POLITIK GULA GULA JANJI MANIS JOKOWI BUNUH DEMOKRASI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Guru Besar Hukum
Tata Negara
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Iwan Satriawan katakan.
Presiden Joko Jokowi.
1)
Membunuh oposisi.
2)
Melemahkan civil society.
Dengan 'politik gula-gula'.
1)
Janji manis.
2)
Pembagian kekuasaan.
Civil society.
Atau warga sipil.
Yaitu warga yang punya peradaban.
Atau civilization.
Dalam sistem budaya.
Warga madani.
Diatur oleh agama.
"Presiden Jokowi
1)
Membunuh oposisi.
2)
Melemahkan civil society.
Dengan politik gula-gula.
1)
Membius banyak orang.
2)
Menyihir banyak politisi.
3)
Banyak pihak terpana.
4)
Banyak kelompok tertarik.
Kamis, 22 Febuari 2024.
Iwan katakan.
Bahwa Jokowi.
1)
Mudah merangkul lawan.
2)
Di luar pemerintah masuk pemerintah.
3)
Oposisi masuk pemeritah.
4)
Lewat politik gula-gula.
Iwan katakan.
Indonesia sulit jadi bangsa besar.
Jika civil society.
Tak punya independen.
Syarat bangsa besar.
Yaitu:
1)
Independen
civil society.
2)
Civil
Society kuat.
3)
Profesor, Doktor, dan dosen.
Harus independen.
4)
Profesor,
Doktor, digaji negara.
Agar independen.
5)
Bebas
bersuara objektif.
6)
Bukan
jadi “Pak Turut”.
7)
Jika
tak independen.
Maka siapa yang akan ngomong?.
"Siapa mengingatkan negara ini?
Para dosen, Doktor, Profesor.
1)
Punya kewajiban moral dan intelek.
2)
Untuk ingatkan pemerintah.
3)
Bukan menghakimi.
Agar pemerintah.
Tak bisa salah dunakan wewenang," kata dia.
Partai oposisi
Masuk pemerintah.
Tak bisa kritis.
Sebab 'main 2 kaki'
Masuk pemerintah.
Sebab janji politik gula-gula.
Maka oposisi tidak berjalan.
Iwan berharap.
Pemerintah selanjutnya.
1)
Ada partai oposisi.
2)
Jaga demokrasi stabil.
3)
Dengan suara signifikan.
4)
Parlemen tampil politik indah.
5)
Warga juga turut bersuara.
6)
Jika oposisi lemah.
Maka rakyat tak punya saluran.
Akan cari jalan sendiri.
(Sumber kba)
0 comments:
Post a Comment