Saturday, November 2, 2019

2611. BADUI AKAN MENGHISAB ALLAH


BADUI AKAN MENGHISAB ALLAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
1.    Dikisahkan, seorang Badui telah memeluk Islam.
2.    Dia sudah mengikrarkan “dua kalimat syahadat” (Saya bersaksi tidak ada tuhan selain Allah, dan saya bersaksi Nabi Muhammad utusan Allah).
3.    Si Badui masuk Islam mengikuti jejak kepala sukunya.
4.    Si Badui telah masuk Islam karena hasil dakwah dari para pemimpinnya.
5.    Dia belajar cara beribadah agama Islam dari tokoh kabilahnya.
6.    Si badui tergolong ekonomi lemah, tidak pintar, dan belum pernah bepergian keluar dari desanya.
7.    Dia orang “ndeso” karena tempat tinggalnya terpencil dan “adoh kawat”.
8.    Si Badui belum pernah ke Madinah dan belum pernah bertemu dan tidak mengenal wajah  Rasulullah.
9.    Tetapi dengan segala keterbatasannya, dia sudah menjadi seorang mukmin yang baik, karena dia sangat  mencintai Nabi Muhammad.
10. Pada suatu hari rombongan kabilah sukunya pergi ke Mekah untuk melaksanakan ibadah umrah.
11. Si Badui ikut dalam rombongan.
12. Ketika rombongannya melaksanakan tawaf mengelilingi Kakbah sebanyak 7 kali dengan berjalan kaki berlawanan arah jarum jam.
13. Si Badui selalu “mengintil” dan mengikuti di belakang rombongannya.
14. Kemudian, si Badui terpisah dari rombongan yang melaksanakan tawaf.
15. Si Badui berjalan sambil berzikir, “Ya, Karim, … ” berulang-ulang.
16. Dia bukan orang cerdas dan tidak mampu menghafal doa tawaf.
17. Selama tawaf, dia hanya membaca, “Ya, Karim. Ya, Karim…”, berulang-ulang.
18. Tiba-tiba, dia merasa ada yang mengikutinya dari belakang.
19. Orang tersebut berjalan agak menempel di belakangnya dan menirukan ucapannya,“Ya, Karim. Ya, Karim...”.
20. Si Badui bergeser berpindah agak menjauh, agar tidak diikuti orang tersebut.
21. Dia menyangka orang itu mengolok-oloknya.
22. Meskipun dia telah bergeserdan menjauh, tetapi orang itu tetap membuntutinya.
23. Kemana pun dia bergerak, orang itu selalu mengikutinya.
24. Akhirnya, si Badui menghentikan langkahnya dan memutar badannya 180 derajat.
25. Dia berbalik menghadap orang itu dan berkata,”Wahai, orang yang berwajah cerah dan berbadan bagus, apakah engkau memperolok-olokku?
26. “Demi Allah, engkau akan kulaporkan kepada kekasihku”.  
27. “Siapakah kekasihmu itu?” jawab lelaki itu.
28. Si Badui menjawab, “Nabiku, Nabi Muhammad Rasulullah.”
29. Lelaki itu tampak tersenyum mendengarkan jawabannya.
30. Lelaki itu bertanya, “Apakah engkau belum mengenal dan bertemu dengan Nabimu itu, wahai saudaraku, Badui?”
31. “Belum,” jawab si Badui. 
32. Lelaki itu berkata lagi,”Bagaimana mungkin engkau mencintainya, padahal engkau tidak mengenalnya? Bagaimana pula keimananmu kepadanya?”
33. Si Badui menjawab,“Aku beriman atas kenabiannya, meskipun aku tidak pernah melihatnya dan aku membenarkan kerasulannya, walaupun aku belum pernah bertemu dengannya”.
34. Lelaki itu tersenyum lagi, “Wahai saudaraku orang Badui, aku inilah Nabimu di dunia dan pemberi syafaat kepadamu di akhirat kelak.”
35. Memang, lelaki yang “mengintili” si Badui adalah Nabi Muhammad yang saat itu juga sedang melaksanakan tawaf.
36. Rasulullah mengikuti si Badui ketika sedang tawaf.
37. Beliau melihat si Badui yang polos dan unik yang terpisah dari rombongannya.
38. Tetapi dia tampak begitu khusuk dalam melaksanakan tawaf.
39. Si Badui memandang Rasulullah, seakan tidak percaya, kaget bercampur gembira.
40. Dia  terpana, lalu matanya berkaca-kaca.
41. Kemudian si Badui mendekat kepada Rasulullah dan merendahkan badannya, dia akan mencium tangan beliau.
42. Rasulullah memegang pundaknya, sambil bersabda,”Wahai saudaraku orang Badui, janganlah engkau memperlakukanku seperti orang asing memperlakukan rajanya.”
43. “Sesungguhnya, Allah mengutusku bukan sebagai orang yang sombong dan sewenang-wenang.”
44. “Tetapi Allah mengutusku dengan kebenaran dan memberikan kabar gembira berupa kenikmatan di surga serta memberikan peringatan tentang pedihnya azab neraka.”
45. Si Badui lalu berdiri termangu, tampak jelas raut wajah kegembiraannya, karena bisa berjumpa dengan Rasulullah.
46. Tiba-tiba malaikat Jibril turun kepada Raulullah menyampaikan beberapa kalimat untuk si Badui.
47. “Wahai Badui, sesungguhnya kelembutan dan kemuliaan Allah. Ya, Karim. Yang Maha Pemurah. Yang Maha Memberi tanpa diminta, akan menghisab dan memperhitungkan segala perbuatan manusia.”
48. Nabi menyampaikannya  kepada Si Badui.
49. Si Badui bertanya,“Apakah Allah akan menghisabku, Ya Rasulullah?”
50. Rasulullah menjawab, “Benar Allah akan menghisabmu, jika Allah menghendaki.”
51. Tiba-tiba Badui mengucapkan sesuatu yang tidak terduga,“Demi kebesaran dan keagungan Allah. Jika Allah menghisabku, maka aku juga akan menghisab Allah.”
52. Rasulullah bersabda sambil tersenyum, “Wahai saudaraku, engkau menghisab Allah dalam hal apa?” 
53. Si Badui menjawab,”Jika Allah menghisabku atas dosaku, maka aku akan menghisab Allah dengan Maha Pengampunan-Nya.”
54. “Jika Allah menghisabku atas kemaksiatanku, maka aku akan menghisab Allah atas Maha Pemaaf-Nya.”
55. “jika Allah menghisabku atas kekikiranku, maka aku akan menghisab Allah atas Maha Kedermawanan-Nya”.
56. Rasulullah terharu mendengar jawaban si Badui.
57. Nabi Muhammad meneteskan air mata hingga membasahi jenggot beliau.
58. Rasulullah mendengar jawaban sederhana yang menunjukkan betapa akrabnya si Badui dengan Tuhan-Nya, dan betapa tinggi makrifatnya kepada Allah.
59. Padahal dia belum pernah mendapat didikan langsung dari Rasulullah.
60. Malaikat Jibril turun lagi dan memberi tahu Rasulullah, “Wahai Muhammad, Allah mengirim salam kepadamu dan berfirman: Kurangi tangismu, karena dapat mempengaruhi para malaikat dalam bertasbih dan sampaikan kepada saudaramu, si Badui, bahwa dia tidak perlu menghisab Allah, karena Allah tidak akan menghisabnya, dan dia termasuk penghuni surga.”
61. Al-Quran surah An-Nisa (surah ke-4) ayat 59.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
     Hai orang-orang yang beriman, taati Allah dan taati Rasul (Nya), dan ulil amri di antaramu. Kemudian jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikan kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.



Daftar Pustaka
1.    Katsir, Ibnu. Kisah Para Nabi. Penerbit Pustaka Azzam. Jakarta 2011.
2.    Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2.
3.    Tafsirq.com online.





Related Posts:

0 comments:

Post a Comment