PEMENANG PEMILU YANG KUASAI HITUNGAN
Oleh Drs. HM Yusron Hadi,MM
Ustad Abdul Somad:
Dalam pemilu.
Yang menang.
Bukan yang banyak suara.
Tapi yang menghitung
Ustad Abdul Somad.
Memberi penjelasan.
Kenapa dia tidak mau.
Saat diminta Prabowo.
Jadi Calon Wakil Presiden.
Pada tahun 2019.
Ustaz Andul Somad menolak.
Dengan alasan:
1)
UAS ingin jadi presiden.
Bukan wakil
presiden.
2)
Pemilu di lndonesia.
Seperti dikatakan
Vladimir Lenin.
Bahwa yang menang
pemilu.
Bukan yang banyak
suaranya.
Tapi yang
menghitung.
“Ada konseptor komunis.
Vladimir Lenin.
Meskipun saya tidak suka komunis.
Tapi ucapannya ada benarnya.
Lenin berkata.
Bahwa dalam pemilu.
Yang menang bukan yang banyak
suaranya.
Tapi siapa yang menghitung.
Yaitu pihak yang menguasai hitungan.
Saya yakin.
Pada waktu itu.
Banyak yang pilih saya.
Tapi bukan mereka.
Yang menghitung, “kelakar Abdul
Somad.
Saat ditanya Rhoma Irama.
Dalam Yotube.
Sabtu (27/8/2022).
Ustaz Abdul Somad menjelaskan.
Jika dia mau maju.
Bukan untuk Cawapres.
Tapi Capres.
Ada 3 tahap ikut pemilu.
Yaitu:
1)
Ketemu pemilih.
2)
Mengawasi coblosan.
3)
Siapa yang menghitung.
Karena bisa dimanipulasi.
Menurutnya.
Ada 3 tahap untuk mempersiapkan.
Pertama.
Ketemu pemilih.
Kedua.
Pada hari coblosan harus diawasi.
Ketiga.
Siapa yang menghitung.
Karena bisa dimanipulasi.
Misalnya.
Hasilnya 18 jadi 180.
Mestinya 500 jadi 50.
Dan lainnya.
Karena bisa dimainkan.
Dan kita tidak punya uang.
Untuk bermain dan mengawasi.
Rasanya seperti tahun 2024,
“candanya.
Ustaz Abdul Somad mengatakan.
Dia tidak ingin jadi calon presiden.
Hanya untuk mengambil suara.
Tapi setelah jadi.
Tak punya kuasa apa-apa.
Hal itu TERLALU..Pak Haji,“cetusnya.
Saat
ditanya.
Politik
identitas.
Pada
tahun 2019.
Ustaz
Abdul Somad mengatakan.
Perlu
sadar politik agar dewasa.
Negara
eropa.
Maju
karena demokrasi .
Sebab
terbangun sejak 500 tahun lalu.
Indonesia
baru umur 77 tahun.
Hal
itu masih muda.
“Demokrasi kita masih proses pendewasaan.
Pemimpin
harus punya konsep berkeadilan.
Ada
2 model pemimpin, yaitu:
1)
Pemimpin tak takut pada Tuhan.
Tapi cinta pada rakyatnya.
2)
Pemimpin tak takut Tuhan .
Dan
tak cinta pada rakyat.
Contohnya.
1)
Fidel Castro.
Tak
takut pada Tuhan.
Tapi
cinta pada rakyatnya.
2)
Cie Guevara.
Komunis
tak takut pada Tuhan.
Tapi
sayang pada rakyatnya.
Jangan
sampai memilih pemimpin.
1)
Tak takut pada Tuhan
2)
Tak cinta pada rakyat.
“Tapi
ada pemimpin yang:
Tak
takut pada Tuhan.
Dan
tak cinta pada rakyat.
Maka
lengkap menderitanya,” ungkap UAS.
0 comments:
Post a Comment