PERUSAK
HUTAN MEMBAWA BERAS 1 SAK
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, MM
"Mau
kemana Pak?" Tanya Abdul pada Seno mantan Ulu ulu desa.
"Ke
rumah warga yang kemarin kebanjiran." Jawab Seno dengan senyum mengembang.
"Bawa
apa itu?" Tanya Abdul lagi.
"Beras,
ya untuk meringankan saudara kita yang terkena bencana." Ujar Seno sambil
memperlihatkan beras di karung yang ia panggul.
"Satu
karung mah kurang atuh Pak, yang kena banjir itu kan banyak, kok bawa beras
satu karung doang sih?"
"Lah...
Saya bawa banyak kok, semua warga yang kena banjir pasti kebagian, tuh ada di
mobil beras-berasnya." Seno menunjuk mobil truk yang mengakut beras.
"Kok
yang dipanggul cuma satu?"
"Ya
emang saya harus manggul semuanya? Kamu pikir saya kuat manggul beras satu
truk?" Seno mulai kesal.
"Lah
terus ngapain itu bapak manggul beras? Kenapa ga diangkut truk aja sekalian,
kenapa harus bapak panggul tuh satu karung? Ngapain capek-capek bawa-bawa
sekarung beras, padahal kan ada truk yang ngangkut berasnya? Bingung
saya." Abdul garuk-garuk kepala.
"Ya...
Ya ini... Ya supaya kelihatan, kalau saya datang ga tangan kosong, saya ke sini
bawa beras, biar orang tau kalau saya itu peduli pada masyarakat yang kena
bencana banjir."
"Ah
bapak sok peduli segala, dulu waktu masih menjabat mah ga peduli sama
masyarakat, pohon-pohon pada ditebangi bapak malah kasih ijin, padahal
gara-gara itu sekarang jadi ada bencana banjir,"
"Loooooh...
Hmmmm, udah jangan berisik, nih ambil berasnya untuk kamu!" Seno berikan
beras yang ia panggul pada Abdul.
"Saya
ga makan beras Pak, emang saya ayam apa?" Abdul geleng-geleng kepala.
"Ya
dimasak doooong."
"Dimasak
pake apa Pak?"
"Magicom,
lah."
"Ga
ada listrik Pak! Mati semua listriknya!"
"Pake
kompor kalo gitu."
"Kompor
apaan? Rumah aja udah keseret banjir bandang!"
Seno
menghela nafas dalam-dalam.
"Terus
bagaimana ini berasnya?"
"Mending
bapak jual aja tuh beras, tuker sama nasi aja, jangan lupa pake lauk yang enak,
saya pesen lauknya teri kacang buatan ibunya bang Ahmad Mustopa, enak dan lebih
awet disimpan." Usul Abdul sambil tersenyum.
Sementara
Seno manggut-manggut tanda mengerti.
(Sumber
Ahmad Mustopa)

0 comments:
Post a Comment