bawah pohon yang rindang, tetapi ingat bahwa perjalanan masih jauh, maka bekal harus dipersiapkan dengan lengkap dan baik”.
     Itulah sebabnya ketika seseorang bertanya kepada Nabi tentang akhir masa pergantian malam dan siang, maka Nabi bersabda,”Bekal apa yang engkau persiapkan?” Perjalanan yang harus ditempuh oleh manusia sungguh panjang, sehingga harus membawa bekal yang lengkap dan banyak.
      Dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad dari Mekah ke Madinah sebagai awal penanggalan Islam, ditemukan bahwa bekal hidup manusia yang paling utama adalah “akidah”, dan peristiwa “hijrah” menggambarkan perjuangan menyelamatkan akidah, serta masa depan harus dihadapi dengan perjuangan dan optimisme, sedangkan hijrah adalah perjuangan yang optimisme.
      Al-Quran surah At-Taubah, surah ke-9 ayat 40.

إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا ۖ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَىٰ ۗ وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

       “Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedangkan dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya,”Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
      Akidah dan tingkat kepatuhan seseorang terhadap agama diukur ketika terjadi krisis, bukan diukur pada saat sukses, karena semua orang akan memeluk satu akidah apabila terlihat sukses, tetapi belum tentu demikian, apa bila dia mengalami penderitaan.
      Sebagian umat Islam, sejak pertengahan abad ke-19 Masehi, merasa kehilangan kepercayaan diri dan merasa minder melihat kemajuan pihak lain, sehingga sebagai kompensasi, misalnya dalam bidang tafsir, muncul pernyataan bahwa setiap ada penemuan baru, cepat-cepat diklaim bahwa “penemuan itu sudah dibicarakan oleh Al-Quran.”
      Khalifah Umar bin Khattab tidak memilih tahun kelahiran atau kemenangan umat bagi penanggalan Islam, tetapi yang dipilihnya adalah peristiwa hijrah Nabi Muhammad dari Mekah ke Madinah.
     Peristiwa hijrah adalah suatu peristiwa perjuangan dan optimisme agar setiap umat Islam, ketika membuka lembaran kalender atau menyongsong hari esok, dapat menyongsongnya dengan peijuangan dan optimisme.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

580. HIJRAH

HIKMAH HIJRAH NABI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hikmah hijrah Nabi Muhammad?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
     Nabi Muhammad bersabda,”Perlakukan hidup kalian di dunia ini bagaikan seorang musafir dalam perjalanan, artinya kalian boleh berteduh sejenak di bawah pohon yang rindang, tetapi ingat bahwa perjalanan masih jauh, maka bekal harus dipersiapkan dengan lengkap dan baik”.
     Itulah sebabnya ketika seseorang bertanya kepada Nabi tentang akhir masa pergantian malam dan siang, maka Nabi bersabda,”Bekal apa yang engkau persiapkan?” Perjalanan yang harus ditempuh oleh manusia sungguh panjang, sehingga harus membawa bekal yang lengkap dan banyak.
      Dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad dari Mekah ke Madinah sebagai awal penanggalan Islam, ditemukan bahwa bekal hidup manusia yang paling utama adalah “akidah”, dan peristiwa “hijrah” menggambarkan perjuangan menyelamatkan akidah, serta masa depan harus dihadapi dengan perjuangan dan optimisme, sedangkan hijrah adalah perjuangan yang optimisme.
      Al-Quran surah At-Taubah, surah ke-9 ayat 40.

إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا ۖ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَىٰ ۗ وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

       “Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedangkan dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya,”Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
      Akidah dan tingkat kepatuhan seseorang terhadap agama diukur ketika terjadi krisis, bukan diukur pada saat sukses, karena semua orang akan memeluk satu akidah apabila terlihat sukses, tetapi belum tentu demikian, apa bila dia mengalami penderitaan.
      Sebagian umat Islam, sejak pertengahan abad ke-19 Masehi, merasa kehilangan kepercayaan diri dan merasa minder melihat kemajuan pihak lain, sehingga sebagai kompensasi, misalnya dalam bidang tafsir, muncul pernyataan bahwa setiap ada penemuan baru, cepat-cepat diklaim bahwa “penemuan itu sudah dibicarakan oleh Al-Quran.”
      Khalifah Umar bin Khattab tidak memilih tahun kelahiran atau kemenangan umat bagi penanggalan Islam, tetapi yang dipilihnya adalah peristiwa hijrah Nabi Muhammad dari Mekah ke Madinah.
     Peristiwa hijrah adalah suatu peristiwa perjuangan dan optimisme agar setiap umat Islam, ketika membuka lembaran kalender atau menyongsong hari esok, dapat menyongsongnya dengan peijuangan dan optimisme.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

580. HIJRAH

HIKMAH HIJRAH NABI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hikmah hijrah Nabi Muhammad?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
     Nabi Muhammad bersabda,”Perlakukan hidup kalian di dunia ini bagaikan seorang musafir dalam perjalanan, artinya kalian boleh berteduh sejenak di bawah pohon yang rindang, tetapi ingat bahwa perjalanan masih jauh, maka bekal harus dipersiapkan dengan lengkap dan baik”.
     Itulah sebabnya ketika seseorang bertanya kepada Nabi tentang akhir masa pergantian malam dan siang, maka Nabi bersabda,”Bekal apa yang engkau persiapkan?” Perjalanan yang harus ditempuh oleh manusia sungguh panjang, sehingga harus membawa bekal yang lengkap dan banyak.
      Dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad dari Mekah ke Madinah sebagai awal penanggalan Islam, ditemukan bahwa bekal hidup manusia yang paling utama adalah “akidah”, dan peristiwa “hijrah” menggambarkan perjuangan menyelamatkan akidah, serta masa depan harus dihadapi dengan perjuangan dan optimisme, sedangkan hijrah adalah perjuangan yang optimisme.
      Al-Quran surah At-Taubah, surah ke-9 ayat 40.

إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا ۖ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَىٰ ۗ وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

       “Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedangkan dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya,”Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
      Akidah dan tingkat kepatuhan seseorang terhadap agama diukur ketika terjadi krisis, bukan diukur pada saat sukses, karena semua orang akan memeluk satu akidah apabila terlihat sukses, tetapi belum tentu demikian, apa bila dia mengalami penderitaan.
      Sebagian umat Islam, sejak pertengahan abad ke-19 Masehi, merasa kehilangan kepercayaan diri dan merasa minder melihat kemajuan pihak lain, sehingga sebagai kompensasi, misalnya dalam bidang tafsir, muncul pernyataan bahwa setiap ada penemuan baru, cepat-cepat diklaim bahwa “penemuan itu sudah dibicarakan oleh Al-Quran.”
      Khalifah Umar bin Khattab tidak memilih tahun kelahiran atau kemenangan umat bagi penanggalan Islam, tetapi yang dipilihnya adalah peristiwa hijrah Nabi Muhammad dari Mekah ke Madinah.
     Peristiwa hijrah adalah suatu peristiwa perjuangan dan optimisme agar setiap umat Islam, ketika membuka lembaran kalender atau menyongsong hari esok, dapat menyongsongnya dengan peijuangan dan optimisme.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

580. HIJRAH

HIKMAH HIJRAH NABI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hikmah hijrah Nabi Muhammad?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
     Nabi Muhammad bersabda,”Perlakukan hidup kalian di dunia ini bagaikan seorang musafir dalam perjalanan, artinya kalian boleh berteduh sejenak di bawah pohon yang rindang, tetapi ingat bahwa perjalanan masih jauh, maka bekal harus dipersiapkan dengan lengkap dan baik”.
     Itulah sebabnya ketika seseorang bertanya kepada Nabi tentang akhir masa pergantian malam dan siang, maka Nabi bersabda,”Bekal apa yang engkau persiapkan?” Perjalanan yang harus ditempuh oleh manusia sungguh panjang, sehingga harus membawa bekal yang lengkap dan banyak.
      Dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad dari Mekah ke Madinah sebagai awal penanggalan Islam, ditemukan bahwa bekal hidup manusia yang paling utama adalah “akidah”, dan peristiwa “hijrah” menggambarkan perjuangan menyelamatkan akidah, serta masa depan harus dihadapi dengan perjuangan dan optimisme, sedangkan hijrah adalah perjuangan yang optimisme.
      Al-Quran surah At-Taubah, surah ke-9 ayat 40.

إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا ۖ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَىٰ ۗ وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

       “Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedangkan dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya,”Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
      Akidah dan tingkat kepatuhan seseorang terhadap agama diukur ketika terjadi krisis, bukan diukur pada saat sukses, karena semua orang akan memeluk satu akidah apabila terlihat sukses, tetapi belum tentu demikian, apa bila dia mengalami penderitaan.
      Sebagian umat Islam, sejak pertengahan abad ke-19 Masehi, merasa kehilangan kepercayaan diri dan merasa minder melihat kemajuan pihak lain, sehingga sebagai kompensasi, misalnya dalam bidang tafsir, muncul pernyataan bahwa setiap ada penemuan baru, cepat-cepat diklaim bahwa “penemuan itu sudah dibicarakan oleh Al-Quran.”
      Khalifah Umar bin Khattab tidak memilih tahun kelahiran atau kemenangan umat bagi penanggalan Islam, tetapi yang dipilihnya adalah peristiwa hijrah Nabi Muhammad dari Mekah ke Madinah.
     Peristiwa hijrah adalah suatu peristiwa perjuangan dan optimisme agar setiap umat Islam, ketika membuka lembaran kalender atau menyongsong hari esok, dapat menyongsongnya dengan peijuangan dan optimisme.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online