APAKAH PAHAM WAHABI ITU (1
dari 4)
Oleh: Drs. HM. Yusron
Hadi, M.M.
Wahabi adalah sebutan orang yang ikut paham Muhammad bin Abdul Wahab.
Terkadang dengan julukan negatif.
Pahamnya disebut Wahabiah atau Wahabisme.
Muhammadiyah, oleh orang yang tidak suka, sering dikaitkan dengan
Wahabi.
Para pengikut Muhammad bin Abdul Wahab memilih sebutan ”Al-Muwahidun”.
Artinya orang mengikuti Tauhid.
Yaitu keyakinan kepada Allah Yang Maha Esa.
Tauhid adalah landasan dan orientasi utama ajaran Islam.
Kelompok ini lebih juga suka disebut:
1.
Salafiyin.
2.
Ahli Tauhid.
3.
Ahli Sunah.
4.
Hanabilah.
5.
Najdiyun.
6.
Dan predikat lain.
Yang menurut mereka dikesankan sebagai predikat syar’i yang baik (Anshary, 2006).
Menurut Nashir bin Abdul Karim Al-Aqli, pengikut Wahabiyah lebih
suka mengidentifikasikan dirinya dalam predikat Islamiah La Wahabiah.
Artinya pengikut ajaran Islam dan
bukan Wahabi.
Tauhid menjadi sentral pemikiran dan gerakan Wahab.
Tulisan utamanya Kitab
At-Tauhid.
Tulisan Abdul Wahab lainnya:
1.
Risalah
Kasyf Syubhat.
2.
Tafsir
Fatihah.
3.
Ushul
Iman.
4.
Tafsir
Syahadatain Lailaha illallah.
5.
Ma’rifat
‘Abdi Rabbahu Wa Dinahu Wa Nabiyahu.
6.
Masail
Lati Khalafa Fiha Rasulullah Ahlal Jahiliah.
7.
Fadhl
Islam.
8.
Nasihat
Muslimin.
9.
Ma’na
Kalimah Thayyibah.
10.
Amar
Maruf Wa Nahi Munkar.
Wahab berkomitmen kuat
menegakkan tauhid.
Yang diyakini dan dipahaminya murni akidah “Salaf Shalih”.
Dan memberantas praktik syirik dan bid’ah di kalangan umat Islam di
Jazirah Arab kala itu.
Yang dipandang bertentangan dengan ajaran tauhid.
Sebutan ”Wahabi” bagi pengikut Muhammad bin Abdil Wahab lebih
popular.
Dibanding “Wahabisme” atau ”Wahabiyah” untuk gerakannya.
Yang sering disamakan dengan gerakan Salafiah atau
Fundamentalisme Islam yang militan di abad modern
(Obert, 1997).
Wahabi secara khusus dilekatkan dengan atas nama gerakan Salaf.
Yakni orientasi keagamaan yang ingin kembali ke masa Nabi dan 3
generasi sesudahnya.
Yang dipandang mempraktikkan Islam murni.
Gerakan ini berpengaruh luas memurnikan tauhid umat Islam.
Menghilangkan segala perbuatan bid’ah.
Dan menghancurkan paham yang banyak dianut umat lslam.
(Al-Hafni, 1999).
SIAPAKAH ABDUL WAHAB
Wahabi dinisbahkan pada
Muhammad bin Abdul Wahab.
Sosok kontroversial dalam
sejarah pergerakan Islam.
Maka sosok ini penting
diketahui karakter sikap dan tindakannya.
Dalam latar kehidupannya
di tempat kelahirannya, Najad, Saudi Arabia.
Faktor pribadi dengan
pengalaman hidup yang dialaminya sering berpengaruh terhadap watak sebuah
gerakan.
Muhammad bin Abdul Wahab
lahir tahun 1115 H (1703 M).
Dan wafat tahun 1206 H
(1792 M) dalam usia 91 tahun.
Lahir dan besar di Najad
(Semenanjung Saudi Arabia).
Sebuah pedesaan gurun
pasir kering diwarnai corak budaya Badui (Arab).
Najad dikelilingi daerah
Hijaz di sebelah barat dan Dahna di timur.
Raba’ Khali di selatan,
dan Nufuzd Kubra di utara.
Sejak zaman jahiliah Najad
dihuni banyak kabilah besar Arab pedesaan.
Di antara subdaerah
penting Najad ialah Yamamah.
Sebagai jantung daerah ini.
Yang meliputi desa
Dar’iyah, Uyainah, Riyad, dan Huraimala’.
Wahab punya sikap keras
dan puritan.
Seperti umumnya anak-anak
di Najad zaman itu.
Yang berbalut budaya Badui
pedesaan.
Wahab kecil dikirim
menimba ilmu ke Madinah.
Dari sini terpengaruh
mazhab Hanbali.
Dan idealisasi kehidupan Salaf
Shalih terbentuk.
Ikut menempa karakter Wahab
menjadi sangat puritan dalam beragama.
Di daerah kelahirannya
anak muda ini gelisah.
Karena banyak praktik syirik
dan bid’ah dalam beragama.
Yang membuatnya tidak
sabar.
Sewaktu ayahnya masih
hidup, Wahab bersikap sabar.
Seperti dianjurkan
ayahnya.
Setelah ayahnya wafat.
Wahab mulai mandiri dan
hilang sabarnya.
Untuk “amar makruf nahi
munkar”.
Di tempat lahirnya banyak praktik
pemujaan terhadap kuburan.
Dan meluasnya ajaran sufi.
Yang menimbulkan masalah dalam konteks ajaran tauhid yang diyakini Wahab.
Najad secara politik berada
dalam wilayah kekuasaan Dinasti Umayah.
Pada masa Muawiyah dan Yazid bin Muawiyah.
Setelah itu di bawah Khalifah Abbasiah dan Turki Usmani.
Daerah ini seperti jazirah Arabia yang luas kala itu.
Selalu menjadi rebutan kekuasaan Islam pasca Khalifah Utama (Khulafaur Rasyidin).
Dengan berbagai praktik penyimpangan politik dan keagamaan.
Serta konflik antargolongan dan mazhab yang mempengaruhinya.
Hadirnya berbagai Dinasti Kekhalifahan membekas dalam alam pikiran
Wahab.
Menurut sebagian kalangan, latar belakang politik dan keagamaan
menggelisahkan Wahab.
Yang membuat Wahab dan Muhammad bin Sa’ud menolak “Sistem Khalifah”.
Dan memilih “Sistem Kerajaan” dalam wujud “Kerajaan Saudi Arabia”.
Yang sebenarnya bersifat dinasti juga.
Wahab belia setelah dari Madinah sempat bermukim di Basra.
Kota metropolitan ternama di
Irak (teluk Persia) kala itu.
Di Basra, anak desa ini mengalami “kejutan budaya”.
Di Basra, Wahab menyaksikan kehidupan keagamaan yang plural.
Dan riuh rendah banyak perdebatan.
Banyak mazhab pemikiran.
Dan kehidupan masyarakat kota gemerlap.
Wahab memandang kehidupan Basra, dalam hal agama dan budaya.
Sebagai “tumor yang membuat Islam lemah”.
Wahab kembali ke kampung halamannya di desa Najad dengan semangat
membara.
Untuk membuat “kebangkitan agama lewat pemulihan Islam ke bentuk aslinya”.
Tauhid ditegakkan, syirik dan bid’ah dilenyapkan.
Setiap orang harus mematuhi hukum dalam Kitab Suci.
Dan hidup persis seperti kaum awal generasi Salaf masa Nabi dan 3
generasi sesudahnya.
“Siapa pun menghalangi pemulihan umat yang suci dan asli ini harus
dibinasakan” .
(Anshary, 2006).
Wahab lari ke Ad-Dar’iyyah dan berkoalisi dengan Pangeran Su’ud.
Sejak itu gerakan pemurnian Islam ala Wahab bersenyawa dengan
gerakan politik yang sama kerasnya dari Su’ud.
Yang di belakang hari melahirkan aliansi kekuasaan Wahabiah-Su’udiah.
Dan membentuk Kerajaan Saudi Arabia.
Hingga langgeng sampai sekarang.
Tahun 1766 Pangeran Su’ud dibunuh.
Dalam pergolakan politik di jazirah ini melawan kekuasaan Bahrain
dan Turki Usmani.
Kemudian diganti anaknya Abdul Azis bin Su’ud menyatukan kembali
jazirah Arab.
Pada tahun 1792 Muhammad bin Abdul Wahab meninggal dunia.
Dengan meninggalkan 20 janda dan anak-anak yang tidak terhitung
jumlahnya.
(Anshary, 2006) .
Wahab muda melakukan gebrakan memerangi praktik syrik dan bid’ah.
Serta semangat menegakkan syari’at Islam yang dipahaminya.
Didukung sejumlah pengikutnya.
Wahab menebang pohon yang dikeramatkan oleh penduduk Uyainah.
Merobohkan bangunan cungkup kuburan Zaid bin Umar bin Khattab.
Dan menghukum rajam perempuan berzina.
(Al-Aqli, 2006).
Banyak yang mendukung.
Tetapi tidak sedikit pula yang menentang.
Akhirnya Wahab diusir dari NajAd dan lari ke Ad-Dar’iyah.
Yang mempertemukan Wahab dengan Muhammad bin Sa’ud.
Yang kemudian bekerja sama melakukan gerakan “pemurnian Islam”.
Dan gerakan politik mendirikan Kerajaan Saudi Arabia untuk pertama
kalinya.
(Sumber Haidar Nashir)



