Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Wednesday, June 13, 2018

883. ISRAIL

AYAT AL-QURAN TENTANG BANI ISRAIL
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang ayat-ayat Al-Quran tentang Bani Israil ?” Berikut ini penjelasannya
      Al-Quran surah Al-Isra (surah ke-17) ayat 4.

وَقَضَيْنَا إِلَىٰ بَنِي إِسْرَائِيلَ فِي الْكِتَابِ لَتُفْسِدُنَّ فِي الْأَرْضِ مَرَّتَيْنِ وَلَتَعْلُنَّ عُلُوًّا كَبِيرًا
      “Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu:’Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar’."
      Al-Quran surah Al-Isra (surah ke-17) ayat 5.

فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ أُولَاهُمَا بَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادًا لَنَا أُولِي بَأْسٍ شَدِيدٍ فَجَاسُوا خِلَالَ الدِّيَارِ ۚ وَكَانَ وَعْدًا مَفْعُولًا

      “Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana.”
      Al-Quran surah Al-Isra (surah ke-17) ayat 6.

ثُمَّ رَدَدْنَا لَكُمُ الْكَرَّةَ عَلَيْهِمْ وَأَمْدَدْنَاكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَجَعَلْنَاكُمْ أَكْثَرَ نَفِيرًا
     
“Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar.”
      Al-Quran surah Al-Isra (surah ke-17) ayat 7.

إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ ۖ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا ۚ فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآخِرَةِ لِيَسُوءُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا
      “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-mukamu dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.”
      Al-Quran surah Al-Isra (surah ke-17) ayat 8.

عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَنْ يَرْحَمَكُمْ ۚ وَإِنْ عُدْتُمْ عُدْنَا ۘ وَجَعَلْنَا جَهَنَّمَ لِلْكَافِرِينَ حَصِيرًا

      “Mudah-mudahan Tuhanmu akan melimpahkan rahmat (Nya) kepadamu; dan sekiranya kamu kembali kepada (kedurhakaan), niscaya Kami kembali (mengazabmu) dan Kami jadikan neraka Jahanam penjara bagi orang-orang yang tidak beriman.”
      Para ulama menjelaskan bahwa Al-Quran surah Al-Isra (surah ke-17) ayat 4 sampai 8 menegaskan terjadinya dua kerusakan di muka bumi yang dilakukan oleh Bani Israil.
      Sekiranya dua kerusakan yang dimaksudkan telah terjadi pada masa lampau, padahal sejarah telah mencatat bahwa Bani Israil telah berbuat kerusakan di bumi berkali-kali, bukan hanya dua kali saja.
      Dapat ditafsirkan bahwa yang dimaksudkan adalah puncak kerusakan yang dilakukan oleh Bani Israil di muka bumi. Oleh karena itu, Allah akan mengirimkan kepada Bani Israil azab yang sangat pedih.
      Dalam sejarah tidak disebutkan kemenangan kembali Bani Israil atas orang-orang yang menguasai mereka terdahulu, sedangkan dalam Al-Quran surah Al-Isra (surah ke-17) ayat 6 menjelaskan bahwa Bani Israil akan mendapatkan giliran mengalahkan musuh saat mereka berbuat kerusakan yang pertama, karena Allah berfirman:“Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali.”
     Seandainya yang dimaksudkan dengan dua kerusakan adalah sesuatu yang telah terjadi, tentulah tidak dipakai lafaz “idza”, karena lafaz “idza” mengandung makna “zharfiyah” (keterangan waktu) dan “syarthiyah” (syarat) untuk masa mendatang, bukan masa lampau.
      Apabila kedua kerusakan itu terjadi di masa lampau, maka lafaz yang dipakai “lamma” bukan “idza” dan kata “latufsidunna” (Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan) dengan huruf “lam” dan “nun” berfungsi sebagai “ta’kid” (penegasan) pada masa mendatang.
      Firman Allah: “Dan Itulah ketetapan yang pasti terlaksana” menunjukkan sesuatu yang akan terjadi pada masa mendatang, karena “janji ketetapan” adalah untuk sesuatu yang belum terlaksana.
      Para penguasa dan bangsa-bangsa yang menaklukan Bani Israil dahulu adalah orang-orang kafir dan penyembah berhala, tetapi dalam Al-Quran surah Al-Isra (surah ke-17) ayat 5 menyebutkan,“Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar.”
      Pernyertaan kata “Kami” dalam kalimat di atas sebagai bentuk “tasyrif” (penghormatan), sedangkan kehormatan dan kemuliaan hanyalah milik orang-orang yang beriman kepada Allah.
      Dalam aksi pengrusakan kedua yang dilakukan oleh Bani Israil terdapat aksi penghancuran bangunan yang menjulang tinggi (gedung pencakar langit), dalam sejarah tidak menyebutkan bahwa pada zaman dahulu Bani Israil memiliki bangunan pencakar langit.
     Para ulama berpendapat bahwa hakikat dan analisa ayat-ayat Al-Quran di atas menegaskan bahwa dua aksi pengerusakan yang dilakukan oleh Bani Israil akan terjadi setelah turunnya surat Al-Isra.
      Sekarang ini, bangsa Yahudi Israil telah menguasai Baitul Maqdis, banyak berbuat kerusakan di muka bumi, membunuh kaum wanita, orang tua, serta membunuh anak-anak lemah yang tidak dapat melarikan diri.
      Bani Israil telah membakar tempat bersejarah Nabi Muhammad dalam perjalanan Isra Mikraj, merobek-robek mushaf Al-Quran, dan melakukan puncak kejahatan di muka bumi.
      Nabi bersabda,” Tidak akan datang hari kiamat, sehingga umat Islam berperang melawan orang Yahudi. Ketika orang-orang Yahudi bersembunyi di balik pepohonan atau bebatuan, maka pepohonan dan bebatuan itu berseru, ‘Wahai Muslim, wahai hamba Allah, ini ada orang Yahudi bersembunyi di balikku, kemarilah dan bunuhlah ia. Selain pohon Ghorqod, karena ia adalah pohon Yahudi.”
Daftar Pustaka
1. Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004   
4. Kisah Para Sahabat.
5. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.
6. Tafsirq.com online

883. ISRAIL

AYAT AL-QURAN TENTANG BANI ISRAIL
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang ayat-ayat Al-Quran tentang Bani Israil ?” Berikut ini penjelasannya
      Al-Quran surah Al-Isra (surah ke-17) ayat 4.

وَقَضَيْنَا إِلَىٰ بَنِي إِسْرَائِيلَ فِي الْكِتَابِ لَتُفْسِدُنَّ فِي الْأَرْضِ مَرَّتَيْنِ وَلَتَعْلُنَّ عُلُوًّا كَبِيرًا
      “Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu:’Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar’."
      Al-Quran surah Al-Isra (surah ke-17) ayat 5.

فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ أُولَاهُمَا بَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادًا لَنَا أُولِي بَأْسٍ شَدِيدٍ فَجَاسُوا خِلَالَ الدِّيَارِ ۚ وَكَانَ وَعْدًا مَفْعُولًا

      “Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana.”
      Al-Quran surah Al-Isra (surah ke-17) ayat 6.

ثُمَّ رَدَدْنَا لَكُمُ الْكَرَّةَ عَلَيْهِمْ وَأَمْدَدْنَاكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَجَعَلْنَاكُمْ أَكْثَرَ نَفِيرًا
     
“Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar.”
      Al-Quran surah Al-Isra (surah ke-17) ayat 7.

إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ ۖ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا ۚ فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآخِرَةِ لِيَسُوءُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا
      “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-mukamu dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.”
      Al-Quran surah Al-Isra (surah ke-17) ayat 8.

عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَنْ يَرْحَمَكُمْ ۚ وَإِنْ عُدْتُمْ عُدْنَا ۘ وَجَعَلْنَا جَهَنَّمَ لِلْكَافِرِينَ حَصِيرًا

      “Mudah-mudahan Tuhanmu akan melimpahkan rahmat (Nya) kepadamu; dan sekiranya kamu kembali kepada (kedurhakaan), niscaya Kami kembali (mengazabmu) dan Kami jadikan neraka Jahanam penjara bagi orang-orang yang tidak beriman.”
      Para ulama menjelaskan bahwa Al-Quran surah Al-Isra (surah ke-17) ayat 4 sampai 8 menegaskan terjadinya dua kerusakan di muka bumi yang dilakukan oleh Bani Israil.
      Sekiranya dua kerusakan yang dimaksudkan telah terjadi pada masa lampau, padahal sejarah telah mencatat bahwa Bani Israil telah berbuat kerusakan di bumi berkali-kali, bukan hanya dua kali saja.
      Dapat ditafsirkan bahwa yang dimaksudkan adalah puncak kerusakan yang dilakukan oleh Bani Israil di muka bumi. Oleh karena itu, Allah akan mengirimkan kepada Bani Israil azab yang sangat pedih.
      Dalam sejarah tidak disebutkan kemenangan kembali Bani Israil atas orang-orang yang menguasai mereka terdahulu, sedangkan dalam Al-Quran surah Al-Isra (surah ke-17) ayat 6 menjelaskan bahwa Bani Israil akan mendapatkan giliran mengalahkan musuh saat mereka berbuat kerusakan yang pertama, karena Allah berfirman:“Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali.”
     Seandainya yang dimaksudkan dengan dua kerusakan adalah sesuatu yang telah terjadi, tentulah tidak dipakai lafaz “idza”, karena lafaz “idza” mengandung makna “zharfiyah” (keterangan waktu) dan “syarthiyah” (syarat) untuk masa mendatang, bukan masa lampau.
      Apabila kedua kerusakan itu terjadi di masa lampau, maka lafaz yang dipakai “lamma” bukan “idza” dan kata “latufsidunna” (Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan) dengan huruf “lam” dan “nun” berfungsi sebagai “ta’kid” (penegasan) pada masa mendatang.
      Firman Allah: “Dan Itulah ketetapan yang pasti terlaksana” menunjukkan sesuatu yang akan terjadi pada masa mendatang, karena “janji ketetapan” adalah untuk sesuatu yang belum terlaksana.
      Para penguasa dan bangsa-bangsa yang menaklukan Bani Israil dahulu adalah orang-orang kafir dan penyembah berhala, tetapi dalam Al-Quran surah Al-Isra (surah ke-17) ayat 5 menyebutkan,“Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar.”
      Pernyertaan kata “Kami” dalam kalimat di atas sebagai bentuk “tasyrif” (penghormatan), sedangkan kehormatan dan kemuliaan hanyalah milik orang-orang yang beriman kepada Allah.
      Dalam aksi pengrusakan kedua yang dilakukan oleh Bani Israil terdapat aksi penghancuran bangunan yang menjulang tinggi (gedung pencakar langit), dalam sejarah tidak menyebutkan bahwa pada zaman dahulu Bani Israil memiliki bangunan pencakar langit.
     Para ulama berpendapat bahwa hakikat dan analisa ayat-ayat Al-Quran di atas menegaskan bahwa dua aksi pengerusakan yang dilakukan oleh Bani Israil akan terjadi setelah turunnya surat Al-Isra.
      Sekarang ini, bangsa Yahudi Israil telah menguasai Baitul Maqdis, banyak berbuat kerusakan di muka bumi, membunuh kaum wanita, orang tua, serta membunuh anak-anak lemah yang tidak dapat melarikan diri.
      Bani Israil telah membakar tempat bersejarah Nabi Muhammad dalam perjalanan Isra Mikraj, merobek-robek mushaf Al-Quran, dan melakukan puncak kejahatan di muka bumi.
      Nabi bersabda,” Tidak akan datang hari kiamat, sehingga umat Islam berperang melawan orang Yahudi. Ketika orang-orang Yahudi bersembunyi di balik pepohonan atau bebatuan, maka pepohonan dan bebatuan itu berseru, ‘Wahai Muslim, wahai hamba Allah, ini ada orang Yahudi bersembunyi di balikku, kemarilah dan bunuhlah ia. Selain pohon Ghorqod, karena ia adalah pohon Yahudi.”
Daftar Pustaka
1. Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004   
4. Kisah Para Sahabat.
5. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.
6. Tafsirq.com online

883. ISRAIL

AYAT AL-QURAN TENTANG BANI ISRAIL
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang ayat-ayat Al-Quran tentang Bani Israil ?” Berikut ini penjelasannya
      Al-Quran surah Al-Isra (surah ke-17) ayat 4.

وَقَضَيْنَا إِلَىٰ بَنِي إِسْرَائِيلَ فِي الْكِتَابِ لَتُفْسِدُنَّ فِي الْأَرْضِ مَرَّتَيْنِ وَلَتَعْلُنَّ عُلُوًّا كَبِيرًا
      “Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu:’Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar’."
      Al-Quran surah Al-Isra (surah ke-17) ayat 5.

فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ أُولَاهُمَا بَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادًا لَنَا أُولِي بَأْسٍ شَدِيدٍ فَجَاسُوا خِلَالَ الدِّيَارِ ۚ وَكَانَ وَعْدًا مَفْعُولًا

      “Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana.”
      Al-Quran surah Al-Isra (surah ke-17) ayat 6.

ثُمَّ رَدَدْنَا لَكُمُ الْكَرَّةَ عَلَيْهِمْ وَأَمْدَدْنَاكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَجَعَلْنَاكُمْ أَكْثَرَ نَفِيرًا
     
“Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar.”
      Al-Quran surah Al-Isra (surah ke-17) ayat 7.

إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ ۖ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا ۚ فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآخِرَةِ لِيَسُوءُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا
      “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-mukamu dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.”
      Al-Quran surah Al-Isra (surah ke-17) ayat 8.

عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَنْ يَرْحَمَكُمْ ۚ وَإِنْ عُدْتُمْ عُدْنَا ۘ وَجَعَلْنَا جَهَنَّمَ لِلْكَافِرِينَ حَصِيرًا

      “Mudah-mudahan Tuhanmu akan melimpahkan rahmat (Nya) kepadamu; dan sekiranya kamu kembali kepada (kedurhakaan), niscaya Kami kembali (mengazabmu) dan Kami jadikan neraka Jahanam penjara bagi orang-orang yang tidak beriman.”
      Para ulama menjelaskan bahwa Al-Quran surah Al-Isra (surah ke-17) ayat 4 sampai 8 menegaskan terjadinya dua kerusakan di muka bumi yang dilakukan oleh Bani Israil.
      Sekiranya dua kerusakan yang dimaksudkan telah terjadi pada masa lampau, padahal sejarah telah mencatat bahwa Bani Israil telah berbuat kerusakan di bumi berkali-kali, bukan hanya dua kali saja.
      Dapat ditafsirkan bahwa yang dimaksudkan adalah puncak kerusakan yang dilakukan oleh Bani Israil di muka bumi. Oleh karena itu, Allah akan mengirimkan kepada Bani Israil azab yang sangat pedih.
      Dalam sejarah tidak disebutkan kemenangan kembali Bani Israil atas orang-orang yang menguasai mereka terdahulu, sedangkan dalam Al-Quran surah Al-Isra (surah ke-17) ayat 6 menjelaskan bahwa Bani Israil akan mendapatkan giliran mengalahkan musuh saat mereka berbuat kerusakan yang pertama, karena Allah berfirman:“Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali.”
     Seandainya yang dimaksudkan dengan dua kerusakan adalah sesuatu yang telah terjadi, tentulah tidak dipakai lafaz “idza”, karena lafaz “idza” mengandung makna “zharfiyah” (keterangan waktu) dan “syarthiyah” (syarat) untuk masa mendatang, bukan masa lampau.
      Apabila kedua kerusakan itu terjadi di masa lampau, maka lafaz yang dipakai “lamma” bukan “idza” dan kata “latufsidunna” (Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan) dengan huruf “lam” dan “nun” berfungsi sebagai “ta’kid” (penegasan) pada masa mendatang.
      Firman Allah: “Dan Itulah ketetapan yang pasti terlaksana” menunjukkan sesuatu yang akan terjadi pada masa mendatang, karena “janji ketetapan” adalah untuk sesuatu yang belum terlaksana.
      Para penguasa dan bangsa-bangsa yang menaklukan Bani Israil dahulu adalah orang-orang kafir dan penyembah berhala, tetapi dalam Al-Quran surah Al-Isra (surah ke-17) ayat 5 menyebutkan,“Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar.”
      Pernyertaan kata “Kami” dalam kalimat di atas sebagai bentuk “tasyrif” (penghormatan), sedangkan kehormatan dan kemuliaan hanyalah milik orang-orang yang beriman kepada Allah.
      Dalam aksi pengrusakan kedua yang dilakukan oleh Bani Israil terdapat aksi penghancuran bangunan yang menjulang tinggi (gedung pencakar langit), dalam sejarah tidak menyebutkan bahwa pada zaman dahulu Bani Israil memiliki bangunan pencakar langit.
     Para ulama berpendapat bahwa hakikat dan analisa ayat-ayat Al-Quran di atas menegaskan bahwa dua aksi pengerusakan yang dilakukan oleh Bani Israil akan terjadi setelah turunnya surat Al-Isra.
      Sekarang ini, bangsa Yahudi Israil telah menguasai Baitul Maqdis, banyak berbuat kerusakan di muka bumi, membunuh kaum wanita, orang tua, serta membunuh anak-anak lemah yang tidak dapat melarikan diri.
      Bani Israil telah membakar tempat bersejarah Nabi Muhammad dalam perjalanan Isra Mikraj, merobek-robek mushaf Al-Quran, dan melakukan puncak kejahatan di muka bumi.
      Nabi bersabda,” Tidak akan datang hari kiamat, sehingga umat Islam berperang melawan orang Yahudi. Ketika orang-orang Yahudi bersembunyi di balik pepohonan atau bebatuan, maka pepohonan dan bebatuan itu berseru, ‘Wahai Muslim, wahai hamba Allah, ini ada orang Yahudi bersembunyi di balikku, kemarilah dan bunuhlah ia. Selain pohon Ghorqod, karena ia adalah pohon Yahudi.”
Daftar Pustaka
1. Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004   
4. Kisah Para Sahabat.
5. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.
6. Tafsirq.com online

883. ISRAIL

AYAT AL-QURAN TENTANG BANI ISRAIL
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang ayat-ayat Al-Quran tentang Bani Israil ?” Berikut ini penjelasannya
      Al-Quran surah Al-Isra (surah ke-17) ayat 4.

وَقَضَيْنَا إِلَىٰ بَنِي إِسْرَائِيلَ فِي الْكِتَابِ لَتُفْسِدُنَّ فِي الْأَرْضِ مَرَّتَيْنِ وَلَتَعْلُنَّ عُلُوًّا كَبِيرًا
      “Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu:’Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar’."
      Al-Quran surah Al-Isra (surah ke-17) ayat 5.

فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ أُولَاهُمَا بَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادًا لَنَا أُولِي بَأْسٍ شَدِيدٍ فَجَاسُوا خِلَالَ الدِّيَارِ ۚ وَكَانَ وَعْدًا مَفْعُولًا

      “Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana.”
      Al-Quran surah Al-Isra (surah ke-17) ayat 6.

ثُمَّ رَدَدْنَا لَكُمُ الْكَرَّةَ عَلَيْهِمْ وَأَمْدَدْنَاكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَجَعَلْنَاكُمْ أَكْثَرَ نَفِيرًا
     
“Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar.”
      Al-Quran surah Al-Isra (surah ke-17) ayat 7.

إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ ۖ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا ۚ فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآخِرَةِ لِيَسُوءُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا
      “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-mukamu dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.”
      Al-Quran surah Al-Isra (surah ke-17) ayat 8.

عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَنْ يَرْحَمَكُمْ ۚ وَإِنْ عُدْتُمْ عُدْنَا ۘ وَجَعَلْنَا جَهَنَّمَ لِلْكَافِرِينَ حَصِيرًا

      “Mudah-mudahan Tuhanmu akan melimpahkan rahmat (Nya) kepadamu; dan sekiranya kamu kembali kepada (kedurhakaan), niscaya Kami kembali (mengazabmu) dan Kami jadikan neraka Jahanam penjara bagi orang-orang yang tidak beriman.”
      Para ulama menjelaskan bahwa Al-Quran surah Al-Isra (surah ke-17) ayat 4 sampai 8 menegaskan terjadinya dua kerusakan di muka bumi yang dilakukan oleh Bani Israil.
      Sekiranya dua kerusakan yang dimaksudkan telah terjadi pada masa lampau, padahal sejarah telah mencatat bahwa Bani Israil telah berbuat kerusakan di bumi berkali-kali, bukan hanya dua kali saja.
      Dapat ditafsirkan bahwa yang dimaksudkan adalah puncak kerusakan yang dilakukan oleh Bani Israil di muka bumi. Oleh karena itu, Allah akan mengirimkan kepada Bani Israil azab yang sangat pedih.
      Dalam sejarah tidak disebutkan kemenangan kembali Bani Israil atas orang-orang yang menguasai mereka terdahulu, sedangkan dalam Al-Quran surah Al-Isra (surah ke-17) ayat 6 menjelaskan bahwa Bani Israil akan mendapatkan giliran mengalahkan musuh saat mereka berbuat kerusakan yang pertama, karena Allah berfirman:“Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali.”
     Seandainya yang dimaksudkan dengan dua kerusakan adalah sesuatu yang telah terjadi, tentulah tidak dipakai lafaz “idza”, karena lafaz “idza” mengandung makna “zharfiyah” (keterangan waktu) dan “syarthiyah” (syarat) untuk masa mendatang, bukan masa lampau.
      Apabila kedua kerusakan itu terjadi di masa lampau, maka lafaz yang dipakai “lamma” bukan “idza” dan kata “latufsidunna” (Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan) dengan huruf “lam” dan “nun” berfungsi sebagai “ta’kid” (penegasan) pada masa mendatang.
      Firman Allah: “Dan Itulah ketetapan yang pasti terlaksana” menunjukkan sesuatu yang akan terjadi pada masa mendatang, karena “janji ketetapan” adalah untuk sesuatu yang belum terlaksana.
      Para penguasa dan bangsa-bangsa yang menaklukan Bani Israil dahulu adalah orang-orang kafir dan penyembah berhala, tetapi dalam Al-Quran surah Al-Isra (surah ke-17) ayat 5 menyebutkan,“Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar.”
      Pernyertaan kata “Kami” dalam kalimat di atas sebagai bentuk “tasyrif” (penghormatan), sedangkan kehormatan dan kemuliaan hanyalah milik orang-orang yang beriman kepada Allah.
      Dalam aksi pengrusakan kedua yang dilakukan oleh Bani Israil terdapat aksi penghancuran bangunan yang menjulang tinggi (gedung pencakar langit), dalam sejarah tidak menyebutkan bahwa pada zaman dahulu Bani Israil memiliki bangunan pencakar langit.
     Para ulama berpendapat bahwa hakikat dan analisa ayat-ayat Al-Quran di atas menegaskan bahwa dua aksi pengerusakan yang dilakukan oleh Bani Israil akan terjadi setelah turunnya surat Al-Isra.
      Sekarang ini, bangsa Yahudi Israil telah menguasai Baitul Maqdis, banyak berbuat kerusakan di muka bumi, membunuh kaum wanita, orang tua, serta membunuh anak-anak lemah yang tidak dapat melarikan diri.
      Bani Israil telah membakar tempat bersejarah Nabi Muhammad dalam perjalanan Isra Mikraj, merobek-robek mushaf Al-Quran, dan melakukan puncak kejahatan di muka bumi.
      Nabi bersabda,” Tidak akan datang hari kiamat, sehingga umat Islam berperang melawan orang Yahudi. Ketika orang-orang Yahudi bersembunyi di balik pepohonan atau bebatuan, maka pepohonan dan bebatuan itu berseru, ‘Wahai Muslim, wahai hamba Allah, ini ada orang Yahudi bersembunyi di balikku, kemarilah dan bunuhlah ia. Selain pohon Ghorqod, karena ia adalah pohon Yahudi.”
Daftar Pustaka
1. Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004   
4. Kisah Para Sahabat.
5. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.
6. Tafsirq.com online

883. ISRAIL

AYAT AL-QURAN TENTANG BANI ISRAIL
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang ayat-ayat Al-Quran tentang Bani Israil ?” Berikut ini penjelasannya
      Al-Quran surah Al-Isra (surah ke-17) ayat 4.

وَقَضَيْنَا إِلَىٰ بَنِي إِسْرَائِيلَ فِي الْكِتَابِ لَتُفْسِدُنَّ فِي الْأَرْضِ مَرَّتَيْنِ وَلَتَعْلُنَّ عُلُوًّا كَبِيرًا
      “Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu:’Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar’."
      Al-Quran surah Al-Isra (surah ke-17) ayat 5.

فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ أُولَاهُمَا بَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادًا لَنَا أُولِي بَأْسٍ شَدِيدٍ فَجَاسُوا خِلَالَ الدِّيَارِ ۚ وَكَانَ وَعْدًا مَفْعُولًا

      “Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana.”
      Al-Quran surah Al-Isra (surah ke-17) ayat 6.

ثُمَّ رَدَدْنَا لَكُمُ الْكَرَّةَ عَلَيْهِمْ وَأَمْدَدْنَاكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَجَعَلْنَاكُمْ أَكْثَرَ نَفِيرًا
     
“Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar.”
      Al-Quran surah Al-Isra (surah ke-17) ayat 7.

إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ ۖ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا ۚ فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآخِرَةِ لِيَسُوءُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا
      “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-mukamu dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.”
      Al-Quran surah Al-Isra (surah ke-17) ayat 8.

عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَنْ يَرْحَمَكُمْ ۚ وَإِنْ عُدْتُمْ عُدْنَا ۘ وَجَعَلْنَا جَهَنَّمَ لِلْكَافِرِينَ حَصِيرًا

      “Mudah-mudahan Tuhanmu akan melimpahkan rahmat (Nya) kepadamu; dan sekiranya kamu kembali kepada (kedurhakaan), niscaya Kami kembali (mengazabmu) dan Kami jadikan neraka Jahanam penjara bagi orang-orang yang tidak beriman.”
      Para ulama menjelaskan bahwa Al-Quran surah Al-Isra (surah ke-17) ayat 4 sampai 8 menegaskan terjadinya dua kerusakan di muka bumi yang dilakukan oleh Bani Israil.
      Sekiranya dua kerusakan yang dimaksudkan telah terjadi pada masa lampau, padahal sejarah telah mencatat bahwa Bani Israil telah berbuat kerusakan di bumi berkali-kali, bukan hanya dua kali saja.
      Dapat ditafsirkan bahwa yang dimaksudkan adalah puncak kerusakan yang dilakukan oleh Bani Israil di muka bumi. Oleh karena itu, Allah akan mengirimkan kepada Bani Israil azab yang sangat pedih.
      Dalam sejarah tidak disebutkan kemenangan kembali Bani Israil atas orang-orang yang menguasai mereka terdahulu, sedangkan dalam Al-Quran surah Al-Isra (surah ke-17) ayat 6 menjelaskan bahwa Bani Israil akan mendapatkan giliran mengalahkan musuh saat mereka berbuat kerusakan yang pertama, karena Allah berfirman:“Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali.”
     Seandainya yang dimaksudkan dengan dua kerusakan adalah sesuatu yang telah terjadi, tentulah tidak dipakai lafaz “idza”, karena lafaz “idza” mengandung makna “zharfiyah” (keterangan waktu) dan “syarthiyah” (syarat) untuk masa mendatang, bukan masa lampau.
      Apabila kedua kerusakan itu terjadi di masa lampau, maka lafaz yang dipakai “lamma” bukan “idza” dan kata “latufsidunna” (Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan) dengan huruf “lam” dan “nun” berfungsi sebagai “ta’kid” (penegasan) pada masa mendatang.
      Firman Allah: “Dan Itulah ketetapan yang pasti terlaksana” menunjukkan sesuatu yang akan terjadi pada masa mendatang, karena “janji ketetapan” adalah untuk sesuatu yang belum terlaksana.
      Para penguasa dan bangsa-bangsa yang menaklukan Bani Israil dahulu adalah orang-orang kafir dan penyembah berhala, tetapi dalam Al-Quran surah Al-Isra (surah ke-17) ayat 5 menyebutkan,“Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar.”
      Pernyertaan kata “Kami” dalam kalimat di atas sebagai bentuk “tasyrif” (penghormatan), sedangkan kehormatan dan kemuliaan hanyalah milik orang-orang yang beriman kepada Allah.
      Dalam aksi pengrusakan kedua yang dilakukan oleh Bani Israil terdapat aksi penghancuran bangunan yang menjulang tinggi (gedung pencakar langit), dalam sejarah tidak menyebutkan bahwa pada zaman dahulu Bani Israil memiliki bangunan pencakar langit.
     Para ulama berpendapat bahwa hakikat dan analisa ayat-ayat Al-Quran di atas menegaskan bahwa dua aksi pengerusakan yang dilakukan oleh Bani Israil akan terjadi setelah turunnya surat Al-Isra.
      Sekarang ini, bangsa Yahudi Israil telah menguasai Baitul Maqdis, banyak berbuat kerusakan di muka bumi, membunuh kaum wanita, orang tua, serta membunuh anak-anak lemah yang tidak dapat melarikan diri.
      Bani Israil telah membakar tempat bersejarah Nabi Muhammad dalam perjalanan Isra Mikraj, merobek-robek mushaf Al-Quran, dan melakukan puncak kejahatan di muka bumi.
      Nabi bersabda,” Tidak akan datang hari kiamat, sehingga umat Islam berperang melawan orang Yahudi. Ketika orang-orang Yahudi bersembunyi di balik pepohonan atau bebatuan, maka pepohonan dan bebatuan itu berseru, ‘Wahai Muslim, wahai hamba Allah, ini ada orang Yahudi bersembunyi di balikku, kemarilah dan bunuhlah ia. Selain pohon Ghorqod, karena ia adalah pohon Yahudi.”
Daftar Pustaka
1. Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004   
4. Kisah Para Sahabat.
5. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.
6. Tafsirq.com online

882. YAHUDI

KAUM YAHUDI MENGKHIANATI NABI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M


      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang sejarah kaum Yahudi mengkhianati Nabi Muhammad?” Berikut ini penjelasannya.
     Setelah Nabi berhijrah dari Mekah ke Madinah, maka Nabi menata hubungannya dengan golongan “non-Islam”, tujuannya adalah untuk mewujudkan keamanan, kesejahteraan, dan keharmonisan masyarakat Madinah.
     Pada abad ke-7 Masehi terdapat tiga kabilah besar kaum Yahudi yang tinggal di Madinah, yaitu Bani Qainuqa, Bani Nadhir, dan Bani Quraizhah. Nabi menyetujui perjanjian “Piagam Madinah” dengan kaum Yahudi Madinah yang berisi kesepakatan perdamaian antara kaum Muslim dengan kaum Yahudi dan untuk melawan semua musuh yang berasal dari luar Madinah.
      Kaum Yahudi di Madinah mempunyai dendam, iri, dan dengki terhadap kerukunan umat Islam, serta kaum Yahudi Madinah bukan orang yang ahli dalam peperangan, tetapi mereka ahli dalam tipu muslihat dan konspirasi.
      Meskipun terdapat perjanjian yang disepakati antara kaum Yahudi dengan Nabi Muhammad, ternyata kaum Yahudi selalu berusaha menipu dan mengadu domba sesama umat Islam dengan segala cara.
PERANG BANI QAINUQA
      Syas bin Qais seorang pemimpin Yahudi mengadu domba para sahabat Ansor yang berasal dari kaum Aus dengan kaum Khazraj dengan mengungkit-ungkit  permusuhan mereka pada zaman lampau.
      Hampir terjadi peperangan sesama Islam dalam kaum Ansar, yaitu antara kaum Aus dengan kaum Khazraj karena dihasut oleh kaum Yahudi, tetapi Nabi berhasil merukunkan kembali, sehingga mereka berangkulan sambil menangis saling memaafkan.
      Setelah kaum Yahudi mengetahui bahwa pasukan Islam menang dalam Perang Badar, maka kaum Yahudi di Madinah semakin segan dan takut sekaligus bertambah benci dan dendam kepada Nabi Muhammad.
      Kaab bin Arsyaf tokoh Yahudi Bani Qainuqa, seperti umumnya kaum Yahudi bekerja sebagai perajin perhiasan, pandai besi, dan pembuat berbagai perkakas telah mempunyai 700 prajurit perang,  sehingga mulai berani melanggar perjanjian dengan Nabi Muhammad.
     Kaum Yahudi Bani Qainuqa mengolok-olok dan mengganggu wanita Muslimah yang mengunjungi pasar mereka, maka Nabi mengumpulkan kaum Yahudi Bani Qainuqa untuk mengingatkan perjanjian yang telah disepakati antara kaum Yahudi dengan kaum Muslim, tetapi nasihat Nabi tidak digubris oleh kaum Yahudi.
     Seorang wanitah Muslimah yang mengunjungi pasar Bani Qainuqa dipermalukan oleh para pemuda kaum Yahudi dengan mengikatkan ujung bajunya pada sebuah tiang, sehingga ketika wanita itu bangkit terlepaslah bajunya dan terlihat auratnya, dan para pemuda Yahudi menertawakannya.
      Seorang pemuda Muslim yang berada di sekitar lokasi melompat dan membunuh pemuda Yahudi yang menggangu wanita muslimah itu, lalu para pemuda Yahudi mengikat pemuda Muslim itu  dan membunuhnya.
      Nabi membawa pasukan Islam mengepung benteng Bani Qainuqa selama 15 hari, dan akhirnya kaum Yahudi menyerah, tiba-tiba muncul Abdullah bin Ubay seorang tokoh munafik yang berasal dari suku Khazraj datang menjumpai Nabi.
     Sejak dahulu Bani Khazarj dan kaum Yahudi Bani Qainuqa bersahabat, sehingga Abdullah bin Ubay si tokoh munafik membela kaum Yahudi, dan akhirnya Nabi memaafkan kaum Yahudi Bani Qainuqa dan hanya mengusirnya untuk keluar dari Madinah.
PERANG BANI NADHIR
      Setelah peristiwa Bani Qainuqa dan pembunuhan Kaab bin Asyraf yang kaya raya, kaum Yahudi hidup dalam ketakutan, sehingga mereka “tiarap” dan berdiam diri, tetapi setelah Perang Uhud yang “dimenangkan” oleh kaum Quraisy Mekah, maka  kaum Yahudi mulai berani memperlihatkan permusuhan dengan umat Islam dan bersahabat dengan kaum Quraisy Mekah, bahkan kaum Yahudi berencana membunuh Nabi Muhammad.
      Nabi Muhammad dan beberapa sahabat sedang menunggu di sebuah rumah milik orang Yahudi, kemudian Amru bin Jahsy mengangkat sebuah lesung gilingan gandum yang akan dilemparkan dari atas rumah mengenai kepala Nabi dan para sahabat.
      Malaikat Jibril memberitahu Nabi tentang rencana jahat tersebut, maka dengan cepat Nabi beranjak pergi meninggalkan rumah tersebut, sehingga Nabi selamat dari rencana pembunuhan yang keji tersebut.
     Kemudian Nabi mengusir kaum Yahudi Bani Nadhir agar keluar dari Madinah, ternyata Abdullah bin Ubay seorang tokoh munafik yang berasal dari kaum Ansar dan kepala suku Bani Khazraj ikut membela kaum Yahudi Bani Nadir agar melawan Nabi dan umat Islam.
     Nabi membawa pasukan Islam untuk memerangi Bani Nadhir, yang membawa bendera kaum Muslim adalah Ali bin Abi Thalib, kemudian pasukan Islam mengepung benteng Bani Nadhir selama enam hari (ada yang berpendapat 15 hari), dan akhirnya kaum Yahudi Bani Nadhir menyerah.
     Kaum Yahudi Bani Nadhir yang mengkhianati perjanjian “Piagam Madinah” diusir oleh Nabi untuk keluar dari Madinah pindah ke daerah Khaibar dengan membawa keluarganya, dan harta kekayaan yang diangkut dengan 900 ekor unta, tanpa membawa senjata.
PERANG BANI QURAIZHAH
     Kaum Yahudi Bani Nadhir yang melanggar perjanjian “Piagam Madinah” dan telah diusir oleh Nabi keluar dari Madinah berhasil mengumpulkan pasukan sebanyak 10.000 orang untuk mengepung Madinah dengan penduduk 3.000 orang dalam Perang Parit.
     Umat Islam hampir punah, karena 10.000 pasukan musyrik mengepung 3.000 umat Islam di Madinah dalam Perang Khandaq (Perang Parit), pengepungan berlangsung lebih dari sebulan. Alhamdulillah umat Islam berhasil selamat, salah satunya karena adanya parit yang panjang, dalam, dan lebar sehingga musuh tidak dapat masuk Madinah, atas usulan Salman Al-Farisi yang berasal dari Persia.
      Setelah 10.000 pasukan musuh kembali ke daerahnya masing-masing, maka Nabi menghukum kaum Yahudi Bani Quraizhah yang berkhianat dalam Perang Parit, dengan membatalkan perjanjian  sepihak dan memberontak dari belakang, ketika Nabi melawan 10.000 pasukan dari depan. Sungguh sangat membahayakan, hampir saja umat Islam habis dari muka bumi.
      Nabi membawa 3.000 pasukan Islam untuk mengepung benteng Bani Quraizhah selama 25 hari, akhirnya Bani Quraizah menyerah, kemudian Saad bin Muadz, kepala suku Bani Aus, dari kaum Ansar sebagai hakim yang memutuskan semua pasukan  Bani Quraizhah dihukum bunuh.
     Demikianlah, beberapa kisah tentang pengkhianatan kaum Yahudi pada zaman Nabi Muhammad masih hidup, sebaiknya semua umat Islam membaca sendiri minimal sekali dalam hidupnya tentang “Sirah Nabawi” agar lebih memahami sejarah hidup Nabi Muhammad untuk dicontoh dan diteladani supaya tidak mudah ditipu oleh musuh Islam.
Daftar Pustaka
1. Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
4. Al-Kandahlawi, Maulana Muhammad Zakaria. Himpunan Fadhilah Amal. Penerbit Ash-Shaff. Jogyakarta. 2000.
5. Hisyam, Ibnu. Sirah Nabawiyah. Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah.

882. YAHUDI

KAUM YAHUDI MENGKHIANATI NABI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M


      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang sejarah kaum Yahudi mengkhianati Nabi Muhammad?” Berikut ini penjelasannya.
     Setelah Nabi berhijrah dari Mekah ke Madinah, maka Nabi menata hubungannya dengan golongan “non-Islam”, tujuannya adalah untuk mewujudkan keamanan, kesejahteraan, dan keharmonisan masyarakat Madinah.
     Pada abad ke-7 Masehi terdapat tiga kabilah besar kaum Yahudi yang tinggal di Madinah, yaitu Bani Qainuqa, Bani Nadhir, dan Bani Quraizhah. Nabi menyetujui perjanjian “Piagam Madinah” dengan kaum Yahudi Madinah yang berisi kesepakatan perdamaian antara kaum Muslim dengan kaum Yahudi dan untuk melawan semua musuh yang berasal dari luar Madinah.
      Kaum Yahudi di Madinah mempunyai dendam, iri, dan dengki terhadap kerukunan umat Islam, serta kaum Yahudi Madinah bukan orang yang ahli dalam peperangan, tetapi mereka ahli dalam tipu muslihat dan konspirasi.
      Meskipun terdapat perjanjian yang disepakati antara kaum Yahudi dengan Nabi Muhammad, ternyata kaum Yahudi selalu berusaha menipu dan mengadu domba sesama umat Islam dengan segala cara.
PERANG BANI QAINUQA
      Syas bin Qais seorang pemimpin Yahudi mengadu domba para sahabat Ansor yang berasal dari kaum Aus dengan kaum Khazraj dengan mengungkit-ungkit  permusuhan mereka pada zaman lampau.
      Hampir terjadi peperangan sesama Islam dalam kaum Ansar, yaitu antara kaum Aus dengan kaum Khazraj karena dihasut oleh kaum Yahudi, tetapi Nabi berhasil merukunkan kembali, sehingga mereka berangkulan sambil menangis saling memaafkan.
      Setelah kaum Yahudi mengetahui bahwa pasukan Islam menang dalam Perang Badar, maka kaum Yahudi di Madinah semakin segan dan takut sekaligus bertambah benci dan dendam kepada Nabi Muhammad.
      Kaab bin Arsyaf tokoh Yahudi Bani Qainuqa, seperti umumnya kaum Yahudi bekerja sebagai perajin perhiasan, pandai besi, dan pembuat berbagai perkakas telah mempunyai 700 prajurit perang,  sehingga mulai berani melanggar perjanjian dengan Nabi Muhammad.
     Kaum Yahudi Bani Qainuqa mengolok-olok dan mengganggu wanita Muslimah yang mengunjungi pasar mereka, maka Nabi mengumpulkan kaum Yahudi Bani Qainuqa untuk mengingatkan perjanjian yang telah disepakati antara kaum Yahudi dengan kaum Muslim, tetapi nasihat Nabi tidak digubris oleh kaum Yahudi.
     Seorang wanitah Muslimah yang mengunjungi pasar Bani Qainuqa dipermalukan oleh para pemuda kaum Yahudi dengan mengikatkan ujung bajunya pada sebuah tiang, sehingga ketika wanita itu bangkit terlepaslah bajunya dan terlihat auratnya, dan para pemuda Yahudi menertawakannya.
      Seorang pemuda Muslim yang berada di sekitar lokasi melompat dan membunuh pemuda Yahudi yang menggangu wanita muslimah itu, lalu para pemuda Yahudi mengikat pemuda Muslim itu  dan membunuhnya.
      Nabi membawa pasukan Islam mengepung benteng Bani Qainuqa selama 15 hari, dan akhirnya kaum Yahudi menyerah, tiba-tiba muncul Abdullah bin Ubay seorang tokoh munafik yang berasal dari suku Khazraj datang menjumpai Nabi.
     Sejak dahulu Bani Khazarj dan kaum Yahudi Bani Qainuqa bersahabat, sehingga Abdullah bin Ubay si tokoh munafik membela kaum Yahudi, dan akhirnya Nabi memaafkan kaum Yahudi Bani Qainuqa dan hanya mengusirnya untuk keluar dari Madinah.
PERANG BANI NADHIR
      Setelah peristiwa Bani Qainuqa dan pembunuhan Kaab bin Asyraf yang kaya raya, kaum Yahudi hidup dalam ketakutan, sehingga mereka “tiarap” dan berdiam diri, tetapi setelah Perang Uhud yang “dimenangkan” oleh kaum Quraisy Mekah, maka  kaum Yahudi mulai berani memperlihatkan permusuhan dengan umat Islam dan bersahabat dengan kaum Quraisy Mekah, bahkan kaum Yahudi berencana membunuh Nabi Muhammad.
      Nabi Muhammad dan beberapa sahabat sedang menunggu di sebuah rumah milik orang Yahudi, kemudian Amru bin Jahsy mengangkat sebuah lesung gilingan gandum yang akan dilemparkan dari atas rumah mengenai kepala Nabi dan para sahabat.
      Malaikat Jibril memberitahu Nabi tentang rencana jahat tersebut, maka dengan cepat Nabi beranjak pergi meninggalkan rumah tersebut, sehingga Nabi selamat dari rencana pembunuhan yang keji tersebut.
     Kemudian Nabi mengusir kaum Yahudi Bani Nadhir agar keluar dari Madinah, ternyata Abdullah bin Ubay seorang tokoh munafik yang berasal dari kaum Ansar dan kepala suku Bani Khazraj ikut membela kaum Yahudi Bani Nadir agar melawan Nabi dan umat Islam.
     Nabi membawa pasukan Islam untuk memerangi Bani Nadhir, yang membawa bendera kaum Muslim adalah Ali bin Abi Thalib, kemudian pasukan Islam mengepung benteng Bani Nadhir selama enam hari (ada yang berpendapat 15 hari), dan akhirnya kaum Yahudi Bani Nadhir menyerah.
     Kaum Yahudi Bani Nadhir yang mengkhianati perjanjian “Piagam Madinah” diusir oleh Nabi untuk keluar dari Madinah pindah ke daerah Khaibar dengan membawa keluarganya, dan harta kekayaan yang diangkut dengan 900 ekor unta, tanpa membawa senjata.
PERANG BANI QURAIZHAH
     Kaum Yahudi Bani Nadhir yang melanggar perjanjian “Piagam Madinah” dan telah diusir oleh Nabi keluar dari Madinah berhasil mengumpulkan pasukan sebanyak 10.000 orang untuk mengepung Madinah dengan penduduk 3.000 orang dalam Perang Parit.
     Umat Islam hampir punah, karena 10.000 pasukan musyrik mengepung 3.000 umat Islam di Madinah dalam Perang Khandaq (Perang Parit), pengepungan berlangsung lebih dari sebulan. Alhamdulillah umat Islam berhasil selamat, salah satunya karena adanya parit yang panjang, dalam, dan lebar sehingga musuh tidak dapat masuk Madinah, atas usulan Salman Al-Farisi yang berasal dari Persia.
      Setelah 10.000 pasukan musuh kembali ke daerahnya masing-masing, maka Nabi menghukum kaum Yahudi Bani Quraizhah yang berkhianat dalam Perang Parit, dengan membatalkan perjanjian  sepihak dan memberontak dari belakang, ketika Nabi melawan 10.000 pasukan dari depan. Sungguh sangat membahayakan, hampir saja umat Islam habis dari muka bumi.
      Nabi membawa 3.000 pasukan Islam untuk mengepung benteng Bani Quraizhah selama 25 hari, akhirnya Bani Quraizah menyerah, kemudian Saad bin Muadz, kepala suku Bani Aus, dari kaum Ansar sebagai hakim yang memutuskan semua pasukan  Bani Quraizhah dihukum bunuh.
     Demikianlah, beberapa kisah tentang pengkhianatan kaum Yahudi pada zaman Nabi Muhammad masih hidup, sebaiknya semua umat Islam membaca sendiri minimal sekali dalam hidupnya tentang “Sirah Nabawi” agar lebih memahami sejarah hidup Nabi Muhammad untuk dicontoh dan diteladani supaya tidak mudah ditipu oleh musuh Islam.
Daftar Pustaka
1. Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
4. Al-Kandahlawi, Maulana Muhammad Zakaria. Himpunan Fadhilah Amal. Penerbit Ash-Shaff. Jogyakarta. 2000.
5. Hisyam, Ibnu. Sirah Nabawiyah. Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah.

882. YAHUDI

KAUM YAHUDI MENGKHIANATI NABI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M


      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang sejarah kaum Yahudi mengkhianati Nabi Muhammad?” Berikut ini penjelasannya.
     Setelah Nabi berhijrah dari Mekah ke Madinah, maka Nabi menata hubungannya dengan golongan “non-Islam”, tujuannya adalah untuk mewujudkan keamanan, kesejahteraan, dan keharmonisan masyarakat Madinah.
     Pada abad ke-7 Masehi terdapat tiga kabilah besar kaum Yahudi yang tinggal di Madinah, yaitu Bani Qainuqa, Bani Nadhir, dan Bani Quraizhah. Nabi menyetujui perjanjian “Piagam Madinah” dengan kaum Yahudi Madinah yang berisi kesepakatan perdamaian antara kaum Muslim dengan kaum Yahudi dan untuk melawan semua musuh yang berasal dari luar Madinah.
      Kaum Yahudi di Madinah mempunyai dendam, iri, dan dengki terhadap kerukunan umat Islam, serta kaum Yahudi Madinah bukan orang yang ahli dalam peperangan, tetapi mereka ahli dalam tipu muslihat dan konspirasi.
      Meskipun terdapat perjanjian yang disepakati antara kaum Yahudi dengan Nabi Muhammad, ternyata kaum Yahudi selalu berusaha menipu dan mengadu domba sesama umat Islam dengan segala cara.
PERANG BANI QAINUQA
      Syas bin Qais seorang pemimpin Yahudi mengadu domba para sahabat Ansor yang berasal dari kaum Aus dengan kaum Khazraj dengan mengungkit-ungkit  permusuhan mereka pada zaman lampau.
      Hampir terjadi peperangan sesama Islam dalam kaum Ansar, yaitu antara kaum Aus dengan kaum Khazraj karena dihasut oleh kaum Yahudi, tetapi Nabi berhasil merukunkan kembali, sehingga mereka berangkulan sambil menangis saling memaafkan.
      Setelah kaum Yahudi mengetahui bahwa pasukan Islam menang dalam Perang Badar, maka kaum Yahudi di Madinah semakin segan dan takut sekaligus bertambah benci dan dendam kepada Nabi Muhammad.
      Kaab bin Arsyaf tokoh Yahudi Bani Qainuqa, seperti umumnya kaum Yahudi bekerja sebagai perajin perhiasan, pandai besi, dan pembuat berbagai perkakas telah mempunyai 700 prajurit perang,  sehingga mulai berani melanggar perjanjian dengan Nabi Muhammad.
     Kaum Yahudi Bani Qainuqa mengolok-olok dan mengganggu wanita Muslimah yang mengunjungi pasar mereka, maka Nabi mengumpulkan kaum Yahudi Bani Qainuqa untuk mengingatkan perjanjian yang telah disepakati antara kaum Yahudi dengan kaum Muslim, tetapi nasihat Nabi tidak digubris oleh kaum Yahudi.
     Seorang wanitah Muslimah yang mengunjungi pasar Bani Qainuqa dipermalukan oleh para pemuda kaum Yahudi dengan mengikatkan ujung bajunya pada sebuah tiang, sehingga ketika wanita itu bangkit terlepaslah bajunya dan terlihat auratnya, dan para pemuda Yahudi menertawakannya.
      Seorang pemuda Muslim yang berada di sekitar lokasi melompat dan membunuh pemuda Yahudi yang menggangu wanita muslimah itu, lalu para pemuda Yahudi mengikat pemuda Muslim itu  dan membunuhnya.
      Nabi membawa pasukan Islam mengepung benteng Bani Qainuqa selama 15 hari, dan akhirnya kaum Yahudi menyerah, tiba-tiba muncul Abdullah bin Ubay seorang tokoh munafik yang berasal dari suku Khazraj datang menjumpai Nabi.
     Sejak dahulu Bani Khazarj dan kaum Yahudi Bani Qainuqa bersahabat, sehingga Abdullah bin Ubay si tokoh munafik membela kaum Yahudi, dan akhirnya Nabi memaafkan kaum Yahudi Bani Qainuqa dan hanya mengusirnya untuk keluar dari Madinah.
PERANG BANI NADHIR
      Setelah peristiwa Bani Qainuqa dan pembunuhan Kaab bin Asyraf yang kaya raya, kaum Yahudi hidup dalam ketakutan, sehingga mereka “tiarap” dan berdiam diri, tetapi setelah Perang Uhud yang “dimenangkan” oleh kaum Quraisy Mekah, maka  kaum Yahudi mulai berani memperlihatkan permusuhan dengan umat Islam dan bersahabat dengan kaum Quraisy Mekah, bahkan kaum Yahudi berencana membunuh Nabi Muhammad.
      Nabi Muhammad dan beberapa sahabat sedang menunggu di sebuah rumah milik orang Yahudi, kemudian Amru bin Jahsy mengangkat sebuah lesung gilingan gandum yang akan dilemparkan dari atas rumah mengenai kepala Nabi dan para sahabat.
      Malaikat Jibril memberitahu Nabi tentang rencana jahat tersebut, maka dengan cepat Nabi beranjak pergi meninggalkan rumah tersebut, sehingga Nabi selamat dari rencana pembunuhan yang keji tersebut.
     Kemudian Nabi mengusir kaum Yahudi Bani Nadhir agar keluar dari Madinah, ternyata Abdullah bin Ubay seorang tokoh munafik yang berasal dari kaum Ansar dan kepala suku Bani Khazraj ikut membela kaum Yahudi Bani Nadir agar melawan Nabi dan umat Islam.
     Nabi membawa pasukan Islam untuk memerangi Bani Nadhir, yang membawa bendera kaum Muslim adalah Ali bin Abi Thalib, kemudian pasukan Islam mengepung benteng Bani Nadhir selama enam hari (ada yang berpendapat 15 hari), dan akhirnya kaum Yahudi Bani Nadhir menyerah.
     Kaum Yahudi Bani Nadhir yang mengkhianati perjanjian “Piagam Madinah” diusir oleh Nabi untuk keluar dari Madinah pindah ke daerah Khaibar dengan membawa keluarganya, dan harta kekayaan yang diangkut dengan 900 ekor unta, tanpa membawa senjata.
PERANG BANI QURAIZHAH
     Kaum Yahudi Bani Nadhir yang melanggar perjanjian “Piagam Madinah” dan telah diusir oleh Nabi keluar dari Madinah berhasil mengumpulkan pasukan sebanyak 10.000 orang untuk mengepung Madinah dengan penduduk 3.000 orang dalam Perang Parit.
     Umat Islam hampir punah, karena 10.000 pasukan musyrik mengepung 3.000 umat Islam di Madinah dalam Perang Khandaq (Perang Parit), pengepungan berlangsung lebih dari sebulan. Alhamdulillah umat Islam berhasil selamat, salah satunya karena adanya parit yang panjang, dalam, dan lebar sehingga musuh tidak dapat masuk Madinah, atas usulan Salman Al-Farisi yang berasal dari Persia.
      Setelah 10.000 pasukan musuh kembali ke daerahnya masing-masing, maka Nabi menghukum kaum Yahudi Bani Quraizhah yang berkhianat dalam Perang Parit, dengan membatalkan perjanjian  sepihak dan memberontak dari belakang, ketika Nabi melawan 10.000 pasukan dari depan. Sungguh sangat membahayakan, hampir saja umat Islam habis dari muka bumi.
      Nabi membawa 3.000 pasukan Islam untuk mengepung benteng Bani Quraizhah selama 25 hari, akhirnya Bani Quraizah menyerah, kemudian Saad bin Muadz, kepala suku Bani Aus, dari kaum Ansar sebagai hakim yang memutuskan semua pasukan  Bani Quraizhah dihukum bunuh.
     Demikianlah, beberapa kisah tentang pengkhianatan kaum Yahudi pada zaman Nabi Muhammad masih hidup, sebaiknya semua umat Islam membaca sendiri minimal sekali dalam hidupnya tentang “Sirah Nabawi” agar lebih memahami sejarah hidup Nabi Muhammad untuk dicontoh dan diteladani supaya tidak mudah ditipu oleh musuh Islam.
Daftar Pustaka
1. Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
4. Al-Kandahlawi, Maulana Muhammad Zakaria. Himpunan Fadhilah Amal. Penerbit Ash-Shaff. Jogyakarta. 2000.
5. Hisyam, Ibnu. Sirah Nabawiyah. Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah.

882. YAHUDI

KAUM YAHUDI MENGKHIANATI NABI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M


      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang sejarah kaum Yahudi mengkhianati Nabi Muhammad?” Berikut ini penjelasannya.
     Setelah Nabi berhijrah dari Mekah ke Madinah, maka Nabi menata hubungannya dengan golongan “non-Islam”, tujuannya adalah untuk mewujudkan keamanan, kesejahteraan, dan keharmonisan masyarakat Madinah.
     Pada abad ke-7 Masehi terdapat tiga kabilah besar kaum Yahudi yang tinggal di Madinah, yaitu Bani Qainuqa, Bani Nadhir, dan Bani Quraizhah. Nabi menyetujui perjanjian “Piagam Madinah” dengan kaum Yahudi Madinah yang berisi kesepakatan perdamaian antara kaum Muslim dengan kaum Yahudi dan untuk melawan semua musuh yang berasal dari luar Madinah.
      Kaum Yahudi di Madinah mempunyai dendam, iri, dan dengki terhadap kerukunan umat Islam, serta kaum Yahudi Madinah bukan orang yang ahli dalam peperangan, tetapi mereka ahli dalam tipu muslihat dan konspirasi.
      Meskipun terdapat perjanjian yang disepakati antara kaum Yahudi dengan Nabi Muhammad, ternyata kaum Yahudi selalu berusaha menipu dan mengadu domba sesama umat Islam dengan segala cara.
PERANG BANI QAINUQA
      Syas bin Qais seorang pemimpin Yahudi mengadu domba para sahabat Ansor yang berasal dari kaum Aus dengan kaum Khazraj dengan mengungkit-ungkit  permusuhan mereka pada zaman lampau.
      Hampir terjadi peperangan sesama Islam dalam kaum Ansar, yaitu antara kaum Aus dengan kaum Khazraj karena dihasut oleh kaum Yahudi, tetapi Nabi berhasil merukunkan kembali, sehingga mereka berangkulan sambil menangis saling memaafkan.
      Setelah kaum Yahudi mengetahui bahwa pasukan Islam menang dalam Perang Badar, maka kaum Yahudi di Madinah semakin segan dan takut sekaligus bertambah benci dan dendam kepada Nabi Muhammad.
      Kaab bin Arsyaf tokoh Yahudi Bani Qainuqa, seperti umumnya kaum Yahudi bekerja sebagai perajin perhiasan, pandai besi, dan pembuat berbagai perkakas telah mempunyai 700 prajurit perang,  sehingga mulai berani melanggar perjanjian dengan Nabi Muhammad.
     Kaum Yahudi Bani Qainuqa mengolok-olok dan mengganggu wanita Muslimah yang mengunjungi pasar mereka, maka Nabi mengumpulkan kaum Yahudi Bani Qainuqa untuk mengingatkan perjanjian yang telah disepakati antara kaum Yahudi dengan kaum Muslim, tetapi nasihat Nabi tidak digubris oleh kaum Yahudi.
     Seorang wanitah Muslimah yang mengunjungi pasar Bani Qainuqa dipermalukan oleh para pemuda kaum Yahudi dengan mengikatkan ujung bajunya pada sebuah tiang, sehingga ketika wanita itu bangkit terlepaslah bajunya dan terlihat auratnya, dan para pemuda Yahudi menertawakannya.
      Seorang pemuda Muslim yang berada di sekitar lokasi melompat dan membunuh pemuda Yahudi yang menggangu wanita muslimah itu, lalu para pemuda Yahudi mengikat pemuda Muslim itu  dan membunuhnya.
      Nabi membawa pasukan Islam mengepung benteng Bani Qainuqa selama 15 hari, dan akhirnya kaum Yahudi menyerah, tiba-tiba muncul Abdullah bin Ubay seorang tokoh munafik yang berasal dari suku Khazraj datang menjumpai Nabi.
     Sejak dahulu Bani Khazarj dan kaum Yahudi Bani Qainuqa bersahabat, sehingga Abdullah bin Ubay si tokoh munafik membela kaum Yahudi, dan akhirnya Nabi memaafkan kaum Yahudi Bani Qainuqa dan hanya mengusirnya untuk keluar dari Madinah.
PERANG BANI NADHIR
      Setelah peristiwa Bani Qainuqa dan pembunuhan Kaab bin Asyraf yang kaya raya, kaum Yahudi hidup dalam ketakutan, sehingga mereka “tiarap” dan berdiam diri, tetapi setelah Perang Uhud yang “dimenangkan” oleh kaum Quraisy Mekah, maka  kaum Yahudi mulai berani memperlihatkan permusuhan dengan umat Islam dan bersahabat dengan kaum Quraisy Mekah, bahkan kaum Yahudi berencana membunuh Nabi Muhammad.
      Nabi Muhammad dan beberapa sahabat sedang menunggu di sebuah rumah milik orang Yahudi, kemudian Amru bin Jahsy mengangkat sebuah lesung gilingan gandum yang akan dilemparkan dari atas rumah mengenai kepala Nabi dan para sahabat.
      Malaikat Jibril memberitahu Nabi tentang rencana jahat tersebut, maka dengan cepat Nabi beranjak pergi meninggalkan rumah tersebut, sehingga Nabi selamat dari rencana pembunuhan yang keji tersebut.
     Kemudian Nabi mengusir kaum Yahudi Bani Nadhir agar keluar dari Madinah, ternyata Abdullah bin Ubay seorang tokoh munafik yang berasal dari kaum Ansar dan kepala suku Bani Khazraj ikut membela kaum Yahudi Bani Nadir agar melawan Nabi dan umat Islam.
     Nabi membawa pasukan Islam untuk memerangi Bani Nadhir, yang membawa bendera kaum Muslim adalah Ali bin Abi Thalib, kemudian pasukan Islam mengepung benteng Bani Nadhir selama enam hari (ada yang berpendapat 15 hari), dan akhirnya kaum Yahudi Bani Nadhir menyerah.
     Kaum Yahudi Bani Nadhir yang mengkhianati perjanjian “Piagam Madinah” diusir oleh Nabi untuk keluar dari Madinah pindah ke daerah Khaibar dengan membawa keluarganya, dan harta kekayaan yang diangkut dengan 900 ekor unta, tanpa membawa senjata.
PERANG BANI QURAIZHAH
     Kaum Yahudi Bani Nadhir yang melanggar perjanjian “Piagam Madinah” dan telah diusir oleh Nabi keluar dari Madinah berhasil mengumpulkan pasukan sebanyak 10.000 orang untuk mengepung Madinah dengan penduduk 3.000 orang dalam Perang Parit.
     Umat Islam hampir punah, karena 10.000 pasukan musyrik mengepung 3.000 umat Islam di Madinah dalam Perang Khandaq (Perang Parit), pengepungan berlangsung lebih dari sebulan. Alhamdulillah umat Islam berhasil selamat, salah satunya karena adanya parit yang panjang, dalam, dan lebar sehingga musuh tidak dapat masuk Madinah, atas usulan Salman Al-Farisi yang berasal dari Persia.
      Setelah 10.000 pasukan musuh kembali ke daerahnya masing-masing, maka Nabi menghukum kaum Yahudi Bani Quraizhah yang berkhianat dalam Perang Parit, dengan membatalkan perjanjian  sepihak dan memberontak dari belakang, ketika Nabi melawan 10.000 pasukan dari depan. Sungguh sangat membahayakan, hampir saja umat Islam habis dari muka bumi.
      Nabi membawa 3.000 pasukan Islam untuk mengepung benteng Bani Quraizhah selama 25 hari, akhirnya Bani Quraizah menyerah, kemudian Saad bin Muadz, kepala suku Bani Aus, dari kaum Ansar sebagai hakim yang memutuskan semua pasukan  Bani Quraizhah dihukum bunuh.
     Demikianlah, beberapa kisah tentang pengkhianatan kaum Yahudi pada zaman Nabi Muhammad masih hidup, sebaiknya semua umat Islam membaca sendiri minimal sekali dalam hidupnya tentang “Sirah Nabawi” agar lebih memahami sejarah hidup Nabi Muhammad untuk dicontoh dan diteladani supaya tidak mudah ditipu oleh musuh Islam.
Daftar Pustaka
1. Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
4. Al-Kandahlawi, Maulana Muhammad Zakaria. Himpunan Fadhilah Amal. Penerbit Ash-Shaff. Jogyakarta. 2000.
5. Hisyam, Ibnu. Sirah Nabawiyah. Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah.

882. YAHUDI

KAUM YAHUDI MENGKHIANATI NABI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M


      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang sejarah kaum Yahudi mengkhianati Nabi Muhammad?” Berikut ini penjelasannya.
     Setelah Nabi berhijrah dari Mekah ke Madinah, maka Nabi menata hubungannya dengan golongan “non-Islam”, tujuannya adalah untuk mewujudkan keamanan, kesejahteraan, dan keharmonisan masyarakat Madinah.
     Pada abad ke-7 Masehi terdapat tiga kabilah besar kaum Yahudi yang tinggal di Madinah, yaitu Bani Qainuqa, Bani Nadhir, dan Bani Quraizhah. Nabi menyetujui perjanjian “Piagam Madinah” dengan kaum Yahudi Madinah yang berisi kesepakatan perdamaian antara kaum Muslim dengan kaum Yahudi dan untuk melawan semua musuh yang berasal dari luar Madinah.
      Kaum Yahudi di Madinah mempunyai dendam, iri, dan dengki terhadap kerukunan umat Islam, serta kaum Yahudi Madinah bukan orang yang ahli dalam peperangan, tetapi mereka ahli dalam tipu muslihat dan konspirasi.
      Meskipun terdapat perjanjian yang disepakati antara kaum Yahudi dengan Nabi Muhammad, ternyata kaum Yahudi selalu berusaha menipu dan mengadu domba sesama umat Islam dengan segala cara.
PERANG BANI QAINUQA
      Syas bin Qais seorang pemimpin Yahudi mengadu domba para sahabat Ansor yang berasal dari kaum Aus dengan kaum Khazraj dengan mengungkit-ungkit  permusuhan mereka pada zaman lampau.
      Hampir terjadi peperangan sesama Islam dalam kaum Ansar, yaitu antara kaum Aus dengan kaum Khazraj karena dihasut oleh kaum Yahudi, tetapi Nabi berhasil merukunkan kembali, sehingga mereka berangkulan sambil menangis saling memaafkan.
      Setelah kaum Yahudi mengetahui bahwa pasukan Islam menang dalam Perang Badar, maka kaum Yahudi di Madinah semakin segan dan takut sekaligus bertambah benci dan dendam kepada Nabi Muhammad.
      Kaab bin Arsyaf tokoh Yahudi Bani Qainuqa, seperti umumnya kaum Yahudi bekerja sebagai perajin perhiasan, pandai besi, dan pembuat berbagai perkakas telah mempunyai 700 prajurit perang,  sehingga mulai berani melanggar perjanjian dengan Nabi Muhammad.
     Kaum Yahudi Bani Qainuqa mengolok-olok dan mengganggu wanita Muslimah yang mengunjungi pasar mereka, maka Nabi mengumpulkan kaum Yahudi Bani Qainuqa untuk mengingatkan perjanjian yang telah disepakati antara kaum Yahudi dengan kaum Muslim, tetapi nasihat Nabi tidak digubris oleh kaum Yahudi.
     Seorang wanitah Muslimah yang mengunjungi pasar Bani Qainuqa dipermalukan oleh para pemuda kaum Yahudi dengan mengikatkan ujung bajunya pada sebuah tiang, sehingga ketika wanita itu bangkit terlepaslah bajunya dan terlihat auratnya, dan para pemuda Yahudi menertawakannya.
      Seorang pemuda Muslim yang berada di sekitar lokasi melompat dan membunuh pemuda Yahudi yang menggangu wanita muslimah itu, lalu para pemuda Yahudi mengikat pemuda Muslim itu  dan membunuhnya.
      Nabi membawa pasukan Islam mengepung benteng Bani Qainuqa selama 15 hari, dan akhirnya kaum Yahudi menyerah, tiba-tiba muncul Abdullah bin Ubay seorang tokoh munafik yang berasal dari suku Khazraj datang menjumpai Nabi.
     Sejak dahulu Bani Khazarj dan kaum Yahudi Bani Qainuqa bersahabat, sehingga Abdullah bin Ubay si tokoh munafik membela kaum Yahudi, dan akhirnya Nabi memaafkan kaum Yahudi Bani Qainuqa dan hanya mengusirnya untuk keluar dari Madinah.
PERANG BANI NADHIR
      Setelah peristiwa Bani Qainuqa dan pembunuhan Kaab bin Asyraf yang kaya raya, kaum Yahudi hidup dalam ketakutan, sehingga mereka “tiarap” dan berdiam diri, tetapi setelah Perang Uhud yang “dimenangkan” oleh kaum Quraisy Mekah, maka  kaum Yahudi mulai berani memperlihatkan permusuhan dengan umat Islam dan bersahabat dengan kaum Quraisy Mekah, bahkan kaum Yahudi berencana membunuh Nabi Muhammad.
      Nabi Muhammad dan beberapa sahabat sedang menunggu di sebuah rumah milik orang Yahudi, kemudian Amru bin Jahsy mengangkat sebuah lesung gilingan gandum yang akan dilemparkan dari atas rumah mengenai kepala Nabi dan para sahabat.
      Malaikat Jibril memberitahu Nabi tentang rencana jahat tersebut, maka dengan cepat Nabi beranjak pergi meninggalkan rumah tersebut, sehingga Nabi selamat dari rencana pembunuhan yang keji tersebut.
     Kemudian Nabi mengusir kaum Yahudi Bani Nadhir agar keluar dari Madinah, ternyata Abdullah bin Ubay seorang tokoh munafik yang berasal dari kaum Ansar dan kepala suku Bani Khazraj ikut membela kaum Yahudi Bani Nadir agar melawan Nabi dan umat Islam.
     Nabi membawa pasukan Islam untuk memerangi Bani Nadhir, yang membawa bendera kaum Muslim adalah Ali bin Abi Thalib, kemudian pasukan Islam mengepung benteng Bani Nadhir selama enam hari (ada yang berpendapat 15 hari), dan akhirnya kaum Yahudi Bani Nadhir menyerah.
     Kaum Yahudi Bani Nadhir yang mengkhianati perjanjian “Piagam Madinah” diusir oleh Nabi untuk keluar dari Madinah pindah ke daerah Khaibar dengan membawa keluarganya, dan harta kekayaan yang diangkut dengan 900 ekor unta, tanpa membawa senjata.
PERANG BANI QURAIZHAH
     Kaum Yahudi Bani Nadhir yang melanggar perjanjian “Piagam Madinah” dan telah diusir oleh Nabi keluar dari Madinah berhasil mengumpulkan pasukan sebanyak 10.000 orang untuk mengepung Madinah dengan penduduk 3.000 orang dalam Perang Parit.
     Umat Islam hampir punah, karena 10.000 pasukan musyrik mengepung 3.000 umat Islam di Madinah dalam Perang Khandaq (Perang Parit), pengepungan berlangsung lebih dari sebulan. Alhamdulillah umat Islam berhasil selamat, salah satunya karena adanya parit yang panjang, dalam, dan lebar sehingga musuh tidak dapat masuk Madinah, atas usulan Salman Al-Farisi yang berasal dari Persia.
      Setelah 10.000 pasukan musuh kembali ke daerahnya masing-masing, maka Nabi menghukum kaum Yahudi Bani Quraizhah yang berkhianat dalam Perang Parit, dengan membatalkan perjanjian  sepihak dan memberontak dari belakang, ketika Nabi melawan 10.000 pasukan dari depan. Sungguh sangat membahayakan, hampir saja umat Islam habis dari muka bumi.
      Nabi membawa 3.000 pasukan Islam untuk mengepung benteng Bani Quraizhah selama 25 hari, akhirnya Bani Quraizah menyerah, kemudian Saad bin Muadz, kepala suku Bani Aus, dari kaum Ansar sebagai hakim yang memutuskan semua pasukan  Bani Quraizhah dihukum bunuh.
     Demikianlah, beberapa kisah tentang pengkhianatan kaum Yahudi pada zaman Nabi Muhammad masih hidup, sebaiknya semua umat Islam membaca sendiri minimal sekali dalam hidupnya tentang “Sirah Nabawi” agar lebih memahami sejarah hidup Nabi Muhammad untuk dicontoh dan diteladani supaya tidak mudah ditipu oleh musuh Islam.
Daftar Pustaka
1. Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
4. Al-Kandahlawi, Maulana Muhammad Zakaria. Himpunan Fadhilah Amal. Penerbit Ash-Shaff. Jogyakarta. 2000.
5. Hisyam, Ibnu. Sirah Nabawiyah. Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah.

882. YAHUDI

KAUM YAHUDI MENGKHIANATI NABI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M


      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang sejarah kaum Yahudi mengkhianati Nabi Muhammad?” Berikut ini penjelasannya.
     Setelah Nabi berhijrah dari Mekah ke Madinah, maka Nabi menata hubungannya dengan golongan “non-Islam”, tujuannya adalah untuk mewujudkan keamanan, kesejahteraan, dan keharmonisan masyarakat Madinah.
     Pada abad ke-7 Masehi terdapat tiga kabilah besar kaum Yahudi yang tinggal di Madinah, yaitu Bani Qainuqa, Bani Nadhir, dan Bani Quraizhah. Nabi menyetujui perjanjian “Piagam Madinah” dengan kaum Yahudi Madinah yang berisi kesepakatan perdamaian antara kaum Muslim dengan kaum Yahudi dan untuk melawan semua musuh yang berasal dari luar Madinah.
      Kaum Yahudi di Madinah mempunyai dendam, iri, dan dengki terhadap kerukunan umat Islam, serta kaum Yahudi Madinah bukan orang yang ahli dalam peperangan, tetapi mereka ahli dalam tipu muslihat dan konspirasi.
      Meskipun terdapat perjanjian yang disepakati antara kaum Yahudi dengan Nabi Muhammad, ternyata kaum Yahudi selalu berusaha menipu dan mengadu domba sesama umat Islam dengan segala cara.
PERANG BANI QAINUQA
      Syas bin Qais seorang pemimpin Yahudi mengadu domba para sahabat Ansor yang berasal dari kaum Aus dengan kaum Khazraj dengan mengungkit-ungkit  permusuhan mereka pada zaman lampau.
      Hampir terjadi peperangan sesama Islam dalam kaum Ansar, yaitu antara kaum Aus dengan kaum Khazraj karena dihasut oleh kaum Yahudi, tetapi Nabi berhasil merukunkan kembali, sehingga mereka berangkulan sambil menangis saling memaafkan.
      Setelah kaum Yahudi mengetahui bahwa pasukan Islam menang dalam Perang Badar, maka kaum Yahudi di Madinah semakin segan dan takut sekaligus bertambah benci dan dendam kepada Nabi Muhammad.
      Kaab bin Arsyaf tokoh Yahudi Bani Qainuqa, seperti umumnya kaum Yahudi bekerja sebagai perajin perhiasan, pandai besi, dan pembuat berbagai perkakas telah mempunyai 700 prajurit perang,  sehingga mulai berani melanggar perjanjian dengan Nabi Muhammad.
     Kaum Yahudi Bani Qainuqa mengolok-olok dan mengganggu wanita Muslimah yang mengunjungi pasar mereka, maka Nabi mengumpulkan kaum Yahudi Bani Qainuqa untuk mengingatkan perjanjian yang telah disepakati antara kaum Yahudi dengan kaum Muslim, tetapi nasihat Nabi tidak digubris oleh kaum Yahudi.
     Seorang wanitah Muslimah yang mengunjungi pasar Bani Qainuqa dipermalukan oleh para pemuda kaum Yahudi dengan mengikatkan ujung bajunya pada sebuah tiang, sehingga ketika wanita itu bangkit terlepaslah bajunya dan terlihat auratnya, dan para pemuda Yahudi menertawakannya.
      Seorang pemuda Muslim yang berada di sekitar lokasi melompat dan membunuh pemuda Yahudi yang menggangu wanita muslimah itu, lalu para pemuda Yahudi mengikat pemuda Muslim itu  dan membunuhnya.
      Nabi membawa pasukan Islam mengepung benteng Bani Qainuqa selama 15 hari, dan akhirnya kaum Yahudi menyerah, tiba-tiba muncul Abdullah bin Ubay seorang tokoh munafik yang berasal dari suku Khazraj datang menjumpai Nabi.
     Sejak dahulu Bani Khazarj dan kaum Yahudi Bani Qainuqa bersahabat, sehingga Abdullah bin Ubay si tokoh munafik membela kaum Yahudi, dan akhirnya Nabi memaafkan kaum Yahudi Bani Qainuqa dan hanya mengusirnya untuk keluar dari Madinah.
PERANG BANI NADHIR
      Setelah peristiwa Bani Qainuqa dan pembunuhan Kaab bin Asyraf yang kaya raya, kaum Yahudi hidup dalam ketakutan, sehingga mereka “tiarap” dan berdiam diri, tetapi setelah Perang Uhud yang “dimenangkan” oleh kaum Quraisy Mekah, maka  kaum Yahudi mulai berani memperlihatkan permusuhan dengan umat Islam dan bersahabat dengan kaum Quraisy Mekah, bahkan kaum Yahudi berencana membunuh Nabi Muhammad.
      Nabi Muhammad dan beberapa sahabat sedang menunggu di sebuah rumah milik orang Yahudi, kemudian Amru bin Jahsy mengangkat sebuah lesung gilingan gandum yang akan dilemparkan dari atas rumah mengenai kepala Nabi dan para sahabat.
      Malaikat Jibril memberitahu Nabi tentang rencana jahat tersebut, maka dengan cepat Nabi beranjak pergi meninggalkan rumah tersebut, sehingga Nabi selamat dari rencana pembunuhan yang keji tersebut.
     Kemudian Nabi mengusir kaum Yahudi Bani Nadhir agar keluar dari Madinah, ternyata Abdullah bin Ubay seorang tokoh munafik yang berasal dari kaum Ansar dan kepala suku Bani Khazraj ikut membela kaum Yahudi Bani Nadir agar melawan Nabi dan umat Islam.
     Nabi membawa pasukan Islam untuk memerangi Bani Nadhir, yang membawa bendera kaum Muslim adalah Ali bin Abi Thalib, kemudian pasukan Islam mengepung benteng Bani Nadhir selama enam hari (ada yang berpendapat 15 hari), dan akhirnya kaum Yahudi Bani Nadhir menyerah.
     Kaum Yahudi Bani Nadhir yang mengkhianati perjanjian “Piagam Madinah” diusir oleh Nabi untuk keluar dari Madinah pindah ke daerah Khaibar dengan membawa keluarganya, dan harta kekayaan yang diangkut dengan 900 ekor unta, tanpa membawa senjata.
PERANG BANI QURAIZHAH
     Kaum Yahudi Bani Nadhir yang melanggar perjanjian “Piagam Madinah” dan telah diusir oleh Nabi keluar dari Madinah berhasil mengumpulkan pasukan sebanyak 10.000 orang untuk mengepung Madinah dengan penduduk 3.000 orang dalam Perang Parit.
     Umat Islam hampir punah, karena 10.000 pasukan musyrik mengepung 3.000 umat Islam di Madinah dalam Perang Khandaq (Perang Parit), pengepungan berlangsung lebih dari sebulan. Alhamdulillah umat Islam berhasil selamat, salah satunya karena adanya parit yang panjang, dalam, dan lebar sehingga musuh tidak dapat masuk Madinah, atas usulan Salman Al-Farisi yang berasal dari Persia.
      Setelah 10.000 pasukan musuh kembali ke daerahnya masing-masing, maka Nabi menghukum kaum Yahudi Bani Quraizhah yang berkhianat dalam Perang Parit, dengan membatalkan perjanjian  sepihak dan memberontak dari belakang, ketika Nabi melawan 10.000 pasukan dari depan. Sungguh sangat membahayakan, hampir saja umat Islam habis dari muka bumi.
      Nabi membawa 3.000 pasukan Islam untuk mengepung benteng Bani Quraizhah selama 25 hari, akhirnya Bani Quraizah menyerah, kemudian Saad bin Muadz, kepala suku Bani Aus, dari kaum Ansar sebagai hakim yang memutuskan semua pasukan  Bani Quraizhah dihukum bunuh.
     Demikianlah, beberapa kisah tentang pengkhianatan kaum Yahudi pada zaman Nabi Muhammad masih hidup, sebaiknya semua umat Islam membaca sendiri minimal sekali dalam hidupnya tentang “Sirah Nabawi” agar lebih memahami sejarah hidup Nabi Muhammad untuk dicontoh dan diteladani supaya tidak mudah ditipu oleh musuh Islam.
Daftar Pustaka
1. Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyurrahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
4. Al-Kandahlawi, Maulana Muhammad Zakaria. Himpunan Fadhilah Amal. Penerbit Ash-Shaff. Jogyakarta. 2000.
5. Hisyam, Ibnu. Sirah Nabawiyah. Sejarah Lengkap Kehidupan Rasulullah.