SURAT TERBUKA ABDILLAH TOHA BAGI PRESIDEN
JOKOWI
Oleh Drs. HM Yusron Hadi,MM
PRESIDEN Jokowi yang Saya hormati.
Surat terbuka ini saya tulis.
Karena cinta saya.
Dari dalam lubuk hati.
Kepada tanah air.
Dan hormat saya.
Kepada Bapak.
Sebagai Kepala Negara.
Bapak bisa membacanya sebagai kritik.
Tapi saya tidak ragu.
Karena Bapak pernah bilang langsung kepada saya.
Bahwa Bapak tidak keberatan dikritik.
Karena kritik adalah masukan bagi Bapak.
Saya juga percaya.
Bahwa kritik itu penting.
Bahkan kritik dari seorang kawan.
Tujuannya agar kawan kita.
Tidak terjerumus.
Dengan memuji terus-menerus.
Maka justru kawan kita.
Akan jatuh terjerembab.
Seperti Bapak tahu.
Saya pada mulanya.
Pendukung kuat Bapak.
Bahkan pernah edarkan selebaran terkenal.
Berjudul “10 Alasan Mengapa Saya Memilih
Jokowi” saat periode Pertama.
Begitu pula pada periode kedua.
Saya jadi pendukung Bapak.
Meskipun saya tidak pernah.
Masuk tim resmi kampanye Bapak.
Namun demikian.
Pada periode dua.
Saya dapati Presiden saya.
Telah banyak berubah.
Dan banyak buat kesalahan.
Umpamanya.
1)
Penempatan pembantunya.
2)
Lemah dan
tebang pilih penegakan hukum.
3)
Mengusung
kebijakan ekonomi.
Uuntungkan kelompok pemodal .
Termasuk modal asing.
4)
Menghalangi
partisipasi public.
Dalam
proses berbagai UU penting.
5)
Banyak hal
lagi yang pernah saya tulis.
Tak
akan saya ulangi di sini.
Tapi, yang utama dan terpenting.
Dalam tulisan singkat ini.
Saya merasa.
Di ujung jabatan Bapak.
Presiden kita.
Telah ambil Langkah.
Dan manuver politik.
Membahayakan demokrasi kita.
Demokrasi dengan susah payah.
Dan korban jiwa.
Telah dibangun.
Di negeri ini.
Oleh anak-anak muda.
Pada revolusi.
Atau reformasi tahun 1998.
Sekarang menurut pendapat saya.
Dalam keadaan bahaya.
Menuju keruntuhan.
Yang saya maksud.
Dalam setahun terakhir ini.
Bapak tidak lagi konsentrasi.
Kepada pekerjaan utama.
Yang dimandatkan rakyat.
Yang harus diakui.
Capai berbagai kemajuan menggembirakan.
Tapi telah bermanuver.
Merusak demokrasi.
Antara lain.
1)
Pembatasan
jumlah calon presiden oleh UU.
2)
Berbagai
perilaku aib.
Membahayakan
demokrasi.
Langsung
oleh Bapak sendiri.
Atau
oleh pembantu Bapak.
Dekat
dan bekerja di Istana.
Tidak
mungkin dilakukan.
Tanpa
tahu dan restu.
Dari
orang paling berkuasa.
Di
negeri ini.
Yaitu
Presiden RI.
Seperti
kita ketahui.
Meskipun
UU dibuat di DPR.
Tapi
tidak akan jadi UU.
Tanpa
sepakat dan setuju.
Esekutif
bersama menyusunnya.
Saya ingin ingatkan.
Bahwa
korupsi itu.
Bukan
sekadar korupsi uang.
Tapi
ada korupsi.
Dalam
bentuk lain.
Presiden
Jokowi.
Diberi
mandat oleh rakyat.
Agar
bekerja sepenuh waktu.
Untuk
sebesar-besar manfaat.
Bagi
seluruh bangsa Indonesia.
Tapi
ketika Presiden.
Pakai
:
1)
Waktu.
2)
Fasilitas.
3)
Simbol
negara.
Bermanuver
politik.
Bagi
keuntungan dirinya.
Atau
kelompok dekat dengannya.
Atau
keluarganya.
Sebenarnya
beliau.
Terperosok
dalam perbuatan koruptif.
Yang hukumnya haram.
Saya
yakin Bapak.
Seorang
Muslim baik dan religius.
Saya
akan ingatkan.
Dari sudut Islam juga.
Dalam
Islam.
Ada
istilah terkenal:
1)
Husnul
khotimah.
Akhir
baik.
2)
Su’ul
khotimah.
Akhir
buruk.
Biasanya
diartikan.
Bahwa
akhir yang baik.
(husnul khotimah).
Mati
keadaan beriman.
Dan
sebaliknya.
Su’ul
khatimah.
Yaitu
mati dalam kondisi.
Menolak
kehadiran Ilahi.
Husnul
khotimah.
Bisa
diartikan.
Orang
konsisten.
Banyak
berbuat baik.
Sampai
akhir hayatnya.
Tapi
su’ul khotimah.
Yaitu
mulanya baik.
Tapi
ujung hidupnya.
Terperosok
dalam perbuatan.
Tak
layak.
Tak
diridhoi Allah SWT.
Dalam
kerugian besar.
Sangat
merugikan dirinya.
Bagi
kehidupan di sini.
Seterusnya
hingga akhirat nanti.
Seperti
kita tahu.
Hidup
kita hanya sementara.
Hidup
kita yang Panjang.
Kelak
di akhirat.
Disarankan.
Tak
beri nama anak kita.
Dengan
nama orang besar.
Tapi
belum wafat.
Tak
sedikit orang hebat.
Mulai
dengan baik.
Terkenal
dan dikagumi.
Tapi
ujung hayatnya.
Sebelum
wafat.
Dia
berbuat buruk.
Hal
itu.
Akan
diingat rakyat.
Dalam
pemilu legislatife.
Dan
pilpres.
Pada
14 Februari 2024.
Tugas
presiden.
Pastikan
bahwa:
1)
Pemilu.
2)
Pilpres.
Bisa
berjalan:
1)
Damai.
2)
Adil.
3)
Jujur.
4)
Tak ikut
campur.
Tak
ikut tentukan siapa boleh ikut.
Sebab
pertimbangan kelompok.
Saya
tidak tahu.
Apa
yang dituju Presiden Jokowi.
Sehingga
ada kandidat.
Terang
terangan dihalangi.
Maju
sebagai capres.
Orang
bertanya.
Apakah
Pak Jokowi takut.
Calon
itu bisa bongkar rahasia.
Yang
membahayakan dirinya?
Atau
hanya ego.
Bahwa
presiden mendatang.
Harus
melanjutkan semua program.
Presiden
Jokowi .
Program
itu tepat.
Atau
tidak untungkan rakyat banyak?
Satu hal lagi.
Akibat
dari campur tangan.
Penguasa
tertinggi Indonesia.
Dalam
pemilu dan pilpres.
1)
Bisa timbul
bahaya.
2)
Tak damai.
3)
Timbul kerusuhan.
4)
Muncul pemberontakan.
5)
Dan
sebagainya.
Seperti reformasi tahun 1998.
Timbul:
1)
Kerusakan.
2)
Pembakaran.
3)
Hilangnya
nyawa.
4)
Dan lainnya.
Semoga Allah melindungi kita.
Dari segal bencana.
Perlu saya ingatkan.
Meski tak banyak waktu.
Tapi masih ada waktu.
Bagi Bapak untuk berubah.
Memperbaiki diri segera.
Menjadikan Presiden Jokowi.
Sebagai penguasa tertinggi.
Jamin :
1)
Pamilu.
2)
Pilpres.
Agar
damai, adil, dan jujur.
Tak jadi Presiden.
Mewariskan legacy catatan buruk.
Lalu pulang ke Solo.
Hidup tentram dan bahagia.
Bersama keluarga.
Tanpa rasa bersalah.
Untuk itu dengan hormat.
Saya imbau Bapak.
Hentikan segera.
Manuver politik Bapak.
Dan pembantu Bapak.
Secara kasat mata.
Merugikan demokrasi di negeri kita.
Apalagi sekarang UU yang ada.
Rakyat tidak bebas memilih.
Siapa presidennya.
Karena calon-calon presiden.
Ditentukan UU .
Beri monopoli partai.
Atau gabungan partai.
Jumlah suara minim 20 persen DPR.
Semoga Allah membantu Bapak.
Untuk sadar diri.
Dan yakin bahwa mandat .
Yang diberikan oleh rakyat.
Kepada diri Bapak.
Untuk kebaikan Bersama.
Bukan untuk kepentingan pribadi.
Bukan kepentingan kelompok.
Banyak ambil keuntungan.
Perjalanan pemerintahan.
Semoga Allah.
Selamatkan bangsa ini.
Menolong penguasa tertinggi.
Agar kembali ke jalan lurus.
Diakhiri husnul khotimah.
Di dunia dan akhirat.
Berakhir baik.
Dicatat sejarah manusia.
Dan catatan Allah.
Sebagai amal.
Ganjarannya surga.
Amin
(Abdillah
Toha)
(Sumber
Kompas)
.png)
0 comments:
Post a Comment