Sunday, May 17, 2020

4460. MBAH MOEN BERDOA CAPRES RUKUN


MBAH MOEN BERDOA CAPRES RUKUN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
1.    Ceramah Gus Baha' banyak dinanti karena memberi pilihan menyegarkan di tengah banjirnya ustad di televisi dan medsos yang kadang ceramahnya hanya ngalor ngidul dan dianggap kurang berbobot.
2.    Hadirnya Gus Baha' menjawab itu semua.
3.    Apalagi ceramah Gus Baha' sering menyejukkan dan tidak menghakimi, dibangun berdasar argumentasi keagamaan okoh, meskipun disampaikan dengan gaya ceplas-ceplos.
4.    KH Baha'uddin bin Nur Salim (Gus Baha) adalah salah satu santri kesayangan kiai Maimoen Zubair (Mbah Moen).
5.    Gus Baha' nyantri (belajar di pesantren) kepada Mbah Moen sejak usia sangat belia hingga dewasa.
6.    Ia dikabarkan sebagai santri cerdas meskipun agak "njandab". 
7.    Ketika remaja telah hafal Al-Qur'an 30 juz.
8.    Dan kabarnya hafal Shahih Muslim, salah satu kitab induk hadis berisi ribuan hadis.
9.    Gus Baha' alim bidang fikih (hukum Islam) dan ushul fiqih.
10. Gus Baha'  lama menetap di Yogjakarta.
11. Sudah lama mengisi majelis pengajian di Yogya dan mengajar di universitas Islam Indonesia.
12. Di UII Gus Baha' menjadi pentashih terjemah Al-Qur'an yang diterbitkan kampus.   
13. Gus Baha' nyantri kepada Mbah Moen sejak kecil hingga dewasa dan tidak nyantri di pesantren lain.
14. Gus Baha banyak memahami manhaj (metode) dakwah kiai Maimoen.
15. Gus Baha' mungkin satu-satunya santri kiai Maimoen yang hanya nyantri di Pesantren Al-Anwar yang diasuh Mbah Moen. 
16. Banyak santri Mbah Moen menjadi tokoh berpengaruh atau punya pesantren besar dengan ribuan santri, tapi kebanyakan mereka tidak hanya nyantri kepada Mbah Moen.
17. Artinya setelah lulus pesantren Al-Anwar mereka melanjutkan ke Mekah dan lainnya.
18. Putra-putra mbah Moen, setelah selesai belajar kepada ayahnya sendiri, mereka dikirim ke Mekah, Syria, dan Mesir. 
19. Gus Baha' menceritakan, "Saya itu nyantri di mbah Moen sejak sangat kecil.”
20. Saking belum dewasanya, ketika Mbah Moen lewat dan saya bermain kelereng dengan Gus Ghofur (salah satu putera mbah Moen) di depannya, saya tidak bergeming, dan tetap aja asyik main.
21. Saya nyantri sejak kecil sampai besar dan tak pernah kemana-mana.
22. Saya menyaksikan Mbah Moen mengajar dan berdakwah.
23. Saya sering mengikuti berbagai tahapan kehidupan yang dilalui Yai.
24. Yai adalah sebutan para santri kepada Mbah Moen.
25. Gus Baha' adalah orang bebas.
26. Artinya tidak suka terikat urusan administratif menegemen organisasi dan birokrasi.
27. PBNU sering menawari menjadi pengurus Syuriah Pusat, Gus Baha'  menolaknya.
28. Akhirnya, Gus Baha'  menerima karena Kiai Maimoen yang minta.
29. Mbah Moen berpesan agar Gus Baha bisa menjaga Indonesia.
30. Jika perlu masukkan dalam lembaga NU orang dari berbagai latar belakang, termasuk dari berbagai partai politik.
31. Yang bisa menjaga Indonesia itu nasionalis dan religius.
32. Jangan sampai terjadi dosa sejarah pertumpahan darah sesama anak bangsa.
33. Mbah Moen prihatin memanasnya situasi dan kondisi politik Indonesia.
34.  Menurut Gus Baha', sebelum ke Mekah yang mengantarkan Mbah Moen  menghadap keharibaan Allah, beliau menulis doa dikirim untuk dibaca para santrinya.
35. Terdapat kalimat doa,”Allahumma alqi baynahuma ulfatan ma mawaddatan".
36. Ya Allah pertemukan  mereka berdua (Jokowi dan Prabowo) dalam cinta kasih dan saling mengasihi.
37. Sampai menjelang akhir hayat, Mbah Moen ingin kedua tokoh bersatu dan rukun.
38. Tak heran Cak Bakir, wartawan senior harian Kompas, dalam acara 40 hari Mbah Moen, menjuluki Mbah Moen sebagai "juru damai".
39. Saya sering mendengar berbagai kesan yang disampaikan oleh orang yang pernah kenal, dekat, atau hanya berkunjung ke Mbah Moen.
40. Kalangan pejabat, santri, masyarakat awam, hingga pejabat militer maupun kepolisian yang pernah bertugas di Rembang.
41. Mbah Moen meninggalkan kesan mendalam di mata mereka.
42. Di tengah orang saling mengumpat, menyebarkan kebencian, mengecam atas nama keyakinan (tak jarang hanya karena penafsiran) terjadi di masyakat kita, terutama media sosial, kita merindukan adanya santri, murid, atau putera beliau yang suatu saat bisa muncul menjadi sosok seperti Mbah Moen.
43. Saya yakin Mbah Moen menjadi sosok yang demikian, bukan hanya karena kedalaman ilmu agamanya, tapi juga spititualitasnya dipadukan kekayaan pengalaman dan perjalanan kehidupan dalam berbagai aspek (sosial, politik, kegamaan).
44. Termasuk bergaul dengan orang berbagai latar belakang profesi, peran, hingga agama dan suku bangsa. 

(Sumber: internet)


0 comments:

Post a Comment