Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Thursday, December 28, 2017

593. TANGAN

POSISI TANGAN DALAM SALAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang posisi kedua tangan dalam bersedekap dan letak jari jemari ketika salat?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya.
    Dalam bersedekap yaitu menumpangkan kedua tangan di atas perut atau melipatkan tangan di atas perut ketika sedang salat, caranya adalah dengan  meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri.
      Sahal bin Saad berkata, Rasul bersabda,”Manusia diperintahkan agar laki -laki meletakkan tangan kanan di atas lengan kiri ketika salat”. (HR. Bukhari).
     Posisi jari-jemari tangan terdapat beberapa perbedaan menurut empat mazhab, menurut mazhab Hambali dan mazhab Syafii dengan cara meletakkan tangan kanan di atas lengan tangan kiri atau mendekatinya.
     Menurut mazhab Hanafi dengan cara meletakkan telapak tangan kanan di atas punggung tangan kiri, untuk laki-laki melingkarkan jari kelingking dan jempol pada pergelangan tangan, sedangkan untuk wanita cukup meletakkan kedua tangan di atas dada, dengan telapak tangan kanan di atas punggung tangan kiri, tanpa melingkarkan jari kelingking dan jempol, karena cara ini lebih menutupi untuk wanita.
    Mazhab Hanafi dan mazhab Hambali dengan cara meletakkan kedua tangan di bawah pusar, berdasarkan hadis dari Ali bin Abi Thalib yang berkata,”Berdasarkan sunah Nabi dengan meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri, posisinya berada di bawah pusar.” (HR. Ahmad dan Abu Daud).
      Menurut mazhab Syafii dianjurkan memposisikan kedua tangan berada di tengah-tengah, yaitu berada di bawah dada dan di atas pusar atau agak miring ke kiri, karena letak hati manusia berada pada posisi tersebut, maka kedua tangan berada pada anggota tubuh yang paling mulia.
    Wa’il bin Hujr berkata,”Saya melihat Rasulullah salat, beliau meletakkan kedua tangan di atas dada beliau dengan salah satu tangan di atas tangan yang lain”.  
    Menurut mazhab Maliki, dianjurkan melepaskan kedua tangan, artinya tidak bersedekap dalam salat, kedua tangan menjulur dengan lentur, tidak kaku, dan  tidak mendorong orang yang berada di depannya, karena dapat mengganggu kekhusyukan salat.
    Menurut mazhab Maliki bahwa bersedekap hukumnya adalah mubah dengan memposisikan tangan di atas dada pada salat sunat, dan hukumnya makruh bersedekap pada salat wajib, karena orang yang bersedekap seolah-olah ia bersandar, jika seseorang  bersedekap bukan untuk bersandar, tetapi karena ingin mengikuti sunah atau tidak berniat apa pun, maka tidak makruh.
      Pendapat jumhur (mayoritas) ulama yaitu semua ulama sepakat bahwa posisi kedua tangan dalam salat adalah bersedekap dengan meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri.
     Hakikat mazhab Maliki yang menganjurkan untuk melepaskan kedua tangan  adalah untuk memerangi perbuatan orang yang tidak mengikuti sunah yaitu perbuatan orang yang bersedekap dengan tujuan bersandar, atau untuk menghilangkan keyakinan dan prasangka orang awam bahwa bersedekap dalam salat itu hukumnya wajib.
Daftar Pustaka
1. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat.
2. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat.
3. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

593. TANGAN

POSISI TANGAN DALAM SALAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang posisi kedua tangan dalam bersedekap dan letak jari jemari ketika salat?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya.
    Dalam bersedekap yaitu menumpangkan kedua tangan di atas perut atau melipatkan tangan di atas perut ketika sedang salat, caranya adalah dengan  meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri.
      Sahal bin Saad berkata, Rasul bersabda,”Manusia diperintahkan agar laki -laki meletakkan tangan kanan di atas lengan kiri ketika salat”. (HR. Bukhari).
     Posisi jari-jemari tangan terdapat beberapa perbedaan menurut empat mazhab, menurut mazhab Hambali dan mazhab Syafii dengan cara meletakkan tangan kanan di atas lengan tangan kiri atau mendekatinya.
     Menurut mazhab Hanafi dengan cara meletakkan telapak tangan kanan di atas punggung tangan kiri, untuk laki-laki melingkarkan jari kelingking dan jempol pada pergelangan tangan, sedangkan untuk wanita cukup meletakkan kedua tangan di atas dada, dengan telapak tangan kanan di atas punggung tangan kiri, tanpa melingkarkan jari kelingking dan jempol, karena cara ini lebih menutupi untuk wanita.
    Mazhab Hanafi dan mazhab Hambali dengan cara meletakkan kedua tangan di bawah pusar, berdasarkan hadis dari Ali bin Abi Thalib yang berkata,”Berdasarkan sunah Nabi dengan meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri, posisinya berada di bawah pusar.” (HR. Ahmad dan Abu Daud).
      Menurut mazhab Syafii dianjurkan memposisikan kedua tangan berada di tengah-tengah, yaitu berada di bawah dada dan di atas pusar atau agak miring ke kiri, karena letak hati manusia berada pada posisi tersebut, maka kedua tangan berada pada anggota tubuh yang paling mulia.
    Wa’il bin Hujr berkata,”Saya melihat Rasulullah salat, beliau meletakkan kedua tangan di atas dada beliau dengan salah satu tangan di atas tangan yang lain”.  
    Menurut mazhab Maliki, dianjurkan melepaskan kedua tangan, artinya tidak bersedekap dalam salat, kedua tangan menjulur dengan lentur, tidak kaku, dan  tidak mendorong orang yang berada di depannya, karena dapat mengganggu kekhusyukan salat.
    Menurut mazhab Maliki bahwa bersedekap hukumnya adalah mubah dengan memposisikan tangan di atas dada pada salat sunat, dan hukumnya makruh bersedekap pada salat wajib, karena orang yang bersedekap seolah-olah ia bersandar, jika seseorang  bersedekap bukan untuk bersandar, tetapi karena ingin mengikuti sunah atau tidak berniat apa pun, maka tidak makruh.
      Pendapat jumhur (mayoritas) ulama yaitu semua ulama sepakat bahwa posisi kedua tangan dalam salat adalah bersedekap dengan meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri.
     Hakikat mazhab Maliki yang menganjurkan untuk melepaskan kedua tangan  adalah untuk memerangi perbuatan orang yang tidak mengikuti sunah yaitu perbuatan orang yang bersedekap dengan tujuan bersandar, atau untuk menghilangkan keyakinan dan prasangka orang awam bahwa bersedekap dalam salat itu hukumnya wajib.
Daftar Pustaka
1. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat.
2. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat.
3. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

592. BISMI

BASMALAH DALAM SALAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hukum membaca basmalah dalam salat?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya.
     Pendapat pertama, ucapan “basmalah” di awal surah Al-Fatihah dibaca dengan “jahar” (keras) dalam salat, berdasarkan hadis berikut.
      Anas bin Malik meriwayatkan,”Saya salat di belakang Rasulullah, Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan, mereka semuanya memulai dengan ‘Alhamdulillahi rabbil alamin’, dan mereka semuanya tidak menyebutkan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ pada awal bacaan dan di akhir bacaan.” (HR. Muslim).
      Pendapat kedua, ucapan “basmalah” di awal surah Al-Fatihah dibaca dengan “sirr” (pelan) dalam salat, berdasarkan hadis berikut.
     “Jika kamu membaca ‘Alhamdulillah’, maka bacalah, ‘Bismillahirrahmanirrahim’. Sesungguhnya Al-Fatihah itu adalah Ummul Quran, Ummul Kitab, Sab’ul Matsani dan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ adalah salahsatu ayatnya.” Hadits ini dinyatakan sahih oleh Nashiruddin Albani dalam Silsilah Shahihah dan Shahih wa Dha’if al-Jami’ ash-Shaghir.
      Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah bersabda,”’Alhamdulillahi rabbil  alamin’ itu tujuh ayat, salah satunya adalah, ‘Bismillahirrahmanirrahim’. Dialah tujuh ayat yang diulang-ulang dalam Al-Qur’an yang Agung, Ummul Quran dan pembuka kitab (Fatihah Kitab)”.
      Imam Maliki berpendapat tidak perlu membaca basmalah dalam salat fardu, ketika membaca Al-Fatihah dan awal surat lainnya, tetapi beliau membolehkan membacanya dalam salat nafilah (sunah).
     Imam Hanafi mengharuskan membaca basmalah ketika membaca Al-Fatihah dalam salat secara “sir” (lembut) pada setiap rakaat, dan lebih baik membaca basmalah ketika akan membaca surat.
     Imam Syafii berpendapat wajib membaca basmalah secara “jahar” (keras) dalam salat “jahar” (misalnya dalam salat Magrib, Isa, dan Subuh), tetapi membaca basmalah dengan suara “sirr” (pelan) dalam salat “sir” (misalnya, salat Zuhur dan Asar).
     Imam Hambali berpendapat harus membaca basmalah dengan “sirri” (pelan) dalam salat dan tidak disunahkan membaca basmalah dengan “jahr” (keras).
Daftar Pustaka
1. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat.
2. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat.
3. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

592. BISMI

BASMALAH DALAM SALAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hukum membaca basmalah dalam salat?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya.
     Pendapat pertama, ucapan “basmalah” di awal surah Al-Fatihah dibaca dengan “jahar” (keras) dalam salat, berdasarkan hadis berikut.
      Anas bin Malik meriwayatkan,”Saya salat di belakang Rasulullah, Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan, mereka semuanya memulai dengan ‘Alhamdulillahi rabbil alamin’, dan mereka semuanya tidak menyebutkan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ pada awal bacaan dan di akhir bacaan.” (HR. Muslim).
      Pendapat kedua, ucapan “basmalah” di awal surah Al-Fatihah dibaca dengan “sirr” (pelan) dalam salat, berdasarkan hadis berikut.
     “Jika kamu membaca ‘Alhamdulillah’, maka bacalah, ‘Bismillahirrahmanirrahim’. Sesungguhnya Al-Fatihah itu adalah Ummul Quran, Ummul Kitab, Sab’ul Matsani dan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ adalah salahsatu ayatnya.” Hadits ini dinyatakan sahih oleh Nashiruddin Albani dalam Silsilah Shahihah dan Shahih wa Dha’if al-Jami’ ash-Shaghir.
      Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah bersabda,”’Alhamdulillahi rabbil  alamin’ itu tujuh ayat, salah satunya adalah, ‘Bismillahirrahmanirrahim’. Dialah tujuh ayat yang diulang-ulang dalam Al-Qur’an yang Agung, Ummul Quran dan pembuka kitab (Fatihah Kitab)”.
      Imam Maliki berpendapat tidak perlu membaca basmalah dalam salat fardu, ketika membaca Al-Fatihah dan awal surat lainnya, tetapi beliau membolehkan membacanya dalam salat nafilah (sunah).
     Imam Hanafi mengharuskan membaca basmalah ketika membaca Al-Fatihah dalam salat secara “sir” (lembut) pada setiap rakaat, dan lebih baik membaca basmalah ketika akan membaca surat.
     Imam Syafii berpendapat wajib membaca basmalah secara “jahar” (keras) dalam salat “jahar” (misalnya dalam salat Magrib, Isa, dan Subuh), tetapi membaca basmalah dengan suara “sirr” (pelan) dalam salat “sir” (misalnya, salat Zuhur dan Asar).
     Imam Hambali berpendapat harus membaca basmalah dengan “sirri” (pelan) dalam salat dan tidak disunahkan membaca basmalah dengan “jahr” (keras).
Daftar Pustaka
1. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat.
2. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat.
3. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

592. BISMI

BASMALAH DALAM SALAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hukum membaca basmalah dalam salat?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya.
     Pendapat pertama, ucapan “basmalah” di awal surah Al-Fatihah dibaca dengan “jahar” (keras) dalam salat, berdasarkan hadis berikut.
      Anas bin Malik meriwayatkan,”Saya salat di belakang Rasulullah, Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan, mereka semuanya memulai dengan ‘Alhamdulillahi rabbil alamin’, dan mereka semuanya tidak menyebutkan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ pada awal bacaan dan di akhir bacaan.” (HR. Muslim).
      Pendapat kedua, ucapan “basmalah” di awal surah Al-Fatihah dibaca dengan “sirr” (pelan) dalam salat, berdasarkan hadis berikut.
     “Jika kamu membaca ‘Alhamdulillah’, maka bacalah, ‘Bismillahirrahmanirrahim’. Sesungguhnya Al-Fatihah itu adalah Ummul Quran, Ummul Kitab, Sab’ul Matsani dan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ adalah salahsatu ayatnya.” Hadits ini dinyatakan sahih oleh Nashiruddin Albani dalam Silsilah Shahihah dan Shahih wa Dha’if al-Jami’ ash-Shaghir.
      Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah bersabda,”’Alhamdulillahi rabbil  alamin’ itu tujuh ayat, salah satunya adalah, ‘Bismillahirrahmanirrahim’. Dialah tujuh ayat yang diulang-ulang dalam Al-Qur’an yang Agung, Ummul Quran dan pembuka kitab (Fatihah Kitab)”.
      Imam Maliki berpendapat tidak perlu membaca basmalah dalam salat fardu, ketika membaca Al-Fatihah dan awal surat lainnya, tetapi beliau membolehkan membacanya dalam salat nafilah (sunah).
     Imam Hanafi mengharuskan membaca basmalah ketika membaca Al-Fatihah dalam salat secara “sir” (lembut) pada setiap rakaat, dan lebih baik membaca basmalah ketika akan membaca surat.
     Imam Syafii berpendapat wajib membaca basmalah secara “jahar” (keras) dalam salat “jahar” (misalnya dalam salat Magrib, Isa, dan Subuh), tetapi membaca basmalah dengan suara “sirr” (pelan) dalam salat “sir” (misalnya, salat Zuhur dan Asar).
     Imam Hambali berpendapat harus membaca basmalah dengan “sirri” (pelan) dalam salat dan tidak disunahkan membaca basmalah dengan “jahr” (keras).
Daftar Pustaka
1. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat.
2. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat.
3. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

592. BISMI

BASMALAH DALAM SALAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hukum membaca basmalah dalam salat?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya.
     Pendapat pertama, ucapan “basmalah” di awal surah Al-Fatihah dibaca dengan “jahar” (keras) dalam salat, berdasarkan hadis berikut.
      Anas bin Malik meriwayatkan,”Saya salat di belakang Rasulullah, Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan, mereka semuanya memulai dengan ‘Alhamdulillahi rabbil alamin’, dan mereka semuanya tidak menyebutkan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ pada awal bacaan dan di akhir bacaan.” (HR. Muslim).
      Pendapat kedua, ucapan “basmalah” di awal surah Al-Fatihah dibaca dengan “sirr” (pelan) dalam salat, berdasarkan hadis berikut.
     “Jika kamu membaca ‘Alhamdulillah’, maka bacalah, ‘Bismillahirrahmanirrahim’. Sesungguhnya Al-Fatihah itu adalah Ummul Quran, Ummul Kitab, Sab’ul Matsani dan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ adalah salahsatu ayatnya.” Hadits ini dinyatakan sahih oleh Nashiruddin Albani dalam Silsilah Shahihah dan Shahih wa Dha’if al-Jami’ ash-Shaghir.
      Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah bersabda,”’Alhamdulillahi rabbil  alamin’ itu tujuh ayat, salah satunya adalah, ‘Bismillahirrahmanirrahim’. Dialah tujuh ayat yang diulang-ulang dalam Al-Qur’an yang Agung, Ummul Quran dan pembuka kitab (Fatihah Kitab)”.
      Imam Maliki berpendapat tidak perlu membaca basmalah dalam salat fardu, ketika membaca Al-Fatihah dan awal surat lainnya, tetapi beliau membolehkan membacanya dalam salat nafilah (sunah).
     Imam Hanafi mengharuskan membaca basmalah ketika membaca Al-Fatihah dalam salat secara “sir” (lembut) pada setiap rakaat, dan lebih baik membaca basmalah ketika akan membaca surat.
     Imam Syafii berpendapat wajib membaca basmalah secara “jahar” (keras) dalam salat “jahar” (misalnya dalam salat Magrib, Isa, dan Subuh), tetapi membaca basmalah dengan suara “sirr” (pelan) dalam salat “sir” (misalnya, salat Zuhur dan Asar).
     Imam Hambali berpendapat harus membaca basmalah dengan “sirri” (pelan) dalam salat dan tidak disunahkan membaca basmalah dengan “jahr” (keras).
Daftar Pustaka
1. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat.
2. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat.
3. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

592. BISMI

BASMALAH DALAM SALAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hukum membaca basmalah dalam salat?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya.
     Pendapat pertama, ucapan “basmalah” di awal surah Al-Fatihah dibaca dengan “jahar” (keras) dalam salat, berdasarkan hadis berikut.
      Anas bin Malik meriwayatkan,”Saya salat di belakang Rasulullah, Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan, mereka semuanya memulai dengan ‘Alhamdulillahi rabbil alamin’, dan mereka semuanya tidak menyebutkan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ pada awal bacaan dan di akhir bacaan.” (HR. Muslim).
      Pendapat kedua, ucapan “basmalah” di awal surah Al-Fatihah dibaca dengan “sirr” (pelan) dalam salat, berdasarkan hadis berikut.
     “Jika kamu membaca ‘Alhamdulillah’, maka bacalah, ‘Bismillahirrahmanirrahim’. Sesungguhnya Al-Fatihah itu adalah Ummul Quran, Ummul Kitab, Sab’ul Matsani dan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ adalah salahsatu ayatnya.” Hadits ini dinyatakan sahih oleh Nashiruddin Albani dalam Silsilah Shahihah dan Shahih wa Dha’if al-Jami’ ash-Shaghir.
      Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah bersabda,”’Alhamdulillahi rabbil  alamin’ itu tujuh ayat, salah satunya adalah, ‘Bismillahirrahmanirrahim’. Dialah tujuh ayat yang diulang-ulang dalam Al-Qur’an yang Agung, Ummul Quran dan pembuka kitab (Fatihah Kitab)”.
      Imam Maliki berpendapat tidak perlu membaca basmalah dalam salat fardu, ketika membaca Al-Fatihah dan awal surat lainnya, tetapi beliau membolehkan membacanya dalam salat nafilah (sunah).
     Imam Hanafi mengharuskan membaca basmalah ketika membaca Al-Fatihah dalam salat secara “sir” (lembut) pada setiap rakaat, dan lebih baik membaca basmalah ketika akan membaca surat.
     Imam Syafii berpendapat wajib membaca basmalah secara “jahar” (keras) dalam salat “jahar” (misalnya dalam salat Magrib, Isa, dan Subuh), tetapi membaca basmalah dengan suara “sirr” (pelan) dalam salat “sir” (misalnya, salat Zuhur dan Asar).
     Imam Hambali berpendapat harus membaca basmalah dengan “sirri” (pelan) dalam salat dan tidak disunahkan membaca basmalah dengan “jahr” (keras).
Daftar Pustaka
1. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat.
2. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat.
3. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

592. BISMI

BASMALAH DALAM SALAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hukum membaca basmalah dalam salat?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya.
     Pendapat pertama, ucapan “basmalah” di awal surah Al-Fatihah dibaca dengan “jahar” (keras) dalam salat, berdasarkan hadis berikut.
      Anas bin Malik meriwayatkan,”Saya salat di belakang Rasulullah, Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan, mereka semuanya memulai dengan ‘Alhamdulillahi rabbil alamin’, dan mereka semuanya tidak menyebutkan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ pada awal bacaan dan di akhir bacaan.” (HR. Muslim).
      Pendapat kedua, ucapan “basmalah” di awal surah Al-Fatihah dibaca dengan “sirr” (pelan) dalam salat, berdasarkan hadis berikut.
     “Jika kamu membaca ‘Alhamdulillah’, maka bacalah, ‘Bismillahirrahmanirrahim’. Sesungguhnya Al-Fatihah itu adalah Ummul Quran, Ummul Kitab, Sab’ul Matsani dan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ adalah salahsatu ayatnya.” Hadits ini dinyatakan sahih oleh Nashiruddin Albani dalam Silsilah Shahihah dan Shahih wa Dha’if al-Jami’ ash-Shaghir.
      Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah bersabda,”’Alhamdulillahi rabbil  alamin’ itu tujuh ayat, salah satunya adalah, ‘Bismillahirrahmanirrahim’. Dialah tujuh ayat yang diulang-ulang dalam Al-Qur’an yang Agung, Ummul Quran dan pembuka kitab (Fatihah Kitab)”.
      Imam Maliki berpendapat tidak perlu membaca basmalah dalam salat fardu, ketika membaca Al-Fatihah dan awal surat lainnya, tetapi beliau membolehkan membacanya dalam salat nafilah (sunah).
     Imam Hanafi mengharuskan membaca basmalah ketika membaca Al-Fatihah dalam salat secara “sir” (lembut) pada setiap rakaat, dan lebih baik membaca basmalah ketika akan membaca surat.
     Imam Syafii berpendapat wajib membaca basmalah secara “jahar” (keras) dalam salat “jahar” (misalnya dalam salat Magrib, Isa, dan Subuh), tetapi membaca basmalah dengan suara “sirr” (pelan) dalam salat “sir” (misalnya, salat Zuhur dan Asar).
     Imam Hambali berpendapat harus membaca basmalah dengan “sirri” (pelan) dalam salat dan tidak disunahkan membaca basmalah dengan “jahr” (keras).
Daftar Pustaka
1. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat.
2. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat.
3. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

592. BISMI

BASMALAH DALAM SALAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hukum membaca basmalah dalam salat?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya.
     Pendapat pertama, ucapan “basmalah” di awal surah Al-Fatihah dibaca dengan “jahar” (keras) dalam salat, berdasarkan hadis berikut.
      Anas bin Malik meriwayatkan,”Saya salat di belakang Rasulullah, Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan, mereka semuanya memulai dengan ‘Alhamdulillahi rabbil alamin’, dan mereka semuanya tidak menyebutkan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ pada awal bacaan dan di akhir bacaan.” (HR. Muslim).
      Pendapat kedua, ucapan “basmalah” di awal surah Al-Fatihah dibaca dengan “sirr” (pelan) dalam salat, berdasarkan hadis berikut.
     “Jika kamu membaca ‘Alhamdulillah’, maka bacalah, ‘Bismillahirrahmanirrahim’. Sesungguhnya Al-Fatihah itu adalah Ummul Quran, Ummul Kitab, Sab’ul Matsani dan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ adalah salahsatu ayatnya.” Hadits ini dinyatakan sahih oleh Nashiruddin Albani dalam Silsilah Shahihah dan Shahih wa Dha’if al-Jami’ ash-Shaghir.
      Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah bersabda,”’Alhamdulillahi rabbil  alamin’ itu tujuh ayat, salah satunya adalah, ‘Bismillahirrahmanirrahim’. Dialah tujuh ayat yang diulang-ulang dalam Al-Qur’an yang Agung, Ummul Quran dan pembuka kitab (Fatihah Kitab)”.
      Imam Maliki berpendapat tidak perlu membaca basmalah dalam salat fardu, ketika membaca Al-Fatihah dan awal surat lainnya, tetapi beliau membolehkan membacanya dalam salat nafilah (sunah).
     Imam Hanafi mengharuskan membaca basmalah ketika membaca Al-Fatihah dalam salat secara “sir” (lembut) pada setiap rakaat, dan lebih baik membaca basmalah ketika akan membaca surat.
     Imam Syafii berpendapat wajib membaca basmalah secara “jahar” (keras) dalam salat “jahar” (misalnya dalam salat Magrib, Isa, dan Subuh), tetapi membaca basmalah dengan suara “sirr” (pelan) dalam salat “sir” (misalnya, salat Zuhur dan Asar).
     Imam Hambali berpendapat harus membaca basmalah dengan “sirri” (pelan) dalam salat dan tidak disunahkan membaca basmalah dengan “jahr” (keras).
Daftar Pustaka
1. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat.
2. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat.
3. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

592. BISMI

BASMALAH DALAM SALAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hukum membaca basmalah dalam salat?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya.
     Pendapat pertama, ucapan “basmalah” di awal surah Al-Fatihah dibaca dengan “jahar” (keras) dalam salat, berdasarkan hadis berikut.
      Anas bin Malik meriwayatkan,”Saya salat di belakang Rasulullah, Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan, mereka semuanya memulai dengan ‘Alhamdulillahi rabbil alamin’, dan mereka semuanya tidak menyebutkan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ pada awal bacaan dan di akhir bacaan.” (HR. Muslim).
      Pendapat kedua, ucapan “basmalah” di awal surah Al-Fatihah dibaca dengan “sirr” (pelan) dalam salat, berdasarkan hadis berikut.
     “Jika kamu membaca ‘Alhamdulillah’, maka bacalah, ‘Bismillahirrahmanirrahim’. Sesungguhnya Al-Fatihah itu adalah Ummul Quran, Ummul Kitab, Sab’ul Matsani dan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ adalah salahsatu ayatnya.” Hadits ini dinyatakan sahih oleh Nashiruddin Albani dalam Silsilah Shahihah dan Shahih wa Dha’if al-Jami’ ash-Shaghir.
      Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah bersabda,”’Alhamdulillahi rabbil  alamin’ itu tujuh ayat, salah satunya adalah, ‘Bismillahirrahmanirrahim’. Dialah tujuh ayat yang diulang-ulang dalam Al-Qur’an yang Agung, Ummul Quran dan pembuka kitab (Fatihah Kitab)”.
      Imam Maliki berpendapat tidak perlu membaca basmalah dalam salat fardu, ketika membaca Al-Fatihah dan awal surat lainnya, tetapi beliau membolehkan membacanya dalam salat nafilah (sunah).
     Imam Hanafi mengharuskan membaca basmalah ketika membaca Al-Fatihah dalam salat secara “sir” (lembut) pada setiap rakaat, dan lebih baik membaca basmalah ketika akan membaca surat.
     Imam Syafii berpendapat wajib membaca basmalah secara “jahar” (keras) dalam salat “jahar” (misalnya dalam salat Magrib, Isa, dan Subuh), tetapi membaca basmalah dengan suara “sirr” (pelan) dalam salat “sir” (misalnya, salat Zuhur dan Asar).
     Imam Hambali berpendapat harus membaca basmalah dengan “sirri” (pelan) dalam salat dan tidak disunahkan membaca basmalah dengan “jahr” (keras).
Daftar Pustaka
1. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat.
2. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat.
3. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

592. BISMI

BASMALAH DALAM SALAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hukum membaca basmalah dalam salat?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya.
     Pendapat pertama, ucapan “basmalah” di awal surah Al-Fatihah dibaca dengan “jahar” (keras) dalam salat, berdasarkan hadis berikut.
      Anas bin Malik meriwayatkan,”Saya salat di belakang Rasulullah, Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan, mereka semuanya memulai dengan ‘Alhamdulillahi rabbil alamin’, dan mereka semuanya tidak menyebutkan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ pada awal bacaan dan di akhir bacaan.” (HR. Muslim).
      Pendapat kedua, ucapan “basmalah” di awal surah Al-Fatihah dibaca dengan “sirr” (pelan) dalam salat, berdasarkan hadis berikut.
     “Jika kamu membaca ‘Alhamdulillah’, maka bacalah, ‘Bismillahirrahmanirrahim’. Sesungguhnya Al-Fatihah itu adalah Ummul Quran, Ummul Kitab, Sab’ul Matsani dan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ adalah salahsatu ayatnya.” Hadits ini dinyatakan sahih oleh Nashiruddin Albani dalam Silsilah Shahihah dan Shahih wa Dha’if al-Jami’ ash-Shaghir.
      Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah bersabda,”’Alhamdulillahi rabbil  alamin’ itu tujuh ayat, salah satunya adalah, ‘Bismillahirrahmanirrahim’. Dialah tujuh ayat yang diulang-ulang dalam Al-Qur’an yang Agung, Ummul Quran dan pembuka kitab (Fatihah Kitab)”.
      Imam Maliki berpendapat tidak perlu membaca basmalah dalam salat fardu, ketika membaca Al-Fatihah dan awal surat lainnya, tetapi beliau membolehkan membacanya dalam salat nafilah (sunah).
     Imam Hanafi mengharuskan membaca basmalah ketika membaca Al-Fatihah dalam salat secara “sir” (lembut) pada setiap rakaat, dan lebih baik membaca basmalah ketika akan membaca surat.
     Imam Syafii berpendapat wajib membaca basmalah secara “jahar” (keras) dalam salat “jahar” (misalnya dalam salat Magrib, Isa, dan Subuh), tetapi membaca basmalah dengan suara “sirr” (pelan) dalam salat “sir” (misalnya, salat Zuhur dan Asar).
     Imam Hambali berpendapat harus membaca basmalah dengan “sirri” (pelan) dalam salat dan tidak disunahkan membaca basmalah dengan “jahr” (keras).
Daftar Pustaka
1. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat.
2. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat.
3. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

Wednesday, December 27, 2017

591. NIAT

NIAT DALAM SALAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang niat dalam salat, lafaz niat, dan kapan berniat salat?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya. 
      Umat Islam yang mengerjakan salat tanpa berniat hukumnya adalah tidah sah alias salatnya batal,  karena semua amal perbuatan harus diawali dengan niat, sesuai sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Umar bin Khattab, “Sesungguhnya amal perbuatan itu hanya dengan niat, seseorang akan mendapatkan hasil amal perbuatannya sesuai dengan niatnya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
      Para ulama menjelaskan bahwa niat itu berada dalam hati seseorang, dan ucapan lidah bukanlah niat, akan tetapi ucapan lidah dapat membantu mengingatkan hatinya, kekeliruan pada lidah tidak memudaratkan selama niat dalam hatinya benar.
   Hukum ini disepakati oleh kalangan mazhab Syafii dan mazhab Hambali, sedangkan   mazhab Maliki dan mazhab Hanafi berpendapat bahwa melafazkan niat dengan lidah adalah tidak disyariatkan dalam salat, kecuali apabila orang yang salat itu was-was dan ragu-ragu.
    Menurut mazhab Hanafi melafazkan niat dalam salat adalah bid’ah, tetapi dianggap baik apabila seseorang yang akan mengerjakan salat melafazkan niatnya dengan lidah bertujuan untuk menghilangkan perasaan was-was dan ragu-ragu.
    Waktu berniat untuk mengerjakan salat menurut mazhab Maliki, mazhab Hanafi dan mazhab Hambali bersepakat bahwa sah hukumnya apabila berniat salat sebelum mengangkat tangan ketika “takbiratul ihram”.
     Menurut mazhab Syafii bahwa berniat salat adalah bersamaan dengan dengan mengangkat tangan ketika “takbiratul ihram”.
Daftar Pustaka
1. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat.
2. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat.
3. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

591. NIAT

NIAT DALAM SALAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang niat dalam salat, lafaz niat, dan kapan berniat salat?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya. 
      Umat Islam yang mengerjakan salat tanpa berniat hukumnya adalah tidah sah alias salatnya batal,  karena semua amal perbuatan harus diawali dengan niat, sesuai sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Umar bin Khattab, “Sesungguhnya amal perbuatan itu hanya dengan niat, seseorang akan mendapatkan hasil amal perbuatannya sesuai dengan niatnya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
      Para ulama menjelaskan bahwa niat itu berada dalam hati seseorang, dan ucapan lidah bukanlah niat, akan tetapi ucapan lidah dapat membantu mengingatkan hatinya, kekeliruan pada lidah tidak memudaratkan selama niat dalam hatinya benar.
   Hukum ini disepakati oleh kalangan mazhab Syafii dan mazhab Hambali, sedangkan   mazhab Maliki dan mazhab Hanafi berpendapat bahwa melafazkan niat dengan lidah adalah tidak disyariatkan dalam salat, kecuali apabila orang yang salat itu was-was dan ragu-ragu.
    Menurut mazhab Hanafi melafazkan niat dalam salat adalah bid’ah, tetapi dianggap baik apabila seseorang yang akan mengerjakan salat melafazkan niatnya dengan lidah bertujuan untuk menghilangkan perasaan was-was dan ragu-ragu.
    Waktu berniat untuk mengerjakan salat menurut mazhab Maliki, mazhab Hanafi dan mazhab Hambali bersepakat bahwa sah hukumnya apabila berniat salat sebelum mengangkat tangan ketika “takbiratul ihram”.
     Menurut mazhab Syafii bahwa berniat salat adalah bersamaan dengan dengan mengangkat tangan ketika “takbiratul ihram”.
Daftar Pustaka
1. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat.
2. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat.
3. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online