IQRA BANYAK MEMBACA KUNCI MEMBUKA ILMU
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Semua metode
yang dipakai para ahli tafsir Al-Quran selama ini.
Yaitu
metode buatan manusia.
Alias
para ulama tafsir.
Yang
akan terus berkembang sesuai zamannya.
Seperti
terjadi dalam sejarah Islam.
Sesudah
zaman Rasulullah.
Zaman
setelah Rasulullah wafat.
Saat ada
masalah terkait pemahaman Al-Quran.
Umat
Islam bertanya kepada para sahabat.
Yang
pernah bersinggungan langsung dengan Rasulullah.
Saat
ada istilah kurang dipahami.
Umat
lslam mengambil pemahaman.
Dari
karya sastra.
Yang
ada di zaman itu.
Atau
sebelumnya.
Karena
ada kata yang dipakai Al-Quran.
Bukan bahasa
Arab umumnya.
Tapi diambil
dari bahasa lain.
Yang
berkembang di sekitar Arab.
Seiring banyaknya sahabat yang meninggal.
Penafsiran Al-Qur’an bergeser memakai ’Metode
Ma’tsur’.
Atau Metode Periwayatan.
Dengan cara menelusuri kembali sunah Rasul.
Lewat orang yang dianggap tahu.
Secara langsung dari Rasulullah.
Secara turun temurun.
Metode ini bersandar pada penuturan hadis dan asbabun
nuzul.
Tak semua ayat Al-Quran ada penjelasan hadis.
Dan tak semua ayat ada asbabun nuzulnya.
Sekitar sepertiganya.
Yang ada penjelasannya.
Tapi yang dua pertiga.
Tidak ada penjelasannya.
Ditambah lagi beda sumber riwayatnya.
Sehingga para ulama berbeda pendapat.
Dalam hal redaksi riwayat maupun isinya.
Mengambil hadis sebagai sumber hukum.
Sering memunculkan pertikaian.
Yang terlalu melebar.
Dari pokok masalah.
Yang paling sengit.
Antara golongan Syiah dan Suni.
Dalam bidang sosial, politik.
Sampai pada teologinya.
Masalah dalam ’Metode Periwayatan’.
Memunculkan ’Metode bil Ra’yi’.
Yaitu metode yang memakai pemikiran lanjutan.
Yang terkenal, yaitu:
1. Metode Tahlili.
2. Metode Maudhu’i.
Metode Tahlili.
Membahas makna ayat Al-Quran sesuai urutan dalam Mushaf.
Metode Tahlili mengalami masalah juga.
Karena untuk memahami ayat Al-Quran tidak bisa secara
’urut kacang’.
Karena banyak ayat yang butuh penjelasan dari ayat
lain.
Yang ada dalam surah berbeda.
Maka
muncul ’Metode Maudhu’i.
Atau Metode
Tematik.
Yaitu
memahami ayat Al-Quran.
Dengan
mengumpulkan semua ayat.
Yang
terkait tema tertentu.
Kemudian
muncul.
’MEMAHAMI
AL-QUR’AN DENGAN METODE PUZZLE’.
Dalam Metode Puzzle.
Al-Quran disandingkan langsung dengan tantangan
zaman.
Bukan ditempatkan dalam bingkai kajian bersifat
teoritis, sastra, riwayat, dan urutan mushaf.
Tapi sebagai petunjuk.
Untuk melakukan problem-solving.
Terjadi dialog intensif.
Antara dinamika hidup dengan al Qur’an sebagai
tuntunan.
Untuk bersikap dalam zaman yang sedang bergerak.
Sehingga, tafsir tematik.
Lebih membumi dibanding metode tafsir sebelumnya.
Bahwa semua metode dalam memahami Al-Qur’an.
Bukan dicontohkan oleh Nabi.
Tapi ijtihad ulama.
Yang telah, sedang, dan
akan terus berkembang.
Sesuai zaman.
Jangan memvonis seseorang sesat.
Hanya karena memakai metode berbeda.
Rasulullah yang menjadi panutan kita.
Tak pernah memakai semua metode itu.
Bahkan Rasulullah tidak menganjurkan.
Untuk memakai salah satu metode itu.
Rasulullah memakai ’metode’ yang diajarkan langsung.
Oleh Allah dalam firman-Nya.
Sebaiknya juga kita ikuti sekarang.
Sesuai dengan kemampuan kita.
Allah berfirman,
“Allah mengajarkan kepada manusia apa–apa yang tidak
diketahuinya.”
Al-Quran surah Al-Alaq (surah ke-96) ayat 1-5.
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي
خَلَقَ
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan.
خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ
Bacalah, dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah.
الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ
Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.
عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ
يَعْلَمْ
Dia Allah mengajar kepada manusia
apa yang tidak diketahuinya.
Allah
memerintahkan kepada Nabi Muhammad.
Dan
kita semua.
Bahwa
memahami ilmu Allah.
Mesti
mengikuti ‘metode’.
Yang
dijelaskan dalam wahyu, yaitu:
1. Banyak membaca.
Membaca
dilakukan berulang-ulang.
Yaitu membaca
ciptaan Allah.
Yang
dihamparkan di alam semesta.
Allah mengajari manusia dengan mekanisme tulis menulis.
Memakai pena maupun digital.
Yang menjadi dasar peradaban manusia modern.
Jangan alergi untuk membaca dan menulis.
Lakukan semua dengan sikap kritis.
Sehingga menjadi media pembelajaran.
Dan peningkatan mutu kepahaman dan iman kita.
Jika kita melakukannya.
Maka dampaknya dijelaskan dalam penutup.
Yaitu Allah yang
akan mengajari kita.
Tentang segala sesuatu.
Yang sebelumnya tidak tahu.
Bagaimana caranya?
Terserah Allah.
Karena Allah adalah Dzat Maha Berilmu dan Maha
Bijaksana.
Bisa berbentuk inspirasi.
Berupa intuisi, ilham.
Atau muncul dari balik wahyu Al-Quran yang kita baca.
Atau, langsung dari berbagai peristiwa.
Yang terjadi di sekitar kita.
pada intinya.
Pemahaman atas firman
Allah.
Terserah kepada Yang Memiliki Firman.
Hal itu sepenuhnya hak Allah.
Untuk memasukkan dalam jiwa orang yang erius mempelajarinya.
Al-Quran
surah Al-Qiyamah (surah ke-75) ayat 16-19.
لَا تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ
لِتَعْجَلَ بِهِ
Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Quran
karena hendak cepat (menguasai)nya.
إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ
وَقُرْآنَهُ
Sesungguhnya atas tanggungan Kami mengumpulkannya (di
dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.
فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ
قُرْآنَهُ
Jika Kami telah selesai membacakannya, maka ikuti
bacaannya itu.
ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ
Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kami
penjelasannya.
(Sumber Agus Mustofa)