Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Showing posts with label FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN. Show all posts
Showing posts with label FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN. Show all posts

Tuesday, December 15, 2020

8075. FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN

 


FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

 

Allah menjamin rezeki bagi setiap makhluk yang bergerak.

 

Al-Quran adalah kitab petunjuk dan pedoman bersifat global.

 

 

Al-Quran tidak memerinci (menguraikan sampai ke bagian yang sekecil-kecilnya) masalah kemasyarakatan, dan masalah yang berkaitan dengan ibadah “mahdhah” (murni).

 

 

Yang memerincinya adalah hadis Nabi, seperti misalnya ibadah salat dan haji.

 

 

Perincian petunjuk kehidupan masyarakat dalam  hadis Nabi, lebih banyak berkaitan kondisi masyarakat pada zaman Nabi Muhammad.

 

 

Masyarakat sesudahnya perlu menyesuaian dengan kondisi dan situasi masing-masing dengan pedoman ajaran Islam.

 

 

Kemiskinan dan cara mengatasinya adalah masalah kemasyarakatan.

 

 

Faktor penyebab dan tolok ukur kadarnya kemiskinan bisa berbeda akibat lokasi dan situasi.

 

 

Al-Quran tidak menetapkan kadarnya dan tidak memberi petunjuk operasional terperinci untuk mengentas kemiskinan.

 

 

Fakir diartikan sebagai “orang yang sangat berkekurangan dan sangat miskin”.

 

 

Dalam bahasa Arab, kata “miskin” terambil dari kata “sakana” yang  artinya “diam” atau “tenang”.

 

 

Kata “fakir” terambil dari kata “faqr” yang pada mulanya berarti “tulang punggung”.

 

 

Faqir adalah “orang yang patah tulang punggungnya”.

 

 

Artinya beban yang dipikulnya sangat berat, sehingga bisa “mematahkan” tulang punggungnya.

 

 

Al-Quran tidak memberi definisi “miskin” dan “fakir”.

 

 

Para ahli berbeda  pendapat  tolok ukur miskin dan fakir.

 

 

 Sebagian ulama berpendapat “fakir” adalah  orang yang berpenghasilan kurang dari separuh kebutuhan pokoknya.

 

 

Miskin adalah orang yang berpenghasilan di atas “fakir”, tetapi tidak cukup menutupi kebutuhan pokoknya.

 

 

  Tetapi ada yang mendefinisikan sebaliknya.

 

 

Keadaan si “fakir” relatif lebih baik daripada si “miskin”.

 

 

Al-Quran dan hadis Nabi tidak menetapkan angka pasti sebagai ukuran miskin.

 

 

Tetapi jelas, Al-Quran menyatakan orang fakir dan miskin harus dibantu.

 

 

Menurut pandangan Islam, tidak dibenarkan dalam masyarakat Islam (termasuk warga non-Muslim), ada orang kelaparan, tidak berpakaian, menggelandang (tidak bertempat tinggal), dan membujang.

 

 

 

Biaya pengobatan dan pendidikan adalah  kebutuhan primer harus ditanggung penuh masyarakat, pemerintah, dan negara.

 

 

Akar kata "miskin" artinya “diam” dan “tidak bergerak” menimbulkan kesan faktor utama penyebab kemiskinan adalah sikap berdiam diri, enggan, tidak  mau bergerak dan berusaha.

 

 

Keengganan berusaha adalah penganiayaan terhadap dirinya sendiri.

 

 

Ketidakmampuan berusaha bisa karena penganiyaan manusia lain, yang istilahnya “kemiskinan struktural”.

 

 

Jaminan rezeki dari Allah, ditujukan kepada makhluk yang disebut “dabbah” arti harfiahnya “yang bergerak”.

 

 

Al-Quran surah Hud (surah ke-11) ayat 6.

 

 

۞ وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

     

 

Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah yang memberi rezekinya, dan Dia tahu tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhul mahfuz).

 

 

 

Ayat Al-Quran ini memberi jaminan siapa pun yang aktif bergerak mencari  rezeki, pasti akan diberi rezeki oleh Allah.

 

 

 

Al-Quran surah Ibrahim (surah ke-14) ayat 34.

 

 

وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

 

 

Dan Dia telah memberi kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah bisa kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).

 

 

 

Pernyataan Al-Quran di atas dikemukakan setelah menyebut berbagai karunia Allah, seperti  nikmat berupa langit, bumi, hujan, laut, bulan, matahari, dan lainnya.

 

 

Sumber daya alam yang disiapkan Allah untuk umat manusia jumlah dan kapasitasnya tidak terbatas.

 

 

Seandainya sesuatu telah habis, pasti ada alternatif lain yang disediakan Allah selama manusia berusaha.

 

 

Tidak ada alasan berkata sumber daya alam terbatas.

 

 

Tetapi sikap dan perilaku manusia terhadap dirinya sendiri, pihak lain, dan alam semesta membuat sebagian manusia tidak mendapat sumber daya alam.

 

 

Penyebab kemiskinan.

 

1) Akibat tidak seimbang dalam perolehan dan  penggunaan sumber daya alam, yang diistilahkan Al-Quran dengan “perbuatan aniaya”.

 

 

2) Karena manusia tidak mampu dalam menggali sumber daya alam untuk mencari alternatif pengganti.

 

 

Perbuatan kedua hal di atas disebut manusia bersikap “kufur” artinya “tidak mensyukuri nikmat dari Allah”.

 

 

 

Daftar Pustaka

1.  Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.  

2.  Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.

3.  Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.

4.  Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2

5.  Tafsirq.com online.