HAJAR
ASWAD HILANG UMAT ISLAM SALAT HADAP KAKBAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
1.
Tahun 930 - 951.
Hajar Aswad
hilang dicuri.
Oleh Syi’ah
Ismailiah Qarmathi.
Meskipun
Hajar Aswad hilang.
Tapi selama
21 tahun.
Umat
Islam tetap salat.
Menghadap
Kakbah.
Jika umat
Islam salat.
Menyembah
Hajar Aswad.
Maka selama
21 tahun.
Umat lslam
libur salat.
Tapi ternyata
tidak.
Umat
Islam tetap salat.
Menghadap
kiblat.
Ada batu
hitam atau tidak.
Sebab umat
lslam.
Patuh perintah
Allah.
Bukan menyembah
batu.
2.
Hajar Aswad ditemukan kembali.
Tapi tak
utuh lagi.
Pecah jadi
beberapa bagian.
Volumenya
berkurang.
3.
Hajar Aswad.
Atau Batu
Hitam sekarang.
Paduan
batu hitam asli dan imitasi.
Umat
Islam tetap tenang.
Sebab yang
disembah bukan batu.
Umat lslam sembah Allah SWT.
Batu bisa
rusak dan hilang.
Tapi
Allah kekal selamanya.
4.
Allah bukan batu.
Batu bukan
Allah.
Jika anggap
Hajar Aswad itu Allah.
Maka banyak
duplikat di masjid.
Umat
Hindu, Buddha dan Kristen.
Memajang
patung Tuhan mereka.
Untuk
disembah.
Tempat
haturkan doa.
Di rumah
ibadah mereka.
Tak
ada satu pun masjid.
Atau
rumah orang muslim.
Punya
duplikat patung Hajar Aswad.
5.
Rasulullah tawaf naik unta.
Nabi pernah
tawaf keliling Kakbah
Naik unta.
Nabi tak
mencium Hajar Aswad.
Tapi menyentuhnya
dengan tongkat .
(HR.
Bukhari juz 2 nomor 677).
Jika
Nabi menyembah Hajar Aswad.
Tak mungkin
berani menyentuh tuhan.
Dengan
sebuah tongkat.
Sambil
duduk di atas unta.
Rasulullah
tak takut kualat.
Sebab Hajar
Aswad.
Bukan
apa-apa.
6.
Umar bin hattab
Beribadah
haji.
Dalam
hadis sahih.
Umar
bin Khattab dekati Hajar Aswad .
Beliau
menciumnya.
Dan
berkata:
“Sesungguhnya aku tahu.
Bahwa
engkau batu.
Tak
memberi mudarat.
Tak mendatangkan manfaat.
Jika
aku tak lihat Rasulullah menciummu.
Maka
aku tak akan menciummu.”
(HR.Bukhari
dari Abis bin Rabi’ah RA).
Mencium
Hadjar Aswad.
Bukan
proses peribadah.
Tapi tiru
perbuatan Nabi.
Kesimpulan.
Batu hitam
Hajar Aswad
Bukan batu
berhala.
Al-Quran
surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 144.
قَدْ نَرَىٰ تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ ۖ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً
تَرْضَاهَا ۚ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۚ وَحَيْثُ مَا
كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ ۗ وَإِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ
لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ ۗ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا
يَعْمَلُونَ
Sungguh Kami (sering)
melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke
kiblat yang kamu sukai. Palingkan mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana
saja kamu berada, palingkan mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang
(Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui,
bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu benar dari Tuhannya; dan Allah
sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.
(Dari berbagai
sumber)
0 comments:
Post a Comment