GM
TEMPO BUTET EROS PRANK JOKOWI ARIF ATAU DUNGU
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
Budayawan
terkenal.
Pendukung
fanatik Jokowi.
Kini
balik arah.
1)
Eros
Djarot.
3)
Goenawan Mohamad.
Mereka
mengaku kecewa.
Eros
Djarot kesal.
“Saya
bukan anti Jokowi.
Saya
pendukungnya.
Tapi
jangan begitu.
Kita
anti KKN.
Sesuai
amanat reformasi.
Tapi:
1)
Anaknya.
2)
Mantunya.
Didorong
jadi walikota.
Kini
didorong jadi Cawapres.
Janganlah!”.
“Hari
ini saya sedih.
Diam-diam
saya menangis.
Dengar
isu panas politik Indonesia.
Meski
sedih.
Saya
masih punya harapan.
Masih
percaya ada mukjizat”, tulis Butet.
GM
pendiri Tempo.
“Saat
interview
Tahun
2022 di Tokyo.
Saya
katakan Jokowi
Presiden
terbaik
Dalam
sejarah Indonesia”.
Tapi
tahun 2023.
Jokowi seperti Soeharto.
Ber
perlakuan istimewa.
Pada
anak-anaknya.
Semula
banyak orang kagum.
Terharu
melihat Gibran dan Kaesang.
Pengusaha
biasa.
Jual
martabak dan pisang goreng.
Tak
monopoli bisnis.
Seperti
anak Soeharto.
“Tapi
ketika mudahnya.
Tanpa
kompetisi terbuka.
Tanpa
prosedur benar.
Putra
Jokowi
Naik
kursi kekuasaan.
Saya
mulai ragu.
Ternyata
Jokowi.
Presiden
saya.
Presiden
dicintai rakyat.
Beri
keistimewaan.
Tak
adil.
Saya
terhenyak.
Saya
kecewa dan sedih”, tegas GM.
Apakah
orang pintar.
Tak
kenal watak Jokowi.
Eros,
Butet, terlebih GM.
Mereka
intelektual.
Mereka
pasti khatam.
Sifat,
karakter, dan watak.
Peran
tiap aktor.
Namun
ajaibnya.
Mereka
mengaku kena prank.
Tak
kenal Jokowi.
Kecewa
dan sedih.
Sebab
dibohongi Jokowi.
Mereka
itu orang arif
Atau
dungu.
Bagaimana
rakyat awam.
Kata
survei 80 persen
Puas
kinerja Jokowi.
Apakah
juga kena prank?
Ada
2 faktor.
Fanatik
terselubung.
1)
Sehaluan
idiologi pengusung Jokowi.
2)
Tak
searah pesaing Jokowi.
Pilpres
2024
Mereka
bersekutu.
Pilihan
politik.
Seperti
menu kedai kopi.
1)
Saya
pilih kopi.
Tak murni fanatik kopi.
2)
Tapi
tak suka pada teh.
(Sumber
tribun)
0 comments:
Post a Comment