MENILAI
KEADILAN ALLAH
Oleh:
Drs. H.M.YusronHadi, M.M.

1. Adil
(menurut KBBI V) dapat diartikan “sama berat”, “tidak berat sebelah”, “tidak memihak”,
“berpihak kepada yang benar”, “berpegang kepada kebenaran”, “sepatutnya”, dan
“tidak sewenang-wenang”.
2. Al-Quran
surah At-Tin (surah ke-95) ayat 1-5.
وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِوَطُورِ
سِينِينَوَهَٰذَا الْبَلَدِ الْأَمِينِلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ
تَقْوِيمٍثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ
Demi
buah Tin dan buah Zaitun. Demi bukit Sinai. Demi kota Mekah yang aman. Sungguh,
Kami menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami
kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka). Kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal saleh. Bagi mereka pahala yang tidak terputus.
3. Nabi
Musa berada di bukit Sinai (Thursina) selama 40 hari untuk menerima wahyu dari Allah
melalui malaikat Jibril, berupa kitab Taurat.
4. Pada
hari ke-30, Nabi Musa berdoa,”Ya Allah, ampun dosa hamba, karena hamba amat lancang.
Hamba ingin menyaksikan dan membuktikan sendiri bahwa Engkau Maha Adil.”
5. Malaikat
Jibril turun menjumpai Nabi Musa,”Wahai Musa, Allah mendengarkan doamu. Apakah kamu
masih tidak yakin bahwa Allah Maha Adil?”
6. Musa
Menjawab,”Ya Allah, ampuni hamba. Hamba sebenarnya telah yakin bahwa Allah Maha
Adil, tetapi hamba ingin lebih yakin dan mantap, apabila menyaksikannya sendiri.”
7. Malaikat
Jibril turun lagi,“Wahai Musa, Allah memberi salam kepadamu. Jika kamu ingin menyaksikan
keadilan Allah, maka pergilah mendekat ke sumber air.”
8. Nabi
Musa pergi mendekati sebuah sumber air dan bersembunyi, karena ingin menyaksikan
sesuatu yang akan terjadi.
9. Tidak
berapa lama kemudian, muncul seorang ksatria penunggang kuda dengan sebilah pedang
dalam sarung yang diselipkan di punggungnya, dan membawa sekantung uang yang menggantung
di pinggang kirinya.
10. Penunggang
kuda turun mendekati sumber air.
11. Dia membasuh
mukanya, dan menikmati air sepuasnya.
12. Beberapa
saat kemudian, dia meninggalkan sumber air.
13. Tetapi
sekantung uangnya tertinggal, tergeletak di bebatuan dekat sumber air.
14. Penunggang
kuda telah berlalu.
15. Muncul
anak kecil berumur sekitar 9 tahun, menuju sumber air, dan mengisi kantung airnya.
16. Anak
kecil itu menemukan sekantung uang, dan membawanya pergi.
17. Setelah
anak kecil menjauh, dating seorang tua buta yang mendengar gemericik sumber air,
lalu mendatanginya.
18. Si
orang tua buta membasuh mukanya dan bersuci, lalu ia melakukan salat.
19. Beberapa
saat kemudian, si ksatria berkuda kembali lagi.
20. Dengan
cepat, dia turun menuju sumber air.
21. Dia mencari
uangnya yang hilang, tetapi tidak menemukannya.
22. Penunggang
kuda berteriak, “Hai orang tua, apakah kamu mengambil uangku sekantung yang tertinggal
di sini?”
23. Si
orang tua menjawab,”Maaf Nak, saya orang buta, sehingga saya tidak mengetahui adanya
uang yang tertinggal.”
24. Penunggang
kuda dan orang tua buta bertengkar.
25. Akhirnya
orang tua buta mati terbunuh.
26. Penunggang
kuda beranjak pergi meninggalkan jenazah si orang tuabuta.
27. Nabi
Musa menyaksikan semuanya dengan jelas dari tempat persembunyiannya.
28. Nabi
Musa bergumam, “Sungguh, peristiwa yang tidak adil, yang salah adalah anak kecil,
karena dia yang mengambil uangnya.”
29. “Seandainya,
anak kecil itu tidak mengambil uang itu, maka orang tua buta tidak akan mati terbunuh.”
30. Malaikat
Jibril turun, “Wahai Musa, kamu tidak dapat menilai keadilan Allah, karena kamu
hanya menyaksikan peristiwa sesaat saja.”
31. “Peristiwa
yang kamu lihat hanya satu episode saja, kamu tidak mampu melihat seluruh rangkaian
yang terjadi.”
32. “Orang
tua anak kecil tersebut pernah ikut bekerja kepada si penunggang kuda.”
33. “Tetapi
dia belum menerima gajinya, karena penunggang kuda belum membayar gajinya,
selama ia bekerja.”
34. Malaikat
Jibril melanjutkan, “Uang yang belum dibayarkan kepada orang tua dari anak kecil
itu, besarnya persis sama dengan jumlah uang yang ditemukan anak itu.
35. “Artinya
jumlah gaji yang belum dibayarkan, tepat sama dengan jumlah uang dalam kantung penunggang
kuda.”
36. “Padahal
si penunggang kuda tidak pernah merencanakan membawa uang dalam kantung sejumlah
itu.”
37. “Orang
tua si anak sudah meninggal, karena dibunuh seseorang, dan pembunuhnya adalah
orang tua yang buta itu,” lanjut malaikat Jibril.
38. Nabi
Musa berkata, “Allah Maha Adil. Ya Allah, ampuni hamba-Mu yang lemah, hina,
daif, dan bodoh ini, yang gampang dengan cepat menilai sesuatu kejadian hanya berdasarkan
penglihatan dan pengetahuan yang sekilas saja.”
39. Al-Quran
surah At-Tin (surah ke-95) ayat 8.
أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ
Bukankah Allah Hakim yang
seadil-adilnya?
40. Al-Quran
surah Az-Zalzalah (surah ke-99) ayat 7-8.
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا
يَرَهُ
وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat
zarah, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barang siapa yang
mengerjakan kejahatan seberat zarah, niscaya dia akan melihat (balasan) nya
pula.
Daftar
Pustaka
1. Bahjat,
Ahmad. Nabi Nabi Allah. Penerbit Qisthi Press. Jakarta, 2015.
2. Katsir,
Ibnu. Kisah Para Nabi. Penerbit Pustaka Azzam. Jakarta, 2011.
3.
Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an
Ver 3.2
4. Tafsirq.com
online.
0 comments:
Post a Comment