Organisasi Profesi Guru
Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.
Tema Gambar Slide 2
Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.
Tema Gambar Slide 3
Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.
Monday, June 26, 2017
114. JANGAN BERSEDIH, AYO TERTAWA YANG WAJAR
114. JANGAN BERSEDIH, AYO TERTAWA YANG WAJAR.
114. JANGAN BERSEDIH, AYO TERTAWA YANG WAJAR
114. JANGAN BERSEDIH, AYO TERTAWA YANG WAJAR
114. JANGAN BERSEDIH, AYO TERTAWA YANG WAJAR
114. JANGAN BERSEDIH, AYO TERTAWA YANG WAJAR
Saturday, June 24, 2017
113. NABI IBRAHIM DAN NAMRUD
PERDEBATAN NABI IBRAHIM DENGAN RAJA NAMRUD
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo
Nabi Ibrahim merupakan Rasul urutan ke-6 dari 25 rasul. Setelah Nabi Adam, Idris, Nuh, Hud, dan Shalih. Nabi Ibrahim dilemparkan ke dalam api bergejolak. Tinggal di dalam api selama 40 hari. Nabi Ibrahim tetap segar bugar. Tak ada luka sedikitpun.
Nabi Ibrahim keluar dari lautan api. Nabi Ibrahim berdebat dengan Raja Namrud. Raja Namrud adalah keturunan generasi ke-7 dari Nabi Nuh. Raja Namrud berkuasa selama 400 tahun. Raja Namrud amat sombong dan mengaku sebagai tuhan.
Al-Quran surah Al-Baqarah. Surah ke-2 ayat 358. “Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah). Karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan, "Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan." Orang itu berkata, “ "Saya dapat menghidupkan dan mematikan". Ibrahim berkata,"Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkan dia dari barat." Lalu heran terdiam orang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”
Nabi Ibrahim mengajak Raja Namrud beriman. Hanya menyembah kepada Allah. Raja Namrud menolaknya. Bahkan, Raja Namrud mendebat Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim berkata,” Allah dapat menghidupkan dan mematikan.”
Raja Namrud menjawab,”Saya dapat menghidupkan dan mematikan.” Raja Namrud memerintahkan para pengawalnya. Membawa dua orang ke dalam pertemuan. Satu orang dibunuh, satu orang lagi dilepaskan. Raja Namrud berkata,”Saya dapat menghidupkan, dan mematikan.”
Nabi Ibrahim berkata,”Sesungguhnya, Tuhanku menerbitkan matahari dari timur. Maka terbitkan matahari dari barat.” Raja Namrud kaget dan terdiam. Tak menjawab sepatah kata pun.
Raja Namrud mengundang seluruh rakyatnya. Untuk makan sepuasnya. Tetapi, Nabi Ibrahim tak diberikan makanan. Hanya sekali itu saja. Nabi Ibrahim bertemu dengan Raja Namrud. Lalu terjadi perdebatan.
Nabi Ibrahim keluar dari pertemuan. Tanpa membawa makanan apa pun. Nabi Ibrahim kembali ke rumah. Mengambil sekumpulan pasir. Dimasukkan ke dalam kantongnya. Nabi Ibrahim berkata,”Aku akan menyibukkan kelurgaku, jika aku tiba di rumah.”
Nabi Ibrahim tiba di rumah. Meletakkan barang bawaanya. Lalu berbaring dan tertidur. Sarah, istrinya melihat barang bawaan Nabi Ibrahim. Yang berisi bahan makanan. Sarah memasaknya. Menjadi makanan yang lezat dan nikmat.
Nabi Ibrahim bertanya,”Bahan makanan tadi diperoleh dari mana?” istrinya menjawab,” Berasal dari kantong tadi.” Nabi Ibrahim berkata,” itu rezeki berasal dari Allah, untuk keluarganya.”
Allah mengirimkan malaikat kepada Raja Namrud. Menyuruhnya agar beriman kepada Allah. Tetapi, Raja Namrud menolaknya. Malaikat turun sebanyak tiga kali. Raja Namrud tetap menolaknya.
Malaikat berkata, “Kumpulkan semua pasukanmu. Aku pun akan mengumpulkan pasukanku.” Matahari sudah terbit. Pasukan Raja Namrud berkumpul. Allah mengirimkan pasukan lalat yang tak terlihat. Pasukan lalat itu memakan semuanya. Hanya tersisa tulang belulang.
Seekor lalat masuk ke dalam hidung Raja Namrud. Lalat menetap di dalamnya. Selama 400 tahun. Raja Namrud memukuli kepalanya sendiri dengan besi. Hingga binasa. Allah mengazabnya. Itulah kesudahan orang yang sombong. Yang mengaku sebagai tuhan.
Daftar Pustaka.
1. Katsir, Ibnu. Kisah-kisah Nabi. penerbit Pustaka Azzam. Jakarta, 2013.
2. Bahjat, Ahmad. Nabi-Nabi Allah. Penerbit Qisthi Press. Jakarta, 2007.
113. NABI IBRAHIM DAN NAMRUD
PERDEBATAN NABI IBRAHIM DENGAN RAJA NAMRUD
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo
Nabi Ibrahim merupakan Rasul urutan ke-6 dari 25 rasul. Setelah Nabi Adam, Idris, Nuh, Hud, dan Shalih. Nabi Ibrahim dilemparkan ke dalam api bergejolak. Tinggal di dalam api selama 40 hari. Nabi Ibrahim tetap segar bugar. Tak ada luka sedikitpun.
Nabi Ibrahim keluar dari lautan api. Nabi Ibrahim berdebat dengan Raja Namrud. Raja Namrud adalah keturunan generasi ke-7 dari Nabi Nuh. Raja Namrud berkuasa selama 400 tahun. Raja Namrud amat sombong dan mengaku sebagai tuhan.
Al-Quran surah Al-Baqarah. Surah ke-2 ayat 358. “Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah). Karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan, "Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan." Orang itu berkata, “ "Saya dapat menghidupkan dan mematikan". Ibrahim berkata,"Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkan dia dari barat." Lalu heran terdiam orang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”
Nabi Ibrahim mengajak Raja Namrud beriman. Hanya menyembah kepada Allah. Raja Namrud menolaknya. Bahkan, Raja Namrud mendebat Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim berkata,” Allah dapat menghidupkan dan mematikan.”
Raja Namrud menjawab,”Saya dapat menghidupkan dan mematikan.” Raja Namrud memerintahkan para pengawalnya. Membawa dua orang ke dalam pertemuan. Satu orang dibunuh, satu orang lagi dilepaskan. Raja Namrud berkata,”Saya dapat menghidupkan, dan mematikan.”
Nabi Ibrahim berkata,”Sesungguhnya, Tuhanku menerbitkan matahari dari timur. Maka terbitkan matahari dari barat.” Raja Namrud kaget dan terdiam. Tak menjawab sepatah kata pun.
Raja Namrud mengundang seluruh rakyatnya. Untuk makan sepuasnya. Tetapi, Nabi Ibrahim tak diberikan makanan. Hanya sekali itu saja. Nabi Ibrahim bertemu dengan Raja Namrud. Lalu terjadi perdebatan.
Nabi Ibrahim keluar dari pertemuan. Tanpa membawa makanan apa pun. Nabi Ibrahim kembali ke rumah. Mengambil sekumpulan pasir. Dimasukkan ke dalam kantongnya. Nabi Ibrahim berkata,”Aku akan menyibukkan kelurgaku, jika aku tiba di rumah.”
Nabi Ibrahim tiba di rumah. Meletakkan barang bawaanya. Lalu berbaring dan tertidur. Sarah, istrinya melihat barang bawaan Nabi Ibrahim. Yang berisi bahan makanan. Sarah memasaknya. Menjadi makanan yang lezat dan nikmat.
Nabi Ibrahim bertanya,”Bahan makanan tadi diperoleh dari mana?” istrinya menjawab,” Berasal dari kantong tadi.” Nabi Ibrahim berkata,” itu rezeki berasal dari Allah, untuk keluarganya.”
Allah mengirimkan malaikat kepada Raja Namrud. Menyuruhnya agar beriman kepada Allah. Tetapi, Raja Namrud menolaknya. Malaikat turun sebanyak tiga kali. Raja Namrud tetap menolaknya.
Malaikat berkata, “Kumpulkan semua pasukanmu. Aku pun akan mengumpulkan pasukanku.” Matahari sudah terbit. Pasukan Raja Namrud berkumpul. Allah mengirimkan pasukan lalat yang tak terlihat. Pasukan lalat itu memakan semuanya. Hanya tersisa tulang belulang.
Seekor lalat masuk ke dalam hidung Raja Namrud. Lalat menetap di dalamnya. Selama 400 tahun. Raja Namrud memukuli kepalanya sendiri dengan besi. Hingga binasa. Allah mengazabnya. Itulah kesudahan orang yang sombong. Yang mengaku sebagai tuhan.
Daftar Pustaka.
1. Katsir, Ibnu. Kisah-kisah Nabi. penerbit Pustaka Azzam. Jakarta, 2013.
2. Bahjat, Ahmad. Nabi-Nabi Allah. Penerbit Qisthi Press. Jakarta, 2007.
112. ZAID BIN TSABIT
ZAID BIN TSABIT, SAHABAT NABI.
PENULIS WAHYU DAN SURAT NABI.
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo
Zaid bin Tsabit, lahir tahun 612 Masehi di Madinah. Termasuk kaum Ansar. Berasal dari Bani Khazraj. Meninggal tahun 637 Masehi di Madinah. Nabi hijrah dari Mekah ke Madinah. Nabi berumur 53 tahun.
Zaid bin Tsabit berumur 11 tahun. Zaid bin Tsabit diajak keluarganya masuk Islam. Dia mampu menghafal 11 surah Al-Quran. Zaid bin Tsabit amat beruntung. Pernah didoakan khusus oleh Nabi.
Tahun ke-2 Hijriah. Terjadi Perang Badar. Nabi berumur 55 tahun. Zaid bin Tsabit berumur 13 tahun. Zaid bin Tsabit dibawa ayahnya ikut berperang, tetapi ditolak Nabi. Karena masih kecil dan tubuhnya kecil.
Tahun ke-3 Hijiriah. Terjadi Perang Uhud. Nabi berumur 56 tahun. Nabi melarang sekelompok anak muda berkuda. Yang akan ikut berperang. Termasuk Zaid bin Tsabit.
Nabi mengizinkan dua anak muda. Yang berbadan kekar. Memiliki keahlian tertentu. Yaitu Rafi bin Kudaj dan Samurah bin Jundub. Mereka berusia 15 tahun.
Tahun ke-5 Hirjiah. Terjadi Perang Khandaq atau Perang Parit. Nabi berumur 58 tahun. Zaid bin Tsabit berumur 16 tahun. Zaid bin Tsabit mulai ikut berperang bersama Nabi. Sejak saat itu, dia selalu terlibat dalam perang lainnya.
Tahun ke-9 Hijriah. Terjadi Perang Tabuk. Nabi Muhammad berumur 62 tahun. Menyerahkan bendera Bani Najjar. Yang sebelumnya dibawa Umarah kepada Zaid bin Tsabit. Ketika Umarah bertanya. Nabi bersabda, “Al-Quran harus diutamakan. Zaid bin Tsabit lebih banyak menghafal Al-Quran daripada engkau."
Ingatan dan kecerdasan Zaid bin Tsabit luar biasa. Zaid bin Tsabit bertugas sebagai penulis wahyu. Juga, penulis surat-surat Nabi Muhammad, semasa hidupnya. Menjadikannya tokoh yang terkemuka. Di antara para sahabat lainnya.
Nabi berkata kepada Zaid bin Tsabit, "Aku berkirim surat kepada seseorang. Aku khawatir, mereka akan menambah atau menguranginya. Oleh karena itu, kamu harus belajar bahasa lainnya.” Zaid bin Tsabit menguasai bahasa dengan amat cepat. Dia menguasai bahasa asing Suryani dalam 17 hari. Mahir berbahasa asing Ibrani dalam 15 hari.
Zaman Khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Zaid bin Tsabit ditunjuk menjadi ketua tim. Yang dipercaya mengumpulkan dan menuliskan Al-Quran. Disatukan dalam satu “buku”.
Dalam Perang Yamamah banyak penghafal Al-Quran yang mati syahid. Umar bin Khattab cemas. Mengusulkan kepada Abu Bakar untuk menghimpun Al-Quran. Sebelum para penghafal lainnya berguguran. Mereka memanggil Zaid bin Tsabit. Abu Bakar berkata,”Anda seorang pemuda yang cerdas. Kami tidak meragukanmu".
Abu Bakar menyuruh Zaid bin Tsabit untuk menghimpun Al-Quran. Meskipun pada awalnya dia menolak. Zaid bin Tsabit, sebagai ketua tim. Melaksanakan tugas menghimpun Al-Quran. Dibantu para sahabat lainnya.
Zaid bin Tsabit telah meriwayatkan 92 hadis. Imam Bukhari dan Imam Muslim bersepakat 5 di antaranya. Imam Bukhari juga meriwayatkan 4 hadis lain. Bersumberkan Zaid bin Tsabit. Imam Muslim meriwayatkan 1 hadis lain. Yang bersumberkan Zaid bin Tsabit.
Zaid bin Tsabit diakui sebagai ulama di Madinah yang mumpuni. Keahliannya meliputi bidang fiqih, fatwa dan “faraidh” atau bidang waris.
Zaid bin Tsabit diangkat menjadi bendahara. Pada zaman Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Zaman Khalifah Usman bin Affan, Zaid bin Tsabit diangkat menjadi pengurus Baitul Mal.
Zaman Umar bin Khattab dan Usman bin Affan. Zaid bin Tsabit sebagai “PLT”. Sebagai Pelaksana Tugas. Sebagai pemegang jabatan khalifah sementara. Ketika ditinggal menunaikan ibadah haji ke Mekah.
Khalifah Usman bin Affan membentuk panitia. Bertugas “membukukan” Al-Quran. Zaid bin Tsabit sebagai ketua tim. Dengan anggota Abdullah bin Zubair dan Abdurrahman bin Haris.
Mereka bertugas membukukan lembaran-lembaran lepas. Dengan cara menyalin ulang ayat-ayat Al-Quran. Dimasukkan ke dalam sebuah buku. Yang disebut “Mushaf”.
Khalifah Utsman bin Affan mengintruksikan agar penyalinan berpedoman kepada orang yang menghafalkan Al-Quran. Apabila terdapat perbedaan dalam pembacaan. Yang ditulis dipilih berdialek Quraisy.
Al-Quran diturunkan dalam bahasa Quraisy. Bahasa Quraisy merupakan bahasa yang paling mulia. Bahasa yang digunakan Nabi. Bahasa yang paling tinggi kedudukan tata bahasanya. Hasilnya berupa “Mushaf Usmany”.
Zaid bin Tsabit meninggal tahun 15 Hijriah. Putranya, Kharijah bin Zaid, menjadi seorang tabiin besar. Salah satu di antara 7 ulama fiqih Madinah pada masanya.
Sahabat ialah orang yang pernah berinteraksi dengan Nabi. Orang Islam yang hidup sezaman dengan Nabi. Memeluk Islam dan meninggal dalam Islam. Tabiin merupakan penganut ajaran Islam. Generasi kedua sesudah Nabi Muhammad.
Daftar Pustaka
1. Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
4. Kisah Para Sahabat.
112. ZAID BIN TSABIT
ZAID BIN TSABIT, SAHABAT NABI.
PENULIS WAHYU DAN SURAT NABI.
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo
Zaid bin Tsabit, lahir tahun 612 Masehi di Madinah. Termasuk kaum Ansar. Berasal dari Bani Khazraj. Meninggal tahun 637 Masehi di Madinah. Nabi hijrah dari Mekah ke Madinah. Nabi berumur 53 tahun.
Zaid bin Tsabit berumur 11 tahun. Zaid bin Tsabit diajak keluarganya masuk Islam. Dia mampu menghafal 11 surah Al-Quran. Zaid bin Tsabit amat beruntung. Pernah didoakan khusus oleh Nabi.
Tahun ke-2 Hijriah. Terjadi Perang Badar. Nabi berumur 55 tahun. Zaid bin Tsabit berumur 13 tahun. Zaid bin Tsabit dibawa ayahnya ikut berperang, tetapi ditolak Nabi. Karena masih kecil dan tubuhnya kecil.
Tahun ke-3 Hijiriah. Terjadi Perang Uhud. Nabi berumur 56 tahun. Nabi melarang sekelompok anak muda berkuda. Yang akan ikut berperang. Termasuk Zaid bin Tsabit.
Nabi mengizinkan dua anak muda. Yang berbadan kekar. Memiliki keahlian tertentu. Yaitu Rafi bin Kudaj dan Samurah bin Jundub. Mereka berusia 15 tahun.
Tahun ke-5 Hirjiah. Terjadi Perang Khandaq atau Perang Parit. Nabi berumur 58 tahun. Zaid bin Tsabit berumur 16 tahun. Zaid bin Tsabit mulai ikut berperang bersama Nabi. Sejak saat itu, dia selalu terlibat dalam perang lainnya.
Tahun ke-9 Hijriah. Terjadi Perang Tabuk. Nabi Muhammad berumur 62 tahun. Menyerahkan bendera Bani Najjar. Yang sebelumnya dibawa Umarah kepada Zaid bin Tsabit. Ketika Umarah bertanya. Nabi bersabda, “Al-Quran harus diutamakan. Zaid bin Tsabit lebih banyak menghafal Al-Quran daripada engkau."
Ingatan dan kecerdasan Zaid bin Tsabit luar biasa. Zaid bin Tsabit bertugas sebagai penulis wahyu. Juga, penulis surat-surat Nabi Muhammad, semasa hidupnya. Menjadikannya tokoh yang terkemuka. Di antara para sahabat lainnya.
Nabi berkata kepada Zaid bin Tsabit, "Aku berkirim surat kepada seseorang. Aku khawatir, mereka akan menambah atau menguranginya. Oleh karena itu, kamu harus belajar bahasa lainnya.” Zaid bin Tsabit menguasai bahasa dengan amat cepat. Dia menguasai bahasa asing Suryani dalam 17 hari. Mahir berbahasa asing Ibrani dalam 15 hari.
Zaman Khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Zaid bin Tsabit ditunjuk menjadi ketua tim. Yang dipercaya mengumpulkan dan menuliskan Al-Quran. Disatukan dalam satu “buku”.
Dalam Perang Yamamah banyak penghafal Al-Quran yang mati syahid. Umar bin Khattab cemas. Mengusulkan kepada Abu Bakar untuk menghimpun Al-Quran. Sebelum para penghafal lainnya berguguran. Mereka memanggil Zaid bin Tsabit. Abu Bakar berkata,”Anda seorang pemuda yang cerdas. Kami tidak meragukanmu".
Abu Bakar menyuruh Zaid bin Tsabit untuk menghimpun Al-Quran. Meskipun pada awalnya dia menolak. Zaid bin Tsabit, sebagai ketua tim. Melaksanakan tugas menghimpun Al-Quran. Dibantu para sahabat lainnya.
Zaid bin Tsabit telah meriwayatkan 92 hadis. Imam Bukhari dan Imam Muslim bersepakat 5 di antaranya. Imam Bukhari juga meriwayatkan 4 hadis lain. Bersumberkan Zaid bin Tsabit. Imam Muslim meriwayatkan 1 hadis lain. Yang bersumberkan Zaid bin Tsabit.
Zaid bin Tsabit diakui sebagai ulama di Madinah yang mumpuni. Keahliannya meliputi bidang fiqih, fatwa dan “faraidh” atau bidang waris.
Zaid bin Tsabit diangkat menjadi bendahara. Pada zaman Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Zaman Khalifah Usman bin Affan, Zaid bin Tsabit diangkat menjadi pengurus Baitul Mal.
Zaman Umar bin Khattab dan Usman bin Affan. Zaid bin Tsabit sebagai “PLT”. Sebagai Pelaksana Tugas. Sebagai pemegang jabatan khalifah sementara. Ketika ditinggal menunaikan ibadah haji ke Mekah.
Khalifah Usman bin Affan membentuk panitia. Bertugas “membukukan” Al-Quran. Zaid bin Tsabit sebagai ketua tim. Dengan anggota Abdullah bin Zubair dan Abdurrahman bin Haris.
Mereka bertugas membukukan lembaran-lembaran lepas. Dengan cara menyalin ulang ayat-ayat Al-Quran. Dimasukkan ke dalam sebuah buku. Yang disebut “Mushaf”.
Khalifah Utsman bin Affan mengintruksikan agar penyalinan berpedoman kepada orang yang menghafalkan Al-Quran. Apabila terdapat perbedaan dalam pembacaan. Yang ditulis dipilih berdialek Quraisy.
Al-Quran diturunkan dalam bahasa Quraisy. Bahasa Quraisy merupakan bahasa yang paling mulia. Bahasa yang digunakan Nabi. Bahasa yang paling tinggi kedudukan tata bahasanya. Hasilnya berupa “Mushaf Usmany”.
Zaid bin Tsabit meninggal tahun 15 Hijriah. Putranya, Kharijah bin Zaid, menjadi seorang tabiin besar. Salah satu di antara 7 ulama fiqih Madinah pada masanya.
Sahabat ialah orang yang pernah berinteraksi dengan Nabi. Orang Islam yang hidup sezaman dengan Nabi. Memeluk Islam dan meninggal dalam Islam. Tabiin merupakan penganut ajaran Islam. Generasi kedua sesudah Nabi Muhammad.
Daftar Pustaka
1. Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
4. Kisah Para Sahabat.
111. MUDIK
MUDIK LEBARAN,
MENGHIMPUN YANG TERSERAK
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo
Mudik (menurut KBBI V) berarti pulang ke kampung halaman. Seminggu sebelum Hari Raya “Idul Fitri”. Setiap tahun. Mendekati Hari Raya “Idul Fitri”. Arus mudik amat besar. Banyak penduduk kota pulang ke desa. Kembali ke kampung halaman.
Mereka bersilaturahmi. Menyambung tali persaudaraan. Berlibur dan bernostalgia. Sebagian orang berpendapat. Ada yang memamerkan keberhasilan. Menunjukkan hasil kesuksesan yang diraih di kota.
Mudik yang terkait dengan silaturahmi. Merupakan ajaran yang dianjurkan Islam. Kata “Silaturahmi” berasal dari kata “Shilat” dan “Rahim”.
“Shilat” bermakna “Menyambung” dan “Menghimpun”. “Rahim” berarti “Kasih sayang” dan “Peranakan” atau “Kandungan”. Karena anak yang dikandung memperoleh curahan kasih sayang.
Hubungan yang renggang, bahkan terputus. Antara orang yang berada di kota dengan orang di kampung halaman. Karena aneka faktor. Disebabkan berbagai alasan. Diharapkan akan tersambung dengan silaturahmi.
Menyambung tali yang putus. Itulah hakikat silaturahmi. Nabi Bersabda, “Bukan silaturahmi namanya, orang yang membalas kunjungan atau pemberian. Tetapi, yang dinamakan silaturahmi adalah menyambung yang putus”.
Minal Aizin Wal Faidzin. Apakah yang dimaksud ucapan ini? “Minal Aidzin” bermakna “Semoga kita termasuk orang yang kembali”. Yang dimaksud kembali adalah “Kembali kepada fitrah”. Yaitu “Asal kejadian”, atau “Kesucian”, atau “Agama yang benar”.
“Al-Faizin” bermakna “Keberuntungan”. Kata “Fawz” bermakna “Pengampunan dan keridaan Tuhan serta kebahagiaan surga.” “Wal Faidzin” berarti “Semoga kita termasuk orang yang memperoleh ampunan dan rida Allah. Sehingga kita semua mendapatkan kenikmatan surga.”
Mudik lebaran. Berjumpa dengan keluarga. Bersalaman dengan handai taulan. Bertemu dengan teman dan kenalan lainnya. Biasanya disertai ucapan “Mohon maaf lahir batin”. Professor Quraish Shihab menjelaskan. Kata ”maaf” berasal dari kata “Afwu”. Bermakna “kelebihan”.
“Kelebihan” atau “kekurangan” merupakan sesuatu yang tak normal. Orang yang berbuat kesalahan. Berarti mempunyai “kelebihan” yang tak wajar. Orang yang menyimpan kesalahan orang lain. Juga, mempunyai “kelebihan” tak normal.
Semua orang yang “tak normal”. Sebaiknya bertemu. Untuk saling memaafkan. Agar hubungan menjadi normal kembali. Saling memaafkan tak perlu menunggu Hari Raya “Idul Fitri”. Lebih cepat lebih baik. Karena kita tak tahu berapa panjang umur seseorang. Mudik lebaran merupakan kesempatan amat baik. Untuk menghimpun yang terserak.
Ucapan “Taqabbalallahu minna waminkum”. Bermakna “Semoga Allah menerima amal ibadah kami dan kalian semua”. Saling mendoakan kebaikan merupakan ajaran Islam yang amat mulia.
Al-Quran surah Ali Imran. Surah ke-3 ayat 133-134. “Bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu. Dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. Yaitu orang-orang yang menafkahkan sebagian hartanya. Baik di waktu lapang maupun sempit. Dan orang-orang yang menahan amarahnya. Memaafkan kesalahan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
111. MUDIK
MUDIK LEBARAN,
MENGHIMPUN YANG TERSERAK
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo
Mudik (menurut KBBI V) berarti pulang ke kampung halaman. Seminggu sebelum Hari Raya “Idul Fitri”. Setiap tahun. Mendekati Hari Raya “Idul Fitri”. Arus mudik amat besar. Banyak penduduk kota pulang ke desa. Kembali ke kampung halaman.
Mereka bersilaturahmi. Menyambung tali persaudaraan. Berlibur dan bernostalgia. Sebagian orang berpendapat. Ada yang memamerkan keberhasilan. Menunjukkan hasil kesuksesan yang diraih di kota.
Mudik yang terkait dengan silaturahmi. Merupakan ajaran yang dianjurkan Islam. Kata “Silaturahmi” berasal dari kata “Shilat” dan “Rahim”.
“Shilat” bermakna “Menyambung” dan “Menghimpun”. “Rahim” berarti “Kasih sayang” dan “Peranakan” atau “Kandungan”. Karena anak yang dikandung memperoleh curahan kasih sayang.
Hubungan yang renggang, bahkan terputus. Antara orang yang berada di kota dengan orang di kampung halaman. Karena aneka faktor. Disebabkan berbagai alasan. Diharapkan akan tersambung dengan silaturahmi.
Menyambung tali yang putus. Itulah hakikat silaturahmi. Nabi Bersabda, “Bukan silaturahmi namanya, orang yang membalas kunjungan atau pemberian. Tetapi, yang dinamakan silaturahmi adalah menyambung yang putus”.
Minal Aizin Wal Faidzin. Apakah yang dimaksud ucapan ini? “Minal Aidzin” bermakna “Semoga kita termasuk orang yang kembali”. Yang dimaksud kembali adalah “Kembali kepada fitrah”. Yaitu “Asal kejadian”, atau “Kesucian”, atau “Agama yang benar”.
“Al-Faizin” bermakna “Keberuntungan”. Kata “Fawz” bermakna “Pengampunan dan keridaan Tuhan serta kebahagiaan surga.” “Wal Faidzin” berarti “Semoga kita termasuk orang yang memperoleh ampunan dan rida Allah. Sehingga kita semua mendapatkan kenikmatan surga.”
Mudik lebaran. Berjumpa dengan keluarga. Bersalaman dengan handai taulan. Bertemu dengan teman dan kenalan lainnya. Biasanya disertai ucapan “Mohon maaf lahir batin”. Professor Quraish Shihab menjelaskan. Kata ”maaf” berasal dari kata “Afwu”. Bermakna “kelebihan”.
“Kelebihan” atau “kekurangan” merupakan sesuatu yang tak normal. Orang yang berbuat kesalahan. Berarti mempunyai “kelebihan” yang tak wajar. Orang yang menyimpan kesalahan orang lain. Juga, mempunyai “kelebihan” tak normal.
Semua orang yang “tak normal”. Sebaiknya bertemu. Untuk saling memaafkan. Agar hubungan menjadi normal kembali. Saling memaafkan tak perlu menunggu Hari Raya “Idul Fitri”. Lebih cepat lebih baik. Karena kita tak tahu berapa panjang umur seseorang. Mudik lebaran merupakan kesempatan amat baik. Untuk menghimpun yang terserak.
Ucapan “Taqabbalallahu minna waminkum”. Bermakna “Semoga Allah menerima amal ibadah kami dan kalian semua”. Saling mendoakan kebaikan merupakan ajaran Islam yang amat mulia.
Al-Quran surah Ali Imran. Surah ke-3 ayat 133-134. “Bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu. Dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. Yaitu orang-orang yang menafkahkan sebagian hartanya. Baik di waktu lapang maupun sempit. Dan orang-orang yang menahan amarahnya. Memaafkan kesalahan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.


