IMAM MAZHAB SALING MENGHORMATI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan bahwa imam mazhab saling menghormati dalam menghadapi perbedaan?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya.
Para imam mazhab tetap saling menghormati dalam menyikapi perbedaan, dan mereka tetap salat berjamaah bersama, meskipun terdapat beberpa perbedaan dalam hal-hal tertentu, misalnya ketika membaca “basmalah” pada Al-Fatihah, ada yang membaca “sirr” (pelan), ada yang membaca “jahr” (keras), ada pula yang tidak membaca basmalah sama sekali, tetapi perbedan tersebut tidak menghalangi mereka untuk salat berjamaah bersama.
Imam Hanafi atau para ulama mazhab Hanafi, serta imam Syafii dan para ulama lain ikut salat di belakang para imam di Madinah yang berasal dari kalangan mazhab Maliki, meskipun para imam di Madinah tidak membaca basmalah dengan “sir” maupun “jahr”, karena menurut mazhab Maliki bahwa “basmalah” bukan bagian dari surat Al-Fatihah.
Adab Imam Syafi’i kepada Imam Hanafi, ketika Imam Syafii melaksanakan salat Subuh di lokasi yang dekat dari makam Imam Hanafi, maka Imam Syafii tidak membaca doa qunut dalam salat Subuh karena beradab kepada Imam Hanafi.
Khalifah Harun Rasyid yang mengajak Imam Malik bermusyawarah, khalifah ingin menggantungkan kitab Al-Muwaththa (karya Imam Malik) di Kakbah, karena Khalifah ingin menetapkan agar seluruh masyarakat memakai isi kitab Al-Muwaththa.
Imam Malik berkata kepada Khalifah,”Tuan jangan melakukannya, sesungguhnya para sahabat Rasulullah telah berbeda pendapat dalam masalah “furu” (cabang dalam agama), mereka telah menyebar ke seluruh dunia dan semuanya benar dalam ijtihadnya.” Khalifah Harun Rasyid berkata, “Allah memberikan taufik kepadamu, wahai Abu Abdillah (Imam Malik).”
Imam Malik dan Imam Hanafi saling menghormati. Imam Laits bin Sa’ad berkisah, “Saya bertemu dengan Imam Malik, saya katakan kepadanya,’Saya lihat engkau mengusap keringat dari alis matamu?’.
Imam Malik menjawab, “Saya merasa tidak mempunyai apa-apa ketika bersama Abu Hanifah, sesungguhnya ia benar-benar ahli Fiqih, wahai orang Mesir (Imam Laits).”.
Kemudian saya menemui Imam Hanafi, saya katakan kepadanya,“Bagus sekali ucapan Imam Malik terhadap dirimu”. Imam Hanafi menjawab, “Demi Allah, saya belum pernah melihat orang yang lebih cepat memberikan jawaban yang benar dan zuhud yang sempurna melebihi Imam Malik.”
Komentar Imam Syafii terhadap Imam Malik,”Apabila ada hadis datang kepadamu, dari Imam Malik, maka kuatkan kedua tanganmu dengan hadis itu”. “Jika datang khabar kepadamu, maka Imam Malik adalah bintangnya”. “Jika disebutkan tentang ulama, maka Imam Malik adalah bintangnya. Tidak seorang pun yang lebih aman bagiku daripada Imam Malik bin Anas”. “Imam Malik bin Anas adalah guruku, darinya aku mengambil ilmu”. “Imam Malik bin Anas itu, jika ia ragu terhadap suatu hadis, maka ia membuang semuanya.”
Komentar Imam Hambali terhadap Imam Syafi’i. Abdullah putra Imam Hambali berkata,“Saya katakan kepada Ayah saya, ‘Wahai Ayahanda, orang seperti apa Syafii itu, saya selalu mendengar engkau berdoa untuknya’. Imam Hambali menjawab, ‘Wahai Anakku, Imam Syafii seperti matahari bagi dunia. Seperti kesehatan bagi tubuh. Lihatlah, adakah pengganti bagi kedua ini?”
Abu Ayub Humaid bin Ahmad Bashri berkata,“Saya bersama Imam Hambali berdiskusi tentang suatu masalah. Seorang laki-laki bertanya kepada Imam Hambali, “Wahai Abu Abdillah (Imam Hambali), apakah tidak ada hadis sahih tentang masalah itu’. Imam Hanbali menjawab,’Jika tidak ada hadis sahih, maka ada pendapat Imam Syafii dalam masalah itu. Hujah Imam Syafii terkuat dalam masalah itu’.”
Daftar Pustaka
1. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat, 2017.
2. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat, 2017.
3. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer, 2017.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online
Organisasi Profesi Guru
Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.
Tema Gambar Slide 2
Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.
Tema Gambar Slide 3
Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.
Saturday, January 6, 2018
618. IMAM
618. IMAM
IMAM MAZHAB SALING MENGHORMATI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan bahwa imam mazhab saling menghormati dalam menghadapi perbedaan?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya.
Para imam mazhab tetap saling menghormati dalam menyikapi perbedaan, dan mereka tetap salat berjamaah bersama, meskipun terdapat beberpa perbedaan dalam hal-hal tertentu, misalnya ketika membaca “basmalah” pada Al-Fatihah, ada yang membaca “sirr” (pelan), ada yang membaca “jahr” (keras), ada pula yang tidak membaca basmalah sama sekali, tetapi perbedan tersebut tidak menghalangi mereka untuk salat berjamaah bersama.
Imam Hanafi atau para ulama mazhab Hanafi, serta imam Syafii dan para ulama lain ikut salat di belakang para imam di Madinah yang berasal dari kalangan mazhab Maliki, meskipun para imam di Madinah tidak membaca basmalah dengan “sir” maupun “jahr”, karena menurut mazhab Maliki bahwa “basmalah” bukan bagian dari surat Al-Fatihah.
Adab Imam Syafi’i kepada Imam Hanafi, ketika Imam Syafii melaksanakan salat Subuh di lokasi yang dekat dari makam Imam Hanafi, maka Imam Syafii tidak membaca doa qunut dalam salat Subuh karena beradab kepada Imam Hanafi.
Khalifah Harun Rasyid yang mengajak Imam Malik bermusyawarah, khalifah ingin menggantungkan kitab Al-Muwaththa (karya Imam Malik) di Kakbah, karena Khalifah ingin menetapkan agar seluruh masyarakat memakai isi kitab Al-Muwaththa.
Imam Malik berkata kepada Khalifah,”Tuan jangan melakukannya, sesungguhnya para sahabat Rasulullah telah berbeda pendapat dalam masalah “furu” (cabang dalam agama), mereka telah menyebar ke seluruh dunia dan semuanya benar dalam ijtihadnya.” Khalifah Harun Rasyid berkata, “Allah memberikan taufik kepadamu, wahai Abu Abdillah (Imam Malik).”
Imam Malik dan Imam Hanafi saling menghormati. Imam Laits bin Sa’ad berkisah, “Saya bertemu dengan Imam Malik, saya katakan kepadanya,’Saya lihat engkau mengusap keringat dari alis matamu?’.
Imam Malik menjawab, “Saya merasa tidak mempunyai apa-apa ketika bersama Abu Hanifah, sesungguhnya ia benar-benar ahli Fiqih, wahai orang Mesir (Imam Laits).”.
Kemudian saya menemui Imam Hanafi, saya katakan kepadanya,“Bagus sekali ucapan Imam Malik terhadap dirimu”. Imam Hanafi menjawab, “Demi Allah, saya belum pernah melihat orang yang lebih cepat memberikan jawaban yang benar dan zuhud yang sempurna melebihi Imam Malik.”
Komentar Imam Syafii terhadap Imam Malik,”Apabila ada hadis datang kepadamu, dari Imam Malik, maka kuatkan kedua tanganmu dengan hadis itu”. “Jika datang khabar kepadamu, maka Imam Malik adalah bintangnya”. “Jika disebutkan tentang ulama, maka Imam Malik adalah bintangnya. Tidak seorang pun yang lebih aman bagiku daripada Imam Malik bin Anas”. “Imam Malik bin Anas adalah guruku, darinya aku mengambil ilmu”. “Imam Malik bin Anas itu, jika ia ragu terhadap suatu hadis, maka ia membuang semuanya.”
Komentar Imam Hambali terhadap Imam Syafi’i. Abdullah putra Imam Hambali berkata,“Saya katakan kepada Ayah saya, ‘Wahai Ayahanda, orang seperti apa Syafii itu, saya selalu mendengar engkau berdoa untuknya’. Imam Hambali menjawab, ‘Wahai Anakku, Imam Syafii seperti matahari bagi dunia. Seperti kesehatan bagi tubuh. Lihatlah, adakah pengganti bagi kedua ini?”
Abu Ayub Humaid bin Ahmad Bashri berkata,“Saya bersama Imam Hambali berdiskusi tentang suatu masalah. Seorang laki-laki bertanya kepada Imam Hambali, “Wahai Abu Abdillah (Imam Hambali), apakah tidak ada hadis sahih tentang masalah itu’. Imam Hanbali menjawab,’Jika tidak ada hadis sahih, maka ada pendapat Imam Syafii dalam masalah itu. Hujah Imam Syafii terkuat dalam masalah itu’.”
Daftar Pustaka
1. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat, 2017.
2. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat, 2017.
3. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer, 2017.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online
618. IMAM
IMAM MAZHAB SALING MENGHORMATI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan bahwa imam mazhab saling menghormati dalam menghadapi perbedaan?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya.
Para imam mazhab tetap saling menghormati dalam menyikapi perbedaan, dan mereka tetap salat berjamaah bersama, meskipun terdapat beberpa perbedaan dalam hal-hal tertentu, misalnya ketika membaca “basmalah” pada Al-Fatihah, ada yang membaca “sirr” (pelan), ada yang membaca “jahr” (keras), ada pula yang tidak membaca basmalah sama sekali, tetapi perbedan tersebut tidak menghalangi mereka untuk salat berjamaah bersama.
Imam Hanafi atau para ulama mazhab Hanafi, serta imam Syafii dan para ulama lain ikut salat di belakang para imam di Madinah yang berasal dari kalangan mazhab Maliki, meskipun para imam di Madinah tidak membaca basmalah dengan “sir” maupun “jahr”, karena menurut mazhab Maliki bahwa “basmalah” bukan bagian dari surat Al-Fatihah.
Adab Imam Syafi’i kepada Imam Hanafi, ketika Imam Syafii melaksanakan salat Subuh di lokasi yang dekat dari makam Imam Hanafi, maka Imam Syafii tidak membaca doa qunut dalam salat Subuh karena beradab kepada Imam Hanafi.
Khalifah Harun Rasyid yang mengajak Imam Malik bermusyawarah, khalifah ingin menggantungkan kitab Al-Muwaththa (karya Imam Malik) di Kakbah, karena Khalifah ingin menetapkan agar seluruh masyarakat memakai isi kitab Al-Muwaththa.
Imam Malik berkata kepada Khalifah,”Tuan jangan melakukannya, sesungguhnya para sahabat Rasulullah telah berbeda pendapat dalam masalah “furu” (cabang dalam agama), mereka telah menyebar ke seluruh dunia dan semuanya benar dalam ijtihadnya.” Khalifah Harun Rasyid berkata, “Allah memberikan taufik kepadamu, wahai Abu Abdillah (Imam Malik).”
Imam Malik dan Imam Hanafi saling menghormati. Imam Laits bin Sa’ad berkisah, “Saya bertemu dengan Imam Malik, saya katakan kepadanya,’Saya lihat engkau mengusap keringat dari alis matamu?’.
Imam Malik menjawab, “Saya merasa tidak mempunyai apa-apa ketika bersama Abu Hanifah, sesungguhnya ia benar-benar ahli Fiqih, wahai orang Mesir (Imam Laits).”.
Kemudian saya menemui Imam Hanafi, saya katakan kepadanya,“Bagus sekali ucapan Imam Malik terhadap dirimu”. Imam Hanafi menjawab, “Demi Allah, saya belum pernah melihat orang yang lebih cepat memberikan jawaban yang benar dan zuhud yang sempurna melebihi Imam Malik.”
Komentar Imam Syafii terhadap Imam Malik,”Apabila ada hadis datang kepadamu, dari Imam Malik, maka kuatkan kedua tanganmu dengan hadis itu”. “Jika datang khabar kepadamu, maka Imam Malik adalah bintangnya”. “Jika disebutkan tentang ulama, maka Imam Malik adalah bintangnya. Tidak seorang pun yang lebih aman bagiku daripada Imam Malik bin Anas”. “Imam Malik bin Anas adalah guruku, darinya aku mengambil ilmu”. “Imam Malik bin Anas itu, jika ia ragu terhadap suatu hadis, maka ia membuang semuanya.”
Komentar Imam Hambali terhadap Imam Syafi’i. Abdullah putra Imam Hambali berkata,“Saya katakan kepada Ayah saya, ‘Wahai Ayahanda, orang seperti apa Syafii itu, saya selalu mendengar engkau berdoa untuknya’. Imam Hambali menjawab, ‘Wahai Anakku, Imam Syafii seperti matahari bagi dunia. Seperti kesehatan bagi tubuh. Lihatlah, adakah pengganti bagi kedua ini?”
Abu Ayub Humaid bin Ahmad Bashri berkata,“Saya bersama Imam Hambali berdiskusi tentang suatu masalah. Seorang laki-laki bertanya kepada Imam Hambali, “Wahai Abu Abdillah (Imam Hambali), apakah tidak ada hadis sahih tentang masalah itu’. Imam Hanbali menjawab,’Jika tidak ada hadis sahih, maka ada pendapat Imam Syafii dalam masalah itu. Hujah Imam Syafii terkuat dalam masalah itu’.”
Daftar Pustaka
1. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat, 2017.
2. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat, 2017.
3. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer, 2017.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online
618. IMAM
IMAM MAZHAB SALING MENGHORMATI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan bahwa imam mazhab saling menghormati dalam menghadapi perbedaan?” Ustad Abdul Somad menjelaskannya.
Para imam mazhab tetap saling menghormati dalam menyikapi perbedaan, dan mereka tetap salat berjamaah bersama, meskipun terdapat beberpa perbedaan dalam hal-hal tertentu, misalnya ketika membaca “basmalah” pada Al-Fatihah, ada yang membaca “sirr” (pelan), ada yang membaca “jahr” (keras), ada pula yang tidak membaca basmalah sama sekali, tetapi perbedan tersebut tidak menghalangi mereka untuk salat berjamaah bersama.
Imam Hanafi atau para ulama mazhab Hanafi, serta imam Syafii dan para ulama lain ikut salat di belakang para imam di Madinah yang berasal dari kalangan mazhab Maliki, meskipun para imam di Madinah tidak membaca basmalah dengan “sir” maupun “jahr”, karena menurut mazhab Maliki bahwa “basmalah” bukan bagian dari surat Al-Fatihah.
Adab Imam Syafi’i kepada Imam Hanafi, ketika Imam Syafii melaksanakan salat Subuh di lokasi yang dekat dari makam Imam Hanafi, maka Imam Syafii tidak membaca doa qunut dalam salat Subuh karena beradab kepada Imam Hanafi.
Khalifah Harun Rasyid yang mengajak Imam Malik bermusyawarah, khalifah ingin menggantungkan kitab Al-Muwaththa (karya Imam Malik) di Kakbah, karena Khalifah ingin menetapkan agar seluruh masyarakat memakai isi kitab Al-Muwaththa.
Imam Malik berkata kepada Khalifah,”Tuan jangan melakukannya, sesungguhnya para sahabat Rasulullah telah berbeda pendapat dalam masalah “furu” (cabang dalam agama), mereka telah menyebar ke seluruh dunia dan semuanya benar dalam ijtihadnya.” Khalifah Harun Rasyid berkata, “Allah memberikan taufik kepadamu, wahai Abu Abdillah (Imam Malik).”
Imam Malik dan Imam Hanafi saling menghormati. Imam Laits bin Sa’ad berkisah, “Saya bertemu dengan Imam Malik, saya katakan kepadanya,’Saya lihat engkau mengusap keringat dari alis matamu?’.
Imam Malik menjawab, “Saya merasa tidak mempunyai apa-apa ketika bersama Abu Hanifah, sesungguhnya ia benar-benar ahli Fiqih, wahai orang Mesir (Imam Laits).”.
Kemudian saya menemui Imam Hanafi, saya katakan kepadanya,“Bagus sekali ucapan Imam Malik terhadap dirimu”. Imam Hanafi menjawab, “Demi Allah, saya belum pernah melihat orang yang lebih cepat memberikan jawaban yang benar dan zuhud yang sempurna melebihi Imam Malik.”
Komentar Imam Syafii terhadap Imam Malik,”Apabila ada hadis datang kepadamu, dari Imam Malik, maka kuatkan kedua tanganmu dengan hadis itu”. “Jika datang khabar kepadamu, maka Imam Malik adalah bintangnya”. “Jika disebutkan tentang ulama, maka Imam Malik adalah bintangnya. Tidak seorang pun yang lebih aman bagiku daripada Imam Malik bin Anas”. “Imam Malik bin Anas adalah guruku, darinya aku mengambil ilmu”. “Imam Malik bin Anas itu, jika ia ragu terhadap suatu hadis, maka ia membuang semuanya.”
Komentar Imam Hambali terhadap Imam Syafi’i. Abdullah putra Imam Hambali berkata,“Saya katakan kepada Ayah saya, ‘Wahai Ayahanda, orang seperti apa Syafii itu, saya selalu mendengar engkau berdoa untuknya’. Imam Hambali menjawab, ‘Wahai Anakku, Imam Syafii seperti matahari bagi dunia. Seperti kesehatan bagi tubuh. Lihatlah, adakah pengganti bagi kedua ini?”
Abu Ayub Humaid bin Ahmad Bashri berkata,“Saya bersama Imam Hambali berdiskusi tentang suatu masalah. Seorang laki-laki bertanya kepada Imam Hambali, “Wahai Abu Abdillah (Imam Hambali), apakah tidak ada hadis sahih tentang masalah itu’. Imam Hanbali menjawab,’Jika tidak ada hadis sahih, maka ada pendapat Imam Syafii dalam masalah itu. Hujah Imam Syafii terkuat dalam masalah itu’.”
Daftar Pustaka
1. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 77 Tanya-Jawab Seputar Salat, 2017.
2. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 99 Tanya-Jawab Seputar Salat, 2017.
3. Somad, Abdul. E-book Tafaqquh 37 Tanya-Jawab Masalah Populer, 2017.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online
Friday, January 5, 2018
617. YAHUDI
KAUM YAHUDI MENGKHIANATI NABI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang sejarah kaum Yahudi mengkhianati Nabi Muhammad?” Berikut ini penjelasannya.
Setelah Nabi berhijrah dari Mekah ke Madinah, maka Nabi menata hubungannya dengan golongan “bukan Islam”, tujuannya adalah untuk mewujudkan keamanan, kesejahteraan, dan keharmonisan masyarakat Madinah.
Pada abad ke-7 Masehi terdapat tiga kabilah besar kaum Yahudi yang tinggal di Madinah, yaitu Bani Qainuqa, Bani Nadhir, dan Bani Quraizhah. Nabi menyetujui perjanjian “Piagam Madinah” dengan kaum Yahudi Madinah yang berisi kesepakatan perdamaian antara kaum Muslim dengan kaum Yahudi, dan untuk melawan semua musuh yang berasal dari luar Madinah.
Kaum Yahudi di Madinah mempunyai dendam, iri, dan dengki terhadap kerukunan umat Islam, kaum Yahudi Madinah bukan orang yang ahli dalam peperangan, tetapi mereka ahli dalam tipu muslihat dan konspirasi.
Meskipun terdapat perjanjian yang disepakati antara kaum Yahudi dengan Nabi Muhammad, ternyata kaum Yahudi selalu berusaha menipu dan mengadu domba sesama umat Islam dengan segala cara.
PERANG BANI QAINUQA
Syas bin Qais seorang pemimpin Yahudi mengadu domba para sahabat Ansar yang berasal dari kaum Aus dengan kaum Khazraj dengan mengungkit-ungkit permusuhan mereka pada zaman lampau.
Hampir terjadi peperangan sesama Islam dalam kaum Ansar, yaitu antara kaum Aus dengan kaum Khazraj karena dihasut oleh kaum Yahudi, tetapi Nabi berhasil merukunkan kembali, sehingga mereka berangkulan sambil menangis saling memaafkan.
Setelah kaum Yahudi mengetahui bahwa pasukan Islam menang dalam Perang Badar, maka kaum Yahudi di Madinah semakin segan dan takut sekaligus bertambah benci dan dendam kepada Nabi.
Kaab bin Arsyaf tokoh Yahudi Bani Qainuqa yang umumnya kaum Yahudi bekerja sebagai perajin perhiasan, pandai besi, dan pembuat berbagai perkakas telah mempunyai 700 prajurit perang, sehingga mulai berani melanggar perjanjian dengan Nabi.
Kaum Yahudi Bani Qainuqa mengolok-olok dan mengganggu wanita Muslimah yang mengunjungi pasar mereka, maka Nabi mengumpulkan kaum Yahudi Bani Qainuqa untuk mengingatkan perjanjian yang telah disepakati antara kaum Yahudi dengan kaum Muslim, tetapi nasihat Nabi tidak dianggap oleh mereka.
Seorang wanitah Muslimah yang mengunjungi pasar Bani Qainuqa dipermalukan oleh para pemuda kaum Yahudi dengan mengikatkan ujung bajunya pada sebuah tiang, sehingga ketika wanita itu bangkit terlepaslah bajunya dan terlihat auratnya, dan para pemuda Yahudi menertawakannya.
Seorang pemuda Muslim yang berada di sekitar lokasi melompat dan membunuh pemuda Yahudi yang menggangu wanita Muslimah itu, lalu para pemuda Yahudi mengikat pemuda Muslim itu dan membunuhnya.
Nabi membawa pasukan Islam mengepung benteng Bani Qainuqa selama 15 hari, dan akhirnya kaum Yahudi menyerah, dan tiba-tiba muncul Abdullah bin Ubay seorang tokoh munafik yang berasal dari suku Khazraj datang menjumpai Nabi.
Sejak dahulu Bani Khazarj dan kaum Yahudi Bani Qainuqa bersahabat, sehingga Abdullah bin Ubay si tokoh munafik membela kaum Yahudi, dan akhirnya Nabi memaafkan kaum Yahudi Bani Qainuqa dan hanya mengusirnya untuk keluar dari Madinah.
PERANG BANI NADHIR
Setelah peristiwa Bani Qainuqa dan pembunuhan Kaab bin Asyraf yang kaya raya, kaum Yahudi hidup dalam ketakutan, sehingga mereka “tiarap” dan berdiam diri, tetapi setelah Perang Uhud yang “dimenangkan” oleh kaum Quraisy Mekah, maka kaum Yahudi mulai berani memperlihatkan permusuhan dengan umat Islam dan bersahabat dengan kaum Quraisy Mekah, bahkan kaum Yahudi berencana membunuh Nabi Muhammad.
Nabi Muhammad dan beberapa sahabat sedang menunggu di sebuah rumah milik orang Yahudi, kemudian Amru bin Jahsy mengangkat sebuah lesung gilingan gandum yang akan dilemparkan dari atas rumah mengenai kepala Nabi dan para sahabat.
Malaikat Jibril memberitahu Nabi tentang rencana jahat tersebut, maka dengan cepat Nabi beranjak pergi meninggalkan rumah tersebut, sehingga Nabi selamat dari rencana pembunuhan yang keji tersebut.
Kemudian Nabi mengusir kaum Yahudi Bani Nadhir agar keluar dari Madinah, ternyata Abdullah bin Ubay seorang tokoh munafik yang berasal dari kaum Ansar dan kepala suku Bani Khazraj ikut membela kaum Yahudi Bani Nadir agar melawan Nabi dan umat Islam.
Nabi membawa pasukan Islam untuk memerangi Bani Nadhir, yang membawa bendera kaum Muslim adalah Ali bin Abi Thalib, kemudian pasukan Islam mengepung benteng Bani Nadhir selama enam hari (ada yang berpendapat 15 hari), dan akhirnya kaum Yahudi Bani Nadhir menyerah.
Kaum Yahudi Bani Nadhir yang mengkhianati perjanjian “Piagam Madinah” diusir oleh Nabi untuk keluar dari Madinah pindah ke daerah Khaibar dengan membawa keluarganya, dan harta kekayaan yang diangkut dengan 900 ekor unta, tanpa membawa senjata.
PERANG BANI QURAIZHAH
Kaum Yahudi Bani Nadhir yang melanggar perjanjian “Piagam Madinah” dan telah diusir oleh Nabi keluar dari Madinah berhasil mengumpulkan pasukan sebanyak 10.000 orang untuk mengepung Madinah dengan penduduk 3.000 orang dalam Perang Parit.
Umat Islam hampir punah, karena 10.000 pasukan musyrik mengepung 3.000 umat Islam di Madinah dalam Perang Khandaq (Perang Parit), pengepungan berlangsung lebih dari sebulan. Alhamdulillah umat Islam berhasil selamat, salah satunya karena adanya parit yang panjang, dalam, dan lebar sehingga musuh tidak dapat masuk Madinah, atas usulan Salman Al-Farisi yang berasal dari Persia.
Setelah 10.000 pasukan musuh kembali ke daerahnya masing-masing, maka Nabi menghukum kaum Yahudi Bani Quraizhah yang berkhianat dalam Perang Parit, dengan membatalkan perjanjian sepihak dan memberontak dari belakang, ketika Nabi melawan 10.000 pasukan dari depan. Sungguh sangat membahayakan, hampir saja umat Islam habis dari muka bumi.
Nabi membawa 3.000 pasukan Islam untuk mengepung benteng Bani Quraizhah selama 25 hari, akhirnya Bani Quraizah menyerah, kemudian Saad bin Muadz, kepala suku Bani Aus, dari kaum Ansar sebagai hakim yang memutuskan semua pasukan Bani Quraizhah dihukum bunuh.
Demikianlah, beberapa kisah tentang pengkhianatan kaum Yahudi pada zaman Nabi Muhammad masih hidup, sebaiknya semua umat Islam membaca sendiri minimal sekali dalam hidupnya tentang “Sirah Nabawi” agar lebih memahami sejarah hidup Nabi Muhammad untuk dicontoh dan diteladani supaya tidak mudah ditipu oleh musuh Islam.
Daftar Pustaka
1. Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
4. Al-Kandahlawi, Maulana Muhammad Zakaria. Himpunan Fadhilah Amal. Penerbit Ash-Shaff. Jogyakarta. 2000.
5. Hisyam, Ibnu. Sirah Nabawiyah. Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah.
617. YAHUDI
KAUM YAHUDI MENGKHIANATI NABI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang sejarah kaum Yahudi mengkhianati Nabi Muhammad?” Berikut ini penjelasannya.
Setelah Nabi berhijrah dari Mekah ke Madinah, maka Nabi menata hubungannya dengan golongan “bukan Islam”, tujuannya adalah untuk mewujudkan keamanan, kesejahteraan, dan keharmonisan masyarakat Madinah.
Pada abad ke-7 Masehi terdapat tiga kabilah besar kaum Yahudi yang tinggal di Madinah, yaitu Bani Qainuqa, Bani Nadhir, dan Bani Quraizhah. Nabi menyetujui perjanjian “Piagam Madinah” dengan kaum Yahudi Madinah yang berisi kesepakatan perdamaian antara kaum Muslim dengan kaum Yahudi, dan untuk melawan semua musuh yang berasal dari luar Madinah.
Kaum Yahudi di Madinah mempunyai dendam, iri, dan dengki terhadap kerukunan umat Islam, kaum Yahudi Madinah bukan orang yang ahli dalam peperangan, tetapi mereka ahli dalam tipu muslihat dan konspirasi.
Meskipun terdapat perjanjian yang disepakati antara kaum Yahudi dengan Nabi Muhammad, ternyata kaum Yahudi selalu berusaha menipu dan mengadu domba sesama umat Islam dengan segala cara.
PERANG BANI QAINUQA
Syas bin Qais seorang pemimpin Yahudi mengadu domba para sahabat Ansar yang berasal dari kaum Aus dengan kaum Khazraj dengan mengungkit-ungkit permusuhan mereka pada zaman lampau.
Hampir terjadi peperangan sesama Islam dalam kaum Ansar, yaitu antara kaum Aus dengan kaum Khazraj karena dihasut oleh kaum Yahudi, tetapi Nabi berhasil merukunkan kembali, sehingga mereka berangkulan sambil menangis saling memaafkan.
Setelah kaum Yahudi mengetahui bahwa pasukan Islam menang dalam Perang Badar, maka kaum Yahudi di Madinah semakin segan dan takut sekaligus bertambah benci dan dendam kepada Nabi.
Kaab bin Arsyaf tokoh Yahudi Bani Qainuqa yang umumnya kaum Yahudi bekerja sebagai perajin perhiasan, pandai besi, dan pembuat berbagai perkakas telah mempunyai 700 prajurit perang, sehingga mulai berani melanggar perjanjian dengan Nabi.
Kaum Yahudi Bani Qainuqa mengolok-olok dan mengganggu wanita Muslimah yang mengunjungi pasar mereka, maka Nabi mengumpulkan kaum Yahudi Bani Qainuqa untuk mengingatkan perjanjian yang telah disepakati antara kaum Yahudi dengan kaum Muslim, tetapi nasihat Nabi tidak dianggap oleh mereka.
Seorang wanitah Muslimah yang mengunjungi pasar Bani Qainuqa dipermalukan oleh para pemuda kaum Yahudi dengan mengikatkan ujung bajunya pada sebuah tiang, sehingga ketika wanita itu bangkit terlepaslah bajunya dan terlihat auratnya, dan para pemuda Yahudi menertawakannya.
Seorang pemuda Muslim yang berada di sekitar lokasi melompat dan membunuh pemuda Yahudi yang menggangu wanita Muslimah itu, lalu para pemuda Yahudi mengikat pemuda Muslim itu dan membunuhnya.
Nabi membawa pasukan Islam mengepung benteng Bani Qainuqa selama 15 hari, dan akhirnya kaum Yahudi menyerah, dan tiba-tiba muncul Abdullah bin Ubay seorang tokoh munafik yang berasal dari suku Khazraj datang menjumpai Nabi.
Sejak dahulu Bani Khazarj dan kaum Yahudi Bani Qainuqa bersahabat, sehingga Abdullah bin Ubay si tokoh munafik membela kaum Yahudi, dan akhirnya Nabi memaafkan kaum Yahudi Bani Qainuqa dan hanya mengusirnya untuk keluar dari Madinah.
PERANG BANI NADHIR
Setelah peristiwa Bani Qainuqa dan pembunuhan Kaab bin Asyraf yang kaya raya, kaum Yahudi hidup dalam ketakutan, sehingga mereka “tiarap” dan berdiam diri, tetapi setelah Perang Uhud yang “dimenangkan” oleh kaum Quraisy Mekah, maka kaum Yahudi mulai berani memperlihatkan permusuhan dengan umat Islam dan bersahabat dengan kaum Quraisy Mekah, bahkan kaum Yahudi berencana membunuh Nabi Muhammad.
Nabi Muhammad dan beberapa sahabat sedang menunggu di sebuah rumah milik orang Yahudi, kemudian Amru bin Jahsy mengangkat sebuah lesung gilingan gandum yang akan dilemparkan dari atas rumah mengenai kepala Nabi dan para sahabat.
Malaikat Jibril memberitahu Nabi tentang rencana jahat tersebut, maka dengan cepat Nabi beranjak pergi meninggalkan rumah tersebut, sehingga Nabi selamat dari rencana pembunuhan yang keji tersebut.
Kemudian Nabi mengusir kaum Yahudi Bani Nadhir agar keluar dari Madinah, ternyata Abdullah bin Ubay seorang tokoh munafik yang berasal dari kaum Ansar dan kepala suku Bani Khazraj ikut membela kaum Yahudi Bani Nadir agar melawan Nabi dan umat Islam.
Nabi membawa pasukan Islam untuk memerangi Bani Nadhir, yang membawa bendera kaum Muslim adalah Ali bin Abi Thalib, kemudian pasukan Islam mengepung benteng Bani Nadhir selama enam hari (ada yang berpendapat 15 hari), dan akhirnya kaum Yahudi Bani Nadhir menyerah.
Kaum Yahudi Bani Nadhir yang mengkhianati perjanjian “Piagam Madinah” diusir oleh Nabi untuk keluar dari Madinah pindah ke daerah Khaibar dengan membawa keluarganya, dan harta kekayaan yang diangkut dengan 900 ekor unta, tanpa membawa senjata.
PERANG BANI QURAIZHAH
Kaum Yahudi Bani Nadhir yang melanggar perjanjian “Piagam Madinah” dan telah diusir oleh Nabi keluar dari Madinah berhasil mengumpulkan pasukan sebanyak 10.000 orang untuk mengepung Madinah dengan penduduk 3.000 orang dalam Perang Parit.
Umat Islam hampir punah, karena 10.000 pasukan musyrik mengepung 3.000 umat Islam di Madinah dalam Perang Khandaq (Perang Parit), pengepungan berlangsung lebih dari sebulan. Alhamdulillah umat Islam berhasil selamat, salah satunya karena adanya parit yang panjang, dalam, dan lebar sehingga musuh tidak dapat masuk Madinah, atas usulan Salman Al-Farisi yang berasal dari Persia.
Setelah 10.000 pasukan musuh kembali ke daerahnya masing-masing, maka Nabi menghukum kaum Yahudi Bani Quraizhah yang berkhianat dalam Perang Parit, dengan membatalkan perjanjian sepihak dan memberontak dari belakang, ketika Nabi melawan 10.000 pasukan dari depan. Sungguh sangat membahayakan, hampir saja umat Islam habis dari muka bumi.
Nabi membawa 3.000 pasukan Islam untuk mengepung benteng Bani Quraizhah selama 25 hari, akhirnya Bani Quraizah menyerah, kemudian Saad bin Muadz, kepala suku Bani Aus, dari kaum Ansar sebagai hakim yang memutuskan semua pasukan Bani Quraizhah dihukum bunuh.
Demikianlah, beberapa kisah tentang pengkhianatan kaum Yahudi pada zaman Nabi Muhammad masih hidup, sebaiknya semua umat Islam membaca sendiri minimal sekali dalam hidupnya tentang “Sirah Nabawi” agar lebih memahami sejarah hidup Nabi Muhammad untuk dicontoh dan diteladani supaya tidak mudah ditipu oleh musuh Islam.
Daftar Pustaka
1. Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
4. Al-Kandahlawi, Maulana Muhammad Zakaria. Himpunan Fadhilah Amal. Penerbit Ash-Shaff. Jogyakarta. 2000.
5. Hisyam, Ibnu. Sirah Nabawiyah. Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah.
617. YAHUDI
KAUM YAHUDI MENGKHIANATI NABI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang sejarah kaum Yahudi mengkhianati Nabi Muhammad?” Berikut ini penjelasannya.
Setelah Nabi berhijrah dari Mekah ke Madinah, maka Nabi menata hubungannya dengan golongan “bukan Islam”, tujuannya adalah untuk mewujudkan keamanan, kesejahteraan, dan keharmonisan masyarakat Madinah.
Pada abad ke-7 Masehi terdapat tiga kabilah besar kaum Yahudi yang tinggal di Madinah, yaitu Bani Qainuqa, Bani Nadhir, dan Bani Quraizhah. Nabi menyetujui perjanjian “Piagam Madinah” dengan kaum Yahudi Madinah yang berisi kesepakatan perdamaian antara kaum Muslim dengan kaum Yahudi, dan untuk melawan semua musuh yang berasal dari luar Madinah.
Kaum Yahudi di Madinah mempunyai dendam, iri, dan dengki terhadap kerukunan umat Islam, kaum Yahudi Madinah bukan orang yang ahli dalam peperangan, tetapi mereka ahli dalam tipu muslihat dan konspirasi.
Meskipun terdapat perjanjian yang disepakati antara kaum Yahudi dengan Nabi Muhammad, ternyata kaum Yahudi selalu berusaha menipu dan mengadu domba sesama umat Islam dengan segala cara.
PERANG BANI QAINUQA
Syas bin Qais seorang pemimpin Yahudi mengadu domba para sahabat Ansar yang berasal dari kaum Aus dengan kaum Khazraj dengan mengungkit-ungkit permusuhan mereka pada zaman lampau.
Hampir terjadi peperangan sesama Islam dalam kaum Ansar, yaitu antara kaum Aus dengan kaum Khazraj karena dihasut oleh kaum Yahudi, tetapi Nabi berhasil merukunkan kembali, sehingga mereka berangkulan sambil menangis saling memaafkan.
Setelah kaum Yahudi mengetahui bahwa pasukan Islam menang dalam Perang Badar, maka kaum Yahudi di Madinah semakin segan dan takut sekaligus bertambah benci dan dendam kepada Nabi.
Kaab bin Arsyaf tokoh Yahudi Bani Qainuqa yang umumnya kaum Yahudi bekerja sebagai perajin perhiasan, pandai besi, dan pembuat berbagai perkakas telah mempunyai 700 prajurit perang, sehingga mulai berani melanggar perjanjian dengan Nabi.
Kaum Yahudi Bani Qainuqa mengolok-olok dan mengganggu wanita Muslimah yang mengunjungi pasar mereka, maka Nabi mengumpulkan kaum Yahudi Bani Qainuqa untuk mengingatkan perjanjian yang telah disepakati antara kaum Yahudi dengan kaum Muslim, tetapi nasihat Nabi tidak dianggap oleh mereka.
Seorang wanitah Muslimah yang mengunjungi pasar Bani Qainuqa dipermalukan oleh para pemuda kaum Yahudi dengan mengikatkan ujung bajunya pada sebuah tiang, sehingga ketika wanita itu bangkit terlepaslah bajunya dan terlihat auratnya, dan para pemuda Yahudi menertawakannya.
Seorang pemuda Muslim yang berada di sekitar lokasi melompat dan membunuh pemuda Yahudi yang menggangu wanita Muslimah itu, lalu para pemuda Yahudi mengikat pemuda Muslim itu dan membunuhnya.
Nabi membawa pasukan Islam mengepung benteng Bani Qainuqa selama 15 hari, dan akhirnya kaum Yahudi menyerah, dan tiba-tiba muncul Abdullah bin Ubay seorang tokoh munafik yang berasal dari suku Khazraj datang menjumpai Nabi.
Sejak dahulu Bani Khazarj dan kaum Yahudi Bani Qainuqa bersahabat, sehingga Abdullah bin Ubay si tokoh munafik membela kaum Yahudi, dan akhirnya Nabi memaafkan kaum Yahudi Bani Qainuqa dan hanya mengusirnya untuk keluar dari Madinah.
PERANG BANI NADHIR
Setelah peristiwa Bani Qainuqa dan pembunuhan Kaab bin Asyraf yang kaya raya, kaum Yahudi hidup dalam ketakutan, sehingga mereka “tiarap” dan berdiam diri, tetapi setelah Perang Uhud yang “dimenangkan” oleh kaum Quraisy Mekah, maka kaum Yahudi mulai berani memperlihatkan permusuhan dengan umat Islam dan bersahabat dengan kaum Quraisy Mekah, bahkan kaum Yahudi berencana membunuh Nabi Muhammad.
Nabi Muhammad dan beberapa sahabat sedang menunggu di sebuah rumah milik orang Yahudi, kemudian Amru bin Jahsy mengangkat sebuah lesung gilingan gandum yang akan dilemparkan dari atas rumah mengenai kepala Nabi dan para sahabat.
Malaikat Jibril memberitahu Nabi tentang rencana jahat tersebut, maka dengan cepat Nabi beranjak pergi meninggalkan rumah tersebut, sehingga Nabi selamat dari rencana pembunuhan yang keji tersebut.
Kemudian Nabi mengusir kaum Yahudi Bani Nadhir agar keluar dari Madinah, ternyata Abdullah bin Ubay seorang tokoh munafik yang berasal dari kaum Ansar dan kepala suku Bani Khazraj ikut membela kaum Yahudi Bani Nadir agar melawan Nabi dan umat Islam.
Nabi membawa pasukan Islam untuk memerangi Bani Nadhir, yang membawa bendera kaum Muslim adalah Ali bin Abi Thalib, kemudian pasukan Islam mengepung benteng Bani Nadhir selama enam hari (ada yang berpendapat 15 hari), dan akhirnya kaum Yahudi Bani Nadhir menyerah.
Kaum Yahudi Bani Nadhir yang mengkhianati perjanjian “Piagam Madinah” diusir oleh Nabi untuk keluar dari Madinah pindah ke daerah Khaibar dengan membawa keluarganya, dan harta kekayaan yang diangkut dengan 900 ekor unta, tanpa membawa senjata.
PERANG BANI QURAIZHAH
Kaum Yahudi Bani Nadhir yang melanggar perjanjian “Piagam Madinah” dan telah diusir oleh Nabi keluar dari Madinah berhasil mengumpulkan pasukan sebanyak 10.000 orang untuk mengepung Madinah dengan penduduk 3.000 orang dalam Perang Parit.
Umat Islam hampir punah, karena 10.000 pasukan musyrik mengepung 3.000 umat Islam di Madinah dalam Perang Khandaq (Perang Parit), pengepungan berlangsung lebih dari sebulan. Alhamdulillah umat Islam berhasil selamat, salah satunya karena adanya parit yang panjang, dalam, dan lebar sehingga musuh tidak dapat masuk Madinah, atas usulan Salman Al-Farisi yang berasal dari Persia.
Setelah 10.000 pasukan musuh kembali ke daerahnya masing-masing, maka Nabi menghukum kaum Yahudi Bani Quraizhah yang berkhianat dalam Perang Parit, dengan membatalkan perjanjian sepihak dan memberontak dari belakang, ketika Nabi melawan 10.000 pasukan dari depan. Sungguh sangat membahayakan, hampir saja umat Islam habis dari muka bumi.
Nabi membawa 3.000 pasukan Islam untuk mengepung benteng Bani Quraizhah selama 25 hari, akhirnya Bani Quraizah menyerah, kemudian Saad bin Muadz, kepala suku Bani Aus, dari kaum Ansar sebagai hakim yang memutuskan semua pasukan Bani Quraizhah dihukum bunuh.
Demikianlah, beberapa kisah tentang pengkhianatan kaum Yahudi pada zaman Nabi Muhammad masih hidup, sebaiknya semua umat Islam membaca sendiri minimal sekali dalam hidupnya tentang “Sirah Nabawi” agar lebih memahami sejarah hidup Nabi Muhammad untuk dicontoh dan diteladani supaya tidak mudah ditipu oleh musuh Islam.
Daftar Pustaka
1. Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
4. Al-Kandahlawi, Maulana Muhammad Zakaria. Himpunan Fadhilah Amal. Penerbit Ash-Shaff. Jogyakarta. 2000.
5. Hisyam, Ibnu. Sirah Nabawiyah. Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah.
617. YAHUDI
KAUM YAHUDI MENGKHIANATI NABI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang sejarah kaum Yahudi mengkhianati Nabi Muhammad?” Berikut ini penjelasannya.
Setelah Nabi berhijrah dari Mekah ke Madinah, maka Nabi menata hubungannya dengan golongan “bukan Islam”, tujuannya adalah untuk mewujudkan keamanan, kesejahteraan, dan keharmonisan masyarakat Madinah.
Pada abad ke-7 Masehi terdapat tiga kabilah besar kaum Yahudi yang tinggal di Madinah, yaitu Bani Qainuqa, Bani Nadhir, dan Bani Quraizhah. Nabi menyetujui perjanjian “Piagam Madinah” dengan kaum Yahudi Madinah yang berisi kesepakatan perdamaian antara kaum Muslim dengan kaum Yahudi, dan untuk melawan semua musuh yang berasal dari luar Madinah.
Kaum Yahudi di Madinah mempunyai dendam, iri, dan dengki terhadap kerukunan umat Islam, kaum Yahudi Madinah bukan orang yang ahli dalam peperangan, tetapi mereka ahli dalam tipu muslihat dan konspirasi.
Meskipun terdapat perjanjian yang disepakati antara kaum Yahudi dengan Nabi Muhammad, ternyata kaum Yahudi selalu berusaha menipu dan mengadu domba sesama umat Islam dengan segala cara.
PERANG BANI QAINUQA
Syas bin Qais seorang pemimpin Yahudi mengadu domba para sahabat Ansar yang berasal dari kaum Aus dengan kaum Khazraj dengan mengungkit-ungkit permusuhan mereka pada zaman lampau.
Hampir terjadi peperangan sesama Islam dalam kaum Ansar, yaitu antara kaum Aus dengan kaum Khazraj karena dihasut oleh kaum Yahudi, tetapi Nabi berhasil merukunkan kembali, sehingga mereka berangkulan sambil menangis saling memaafkan.
Setelah kaum Yahudi mengetahui bahwa pasukan Islam menang dalam Perang Badar, maka kaum Yahudi di Madinah semakin segan dan takut sekaligus bertambah benci dan dendam kepada Nabi.
Kaab bin Arsyaf tokoh Yahudi Bani Qainuqa yang umumnya kaum Yahudi bekerja sebagai perajin perhiasan, pandai besi, dan pembuat berbagai perkakas telah mempunyai 700 prajurit perang, sehingga mulai berani melanggar perjanjian dengan Nabi.
Kaum Yahudi Bani Qainuqa mengolok-olok dan mengganggu wanita Muslimah yang mengunjungi pasar mereka, maka Nabi mengumpulkan kaum Yahudi Bani Qainuqa untuk mengingatkan perjanjian yang telah disepakati antara kaum Yahudi dengan kaum Muslim, tetapi nasihat Nabi tidak dianggap oleh mereka.
Seorang wanitah Muslimah yang mengunjungi pasar Bani Qainuqa dipermalukan oleh para pemuda kaum Yahudi dengan mengikatkan ujung bajunya pada sebuah tiang, sehingga ketika wanita itu bangkit terlepaslah bajunya dan terlihat auratnya, dan para pemuda Yahudi menertawakannya.
Seorang pemuda Muslim yang berada di sekitar lokasi melompat dan membunuh pemuda Yahudi yang menggangu wanita Muslimah itu, lalu para pemuda Yahudi mengikat pemuda Muslim itu dan membunuhnya.
Nabi membawa pasukan Islam mengepung benteng Bani Qainuqa selama 15 hari, dan akhirnya kaum Yahudi menyerah, dan tiba-tiba muncul Abdullah bin Ubay seorang tokoh munafik yang berasal dari suku Khazraj datang menjumpai Nabi.
Sejak dahulu Bani Khazarj dan kaum Yahudi Bani Qainuqa bersahabat, sehingga Abdullah bin Ubay si tokoh munafik membela kaum Yahudi, dan akhirnya Nabi memaafkan kaum Yahudi Bani Qainuqa dan hanya mengusirnya untuk keluar dari Madinah.
PERANG BANI NADHIR
Setelah peristiwa Bani Qainuqa dan pembunuhan Kaab bin Asyraf yang kaya raya, kaum Yahudi hidup dalam ketakutan, sehingga mereka “tiarap” dan berdiam diri, tetapi setelah Perang Uhud yang “dimenangkan” oleh kaum Quraisy Mekah, maka kaum Yahudi mulai berani memperlihatkan permusuhan dengan umat Islam dan bersahabat dengan kaum Quraisy Mekah, bahkan kaum Yahudi berencana membunuh Nabi Muhammad.
Nabi Muhammad dan beberapa sahabat sedang menunggu di sebuah rumah milik orang Yahudi, kemudian Amru bin Jahsy mengangkat sebuah lesung gilingan gandum yang akan dilemparkan dari atas rumah mengenai kepala Nabi dan para sahabat.
Malaikat Jibril memberitahu Nabi tentang rencana jahat tersebut, maka dengan cepat Nabi beranjak pergi meninggalkan rumah tersebut, sehingga Nabi selamat dari rencana pembunuhan yang keji tersebut.
Kemudian Nabi mengusir kaum Yahudi Bani Nadhir agar keluar dari Madinah, ternyata Abdullah bin Ubay seorang tokoh munafik yang berasal dari kaum Ansar dan kepala suku Bani Khazraj ikut membela kaum Yahudi Bani Nadir agar melawan Nabi dan umat Islam.
Nabi membawa pasukan Islam untuk memerangi Bani Nadhir, yang membawa bendera kaum Muslim adalah Ali bin Abi Thalib, kemudian pasukan Islam mengepung benteng Bani Nadhir selama enam hari (ada yang berpendapat 15 hari), dan akhirnya kaum Yahudi Bani Nadhir menyerah.
Kaum Yahudi Bani Nadhir yang mengkhianati perjanjian “Piagam Madinah” diusir oleh Nabi untuk keluar dari Madinah pindah ke daerah Khaibar dengan membawa keluarganya, dan harta kekayaan yang diangkut dengan 900 ekor unta, tanpa membawa senjata.
PERANG BANI QURAIZHAH
Kaum Yahudi Bani Nadhir yang melanggar perjanjian “Piagam Madinah” dan telah diusir oleh Nabi keluar dari Madinah berhasil mengumpulkan pasukan sebanyak 10.000 orang untuk mengepung Madinah dengan penduduk 3.000 orang dalam Perang Parit.
Umat Islam hampir punah, karena 10.000 pasukan musyrik mengepung 3.000 umat Islam di Madinah dalam Perang Khandaq (Perang Parit), pengepungan berlangsung lebih dari sebulan. Alhamdulillah umat Islam berhasil selamat, salah satunya karena adanya parit yang panjang, dalam, dan lebar sehingga musuh tidak dapat masuk Madinah, atas usulan Salman Al-Farisi yang berasal dari Persia.
Setelah 10.000 pasukan musuh kembali ke daerahnya masing-masing, maka Nabi menghukum kaum Yahudi Bani Quraizhah yang berkhianat dalam Perang Parit, dengan membatalkan perjanjian sepihak dan memberontak dari belakang, ketika Nabi melawan 10.000 pasukan dari depan. Sungguh sangat membahayakan, hampir saja umat Islam habis dari muka bumi.
Nabi membawa 3.000 pasukan Islam untuk mengepung benteng Bani Quraizhah selama 25 hari, akhirnya Bani Quraizah menyerah, kemudian Saad bin Muadz, kepala suku Bani Aus, dari kaum Ansar sebagai hakim yang memutuskan semua pasukan Bani Quraizhah dihukum bunuh.
Demikianlah, beberapa kisah tentang pengkhianatan kaum Yahudi pada zaman Nabi Muhammad masih hidup, sebaiknya semua umat Islam membaca sendiri minimal sekali dalam hidupnya tentang “Sirah Nabawi” agar lebih memahami sejarah hidup Nabi Muhammad untuk dicontoh dan diteladani supaya tidak mudah ditipu oleh musuh Islam.
Daftar Pustaka
1. Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
4. Al-Kandahlawi, Maulana Muhammad Zakaria. Himpunan Fadhilah Amal. Penerbit Ash-Shaff. Jogyakarta. 2000.
5. Hisyam, Ibnu. Sirah Nabawiyah. Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah.
617. YAHUDI
KAUM YAHUDI MENGKHIANATI NABI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang sejarah kaum Yahudi mengkhianati Nabi Muhammad?” Berikut ini penjelasannya.
Setelah Nabi berhijrah dari Mekah ke Madinah, maka Nabi menata hubungannya dengan golongan “bukan Islam”, tujuannya adalah untuk mewujudkan keamanan, kesejahteraan, dan keharmonisan masyarakat Madinah.
Pada abad ke-7 Masehi terdapat tiga kabilah besar kaum Yahudi yang tinggal di Madinah, yaitu Bani Qainuqa, Bani Nadhir, dan Bani Quraizhah. Nabi menyetujui perjanjian “Piagam Madinah” dengan kaum Yahudi Madinah yang berisi kesepakatan perdamaian antara kaum Muslim dengan kaum Yahudi, dan untuk melawan semua musuh yang berasal dari luar Madinah.
Kaum Yahudi di Madinah mempunyai dendam, iri, dan dengki terhadap kerukunan umat Islam, kaum Yahudi Madinah bukan orang yang ahli dalam peperangan, tetapi mereka ahli dalam tipu muslihat dan konspirasi.
Meskipun terdapat perjanjian yang disepakati antara kaum Yahudi dengan Nabi Muhammad, ternyata kaum Yahudi selalu berusaha menipu dan mengadu domba sesama umat Islam dengan segala cara.
PERANG BANI QAINUQA
Syas bin Qais seorang pemimpin Yahudi mengadu domba para sahabat Ansar yang berasal dari kaum Aus dengan kaum Khazraj dengan mengungkit-ungkit permusuhan mereka pada zaman lampau.
Hampir terjadi peperangan sesama Islam dalam kaum Ansar, yaitu antara kaum Aus dengan kaum Khazraj karena dihasut oleh kaum Yahudi, tetapi Nabi berhasil merukunkan kembali, sehingga mereka berangkulan sambil menangis saling memaafkan.
Setelah kaum Yahudi mengetahui bahwa pasukan Islam menang dalam Perang Badar, maka kaum Yahudi di Madinah semakin segan dan takut sekaligus bertambah benci dan dendam kepada Nabi.
Kaab bin Arsyaf tokoh Yahudi Bani Qainuqa yang umumnya kaum Yahudi bekerja sebagai perajin perhiasan, pandai besi, dan pembuat berbagai perkakas telah mempunyai 700 prajurit perang, sehingga mulai berani melanggar perjanjian dengan Nabi.
Kaum Yahudi Bani Qainuqa mengolok-olok dan mengganggu wanita Muslimah yang mengunjungi pasar mereka, maka Nabi mengumpulkan kaum Yahudi Bani Qainuqa untuk mengingatkan perjanjian yang telah disepakati antara kaum Yahudi dengan kaum Muslim, tetapi nasihat Nabi tidak dianggap oleh mereka.
Seorang wanitah Muslimah yang mengunjungi pasar Bani Qainuqa dipermalukan oleh para pemuda kaum Yahudi dengan mengikatkan ujung bajunya pada sebuah tiang, sehingga ketika wanita itu bangkit terlepaslah bajunya dan terlihat auratnya, dan para pemuda Yahudi menertawakannya.
Seorang pemuda Muslim yang berada di sekitar lokasi melompat dan membunuh pemuda Yahudi yang menggangu wanita Muslimah itu, lalu para pemuda Yahudi mengikat pemuda Muslim itu dan membunuhnya.
Nabi membawa pasukan Islam mengepung benteng Bani Qainuqa selama 15 hari, dan akhirnya kaum Yahudi menyerah, dan tiba-tiba muncul Abdullah bin Ubay seorang tokoh munafik yang berasal dari suku Khazraj datang menjumpai Nabi.
Sejak dahulu Bani Khazarj dan kaum Yahudi Bani Qainuqa bersahabat, sehingga Abdullah bin Ubay si tokoh munafik membela kaum Yahudi, dan akhirnya Nabi memaafkan kaum Yahudi Bani Qainuqa dan hanya mengusirnya untuk keluar dari Madinah.
PERANG BANI NADHIR
Setelah peristiwa Bani Qainuqa dan pembunuhan Kaab bin Asyraf yang kaya raya, kaum Yahudi hidup dalam ketakutan, sehingga mereka “tiarap” dan berdiam diri, tetapi setelah Perang Uhud yang “dimenangkan” oleh kaum Quraisy Mekah, maka kaum Yahudi mulai berani memperlihatkan permusuhan dengan umat Islam dan bersahabat dengan kaum Quraisy Mekah, bahkan kaum Yahudi berencana membunuh Nabi Muhammad.
Nabi Muhammad dan beberapa sahabat sedang menunggu di sebuah rumah milik orang Yahudi, kemudian Amru bin Jahsy mengangkat sebuah lesung gilingan gandum yang akan dilemparkan dari atas rumah mengenai kepala Nabi dan para sahabat.
Malaikat Jibril memberitahu Nabi tentang rencana jahat tersebut, maka dengan cepat Nabi beranjak pergi meninggalkan rumah tersebut, sehingga Nabi selamat dari rencana pembunuhan yang keji tersebut.
Kemudian Nabi mengusir kaum Yahudi Bani Nadhir agar keluar dari Madinah, ternyata Abdullah bin Ubay seorang tokoh munafik yang berasal dari kaum Ansar dan kepala suku Bani Khazraj ikut membela kaum Yahudi Bani Nadir agar melawan Nabi dan umat Islam.
Nabi membawa pasukan Islam untuk memerangi Bani Nadhir, yang membawa bendera kaum Muslim adalah Ali bin Abi Thalib, kemudian pasukan Islam mengepung benteng Bani Nadhir selama enam hari (ada yang berpendapat 15 hari), dan akhirnya kaum Yahudi Bani Nadhir menyerah.
Kaum Yahudi Bani Nadhir yang mengkhianati perjanjian “Piagam Madinah” diusir oleh Nabi untuk keluar dari Madinah pindah ke daerah Khaibar dengan membawa keluarganya, dan harta kekayaan yang diangkut dengan 900 ekor unta, tanpa membawa senjata.
PERANG BANI QURAIZHAH
Kaum Yahudi Bani Nadhir yang melanggar perjanjian “Piagam Madinah” dan telah diusir oleh Nabi keluar dari Madinah berhasil mengumpulkan pasukan sebanyak 10.000 orang untuk mengepung Madinah dengan penduduk 3.000 orang dalam Perang Parit.
Umat Islam hampir punah, karena 10.000 pasukan musyrik mengepung 3.000 umat Islam di Madinah dalam Perang Khandaq (Perang Parit), pengepungan berlangsung lebih dari sebulan. Alhamdulillah umat Islam berhasil selamat, salah satunya karena adanya parit yang panjang, dalam, dan lebar sehingga musuh tidak dapat masuk Madinah, atas usulan Salman Al-Farisi yang berasal dari Persia.
Setelah 10.000 pasukan musuh kembali ke daerahnya masing-masing, maka Nabi menghukum kaum Yahudi Bani Quraizhah yang berkhianat dalam Perang Parit, dengan membatalkan perjanjian sepihak dan memberontak dari belakang, ketika Nabi melawan 10.000 pasukan dari depan. Sungguh sangat membahayakan, hampir saja umat Islam habis dari muka bumi.
Nabi membawa 3.000 pasukan Islam untuk mengepung benteng Bani Quraizhah selama 25 hari, akhirnya Bani Quraizah menyerah, kemudian Saad bin Muadz, kepala suku Bani Aus, dari kaum Ansar sebagai hakim yang memutuskan semua pasukan Bani Quraizhah dihukum bunuh.
Demikianlah, beberapa kisah tentang pengkhianatan kaum Yahudi pada zaman Nabi Muhammad masih hidup, sebaiknya semua umat Islam membaca sendiri minimal sekali dalam hidupnya tentang “Sirah Nabawi” agar lebih memahami sejarah hidup Nabi Muhammad untuk dicontoh dan diteladani supaya tidak mudah ditipu oleh musuh Islam.
Daftar Pustaka
1. Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
4. Al-Kandahlawi, Maulana Muhammad Zakaria. Himpunan Fadhilah Amal. Penerbit Ash-Shaff. Jogyakarta. 2000.
5. Hisyam, Ibnu. Sirah Nabawiyah. Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah.
617. YAHUDI
KAUM YAHUDI MENGKHIANATI NABI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang sejarah kaum Yahudi mengkhianati Nabi Muhammad?” Berikut ini penjelasannya.
Setelah Nabi berhijrah dari Mekah ke Madinah, maka Nabi menata hubungannya dengan golongan “bukan Islam”, tujuannya adalah untuk mewujudkan keamanan, kesejahteraan, dan keharmonisan masyarakat Madinah.
Pada abad ke-7 Masehi terdapat tiga kabilah besar kaum Yahudi yang tinggal di Madinah, yaitu Bani Qainuqa, Bani Nadhir, dan Bani Quraizhah. Nabi menyetujui perjanjian “Piagam Madinah” dengan kaum Yahudi Madinah yang berisi kesepakatan perdamaian antara kaum Muslim dengan kaum Yahudi, dan untuk melawan semua musuh yang berasal dari luar Madinah.
Kaum Yahudi di Madinah mempunyai dendam, iri, dan dengki terhadap kerukunan umat Islam, kaum Yahudi Madinah bukan orang yang ahli dalam peperangan, tetapi mereka ahli dalam tipu muslihat dan konspirasi.
Meskipun terdapat perjanjian yang disepakati antara kaum Yahudi dengan Nabi Muhammad, ternyata kaum Yahudi selalu berusaha menipu dan mengadu domba sesama umat Islam dengan segala cara.
PERANG BANI QAINUQA
Syas bin Qais seorang pemimpin Yahudi mengadu domba para sahabat Ansar yang berasal dari kaum Aus dengan kaum Khazraj dengan mengungkit-ungkit permusuhan mereka pada zaman lampau.
Hampir terjadi peperangan sesama Islam dalam kaum Ansar, yaitu antara kaum Aus dengan kaum Khazraj karena dihasut oleh kaum Yahudi, tetapi Nabi berhasil merukunkan kembali, sehingga mereka berangkulan sambil menangis saling memaafkan.
Setelah kaum Yahudi mengetahui bahwa pasukan Islam menang dalam Perang Badar, maka kaum Yahudi di Madinah semakin segan dan takut sekaligus bertambah benci dan dendam kepada Nabi.
Kaab bin Arsyaf tokoh Yahudi Bani Qainuqa yang umumnya kaum Yahudi bekerja sebagai perajin perhiasan, pandai besi, dan pembuat berbagai perkakas telah mempunyai 700 prajurit perang, sehingga mulai berani melanggar perjanjian dengan Nabi.
Kaum Yahudi Bani Qainuqa mengolok-olok dan mengganggu wanita Muslimah yang mengunjungi pasar mereka, maka Nabi mengumpulkan kaum Yahudi Bani Qainuqa untuk mengingatkan perjanjian yang telah disepakati antara kaum Yahudi dengan kaum Muslim, tetapi nasihat Nabi tidak dianggap oleh mereka.
Seorang wanitah Muslimah yang mengunjungi pasar Bani Qainuqa dipermalukan oleh para pemuda kaum Yahudi dengan mengikatkan ujung bajunya pada sebuah tiang, sehingga ketika wanita itu bangkit terlepaslah bajunya dan terlihat auratnya, dan para pemuda Yahudi menertawakannya.
Seorang pemuda Muslim yang berada di sekitar lokasi melompat dan membunuh pemuda Yahudi yang menggangu wanita Muslimah itu, lalu para pemuda Yahudi mengikat pemuda Muslim itu dan membunuhnya.
Nabi membawa pasukan Islam mengepung benteng Bani Qainuqa selama 15 hari, dan akhirnya kaum Yahudi menyerah, dan tiba-tiba muncul Abdullah bin Ubay seorang tokoh munafik yang berasal dari suku Khazraj datang menjumpai Nabi.
Sejak dahulu Bani Khazarj dan kaum Yahudi Bani Qainuqa bersahabat, sehingga Abdullah bin Ubay si tokoh munafik membela kaum Yahudi, dan akhirnya Nabi memaafkan kaum Yahudi Bani Qainuqa dan hanya mengusirnya untuk keluar dari Madinah.
PERANG BANI NADHIR
Setelah peristiwa Bani Qainuqa dan pembunuhan Kaab bin Asyraf yang kaya raya, kaum Yahudi hidup dalam ketakutan, sehingga mereka “tiarap” dan berdiam diri, tetapi setelah Perang Uhud yang “dimenangkan” oleh kaum Quraisy Mekah, maka kaum Yahudi mulai berani memperlihatkan permusuhan dengan umat Islam dan bersahabat dengan kaum Quraisy Mekah, bahkan kaum Yahudi berencana membunuh Nabi Muhammad.
Nabi Muhammad dan beberapa sahabat sedang menunggu di sebuah rumah milik orang Yahudi, kemudian Amru bin Jahsy mengangkat sebuah lesung gilingan gandum yang akan dilemparkan dari atas rumah mengenai kepala Nabi dan para sahabat.
Malaikat Jibril memberitahu Nabi tentang rencana jahat tersebut, maka dengan cepat Nabi beranjak pergi meninggalkan rumah tersebut, sehingga Nabi selamat dari rencana pembunuhan yang keji tersebut.
Kemudian Nabi mengusir kaum Yahudi Bani Nadhir agar keluar dari Madinah, ternyata Abdullah bin Ubay seorang tokoh munafik yang berasal dari kaum Ansar dan kepala suku Bani Khazraj ikut membela kaum Yahudi Bani Nadir agar melawan Nabi dan umat Islam.
Nabi membawa pasukan Islam untuk memerangi Bani Nadhir, yang membawa bendera kaum Muslim adalah Ali bin Abi Thalib, kemudian pasukan Islam mengepung benteng Bani Nadhir selama enam hari (ada yang berpendapat 15 hari), dan akhirnya kaum Yahudi Bani Nadhir menyerah.
Kaum Yahudi Bani Nadhir yang mengkhianati perjanjian “Piagam Madinah” diusir oleh Nabi untuk keluar dari Madinah pindah ke daerah Khaibar dengan membawa keluarganya, dan harta kekayaan yang diangkut dengan 900 ekor unta, tanpa membawa senjata.
PERANG BANI QURAIZHAH
Kaum Yahudi Bani Nadhir yang melanggar perjanjian “Piagam Madinah” dan telah diusir oleh Nabi keluar dari Madinah berhasil mengumpulkan pasukan sebanyak 10.000 orang untuk mengepung Madinah dengan penduduk 3.000 orang dalam Perang Parit.
Umat Islam hampir punah, karena 10.000 pasukan musyrik mengepung 3.000 umat Islam di Madinah dalam Perang Khandaq (Perang Parit), pengepungan berlangsung lebih dari sebulan. Alhamdulillah umat Islam berhasil selamat, salah satunya karena adanya parit yang panjang, dalam, dan lebar sehingga musuh tidak dapat masuk Madinah, atas usulan Salman Al-Farisi yang berasal dari Persia.
Setelah 10.000 pasukan musuh kembali ke daerahnya masing-masing, maka Nabi menghukum kaum Yahudi Bani Quraizhah yang berkhianat dalam Perang Parit, dengan membatalkan perjanjian sepihak dan memberontak dari belakang, ketika Nabi melawan 10.000 pasukan dari depan. Sungguh sangat membahayakan, hampir saja umat Islam habis dari muka bumi.
Nabi membawa 3.000 pasukan Islam untuk mengepung benteng Bani Quraizhah selama 25 hari, akhirnya Bani Quraizah menyerah, kemudian Saad bin Muadz, kepala suku Bani Aus, dari kaum Ansar sebagai hakim yang memutuskan semua pasukan Bani Quraizhah dihukum bunuh.
Demikianlah, beberapa kisah tentang pengkhianatan kaum Yahudi pada zaman Nabi Muhammad masih hidup, sebaiknya semua umat Islam membaca sendiri minimal sekali dalam hidupnya tentang “Sirah Nabawi” agar lebih memahami sejarah hidup Nabi Muhammad untuk dicontoh dan diteladani supaya tidak mudah ditipu oleh musuh Islam.
Daftar Pustaka
1. Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
4. Al-Kandahlawi, Maulana Muhammad Zakaria. Himpunan Fadhilah Amal. Penerbit Ash-Shaff. Jogyakarta. 2000.
5. Hisyam, Ibnu. Sirah Nabawiyah. Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah.
617. YAHUDI
KAUM YAHUDI MENGKHIANATI NABI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang sejarah kaum Yahudi mengkhianati Nabi Muhammad?” Berikut ini penjelasannya.
Setelah Nabi berhijrah dari Mekah ke Madinah, maka Nabi menata hubungannya dengan golongan “bukan Islam”, tujuannya adalah untuk mewujudkan keamanan, kesejahteraan, dan keharmonisan masyarakat Madinah.
Pada abad ke-7 Masehi terdapat tiga kabilah besar kaum Yahudi yang tinggal di Madinah, yaitu Bani Qainuqa, Bani Nadhir, dan Bani Quraizhah. Nabi menyetujui perjanjian “Piagam Madinah” dengan kaum Yahudi Madinah yang berisi kesepakatan perdamaian antara kaum Muslim dengan kaum Yahudi, dan untuk melawan semua musuh yang berasal dari luar Madinah.
Kaum Yahudi di Madinah mempunyai dendam, iri, dan dengki terhadap kerukunan umat Islam, kaum Yahudi Madinah bukan orang yang ahli dalam peperangan, tetapi mereka ahli dalam tipu muslihat dan konspirasi.
Meskipun terdapat perjanjian yang disepakati antara kaum Yahudi dengan Nabi Muhammad, ternyata kaum Yahudi selalu berusaha menipu dan mengadu domba sesama umat Islam dengan segala cara.
PERANG BANI QAINUQA
Syas bin Qais seorang pemimpin Yahudi mengadu domba para sahabat Ansar yang berasal dari kaum Aus dengan kaum Khazraj dengan mengungkit-ungkit permusuhan mereka pada zaman lampau.
Hampir terjadi peperangan sesama Islam dalam kaum Ansar, yaitu antara kaum Aus dengan kaum Khazraj karena dihasut oleh kaum Yahudi, tetapi Nabi berhasil merukunkan kembali, sehingga mereka berangkulan sambil menangis saling memaafkan.
Setelah kaum Yahudi mengetahui bahwa pasukan Islam menang dalam Perang Badar, maka kaum Yahudi di Madinah semakin segan dan takut sekaligus bertambah benci dan dendam kepada Nabi.
Kaab bin Arsyaf tokoh Yahudi Bani Qainuqa yang umumnya kaum Yahudi bekerja sebagai perajin perhiasan, pandai besi, dan pembuat berbagai perkakas telah mempunyai 700 prajurit perang, sehingga mulai berani melanggar perjanjian dengan Nabi.
Kaum Yahudi Bani Qainuqa mengolok-olok dan mengganggu wanita Muslimah yang mengunjungi pasar mereka, maka Nabi mengumpulkan kaum Yahudi Bani Qainuqa untuk mengingatkan perjanjian yang telah disepakati antara kaum Yahudi dengan kaum Muslim, tetapi nasihat Nabi tidak dianggap oleh mereka.
Seorang wanitah Muslimah yang mengunjungi pasar Bani Qainuqa dipermalukan oleh para pemuda kaum Yahudi dengan mengikatkan ujung bajunya pada sebuah tiang, sehingga ketika wanita itu bangkit terlepaslah bajunya dan terlihat auratnya, dan para pemuda Yahudi menertawakannya.
Seorang pemuda Muslim yang berada di sekitar lokasi melompat dan membunuh pemuda Yahudi yang menggangu wanita Muslimah itu, lalu para pemuda Yahudi mengikat pemuda Muslim itu dan membunuhnya.
Nabi membawa pasukan Islam mengepung benteng Bani Qainuqa selama 15 hari, dan akhirnya kaum Yahudi menyerah, dan tiba-tiba muncul Abdullah bin Ubay seorang tokoh munafik yang berasal dari suku Khazraj datang menjumpai Nabi.
Sejak dahulu Bani Khazarj dan kaum Yahudi Bani Qainuqa bersahabat, sehingga Abdullah bin Ubay si tokoh munafik membela kaum Yahudi, dan akhirnya Nabi memaafkan kaum Yahudi Bani Qainuqa dan hanya mengusirnya untuk keluar dari Madinah.
PERANG BANI NADHIR
Setelah peristiwa Bani Qainuqa dan pembunuhan Kaab bin Asyraf yang kaya raya, kaum Yahudi hidup dalam ketakutan, sehingga mereka “tiarap” dan berdiam diri, tetapi setelah Perang Uhud yang “dimenangkan” oleh kaum Quraisy Mekah, maka kaum Yahudi mulai berani memperlihatkan permusuhan dengan umat Islam dan bersahabat dengan kaum Quraisy Mekah, bahkan kaum Yahudi berencana membunuh Nabi Muhammad.
Nabi Muhammad dan beberapa sahabat sedang menunggu di sebuah rumah milik orang Yahudi, kemudian Amru bin Jahsy mengangkat sebuah lesung gilingan gandum yang akan dilemparkan dari atas rumah mengenai kepala Nabi dan para sahabat.
Malaikat Jibril memberitahu Nabi tentang rencana jahat tersebut, maka dengan cepat Nabi beranjak pergi meninggalkan rumah tersebut, sehingga Nabi selamat dari rencana pembunuhan yang keji tersebut.
Kemudian Nabi mengusir kaum Yahudi Bani Nadhir agar keluar dari Madinah, ternyata Abdullah bin Ubay seorang tokoh munafik yang berasal dari kaum Ansar dan kepala suku Bani Khazraj ikut membela kaum Yahudi Bani Nadir agar melawan Nabi dan umat Islam.
Nabi membawa pasukan Islam untuk memerangi Bani Nadhir, yang membawa bendera kaum Muslim adalah Ali bin Abi Thalib, kemudian pasukan Islam mengepung benteng Bani Nadhir selama enam hari (ada yang berpendapat 15 hari), dan akhirnya kaum Yahudi Bani Nadhir menyerah.
Kaum Yahudi Bani Nadhir yang mengkhianati perjanjian “Piagam Madinah” diusir oleh Nabi untuk keluar dari Madinah pindah ke daerah Khaibar dengan membawa keluarganya, dan harta kekayaan yang diangkut dengan 900 ekor unta, tanpa membawa senjata.
PERANG BANI QURAIZHAH
Kaum Yahudi Bani Nadhir yang melanggar perjanjian “Piagam Madinah” dan telah diusir oleh Nabi keluar dari Madinah berhasil mengumpulkan pasukan sebanyak 10.000 orang untuk mengepung Madinah dengan penduduk 3.000 orang dalam Perang Parit.
Umat Islam hampir punah, karena 10.000 pasukan musyrik mengepung 3.000 umat Islam di Madinah dalam Perang Khandaq (Perang Parit), pengepungan berlangsung lebih dari sebulan. Alhamdulillah umat Islam berhasil selamat, salah satunya karena adanya parit yang panjang, dalam, dan lebar sehingga musuh tidak dapat masuk Madinah, atas usulan Salman Al-Farisi yang berasal dari Persia.
Setelah 10.000 pasukan musuh kembali ke daerahnya masing-masing, maka Nabi menghukum kaum Yahudi Bani Quraizhah yang berkhianat dalam Perang Parit, dengan membatalkan perjanjian sepihak dan memberontak dari belakang, ketika Nabi melawan 10.000 pasukan dari depan. Sungguh sangat membahayakan, hampir saja umat Islam habis dari muka bumi.
Nabi membawa 3.000 pasukan Islam untuk mengepung benteng Bani Quraizhah selama 25 hari, akhirnya Bani Quraizah menyerah, kemudian Saad bin Muadz, kepala suku Bani Aus, dari kaum Ansar sebagai hakim yang memutuskan semua pasukan Bani Quraizhah dihukum bunuh.
Demikianlah, beberapa kisah tentang pengkhianatan kaum Yahudi pada zaman Nabi Muhammad masih hidup, sebaiknya semua umat Islam membaca sendiri minimal sekali dalam hidupnya tentang “Sirah Nabawi” agar lebih memahami sejarah hidup Nabi Muhammad untuk dicontoh dan diteladani supaya tidak mudah ditipu oleh musuh Islam.
Daftar Pustaka
1. Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
4. Al-Kandahlawi, Maulana Muhammad Zakaria. Himpunan Fadhilah Amal. Penerbit Ash-Shaff. Jogyakarta. 2000.
5. Hisyam, Ibnu. Sirah Nabawiyah. Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah.
617. YAHUDI
KAUM YAHUDI MENGKHIANATI NABI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang sejarah kaum Yahudi mengkhianati Nabi Muhammad?” Berikut ini penjelasannya.
Setelah Nabi berhijrah dari Mekah ke Madinah, maka Nabi menata hubungannya dengan golongan “bukan Islam”, tujuannya adalah untuk mewujudkan keamanan, kesejahteraan, dan keharmonisan masyarakat Madinah.
Pada abad ke-7 Masehi terdapat tiga kabilah besar kaum Yahudi yang tinggal di Madinah, yaitu Bani Qainuqa, Bani Nadhir, dan Bani Quraizhah. Nabi menyetujui perjanjian “Piagam Madinah” dengan kaum Yahudi Madinah yang berisi kesepakatan perdamaian antara kaum Muslim dengan kaum Yahudi, dan untuk melawan semua musuh yang berasal dari luar Madinah.
Kaum Yahudi di Madinah mempunyai dendam, iri, dan dengki terhadap kerukunan umat Islam, kaum Yahudi Madinah bukan orang yang ahli dalam peperangan, tetapi mereka ahli dalam tipu muslihat dan konspirasi.
Meskipun terdapat perjanjian yang disepakati antara kaum Yahudi dengan Nabi Muhammad, ternyata kaum Yahudi selalu berusaha menipu dan mengadu domba sesama umat Islam dengan segala cara.
PERANG BANI QAINUQA
Syas bin Qais seorang pemimpin Yahudi mengadu domba para sahabat Ansar yang berasal dari kaum Aus dengan kaum Khazraj dengan mengungkit-ungkit permusuhan mereka pada zaman lampau.
Hampir terjadi peperangan sesama Islam dalam kaum Ansar, yaitu antara kaum Aus dengan kaum Khazraj karena dihasut oleh kaum Yahudi, tetapi Nabi berhasil merukunkan kembali, sehingga mereka berangkulan sambil menangis saling memaafkan.
Setelah kaum Yahudi mengetahui bahwa pasukan Islam menang dalam Perang Badar, maka kaum Yahudi di Madinah semakin segan dan takut sekaligus bertambah benci dan dendam kepada Nabi.
Kaab bin Arsyaf tokoh Yahudi Bani Qainuqa yang umumnya kaum Yahudi bekerja sebagai perajin perhiasan, pandai besi, dan pembuat berbagai perkakas telah mempunyai 700 prajurit perang, sehingga mulai berani melanggar perjanjian dengan Nabi.
Kaum Yahudi Bani Qainuqa mengolok-olok dan mengganggu wanita Muslimah yang mengunjungi pasar mereka, maka Nabi mengumpulkan kaum Yahudi Bani Qainuqa untuk mengingatkan perjanjian yang telah disepakati antara kaum Yahudi dengan kaum Muslim, tetapi nasihat Nabi tidak dianggap oleh mereka.
Seorang wanitah Muslimah yang mengunjungi pasar Bani Qainuqa dipermalukan oleh para pemuda kaum Yahudi dengan mengikatkan ujung bajunya pada sebuah tiang, sehingga ketika wanita itu bangkit terlepaslah bajunya dan terlihat auratnya, dan para pemuda Yahudi menertawakannya.
Seorang pemuda Muslim yang berada di sekitar lokasi melompat dan membunuh pemuda Yahudi yang menggangu wanita Muslimah itu, lalu para pemuda Yahudi mengikat pemuda Muslim itu dan membunuhnya.
Nabi membawa pasukan Islam mengepung benteng Bani Qainuqa selama 15 hari, dan akhirnya kaum Yahudi menyerah, dan tiba-tiba muncul Abdullah bin Ubay seorang tokoh munafik yang berasal dari suku Khazraj datang menjumpai Nabi.
Sejak dahulu Bani Khazarj dan kaum Yahudi Bani Qainuqa bersahabat, sehingga Abdullah bin Ubay si tokoh munafik membela kaum Yahudi, dan akhirnya Nabi memaafkan kaum Yahudi Bani Qainuqa dan hanya mengusirnya untuk keluar dari Madinah.
PERANG BANI NADHIR
Setelah peristiwa Bani Qainuqa dan pembunuhan Kaab bin Asyraf yang kaya raya, kaum Yahudi hidup dalam ketakutan, sehingga mereka “tiarap” dan berdiam diri, tetapi setelah Perang Uhud yang “dimenangkan” oleh kaum Quraisy Mekah, maka kaum Yahudi mulai berani memperlihatkan permusuhan dengan umat Islam dan bersahabat dengan kaum Quraisy Mekah, bahkan kaum Yahudi berencana membunuh Nabi Muhammad.
Nabi Muhammad dan beberapa sahabat sedang menunggu di sebuah rumah milik orang Yahudi, kemudian Amru bin Jahsy mengangkat sebuah lesung gilingan gandum yang akan dilemparkan dari atas rumah mengenai kepala Nabi dan para sahabat.
Malaikat Jibril memberitahu Nabi tentang rencana jahat tersebut, maka dengan cepat Nabi beranjak pergi meninggalkan rumah tersebut, sehingga Nabi selamat dari rencana pembunuhan yang keji tersebut.
Kemudian Nabi mengusir kaum Yahudi Bani Nadhir agar keluar dari Madinah, ternyata Abdullah bin Ubay seorang tokoh munafik yang berasal dari kaum Ansar dan kepala suku Bani Khazraj ikut membela kaum Yahudi Bani Nadir agar melawan Nabi dan umat Islam.
Nabi membawa pasukan Islam untuk memerangi Bani Nadhir, yang membawa bendera kaum Muslim adalah Ali bin Abi Thalib, kemudian pasukan Islam mengepung benteng Bani Nadhir selama enam hari (ada yang berpendapat 15 hari), dan akhirnya kaum Yahudi Bani Nadhir menyerah.
Kaum Yahudi Bani Nadhir yang mengkhianati perjanjian “Piagam Madinah” diusir oleh Nabi untuk keluar dari Madinah pindah ke daerah Khaibar dengan membawa keluarganya, dan harta kekayaan yang diangkut dengan 900 ekor unta, tanpa membawa senjata.
PERANG BANI QURAIZHAH
Kaum Yahudi Bani Nadhir yang melanggar perjanjian “Piagam Madinah” dan telah diusir oleh Nabi keluar dari Madinah berhasil mengumpulkan pasukan sebanyak 10.000 orang untuk mengepung Madinah dengan penduduk 3.000 orang dalam Perang Parit.
Umat Islam hampir punah, karena 10.000 pasukan musyrik mengepung 3.000 umat Islam di Madinah dalam Perang Khandaq (Perang Parit), pengepungan berlangsung lebih dari sebulan. Alhamdulillah umat Islam berhasil selamat, salah satunya karena adanya parit yang panjang, dalam, dan lebar sehingga musuh tidak dapat masuk Madinah, atas usulan Salman Al-Farisi yang berasal dari Persia.
Setelah 10.000 pasukan musuh kembali ke daerahnya masing-masing, maka Nabi menghukum kaum Yahudi Bani Quraizhah yang berkhianat dalam Perang Parit, dengan membatalkan perjanjian sepihak dan memberontak dari belakang, ketika Nabi melawan 10.000 pasukan dari depan. Sungguh sangat membahayakan, hampir saja umat Islam habis dari muka bumi.
Nabi membawa 3.000 pasukan Islam untuk mengepung benteng Bani Quraizhah selama 25 hari, akhirnya Bani Quraizah menyerah, kemudian Saad bin Muadz, kepala suku Bani Aus, dari kaum Ansar sebagai hakim yang memutuskan semua pasukan Bani Quraizhah dihukum bunuh.
Demikianlah, beberapa kisah tentang pengkhianatan kaum Yahudi pada zaman Nabi Muhammad masih hidup, sebaiknya semua umat Islam membaca sendiri minimal sekali dalam hidupnya tentang “Sirah Nabawi” agar lebih memahami sejarah hidup Nabi Muhammad untuk dicontoh dan diteladani supaya tidak mudah ditipu oleh musuh Islam.
Daftar Pustaka
1. Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
4. Al-Kandahlawi, Maulana Muhammad Zakaria. Himpunan Fadhilah Amal. Penerbit Ash-Shaff. Jogyakarta. 2000.
5. Hisyam, Ibnu. Sirah Nabawiyah. Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah.
617. YAHUDI
KAUM YAHUDI MENGKHIANATI NABI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang sejarah kaum Yahudi mengkhianati Nabi Muhammad?” Berikut ini penjelasannya.
Setelah Nabi berhijrah dari Mekah ke Madinah, maka Nabi menata hubungannya dengan golongan “bukan Islam”, tujuannya adalah untuk mewujudkan keamanan, kesejahteraan, dan keharmonisan masyarakat Madinah.
Pada abad ke-7 Masehi terdapat tiga kabilah besar kaum Yahudi yang tinggal di Madinah, yaitu Bani Qainuqa, Bani Nadhir, dan Bani Quraizhah. Nabi menyetujui perjanjian “Piagam Madinah” dengan kaum Yahudi Madinah yang berisi kesepakatan perdamaian antara kaum Muslim dengan kaum Yahudi, dan untuk melawan semua musuh yang berasal dari luar Madinah.
Kaum Yahudi di Madinah mempunyai dendam, iri, dan dengki terhadap kerukunan umat Islam, kaum Yahudi Madinah bukan orang yang ahli dalam peperangan, tetapi mereka ahli dalam tipu muslihat dan konspirasi.
Meskipun terdapat perjanjian yang disepakati antara kaum Yahudi dengan Nabi Muhammad, ternyata kaum Yahudi selalu berusaha menipu dan mengadu domba sesama umat Islam dengan segala cara.
PERANG BANI QAINUQA
Syas bin Qais seorang pemimpin Yahudi mengadu domba para sahabat Ansar yang berasal dari kaum Aus dengan kaum Khazraj dengan mengungkit-ungkit permusuhan mereka pada zaman lampau.
Hampir terjadi peperangan sesama Islam dalam kaum Ansar, yaitu antara kaum Aus dengan kaum Khazraj karena dihasut oleh kaum Yahudi, tetapi Nabi berhasil merukunkan kembali, sehingga mereka berangkulan sambil menangis saling memaafkan.
Setelah kaum Yahudi mengetahui bahwa pasukan Islam menang dalam Perang Badar, maka kaum Yahudi di Madinah semakin segan dan takut sekaligus bertambah benci dan dendam kepada Nabi.
Kaab bin Arsyaf tokoh Yahudi Bani Qainuqa yang umumnya kaum Yahudi bekerja sebagai perajin perhiasan, pandai besi, dan pembuat berbagai perkakas telah mempunyai 700 prajurit perang, sehingga mulai berani melanggar perjanjian dengan Nabi.
Kaum Yahudi Bani Qainuqa mengolok-olok dan mengganggu wanita Muslimah yang mengunjungi pasar mereka, maka Nabi mengumpulkan kaum Yahudi Bani Qainuqa untuk mengingatkan perjanjian yang telah disepakati antara kaum Yahudi dengan kaum Muslim, tetapi nasihat Nabi tidak dianggap oleh mereka.
Seorang wanitah Muslimah yang mengunjungi pasar Bani Qainuqa dipermalukan oleh para pemuda kaum Yahudi dengan mengikatkan ujung bajunya pada sebuah tiang, sehingga ketika wanita itu bangkit terlepaslah bajunya dan terlihat auratnya, dan para pemuda Yahudi menertawakannya.
Seorang pemuda Muslim yang berada di sekitar lokasi melompat dan membunuh pemuda Yahudi yang menggangu wanita Muslimah itu, lalu para pemuda Yahudi mengikat pemuda Muslim itu dan membunuhnya.
Nabi membawa pasukan Islam mengepung benteng Bani Qainuqa selama 15 hari, dan akhirnya kaum Yahudi menyerah, dan tiba-tiba muncul Abdullah bin Ubay seorang tokoh munafik yang berasal dari suku Khazraj datang menjumpai Nabi.
Sejak dahulu Bani Khazarj dan kaum Yahudi Bani Qainuqa bersahabat, sehingga Abdullah bin Ubay si tokoh munafik membela kaum Yahudi, dan akhirnya Nabi memaafkan kaum Yahudi Bani Qainuqa dan hanya mengusirnya untuk keluar dari Madinah.
PERANG BANI NADHIR
Setelah peristiwa Bani Qainuqa dan pembunuhan Kaab bin Asyraf yang kaya raya, kaum Yahudi hidup dalam ketakutan, sehingga mereka “tiarap” dan berdiam diri, tetapi setelah Perang Uhud yang “dimenangkan” oleh kaum Quraisy Mekah, maka kaum Yahudi mulai berani memperlihatkan permusuhan dengan umat Islam dan bersahabat dengan kaum Quraisy Mekah, bahkan kaum Yahudi berencana membunuh Nabi Muhammad.
Nabi Muhammad dan beberapa sahabat sedang menunggu di sebuah rumah milik orang Yahudi, kemudian Amru bin Jahsy mengangkat sebuah lesung gilingan gandum yang akan dilemparkan dari atas rumah mengenai kepala Nabi dan para sahabat.
Malaikat Jibril memberitahu Nabi tentang rencana jahat tersebut, maka dengan cepat Nabi beranjak pergi meninggalkan rumah tersebut, sehingga Nabi selamat dari rencana pembunuhan yang keji tersebut.
Kemudian Nabi mengusir kaum Yahudi Bani Nadhir agar keluar dari Madinah, ternyata Abdullah bin Ubay seorang tokoh munafik yang berasal dari kaum Ansar dan kepala suku Bani Khazraj ikut membela kaum Yahudi Bani Nadir agar melawan Nabi dan umat Islam.
Nabi membawa pasukan Islam untuk memerangi Bani Nadhir, yang membawa bendera kaum Muslim adalah Ali bin Abi Thalib, kemudian pasukan Islam mengepung benteng Bani Nadhir selama enam hari (ada yang berpendapat 15 hari), dan akhirnya kaum Yahudi Bani Nadhir menyerah.
Kaum Yahudi Bani Nadhir yang mengkhianati perjanjian “Piagam Madinah” diusir oleh Nabi untuk keluar dari Madinah pindah ke daerah Khaibar dengan membawa keluarganya, dan harta kekayaan yang diangkut dengan 900 ekor unta, tanpa membawa senjata.
PERANG BANI QURAIZHAH
Kaum Yahudi Bani Nadhir yang melanggar perjanjian “Piagam Madinah” dan telah diusir oleh Nabi keluar dari Madinah berhasil mengumpulkan pasukan sebanyak 10.000 orang untuk mengepung Madinah dengan penduduk 3.000 orang dalam Perang Parit.
Umat Islam hampir punah, karena 10.000 pasukan musyrik mengepung 3.000 umat Islam di Madinah dalam Perang Khandaq (Perang Parit), pengepungan berlangsung lebih dari sebulan. Alhamdulillah umat Islam berhasil selamat, salah satunya karena adanya parit yang panjang, dalam, dan lebar sehingga musuh tidak dapat masuk Madinah, atas usulan Salman Al-Farisi yang berasal dari Persia.
Setelah 10.000 pasukan musuh kembali ke daerahnya masing-masing, maka Nabi menghukum kaum Yahudi Bani Quraizhah yang berkhianat dalam Perang Parit, dengan membatalkan perjanjian sepihak dan memberontak dari belakang, ketika Nabi melawan 10.000 pasukan dari depan. Sungguh sangat membahayakan, hampir saja umat Islam habis dari muka bumi.
Nabi membawa 3.000 pasukan Islam untuk mengepung benteng Bani Quraizhah selama 25 hari, akhirnya Bani Quraizah menyerah, kemudian Saad bin Muadz, kepala suku Bani Aus, dari kaum Ansar sebagai hakim yang memutuskan semua pasukan Bani Quraizhah dihukum bunuh.
Demikianlah, beberapa kisah tentang pengkhianatan kaum Yahudi pada zaman Nabi Muhammad masih hidup, sebaiknya semua umat Islam membaca sendiri minimal sekali dalam hidupnya tentang “Sirah Nabawi” agar lebih memahami sejarah hidup Nabi Muhammad untuk dicontoh dan diteladani supaya tidak mudah ditipu oleh musuh Islam.
Daftar Pustaka
1. Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
4. Al-Kandahlawi, Maulana Muhammad Zakaria. Himpunan Fadhilah Amal. Penerbit Ash-Shaff. Jogyakarta. 2000.
5. Hisyam, Ibnu. Sirah Nabawiyah. Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah.


