Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Friday, December 29, 2017

597. BISMI

BASMALAH DALAM SALAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hukum membaca basmalah dalam salat?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya.
     Pendapat pertama, ucapan “basmalah” di awal surah Al-Fatihah dibaca dengan “sirr” (pelan) dalam salat, berdasarkan hadis berikut.
      Anas bin Malik meriwayatkan,”Saya salat di belakang Rasulullah, Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan, mereka semuanya memulai dengan ‘Alhamdulillahi rabbil alamin’, dan mereka semuanya tidak menyebutkan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ pada awal bacaan dan di akhir bacaan.” (HR. Muslim).
      Pendapat kedua, ucapan “basmalah” di awal surah Al-Fatihah dibaca dengan “jahar” (keras) dalam salat, berdasarkan hadis berikut.
     “Jika kamu membaca ‘Alhamdulillah’, maka bacalah, ‘Bismillahirrahmanirrahim’. Sesungguhnya Al-Fatihah itu adalah Ummul Quran, Ummul Kitab, Sab’ul Matsani dan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ adalah salahsatu ayatnya.” Hadits ini dinyatakan sahih oleh Nashiruddin Albani dalam Silsilah Shahihah dan Shahih wa Dha’if al-Jami’ ash-Shaghir.
      Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah bersabda,”’Alhamdulillahi rabbil  alamin’ itu tujuh ayat, salah satunya adalah, ‘Bismillahirrahmanirrahim’. Dialah tujuh ayat yang diulang-ulang dalam Al-Qur’an yang Agung, Ummul Quran dan pembuka kitab (Fatihah Kitab)”.
      Pendapat ketiga, Imam Maliki berpendapat tidak perlu membaca basmalah dalam salat fardu, ketika membaca Al-Fatihah dan awal surat lainnya, tetapi beliau membolehkan membacanya dalam salat nafilah (sunah).
     Imam Hanafi mengharuskan membaca basmalah ketika membaca Al-Fatihah dalam salat secara “sirr” (lembut) pada setiap rakaat, dan lebih baik membaca basmalah ketika akan membaca surat.
     Imam Syafii berpendapat wajib membaca basmalah secara “jahar” (keras) dalam salat “jahar” (misalnya dalam salat Magrib, Isa, dan Subuh), tetapi membaca basmalah dengan suara “sirr” (pelan) dalam salat “sir” (misalnya, salat Zuhur dan Asar).
     Imam Hambali berpendapat harus membaca basmalah dengan “sirri” (pelan) dalam salat dan tidak disunahkan membaca basmalah dengan “jahr” (keras).
Daftar Pustaka
1. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat.
2. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat.
3. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

597. BISMI

BASMALAH DALAM SALAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hukum membaca basmalah dalam salat?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya.
     Pendapat pertama, ucapan “basmalah” di awal surah Al-Fatihah dibaca dengan “sirr” (pelan) dalam salat, berdasarkan hadis berikut.
      Anas bin Malik meriwayatkan,”Saya salat di belakang Rasulullah, Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan, mereka semuanya memulai dengan ‘Alhamdulillahi rabbil alamin’, dan mereka semuanya tidak menyebutkan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ pada awal bacaan dan di akhir bacaan.” (HR. Muslim).
      Pendapat kedua, ucapan “basmalah” di awal surah Al-Fatihah dibaca dengan “jahar” (keras) dalam salat, berdasarkan hadis berikut.
     “Jika kamu membaca ‘Alhamdulillah’, maka bacalah, ‘Bismillahirrahmanirrahim’. Sesungguhnya Al-Fatihah itu adalah Ummul Quran, Ummul Kitab, Sab’ul Matsani dan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ adalah salahsatu ayatnya.” Hadits ini dinyatakan sahih oleh Nashiruddin Albani dalam Silsilah Shahihah dan Shahih wa Dha’if al-Jami’ ash-Shaghir.
      Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah bersabda,”’Alhamdulillahi rabbil  alamin’ itu tujuh ayat, salah satunya adalah, ‘Bismillahirrahmanirrahim’. Dialah tujuh ayat yang diulang-ulang dalam Al-Qur’an yang Agung, Ummul Quran dan pembuka kitab (Fatihah Kitab)”.
      Pendapat ketiga, Imam Maliki berpendapat tidak perlu membaca basmalah dalam salat fardu, ketika membaca Al-Fatihah dan awal surat lainnya, tetapi beliau membolehkan membacanya dalam salat nafilah (sunah).
     Imam Hanafi mengharuskan membaca basmalah ketika membaca Al-Fatihah dalam salat secara “sirr” (lembut) pada setiap rakaat, dan lebih baik membaca basmalah ketika akan membaca surat.
     Imam Syafii berpendapat wajib membaca basmalah secara “jahar” (keras) dalam salat “jahar” (misalnya dalam salat Magrib, Isa, dan Subuh), tetapi membaca basmalah dengan suara “sirr” (pelan) dalam salat “sir” (misalnya, salat Zuhur dan Asar).
     Imam Hambali berpendapat harus membaca basmalah dengan “sirri” (pelan) dalam salat dan tidak disunahkan membaca basmalah dengan “jahr” (keras).
Daftar Pustaka
1. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat.
2. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat.
3. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

597. BISMI

BASMALAH DALAM SALAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hukum membaca basmalah dalam salat?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya.
     Pendapat pertama, ucapan “basmalah” di awal surah Al-Fatihah dibaca dengan “sirr” (pelan) dalam salat, berdasarkan hadis berikut.
      Anas bin Malik meriwayatkan,”Saya salat di belakang Rasulullah, Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan, mereka semuanya memulai dengan ‘Alhamdulillahi rabbil alamin’, dan mereka semuanya tidak menyebutkan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ pada awal bacaan dan di akhir bacaan.” (HR. Muslim).
      Pendapat kedua, ucapan “basmalah” di awal surah Al-Fatihah dibaca dengan “jahar” (keras) dalam salat, berdasarkan hadis berikut.
     “Jika kamu membaca ‘Alhamdulillah’, maka bacalah, ‘Bismillahirrahmanirrahim’. Sesungguhnya Al-Fatihah itu adalah Ummul Quran, Ummul Kitab, Sab’ul Matsani dan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ adalah salahsatu ayatnya.” Hadits ini dinyatakan sahih oleh Nashiruddin Albani dalam Silsilah Shahihah dan Shahih wa Dha’if al-Jami’ ash-Shaghir.
      Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah bersabda,”’Alhamdulillahi rabbil  alamin’ itu tujuh ayat, salah satunya adalah, ‘Bismillahirrahmanirrahim’. Dialah tujuh ayat yang diulang-ulang dalam Al-Qur’an yang Agung, Ummul Quran dan pembuka kitab (Fatihah Kitab)”.
      Pendapat ketiga, Imam Maliki berpendapat tidak perlu membaca basmalah dalam salat fardu, ketika membaca Al-Fatihah dan awal surat lainnya, tetapi beliau membolehkan membacanya dalam salat nafilah (sunah).
     Imam Hanafi mengharuskan membaca basmalah ketika membaca Al-Fatihah dalam salat secara “sirr” (lembut) pada setiap rakaat, dan lebih baik membaca basmalah ketika akan membaca surat.
     Imam Syafii berpendapat wajib membaca basmalah secara “jahar” (keras) dalam salat “jahar” (misalnya dalam salat Magrib, Isa, dan Subuh), tetapi membaca basmalah dengan suara “sirr” (pelan) dalam salat “sir” (misalnya, salat Zuhur dan Asar).
     Imam Hambali berpendapat harus membaca basmalah dengan “sirri” (pelan) dalam salat dan tidak disunahkan membaca basmalah dengan “jahr” (keras).
Daftar Pustaka
1. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat.
2. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat.
3. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

597. BISMI

BASMALAH DALAM SALAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hukum membaca basmalah dalam salat?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya.
     Pendapat pertama, ucapan “basmalah” di awal surah Al-Fatihah dibaca dengan “sirr” (pelan) dalam salat, berdasarkan hadis berikut.
      Anas bin Malik meriwayatkan,”Saya salat di belakang Rasulullah, Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan, mereka semuanya memulai dengan ‘Alhamdulillahi rabbil alamin’, dan mereka semuanya tidak menyebutkan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ pada awal bacaan dan di akhir bacaan.” (HR. Muslim).
      Pendapat kedua, ucapan “basmalah” di awal surah Al-Fatihah dibaca dengan “jahar” (keras) dalam salat, berdasarkan hadis berikut.
     “Jika kamu membaca ‘Alhamdulillah’, maka bacalah, ‘Bismillahirrahmanirrahim’. Sesungguhnya Al-Fatihah itu adalah Ummul Quran, Ummul Kitab, Sab’ul Matsani dan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ adalah salahsatu ayatnya.” Hadits ini dinyatakan sahih oleh Nashiruddin Albani dalam Silsilah Shahihah dan Shahih wa Dha’if al-Jami’ ash-Shaghir.
      Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah bersabda,”’Alhamdulillahi rabbil  alamin’ itu tujuh ayat, salah satunya adalah, ‘Bismillahirrahmanirrahim’. Dialah tujuh ayat yang diulang-ulang dalam Al-Qur’an yang Agung, Ummul Quran dan pembuka kitab (Fatihah Kitab)”.
      Pendapat ketiga, Imam Maliki berpendapat tidak perlu membaca basmalah dalam salat fardu, ketika membaca Al-Fatihah dan awal surat lainnya, tetapi beliau membolehkan membacanya dalam salat nafilah (sunah).
     Imam Hanafi mengharuskan membaca basmalah ketika membaca Al-Fatihah dalam salat secara “sirr” (lembut) pada setiap rakaat, dan lebih baik membaca basmalah ketika akan membaca surat.
     Imam Syafii berpendapat wajib membaca basmalah secara “jahar” (keras) dalam salat “jahar” (misalnya dalam salat Magrib, Isa, dan Subuh), tetapi membaca basmalah dengan suara “sirr” (pelan) dalam salat “sir” (misalnya, salat Zuhur dan Asar).
     Imam Hambali berpendapat harus membaca basmalah dengan “sirri” (pelan) dalam salat dan tidak disunahkan membaca basmalah dengan “jahr” (keras).
Daftar Pustaka
1. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat.
2. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat.
3. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

597. BISMI

BASMALAH DALAM SALAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hukum membaca basmalah dalam salat?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya.
     Pendapat pertama, ucapan “basmalah” di awal surah Al-Fatihah dibaca dengan “sirr” (pelan) dalam salat, berdasarkan hadis berikut.
      Anas bin Malik meriwayatkan,”Saya salat di belakang Rasulullah, Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan, mereka semuanya memulai dengan ‘Alhamdulillahi rabbil alamin’, dan mereka semuanya tidak menyebutkan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ pada awal bacaan dan di akhir bacaan.” (HR. Muslim).
      Pendapat kedua, ucapan “basmalah” di awal surah Al-Fatihah dibaca dengan “jahar” (keras) dalam salat, berdasarkan hadis berikut.
     “Jika kamu membaca ‘Alhamdulillah’, maka bacalah, ‘Bismillahirrahmanirrahim’. Sesungguhnya Al-Fatihah itu adalah Ummul Quran, Ummul Kitab, Sab’ul Matsani dan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ adalah salahsatu ayatnya.” Hadits ini dinyatakan sahih oleh Nashiruddin Albani dalam Silsilah Shahihah dan Shahih wa Dha’if al-Jami’ ash-Shaghir.
      Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah bersabda,”’Alhamdulillahi rabbil  alamin’ itu tujuh ayat, salah satunya adalah, ‘Bismillahirrahmanirrahim’. Dialah tujuh ayat yang diulang-ulang dalam Al-Qur’an yang Agung, Ummul Quran dan pembuka kitab (Fatihah Kitab)”.
      Pendapat ketiga, Imam Maliki berpendapat tidak perlu membaca basmalah dalam salat fardu, ketika membaca Al-Fatihah dan awal surat lainnya, tetapi beliau membolehkan membacanya dalam salat nafilah (sunah).
     Imam Hanafi mengharuskan membaca basmalah ketika membaca Al-Fatihah dalam salat secara “sirr” (lembut) pada setiap rakaat, dan lebih baik membaca basmalah ketika akan membaca surat.
     Imam Syafii berpendapat wajib membaca basmalah secara “jahar” (keras) dalam salat “jahar” (misalnya dalam salat Magrib, Isa, dan Subuh), tetapi membaca basmalah dengan suara “sirr” (pelan) dalam salat “sir” (misalnya, salat Zuhur dan Asar).
     Imam Hambali berpendapat harus membaca basmalah dengan “sirri” (pelan) dalam salat dan tidak disunahkan membaca basmalah dengan “jahr” (keras).
Daftar Pustaka
1. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat.
2. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat.
3. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

597. BISMI

BASMALAH DALAM SALAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hukum membaca basmalah dalam salat?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya.
     Pendapat pertama, ucapan “basmalah” di awal surah Al-Fatihah dibaca dengan “sirr” (pelan) dalam salat, berdasarkan hadis berikut.
      Anas bin Malik meriwayatkan,”Saya salat di belakang Rasulullah, Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan, mereka semuanya memulai dengan ‘Alhamdulillahi rabbil alamin’, dan mereka semuanya tidak menyebutkan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ pada awal bacaan dan di akhir bacaan.” (HR. Muslim).
      Pendapat kedua, ucapan “basmalah” di awal surah Al-Fatihah dibaca dengan “jahar” (keras) dalam salat, berdasarkan hadis berikut.
     “Jika kamu membaca ‘Alhamdulillah’, maka bacalah, ‘Bismillahirrahmanirrahim’. Sesungguhnya Al-Fatihah itu adalah Ummul Quran, Ummul Kitab, Sab’ul Matsani dan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ adalah salahsatu ayatnya.” Hadits ini dinyatakan sahih oleh Nashiruddin Albani dalam Silsilah Shahihah dan Shahih wa Dha’if al-Jami’ ash-Shaghir.
      Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah bersabda,”’Alhamdulillahi rabbil  alamin’ itu tujuh ayat, salah satunya adalah, ‘Bismillahirrahmanirrahim’. Dialah tujuh ayat yang diulang-ulang dalam Al-Qur’an yang Agung, Ummul Quran dan pembuka kitab (Fatihah Kitab)”.
      Pendapat ketiga, Imam Maliki berpendapat tidak perlu membaca basmalah dalam salat fardu, ketika membaca Al-Fatihah dan awal surat lainnya, tetapi beliau membolehkan membacanya dalam salat nafilah (sunah).
     Imam Hanafi mengharuskan membaca basmalah ketika membaca Al-Fatihah dalam salat secara “sirr” (lembut) pada setiap rakaat, dan lebih baik membaca basmalah ketika akan membaca surat.
     Imam Syafii berpendapat wajib membaca basmalah secara “jahar” (keras) dalam salat “jahar” (misalnya dalam salat Magrib, Isa, dan Subuh), tetapi membaca basmalah dengan suara “sirr” (pelan) dalam salat “sir” (misalnya, salat Zuhur dan Asar).
     Imam Hambali berpendapat harus membaca basmalah dengan “sirri” (pelan) dalam salat dan tidak disunahkan membaca basmalah dengan “jahr” (keras).
Daftar Pustaka
1. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat.
2. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat.
3. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

597. BISMI

BASMALAH DALAM SALAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hukum membaca basmalah dalam salat?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya.
     Pendapat pertama, ucapan “basmalah” di awal surah Al-Fatihah dibaca dengan “sirr” (pelan) dalam salat, berdasarkan hadis berikut.
      Anas bin Malik meriwayatkan,”Saya salat di belakang Rasulullah, Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan, mereka semuanya memulai dengan ‘Alhamdulillahi rabbil alamin’, dan mereka semuanya tidak menyebutkan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ pada awal bacaan dan di akhir bacaan.” (HR. Muslim).
      Pendapat kedua, ucapan “basmalah” di awal surah Al-Fatihah dibaca dengan “jahar” (keras) dalam salat, berdasarkan hadis berikut.
     “Jika kamu membaca ‘Alhamdulillah’, maka bacalah, ‘Bismillahirrahmanirrahim’. Sesungguhnya Al-Fatihah itu adalah Ummul Quran, Ummul Kitab, Sab’ul Matsani dan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ adalah salahsatu ayatnya.” Hadits ini dinyatakan sahih oleh Nashiruddin Albani dalam Silsilah Shahihah dan Shahih wa Dha’if al-Jami’ ash-Shaghir.
      Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah bersabda,”’Alhamdulillahi rabbil  alamin’ itu tujuh ayat, salah satunya adalah, ‘Bismillahirrahmanirrahim’. Dialah tujuh ayat yang diulang-ulang dalam Al-Qur’an yang Agung, Ummul Quran dan pembuka kitab (Fatihah Kitab)”.
      Pendapat ketiga, Imam Maliki berpendapat tidak perlu membaca basmalah dalam salat fardu, ketika membaca Al-Fatihah dan awal surat lainnya, tetapi beliau membolehkan membacanya dalam salat nafilah (sunah).
     Imam Hanafi mengharuskan membaca basmalah ketika membaca Al-Fatihah dalam salat secara “sirr” (lembut) pada setiap rakaat, dan lebih baik membaca basmalah ketika akan membaca surat.
     Imam Syafii berpendapat wajib membaca basmalah secara “jahar” (keras) dalam salat “jahar” (misalnya dalam salat Magrib, Isa, dan Subuh), tetapi membaca basmalah dengan suara “sirr” (pelan) dalam salat “sir” (misalnya, salat Zuhur dan Asar).
     Imam Hambali berpendapat harus membaca basmalah dengan “sirri” (pelan) dalam salat dan tidak disunahkan membaca basmalah dengan “jahr” (keras).
Daftar Pustaka
1. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat.
2. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat.
3. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

597. BISMI

BASMALAH DALAM SALAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hukum membaca basmalah dalam salat?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya.
     Pendapat pertama, ucapan “basmalah” di awal surah Al-Fatihah dibaca dengan “sirr” (pelan) dalam salat, berdasarkan hadis berikut.
      Anas bin Malik meriwayatkan,”Saya salat di belakang Rasulullah, Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan, mereka semuanya memulai dengan ‘Alhamdulillahi rabbil alamin’, dan mereka semuanya tidak menyebutkan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ pada awal bacaan dan di akhir bacaan.” (HR. Muslim).
      Pendapat kedua, ucapan “basmalah” di awal surah Al-Fatihah dibaca dengan “jahar” (keras) dalam salat, berdasarkan hadis berikut.
     “Jika kamu membaca ‘Alhamdulillah’, maka bacalah, ‘Bismillahirrahmanirrahim’. Sesungguhnya Al-Fatihah itu adalah Ummul Quran, Ummul Kitab, Sab’ul Matsani dan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ adalah salahsatu ayatnya.” Hadits ini dinyatakan sahih oleh Nashiruddin Albani dalam Silsilah Shahihah dan Shahih wa Dha’if al-Jami’ ash-Shaghir.
      Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah bersabda,”’Alhamdulillahi rabbil  alamin’ itu tujuh ayat, salah satunya adalah, ‘Bismillahirrahmanirrahim’. Dialah tujuh ayat yang diulang-ulang dalam Al-Qur’an yang Agung, Ummul Quran dan pembuka kitab (Fatihah Kitab)”.
      Pendapat ketiga, Imam Maliki berpendapat tidak perlu membaca basmalah dalam salat fardu, ketika membaca Al-Fatihah dan awal surat lainnya, tetapi beliau membolehkan membacanya dalam salat nafilah (sunah).
     Imam Hanafi mengharuskan membaca basmalah ketika membaca Al-Fatihah dalam salat secara “sirr” (lembut) pada setiap rakaat, dan lebih baik membaca basmalah ketika akan membaca surat.
     Imam Syafii berpendapat wajib membaca basmalah secara “jahar” (keras) dalam salat “jahar” (misalnya dalam salat Magrib, Isa, dan Subuh), tetapi membaca basmalah dengan suara “sirr” (pelan) dalam salat “sir” (misalnya, salat Zuhur dan Asar).
     Imam Hambali berpendapat harus membaca basmalah dengan “sirri” (pelan) dalam salat dan tidak disunahkan membaca basmalah dengan “jahr” (keras).
Daftar Pustaka
1. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat.
2. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat.
3. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

597. BISMI

BASMALAH DALAM SALAT
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang hukum membaca basmalah dalam salat?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya.
     Pendapat pertama, ucapan “basmalah” di awal surah Al-Fatihah dibaca dengan “sirr” (pelan) dalam salat, berdasarkan hadis berikut.
      Anas bin Malik meriwayatkan,”Saya salat di belakang Rasulullah, Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan, mereka semuanya memulai dengan ‘Alhamdulillahi rabbil alamin’, dan mereka semuanya tidak menyebutkan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ pada awal bacaan dan di akhir bacaan.” (HR. Muslim).
      Pendapat kedua, ucapan “basmalah” di awal surah Al-Fatihah dibaca dengan “jahar” (keras) dalam salat, berdasarkan hadis berikut.
     “Jika kamu membaca ‘Alhamdulillah’, maka bacalah, ‘Bismillahirrahmanirrahim’. Sesungguhnya Al-Fatihah itu adalah Ummul Quran, Ummul Kitab, Sab’ul Matsani dan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ adalah salahsatu ayatnya.” Hadits ini dinyatakan sahih oleh Nashiruddin Albani dalam Silsilah Shahihah dan Shahih wa Dha’if al-Jami’ ash-Shaghir.
      Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah bersabda,”’Alhamdulillahi rabbil  alamin’ itu tujuh ayat, salah satunya adalah, ‘Bismillahirrahmanirrahim’. Dialah tujuh ayat yang diulang-ulang dalam Al-Qur’an yang Agung, Ummul Quran dan pembuka kitab (Fatihah Kitab)”.
      Pendapat ketiga, Imam Maliki berpendapat tidak perlu membaca basmalah dalam salat fardu, ketika membaca Al-Fatihah dan awal surat lainnya, tetapi beliau membolehkan membacanya dalam salat nafilah (sunah).
     Imam Hanafi mengharuskan membaca basmalah ketika membaca Al-Fatihah dalam salat secara “sirr” (lembut) pada setiap rakaat, dan lebih baik membaca basmalah ketika akan membaca surat.
     Imam Syafii berpendapat wajib membaca basmalah secara “jahar” (keras) dalam salat “jahar” (misalnya dalam salat Magrib, Isa, dan Subuh), tetapi membaca basmalah dengan suara “sirr” (pelan) dalam salat “sir” (misalnya, salat Zuhur dan Asar).
     Imam Hambali berpendapat harus membaca basmalah dengan “sirri” (pelan) dalam salat dan tidak disunahkan membaca basmalah dengan “jahr” (keras).
Daftar Pustaka
1. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat.
2. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat.
3. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

Thursday, December 28, 2017

596. IFTI

BERBAGAI BACAAN DOA IFTITAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang berbagai macam doa iftitah yang dibaca pada awal salat setelah takbiratul ihram?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya.
      Doa iftitah adalah bacaan pembukaan atau permulaan setelah membaca takbiratul ihram dalam salat.
     Beberapa doa istiftah yang pernah diamalkan dan diajarkan oleh Nabi Muhammad adalah sebagai berikut.

اللَّهُمَّ باَعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا باَعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ، اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اللَّهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ

       “Ya Allah, jauhkan antara aku dengan dosa-dosaku sebagaimana telah Engkau jauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, sucikan aku dari dosa-dosa sebagaimana disucikannya kain yang putih dari kotoran. Ya Allah basuhlah dosa-dosaku dengan air, salju dan air yang sejuk”. (HR. Bukhari dan Muslim).

وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ، إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ، وَمَمَاتِي لِلهِ رَبِّ الْعَلَمِيْنَ، لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَبِذلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ. اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَنْتَ رَبِّي وَأَنَا عَبْدُكَ، ظَلَمْتُ نَفْسِي وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي ذَنْبِي جَمِيْعًا إِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ. وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلاَقِ، لاَ يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ. وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا, لاَ يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ. لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ، وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ، وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ، أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ، تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

      “Aku hadapkan wajahku kepada Dia yang telah menciptakan langit dan bumi, aku condong kepada kebenaran, berserah diri kepada-Nya, aku tidak termasuk orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, matiku hanya untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya, dengan itulah aku diperintahkan, aku termasuk orang-orang yang berserah diri (muslim). Ya Allah, Engkaulah Penguasa, tidak ada tuhan selain Engkau. Engkau adalah Tuhanku, aku adalah hamba-Mu, aku telah menzalimi diriku, aku mengakui dosaku, ampunilah aku atas dosa-dosaku semuanya, sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau, tunjukkan padaku kebaikan akhlaq, tidak ada yang dapat menunjukkannya kecuali Engkau, alihkan dariku kejelekan prilaku, tidak ada yang dapat mengalihkannya kecuali Engkau, aku sambut panggilan-Mu, semua kebaikan berada dalam kedua tangan-Mu dan kejelekan tidak ada pada-Mu, aku bersama-Mu dan kepada-Mu, Maha Suci Engkau, Maha Tinggi Engkau, aku memohon ampun kepada-Mu dan aku kembali kepada-Mu”. (HR. Muslim,Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’I, Ibnu Majah dan Ahmad).

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، وَتَبَارَكَ اسْمُكَ، وَتَعَالَى جَدُّكَ، وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ

      “Maha Suci Engkau, Ya Allah, dan sepenuh pujian kepada-Mu. Berlimpah keberkahan nama-Mu, Maha Tinggi kemuliaan dan keagungan-Mu, dan tidak ada sesembahan yang benar kecuali Engkau.” (HR. Abu Dawud no. 776, An-Nasa‘i no. 899, dan selain keduanya dari Abu Sa’id Al-Khudri, dan disahihkan dalam Shahih Abi Dawud)

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً

      “Allah Maha Besar, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak. Mahasuci Allah pada waktu pagi dan petang.” (HR. Muslim no. 1357 dan yang selainnya dari Ibnu Umar)

الْحَمْدُ لِلهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ

     “Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, yang baik, lagi diberkahi di dalamnya.” (HR. Muslim no. 1356 dari Anas bin Malik)

اللهُ أَكْبَرُ (عَشْرًا)، الْحَمْدُ لِلهِ (عَشْرًا)، سُبْحَانَ اللهِ (عَشْرًا), لاَ إِلَهَ إلاَّ اللهُ (عَشْرًا)، أَسْتَغْفِرُ اللهَ (عَشْراً).
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي، وَاهْدِنِي، وَارْزُقْنِي، وَعَافِنِي (عَشْرًا).
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الضِّيْقِ يَوْمَ الْحِسَابِ (عَشْرًا)

      “Allah Maha Besar (10 kali). Segala puji bagi Allah (10 kali). Maha Suci Allah (10 kali), tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah (10 kali), aku memohon ampun kepada Allah (10 kali). (kemudian membaca) Ya Allah, ampunilah aku, berilah petunjuk kepadaku, berilah rezeki kepadaku dan maafkanlah aku. (10 kali). (kemudian diteruskan dengan membaca) Ya Allah, sungguh aku berlindung kepada-Mu dari kesempitan pada hari penghisaban (perhitungan amalan).” (HR. Ahmad 6/143 dan Thabarani dalam Al-Ausath 62/2, dari Aisyah, dengan sanad yang sahih sebagaimana dalam Ashlu Shifati Shalatin Nabi, 1/267).
Daftar Pustaka
1. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat.
2. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat.
3. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

596. IFTI

BERBAGAI BACAAN DOA IFTITAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang berbagai macam doa iftitah yang dibaca pada awal salat setelah takbiratul ihram?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya.
      Doa iftitah adalah bacaan pembukaan atau permulaan setelah membaca takbiratul ihram dalam salat.
     Beberapa doa istiftah yang pernah diamalkan dan diajarkan oleh Nabi Muhammad adalah sebagai berikut.

اللَّهُمَّ باَعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا باَعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ، اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اللَّهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ

       “Ya Allah, jauhkan antara aku dengan dosa-dosaku sebagaimana telah Engkau jauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, sucikan aku dari dosa-dosa sebagaimana disucikannya kain yang putih dari kotoran. Ya Allah basuhlah dosa-dosaku dengan air, salju dan air yang sejuk”. (HR. Bukhari dan Muslim).

وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ، إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ، وَمَمَاتِي لِلهِ رَبِّ الْعَلَمِيْنَ، لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَبِذلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ. اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَنْتَ رَبِّي وَأَنَا عَبْدُكَ، ظَلَمْتُ نَفْسِي وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي ذَنْبِي جَمِيْعًا إِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ. وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلاَقِ، لاَ يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ. وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا, لاَ يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ. لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ، وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ، وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ، أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ، تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

      “Aku hadapkan wajahku kepada Dia yang telah menciptakan langit dan bumi, aku condong kepada kebenaran, berserah diri kepada-Nya, aku tidak termasuk orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, matiku hanya untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya, dengan itulah aku diperintahkan, aku termasuk orang-orang yang berserah diri (muslim). Ya Allah, Engkaulah Penguasa, tidak ada tuhan selain Engkau. Engkau adalah Tuhanku, aku adalah hamba-Mu, aku telah menzalimi diriku, aku mengakui dosaku, ampunilah aku atas dosa-dosaku semuanya, sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau, tunjukkan padaku kebaikan akhlaq, tidak ada yang dapat menunjukkannya kecuali Engkau, alihkan dariku kejelekan prilaku, tidak ada yang dapat mengalihkannya kecuali Engkau, aku sambut panggilan-Mu, semua kebaikan berada dalam kedua tangan-Mu dan kejelekan tidak ada pada-Mu, aku bersama-Mu dan kepada-Mu, Maha Suci Engkau, Maha Tinggi Engkau, aku memohon ampun kepada-Mu dan aku kembali kepada-Mu”. (HR. Muslim,Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’I, Ibnu Majah dan Ahmad).

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، وَتَبَارَكَ اسْمُكَ، وَتَعَالَى جَدُّكَ، وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ

      “Maha Suci Engkau, Ya Allah, dan sepenuh pujian kepada-Mu. Berlimpah keberkahan nama-Mu, Maha Tinggi kemuliaan dan keagungan-Mu, dan tidak ada sesembahan yang benar kecuali Engkau.” (HR. Abu Dawud no. 776, An-Nasa‘i no. 899, dan selain keduanya dari Abu Sa’id Al-Khudri, dan disahihkan dalam Shahih Abi Dawud)

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً

      “Allah Maha Besar, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak. Mahasuci Allah pada waktu pagi dan petang.” (HR. Muslim no. 1357 dan yang selainnya dari Ibnu Umar)

الْحَمْدُ لِلهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ

     “Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, yang baik, lagi diberkahi di dalamnya.” (HR. Muslim no. 1356 dari Anas bin Malik)

اللهُ أَكْبَرُ (عَشْرًا)، الْحَمْدُ لِلهِ (عَشْرًا)، سُبْحَانَ اللهِ (عَشْرًا), لاَ إِلَهَ إلاَّ اللهُ (عَشْرًا)، أَسْتَغْفِرُ اللهَ (عَشْراً).
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي، وَاهْدِنِي، وَارْزُقْنِي، وَعَافِنِي (عَشْرًا).
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الضِّيْقِ يَوْمَ الْحِسَابِ (عَشْرًا)

      “Allah Maha Besar (10 kali). Segala puji bagi Allah (10 kali). Maha Suci Allah (10 kali), tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah (10 kali), aku memohon ampun kepada Allah (10 kali). (kemudian membaca) Ya Allah, ampunilah aku, berilah petunjuk kepadaku, berilah rezeki kepadaku dan maafkanlah aku. (10 kali). (kemudian diteruskan dengan membaca) Ya Allah, sungguh aku berlindung kepada-Mu dari kesempitan pada hari penghisaban (perhitungan amalan).” (HR. Ahmad 6/143 dan Thabarani dalam Al-Ausath 62/2, dari Aisyah, dengan sanad yang sahih sebagaimana dalam Ashlu Shifati Shalatin Nabi, 1/267).
Daftar Pustaka
1. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat.
2. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat.
3. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

596. IFTI

BERBAGAI BACAAN DOA IFTITAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang berbagai macam doa iftitah yang dibaca pada awal salat setelah takbiratul ihram?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya.
      Doa iftitah adalah bacaan pembukaan atau permulaan setelah membaca takbiratul ihram dalam salat.
     Beberapa doa istiftah yang pernah diamalkan dan diajarkan oleh Nabi Muhammad adalah sebagai berikut.

اللَّهُمَّ باَعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا باَعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ، اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اللَّهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ

       “Ya Allah, jauhkan antara aku dengan dosa-dosaku sebagaimana telah Engkau jauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, sucikan aku dari dosa-dosa sebagaimana disucikannya kain yang putih dari kotoran. Ya Allah basuhlah dosa-dosaku dengan air, salju dan air yang sejuk”. (HR. Bukhari dan Muslim).

وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ، إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ، وَمَمَاتِي لِلهِ رَبِّ الْعَلَمِيْنَ، لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَبِذلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ. اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَنْتَ رَبِّي وَأَنَا عَبْدُكَ، ظَلَمْتُ نَفْسِي وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي ذَنْبِي جَمِيْعًا إِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ. وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلاَقِ، لاَ يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ. وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا, لاَ يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ. لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ، وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ، وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ، أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ، تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

      “Aku hadapkan wajahku kepada Dia yang telah menciptakan langit dan bumi, aku condong kepada kebenaran, berserah diri kepada-Nya, aku tidak termasuk orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, matiku hanya untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya, dengan itulah aku diperintahkan, aku termasuk orang-orang yang berserah diri (muslim). Ya Allah, Engkaulah Penguasa, tidak ada tuhan selain Engkau. Engkau adalah Tuhanku, aku adalah hamba-Mu, aku telah menzalimi diriku, aku mengakui dosaku, ampunilah aku atas dosa-dosaku semuanya, sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau, tunjukkan padaku kebaikan akhlaq, tidak ada yang dapat menunjukkannya kecuali Engkau, alihkan dariku kejelekan prilaku, tidak ada yang dapat mengalihkannya kecuali Engkau, aku sambut panggilan-Mu, semua kebaikan berada dalam kedua tangan-Mu dan kejelekan tidak ada pada-Mu, aku bersama-Mu dan kepada-Mu, Maha Suci Engkau, Maha Tinggi Engkau, aku memohon ampun kepada-Mu dan aku kembali kepada-Mu”. (HR. Muslim,Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’I, Ibnu Majah dan Ahmad).

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، وَتَبَارَكَ اسْمُكَ، وَتَعَالَى جَدُّكَ، وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ

      “Maha Suci Engkau, Ya Allah, dan sepenuh pujian kepada-Mu. Berlimpah keberkahan nama-Mu, Maha Tinggi kemuliaan dan keagungan-Mu, dan tidak ada sesembahan yang benar kecuali Engkau.” (HR. Abu Dawud no. 776, An-Nasa‘i no. 899, dan selain keduanya dari Abu Sa’id Al-Khudri, dan disahihkan dalam Shahih Abi Dawud)

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً

      “Allah Maha Besar, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak. Mahasuci Allah pada waktu pagi dan petang.” (HR. Muslim no. 1357 dan yang selainnya dari Ibnu Umar)

الْحَمْدُ لِلهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ

     “Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, yang baik, lagi diberkahi di dalamnya.” (HR. Muslim no. 1356 dari Anas bin Malik)

اللهُ أَكْبَرُ (عَشْرًا)، الْحَمْدُ لِلهِ (عَشْرًا)، سُبْحَانَ اللهِ (عَشْرًا), لاَ إِلَهَ إلاَّ اللهُ (عَشْرًا)، أَسْتَغْفِرُ اللهَ (عَشْراً).
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي، وَاهْدِنِي، وَارْزُقْنِي، وَعَافِنِي (عَشْرًا).
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الضِّيْقِ يَوْمَ الْحِسَابِ (عَشْرًا)

      “Allah Maha Besar (10 kali). Segala puji bagi Allah (10 kali). Maha Suci Allah (10 kali), tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah (10 kali), aku memohon ampun kepada Allah (10 kali). (kemudian membaca) Ya Allah, ampunilah aku, berilah petunjuk kepadaku, berilah rezeki kepadaku dan maafkanlah aku. (10 kali). (kemudian diteruskan dengan membaca) Ya Allah, sungguh aku berlindung kepada-Mu dari kesempitan pada hari penghisaban (perhitungan amalan).” (HR. Ahmad 6/143 dan Thabarani dalam Al-Ausath 62/2, dari Aisyah, dengan sanad yang sahih sebagaimana dalam Ashlu Shifati Shalatin Nabi, 1/267).
Daftar Pustaka
1. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat.
2. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat.
3. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

596. IFTI

BERBAGAI BACAAN DOA IFTITAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang berbagai macam doa iftitah yang dibaca pada awal salat setelah takbiratul ihram?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya.
      Doa iftitah adalah bacaan pembukaan atau permulaan setelah membaca takbiratul ihram dalam salat.
     Beberapa doa istiftah yang pernah diamalkan dan diajarkan oleh Nabi Muhammad adalah sebagai berikut.

اللَّهُمَّ باَعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا باَعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ، اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اللَّهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ

       “Ya Allah, jauhkan antara aku dengan dosa-dosaku sebagaimana telah Engkau jauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, sucikan aku dari dosa-dosa sebagaimana disucikannya kain yang putih dari kotoran. Ya Allah basuhlah dosa-dosaku dengan air, salju dan air yang sejuk”. (HR. Bukhari dan Muslim).

وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ، إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ، وَمَمَاتِي لِلهِ رَبِّ الْعَلَمِيْنَ، لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَبِذلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ. اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَنْتَ رَبِّي وَأَنَا عَبْدُكَ، ظَلَمْتُ نَفْسِي وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي ذَنْبِي جَمِيْعًا إِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ. وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلاَقِ، لاَ يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ. وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا, لاَ يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ. لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ، وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ، وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ، أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ، تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

      “Aku hadapkan wajahku kepada Dia yang telah menciptakan langit dan bumi, aku condong kepada kebenaran, berserah diri kepada-Nya, aku tidak termasuk orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, matiku hanya untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya, dengan itulah aku diperintahkan, aku termasuk orang-orang yang berserah diri (muslim). Ya Allah, Engkaulah Penguasa, tidak ada tuhan selain Engkau. Engkau adalah Tuhanku, aku adalah hamba-Mu, aku telah menzalimi diriku, aku mengakui dosaku, ampunilah aku atas dosa-dosaku semuanya, sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau, tunjukkan padaku kebaikan akhlaq, tidak ada yang dapat menunjukkannya kecuali Engkau, alihkan dariku kejelekan prilaku, tidak ada yang dapat mengalihkannya kecuali Engkau, aku sambut panggilan-Mu, semua kebaikan berada dalam kedua tangan-Mu dan kejelekan tidak ada pada-Mu, aku bersama-Mu dan kepada-Mu, Maha Suci Engkau, Maha Tinggi Engkau, aku memohon ampun kepada-Mu dan aku kembali kepada-Mu”. (HR. Muslim,Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’I, Ibnu Majah dan Ahmad).

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، وَتَبَارَكَ اسْمُكَ، وَتَعَالَى جَدُّكَ، وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ

      “Maha Suci Engkau, Ya Allah, dan sepenuh pujian kepada-Mu. Berlimpah keberkahan nama-Mu, Maha Tinggi kemuliaan dan keagungan-Mu, dan tidak ada sesembahan yang benar kecuali Engkau.” (HR. Abu Dawud no. 776, An-Nasa‘i no. 899, dan selain keduanya dari Abu Sa’id Al-Khudri, dan disahihkan dalam Shahih Abi Dawud)

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً

      “Allah Maha Besar, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak. Mahasuci Allah pada waktu pagi dan petang.” (HR. Muslim no. 1357 dan yang selainnya dari Ibnu Umar)

الْحَمْدُ لِلهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ

     “Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, yang baik, lagi diberkahi di dalamnya.” (HR. Muslim no. 1356 dari Anas bin Malik)

اللهُ أَكْبَرُ (عَشْرًا)، الْحَمْدُ لِلهِ (عَشْرًا)، سُبْحَانَ اللهِ (عَشْرًا), لاَ إِلَهَ إلاَّ اللهُ (عَشْرًا)، أَسْتَغْفِرُ اللهَ (عَشْراً).
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي، وَاهْدِنِي، وَارْزُقْنِي، وَعَافِنِي (عَشْرًا).
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الضِّيْقِ يَوْمَ الْحِسَابِ (عَشْرًا)

      “Allah Maha Besar (10 kali). Segala puji bagi Allah (10 kali). Maha Suci Allah (10 kali), tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah (10 kali), aku memohon ampun kepada Allah (10 kali). (kemudian membaca) Ya Allah, ampunilah aku, berilah petunjuk kepadaku, berilah rezeki kepadaku dan maafkanlah aku. (10 kali). (kemudian diteruskan dengan membaca) Ya Allah, sungguh aku berlindung kepada-Mu dari kesempitan pada hari penghisaban (perhitungan amalan).” (HR. Ahmad 6/143 dan Thabarani dalam Al-Ausath 62/2, dari Aisyah, dengan sanad yang sahih sebagaimana dalam Ashlu Shifati Shalatin Nabi, 1/267).
Daftar Pustaka
1. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat.
2. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat.
3. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online