PENGALAMAN KE GUA TSUR DAN
HIRA MEKAH
Oleh: Drs. H. M.
Yusron Hadi, M.M.
Sejarah Gua Hira di Mekah.
Nabi Muhammad mendapat
wahyu awal dari Allah melalui Malaikat Jibril di Gua Hira, Mekah sekitar umur
40 tahun.
Wahyu awal turun, ketika
Nabi Muhammad menyendiri di Gua Hira yang berada di tebing atas Jabal
Nur.
Gua Hira terletak di
puncak gunung Jabal Nur.
Jabal
Nur terletak sekitar 7 km arah timur laut dari Masjidil Haram, Mekah.
Wahyu yang turun di Jabl
Nur adalah titik awal cahaya Islam yang menyinari seluruh dunia
sepanjang masa.
KONDISI
JABAL NUR
Pada
malam hari yang gelap gulita, bebatuan gunung Jabal Nur seolah memancarkan
sinar.
Pemandangan
sekitar gunung yang mestinya gelap gulita, ternyata tampak jelas.
Mungkin bebatuan
yang menyimpan atau memantulkan cahaya.
Atau
sebab lainnya.
Entahlah,
yang jelas saya sudah membuktikannya sendiri.
Pada
musim ibadah haji tahun 2005, kuota jemaah haji Indonesia 205.000 orang.
Saya
dan Haji Suherman guru matematika SMP Negeri 4 Sidoarjo, sepakat naik ke Gua
Hira di gunung Jabal Nur.
Dan
juga naik ke Gua Tsur di gunung Jabal Tsur.
Kenapa?
Kami
ingin mencoba merasakan dan mengenang perjuangan Nabi Muhammad pada zaman dulu.
Peta
kota Mekah dan data profil gunung Jabal Nur sudah saya miliki.
Ketinggian
Jabal Nur sekitar 642 m dari permukaan air laut.
Gua
Hira dapat ditempuh melewati jalan setapak dengan bebatuan terjal.
Kemiringan
medan bisa mencapai 60 derajat.
Naik taksi keliling Mekah tahun 2005.
Sehari
sebelumnya, kami naik taksi keliling kota Mekah sambil melihat Jabal Nur dari
jarak jauh.
Pada
malam hari gelap gulita.
Langit
penuh bintang kemintang.
Dari
kejauhan, gunung Jabal Nur tampak seolah bercahaya.
Mungkin,
karena gunung yang gundul tanpa pepohonan.
Atau
memang bahan bebatuan yang menyimpan panas matahari.
Yang
pasti, memancarkan pemandangan mengagumkan.
PERJALANAN KE GUA HIRA
TAHUN 2005
Hari
masih pagi, kami mulai melangkahkan kaki.
Kami
keluar dari hotel tempat menginap selama di Mekah.
Naik
taksi dari pemondokan di wilayah Al-Aziziyah, Mekah.
Menuju
gunung Jabal Nur sekitar 7 kilo meter dari Mekah.
Turun
dari taksi dan mulai berjalan kaki mendaki gunung Jabal Nur.
Berangkat
pagi hari, mengapa?
Perubahan
cuaca di Mekah amat ekstrem dan tidak bersahabat.
Pada
malam hari, bulan Januari dan Februari suhu berkisar 5 - 20 derajat Celsius.
Pada
siang harinya melonjak 40 - 43 derajat Celcius.
Pada
siang hari matahari bersinar amat terik menyengat kulit dan menyilaukan
mata.
Istrinya
Haji Suherman dengan temannya menunggu di kaki gunung Jabal Nur.
Saya
dan Haji Suherman menjadi bujangan lokal sementara naik gunung bersama ke Gua
Hira.
Pengumuman
di kaki gunung Jabal Nur tahun 2005.
Di
kaki gunung Jabal Nur dipasang papan pengumuman.
Semacam
imbauan dari Kerajaan Arab Saudi.
Yang
ditulis dalam berbagai bahasa.
Termasuk
dalam bahasa Indonesia.
Papan
itu berisi peringatan bahwa Nabi Muhammad tidak pernah
menyarankan umat Islam untuk ziarah ke Gua Hira.
Yang
terletak di puncak gunung Jabal Nur.
Tapi,
juga tidak melarangnya.
Pemerintah
Arab Saudi tidak merenovasi jalan ke Gua Hira.
Semuanya
dibiarkan alami.
Asli
apa adanya.
Kami
mulai naik Jabal Nur.
Kami
berjalan kaki bersandal jepit.
Membawa
bekal sedikit makanan, minuman, dan payung.
Pakai
seragam jamaah haji Indonesia yang khas.
Jaket
batik Sidoarjo dan kopiah hitam.
Kami
berdoa mohon kepada Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang agar perjalanan
lancar sampai puncak.
Kemudian
bisa kembali lagi ke bawah, ke hotel di Mekah.
Agar
kami tetap sehat dan selamat.
Kami
bejalan bersama jemaah haji dari seluruh dunia.
Yang
berminat dengan tujuan sama.
Menuju Gua Hira di puncak gunung Jabal Nur.
Tentu
saja, yang kuat fisik.
Terutama
mentalnya.
Banyak
jemaah dari Turki yang sudah berumur tampak semangat mendaki gunung.
Kami
berjalan mengikuti jalan setapak.
Berderet-deret
barisan manusia mengular berjalan kaki dari bawah ke atas.
Dan
sebaliknya dari atas ke bawah.
Beranagkat
naik ke Gua Hira, dan sebaliknya.
Pemandangan
menakjubkan.
Kami
mengambil foto.
Selama
di perjalanan kami sempat mengambil foto.
Bergantian,
memakai kamera sederhana, yang kami bawa.
Beberapa
kali kami menyaksikan jemaah “show of force”.
Mereka
menunjukkan “kesaktiannya”.
Mungkin
jemaah haji lokal.
Mereka
berlompatan di antara bebatuan yang terjal dengan santai.
Seolah
mereka punya ilmu terbang.
Tidak
melewati jalan setapak yang biasanya.
Tapi,
seakan-akan mereka “menclok” di tepi bebatuan gunung.
Berpindah
dari ujung batu ke ujung yang lain.
Pemandangan
menarik sekaligus mendebarkan.
Tindakan
yang sangat berbahaya.
Khawatir
ada yang jatuh terpeleset.
Alhamdulillah.
Selama
kami berada di gunung Jabal Nur.
Tidak
terjadi musibah apa-apa.
Tenda
tempat istirahat, dan penjual makanan.
Beberapa
kali kami berhenti.
Di
tempat semacam pos pemberhentian.
Yang
beratap ala kadarnya.
Dipakai
tempat berjualan.
Kami
istirahat sejenak.
Menikmati
makanan dan minuman.
Dan
melihat pemandangan sekitar.
Saya
berusaha mengingat, menelusuri, dan membayangkan jejak Rasulullah.
Sewaktu
Nabi, beberapa abad lampau.
Menyendiri
di Gua Hira, di puncak gunung Jabal Nur.
Sambil melihat kota Mekah dari puncak gunung.
Dengan
kondisi alam yang masih alami, keras, dan liar.
Sungguh
berat dan amat melelahkan.
Perlu
mental kuat dan butuh motivasi hebat.
Memerlukan
keimanan yang sangat kokoh.
Berangkat,
pulang, naik, dan turun gunung terjal.
Mendaki
dan menuruni gunung.
Hanya
satu tujuan ke Gua Hira di puncak gunung Jabal Nur.
Tidak
terasa, air mata menetes di pipi.
Mengenang
betapa berat tugas Nabi Muhammad, masa itu.
Tiba
di puncak Jabal Nur.
Setelah
berjalan sekitar 2 jam.
Termasuk
beberapa kali istirahat sejenak.
Akhirnya,
kami sampai di puncak Jabal Nur.
Di
atas Gua Hira.
Gua
yang bersejarah.
Menjelang
usia 40 tahun, Nabi sering menyendiri di gua ini.
Dengan
bekal roti yang terbuat dari gandum dan air minum.
Keluarga
Nabi terkadang menyertai ke sana.
Selama
bulan Ramadan Nabi berada di gua ini.
Juga
memberi sebagian bekal makanan kepada orang miskin yang berada di sekitar.
Beliau
menghabiskan waktunya untuk beribadah.
Memikirkan
keadaan alam sekitar.
Kekuatan
tidak terhingga di balik alam.
Tidak
puas dengan kondisi kaumnya yang penuh kemusyrikan.
Alhamdulillah,
kami berhasil melaksanakan napak tilas jejak perjalanan Nabi.
Sewaktu
Rasulullah menerima wahyu pertama di Gua Hira.
Gua
Hira panjangnya sekitar 3,5 m dan lebarnya 1,5 m.
Berada
sekitar 4 m di tebing puncak Jabal Nur.
Batu tetap sama dengan zaman Rasulullah.
Kami
duduk di bebatuan.
Melihat
pemandangan kota Mekah yang indah.
Dan
pemandangan sekitar yang hebat.
Saya
membayangkan beberapa abad lalu.
Nabi
berada di puncak gunung melihat kota Mekah.
Menyaksikan rumah beliau dari kejauhan puncak gunung.
Dengan
bebatuan keras, “kenthing”, dan berkilat.
Tidak
mustahil, bebatuan sekarang ini tetap sama.
Tidak
berubah.
Sewaktu
dikunjungi Nabi beberapa abad silam.
Turun
gunung Jabal Nur.
Setelah
puas duduk-duduk dan menyaksikan pemandangan di atas Gua Hira kami turun
kembali.
Perjalanan
turun lebih berbahaya.
Banyak
bebatuan licin yang harus dihindari.
Jalan
setapak dipakai bersama.
Dengan
tujuan berbeda.
Rombongan
mengular naik ke atas.
Dan
serombongan mengular turun ke bawah.
Dengan
arah berlawanan.
Pemandangan
luar biasa.
Manusia
bermacam-macam warna kulit, suku, ras, dan bangsa.
Semuanya
datang dengan tujuan sama.
Mengenang
perjalanan Rasulullah.
Alhamdulillah.
CATATAN
HAJI 2005
OLEH
HM YUSRON HADI BIN HM TAUHID ISMAIL, SIDOARJO JAWA TIMUR








