Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Wednesday, September 30, 2009

54. Pemilu, Foto Yusron sebagai PPS Pemilu

Panitia Pemunguan Suara Desa Panjunan
H.Sukirno, H Yusron, M.Mahfud
Kepala Desa Panjunan dan perangkat
Sumpah KPPS Pemilu TPS 1 Panjunan

KPPS TPS 2 Panjunan
KPPS Pemilu TPS 3 Panjunan
KPPS Pemilu TPS 4 Panjunan
TPS 5 Panjunan

Tuesday, September 29, 2009

53. Puasa, Foto SMPN 2 Buduran buka puasa

Buka puasa, 18-9-2009


Buka puasa, 18-9-2009
Mahasiswa Unesa, buka puasa 18-9-2009

52. Metematika, Foto Yusron dengan guru Matematika


Latihan Kerja Guru Inti Matematika Center Surabaya, 2-15 Des 1990

SPKG Matematika Surabaya, 2-15 Desember 1990

Sunday, September 27, 2009

51. Buduran, Foto smpn2 buduran halal bihalal

Halal bihalal SMPN 2 Buduran, 27-9-2009
Komite, Pak Kyai, KS, Mantan KS
Group Band siswa, 27-9-2009
Konsimsi halal bihalal SMPN 2 Buduran, 27-9-2009
Halal bihalal SMPN 2 Buduran, 27-92009

Saturday, September 26, 2009

50. koboi, Foto Yusron koboi kuda lumping

Yusron koboi dg kaos gontor
Yusron koboi sepeda kuno di Kediri, 3-4-2005
Yusron bukan koboi cengeng.. cengengesan?
Yusron muda koboi gitar

49. Rumah, Foto rumah tumbuh


Rumah tumbuh-1, Panjunan Sukodono, 8-8-88
rumah tumbuh-2, 1990

rumah tumbuh-3, 2004


rumah tumbuh-4, tahun 2006







rumah tumbuh-6, 2008


rumah tumbuh-7, Panjunan Sukodono, 25-9-2009

rumah tumbuh-8, 2009

Rumah river side alias pinggir kali, 25-9-2009
Lokasi Via's Course Panjunan Sukodono Sidoarjo, 25-9-2009



pekarungan, 9-8-09
pekarungan,09-08-09
pekarungan,09-08-09
pekarungan

Friday, September 25, 2009

48. Bupati, Foto Yusron halal bihalal Bupati Sidoarjo

Yusron dan Hartoyo di Rumah Dinas Bupati Sidoarjo, 25-9-2009
Hartoyo dan H.Kayis,25-9-1009

47. Renungan diri:Hut Yusron 25-9-1957 s.d. 25-9-2009= 52 thn


Semoga bahagia dunia akherat...., foto 21-12-2004
KUNCI ZUHUD:
SAYA TAHU, RIZKIKU TIDAK MUNGKIN DIAMBIL ORANG LAIN
KARENANYA HATIKU TENANG.

SAYA TAHU, AMAL-AMALKU TIDAK MUNGKIN DILAKUKAN ORANG LAIN
KARENANYA, KUSIBUKKAN DIRIKU UNTUK BERAMAL

SAYA TAHU, ALLAH SELALU MELIHATKU
KARENANYA, AKU MALU JIKA ALLAH MENDAPATIKU BERBUAT MAKSIAT
SAYA TAHU, KEMATIAN MENANTIKU
KARENANYA, KUSIAPKAN BEKAL UNTUK MENGAHADAP KEHADIRAT TUHANKU.
(HASAN AL-BASHRI)




Thursday, September 24, 2009

46. Foto Yusron hari raya Idul Fitri 1430 H


Yusron dg anak dan menantu di hutan pohon di Pare-Blitar, 20-9-2009

                                                      istri Yusron dg anak dan menantu

solat Ied di Masjid Panjunan, 20-9-2009



Yusron berangkat Solat Ied, 20-9-2009

Jamaah di jalan raya Panjunan, 20-9-2009
Yusron berangkat solat Ied, 20-9-2009

Habibie di Cangkring Ponggok Blitar, 20-9-2009

Hidan di Luwung Ganggang Panjang Tanggul Angin,20-92009

Tuesday, September 22, 2009

45a.Sejarah asal Mula Halal bi Halal


Sejarah Asal Mula Halal Bihalal


September 8th 2009
Posted by em.yazid

Filosofi Idul Fitri

Tanbihun.com – Seorang budayawan terkenal Dr Umar Khayam (alm), menyatakan bahwa tradisi Lebaran merupakan terobosan akulturasi budaya Jawa dan Islam. Kearifan para ulama di Jawa mampu memadukan kedua budaya tersebut demi kerukunan dan kesejahteraan masyarakat. Akhirnya tradisi Lebaran itu meluas ke seluruh wilayah Indonesia, dan melibatkan penduduk dari berbagai pemeluk agama. Untuk mengetahui akulturasi kedua budaya tersebut, kita cermati dulu profil budaya Islam secara global. Di negara-negara Islam di Timur Tengah dan Asia (selain Indonesia), sehabis umat Islam melaksanakan salat Idul Fitri tidak ada tradisi berjabatan tangan secara massal untuk saling memaafkan. Yang ada hanyalah beberapa orang secara sporadis berjabatan tangan sebagai tanda keakraban.

Menurut tuntunan ajaran Islam, saling memaafkan itu tidak ditetapkan waktunya setelah umat Islam menyelesaikan ibadah puasa Ramadan, melainkan kapan saja setelah seseorang merasa berbuat salah kepada orang lain, maka dia harus segera minta maaf kepada orang tersebut. Bahkan Allah SWT lebih menghargai seseorang yang memberi maaf kepada orang lain (Alquran Surat Ali Imran ayat 134).

Budaya sungkem

Dalam budaya Jawa, seseorang “sungkem” kepada orang yang lebih tua adalah suatu perbuatan yang terpuji. Sungkem bukannya simbol kerendahan derajat, melainkan justru menunjukkan perilaku utama. Tujuan sungkem, pertama, adalah sebagai lambang penghormatan, dan kedua, sebagai permohonan maaf, atau “nyuwun ngapura”. Istilah “ngapura” tampaknya berasal dari bahasa Arab “ghafura”.

Para ulama di Jawa tampaknya ingin benar mewujudkan tujuan puasa Ramadan. Selain untuk meningkatkan iman dan takwa, juga mengharapkan agar dosa-dosanya di waktu yang lampau diampuni oleh Allah SWT. Seseorang yang merasa berdosa kepada Allah SWT bisa langsung mohon pengampunan kepada-Nya. Tetapi, apakah semua dosanya bisa terhapus jika dia masih bersalah kepada orangorang lain yang dia belum minta maaf kepada mereka?

Nah, di sinilah para ulama mempunyai ide, bahwa di hari Lebaran itu antara seorang dengan yang lain perlu saling memaafkan kesalahan masingmasing, yang kemudian dilaksanakan secara kolektif dalam bentuk halal bihalal. Jadi, disebut hari Lebaran, karena puasa telah lebar (selesai), dan dosa-dosanya telah lebur (terhapus).

Dari uraian di muka dapat dimengerti, bahwa tradisi Lebaran berikut halal bihalal merupakan perpaduan antara unsur budaya Jawa dan budaya Islam.

Sejarah halal bihalal

Sejarah asal mula halal bihalal ada beberapa versi. Menurut sebuah sumber yang dekat dengan Keraton Surakarta, bahwa tradisi halal bihalal mula-mula dirintis oleh KGPAA Mangkunegara I, yang terkenal dengan sebutan Pangeran Sambernyawa. Dalam rangka menghemat waktu, tenaga, pikiran, dan biaya, maka setelah salat Idul Fitri diadakan pertemuan antara Raja dengan para punggawa dan prajurit secara serentak di balai istana. Semua punggawa dan prajurit dengan tertib melakukan sungkem kepada raja dan permaisuri.

Apa yang dilakukan oleh Pangeran Sambernyawa itu kemudian ditiru oleh organisasi-organisasi Islam, dengan istilah halal bihalal. Kemudian instansi-instansi pemerintah/swasta juga mengadakan halal bihalal, yang pesertanya meliputi warga masyarakat dari berbagai pemeluk agama.

Sampai pada tahap ini halal bihalal telah berfungsi sebagai media pertemuan dari segenap warga masyarakat. Dan dengan adanya acara saling memaafkan, maka hubungan antarmasyarakat menjadi lebih akrab dan penuh kekeluargaan.

Karena halal bihalal mempunyai efek yang positif bagi kerukunan dan keakraban warga masyarakat, maka tradisi halal bihalal perlu dilestarikan dan dikembangkan. Lebih-lebih pada akhir-akhir ini di negeri kita sering terjadi konflik sosial yang disebabkan karena pertentangan kepentingan.

Makna Idul Fitri

Ada tiga pengertian tentang Idul Fitri. Di kalangan ulama ada yang mengartikan Idul Fitri dengan kembali kepada kesucian. Artinya setelah selama bulan Ramadan umat Islam melatih diri menyucikan jasmani dan rohaninya, dan dengan harapan pula dosa-dosanya diampuni oleh Allah SWT, Maka memasuki hari Lebaran mereka telah menjadi suci lahir dan batin.

Ada yang mengartikan Idul Fitri dengan kembali kepada fitrah, atau naluri religius. Hal ini sesuai dengan Alquran Surat Al-Baqarah ayat 183, bahwa tujuan puasa adalah agar orang yang melakukannya menjadi orang yang takwa atau meningkat kualitas religiusitasnya.

Ada pula yang mengartikan Idul Fitri dengan kembali kepada keadaan di mana umat Islam diperbolehkan lagi makan dan minum siang hari seperti biasa. Di kalangan ahli bahasa Arab, pengertian ketiga itu dianggap yang paling tepat.

Dari ketiga makna tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam memasuki Idul Fitri umat Islam diharapkan mencapai kesucian lahir batin dan meningkat kualitas religiusitasnya. Salah satu ciri manusia religius adalah memiliki kepedulian terhadap nasib kaum yang sengsara. Dalam Surat Al-Ma’un ayat 1 -3 disebutkan, adalah dusta belaka kalau ada orang mengaku beragama tetapi tidak mempedulikan nasib anak yatim. Penyebutan anak yatim dalam ayat ini merupakan representasi dari kaum yang sengsara.

Oleh karena itu dapat kita pahami, bahwa umat Islam yang mampu wajib memberikan zakat fitrah kepada kaum fakir miskin, dan pemberian zakat tersebut paling lambat sebelum pelaksanaan salat Idul Fitri. Aturan ini dimaksudkan, agar pada waktu umat Islam yang mampu bergembira ria merayakan Idul Fitri jangan ada orang-orang miskin yang sedih, atau sampai menangis, karena tidak ada yang dimakan.

Agama Islam sangat menekankan harmonisasi hubungan antara si kaya dan si miskin. Orang-orang kaya diwajibkan mengeluarkan zakat mal (harta), untuk dibagikan kepada delapan asnaf (kelompok), di antaranya adalah kaum fakir miskin.

Dari uraian di muka dapat disimpulkan, bahwa Idul Fitri merupakan puncak dari suatu metode pendidikan mental yang berlangsung selama satu bulan untuk mewujudkan profil manusia yang suci lahir batin, memiliki kualitas keberagamaan yang tinggi, dan memelihara hubungan sosial yang harmonis. hf/www.wawasandigital.com

________________________________________________________________________

Drs H Ibnu Djarir

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI)

Provinsi Jawa Tengah.

Tuesday, September 15, 2009

45. Artikel: Cara Binatang mendidik Anaknya

CARA BINATANG MENDIDIK ANAKNYA



Oleh : Drs. H. Yusron Hadi, MM

Kepala SMP Negeri 2 Buduran Sidoarjo





Pendahuluan

Ilmu pendidikan atau pedagogik adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan merenungkan gejal-gejala perbuatan mendidik. Pedagogik berasal dari bahasa Yunani paedagogia yang bisa bermakna atau diartikan pergaulan dengan anak-anak ( Purwanto, 2006:3).

Paedagogos adalah seorang pelayan atau bujang pada zaman Yunani Kuno yang bertugas mengantar anak-anak berangkat ke sekolah dan menjemput mereka sepulang dari sekolah. Selama berada di rumah, anak-anak tersebut juga selalu dalam pengawasan dan penjagaan para paedagogos tersebut. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pada zaman Yunani Kuno pendidikan anak-anak banyak diserahkan kepada para paedagogos.

Paedagogos berasal dari kata paedos yang berarti anak, dan agoge yang berarti saya membimbing atau saya memimpin. Perkataan paedagogos pada mulanya menunjukkan pekerjaan yang dianggap rendah yaitu pelayan atau bujang, tetapi pada masa sekarang digunakan untuk menyebut pekerjaan yang mulia. Paedagoog yang berarti pendidik atau ahli dalam bidang pendidikan yaitu seseorang yang bertugas membimbing anak dalam perkembangannya agar dapat mandiri dan mampu berdiri sendiri.



CARA BINATANG MENDIDIK ANAK-ANAKNYA.

Dapat dikatakan dengan singkat bahwa mendidik adalah memimpin anak agar mampu mandiri dan mampu mengatasi masalahnya sendiri dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam dunia binatang terjadi gejala-gejala aneh yang agak sulit difahami oleh cara berfikir manusia. Seekor anak kalajengking misalnya, ketika baru lahir dengan segera dia berlari secepat-cepatnya merangkak ke atas punggung induknya. Jika dia tidak berbuat demikian, maka anak kalajengking tersebut akan dimakan oleh induknya sendiri. Setelah anak kalajengking tersebut agak besar dan merasa mampu mencari makanannya sendiri, dengan cepat dia berlari sekencang-kencangnya melepaskan diri dari induknya yang rakus tersebut.

Laba-laba betina ketika ketika hampir waktunya untuk bertelur, dia segera memakan pasangan jantannya. Mungkin hal ini dilakukan untuk menjaga agar anak-anaknya kelak tidak dimakan oleh bapaknya yang pelahap tersebut. Jadi, si isteri alias si betina memakan sang suami alias sang jantan adalah untuk melindungi anak-anaknya dari bahaya. Kejadian seperti ini, sungguh sulit difahami oleh cara berfikir manusia.

Perilaku kalajengking dan laba-laba dalam melindungi anak-anaknya sangat berbeda dengan cara yang dilakukan oleh burung maupun binatang lainnya. Seekor burung betina yang sedang mengerami telur di sarangnya, sangat jarang bahkan dapat dikatakan tidak akan mau meninggalkan sarangnya sampai telur-telurnya menetas.

Burung jantanlah, sebagai seorang suami, yang bertanggung jawab mencari nafkah yaitu bertugas mencari bekal makanan untuk induk betina atau si isteri tercinta yang sedang mengeram tersebut. Setelah telur-telur tersebut menetas, dengan segera kedua orang tua burung yaitu induk jantan dan betina secara bersama-sama mencari bekal makanan untuk keperluan anak-anaknya yang masih lemah.

Sesudah anak-anak burung tersebut agak besar dan mempunyai bulu-bulu yang cukup untuk dipakai belajar terbang, maka tibalah saatnya bagi kedua induk burung tersebut untuk melatih anak-anaknya belajar terbang dari satu ranting ke ranting yang lain.

Pada awalnya, belajar terbang di sekitar lingkungan saja, dengan ketinggian yang rendah. Semakin lama semakin agak jauh dengan terbang agak tinggi, begitu seterusnya sampai anak-anak burung tersebut pandai terbang dan mampu mencari makanan sendiri. Akhirnya tibalah saatnya untuk melepas burung-burung muda tersebut dari pengawasan dan pelindungan kedua induknya.

Demikian pula yang terjadi pada anak seekor kucing maupun anjing. Pada waktu anak-anak kucing maupun anjing tersebut masih lemah, mereka disusui oleh induknya. Tubuh anak-anak kucing maupun anjing tersebut secara rutin selalu dibersihkan oleh induknya dengan menggunakan air ludah.

Sejak kecil anak-anak kucing maupun anjing tersebut dilatih oleh induknya dengan berbagai macam keterampilan kecakapan hidup sebagai seekor binatang, misalnya cara berlari dengan cepat dan beraneka model gerakan menerkam, serta berbagai keterampilan lain yang dimiliki oleh induknya. Akan tiba saatnya, anak-anak kucing maupun anjing tersebut tidak boleh menyusu lagi kepada induknya. Pada akhirnya, setelah dianggap sudah besar dan mampu mencari makanan sendiri, maka dilepaslah anak-anak kucing maupun anjing itu dari induknya.

Demikianlah beberapa contoh kehidupan dalam dunia binatang. Ternyata para binatang juga memelihara, melindungi, mengajari, dan mendidik anak-anak mereka agar dapat melanjutkan kehidupan di dunia ini.



DAFTAR RUJUKAN

44. Gontor, Foto Yusron di Pondok Gontor Ponorogo

Yusron menggendong anak di Gontor Ponorogo
Yusron di Pondok Gontor Ponorogo

Yusron menggendong bayi di Gontor Ponorogo