KISAH TAWON, SEMUT, DAN
LABA-LABA DALAM AL-QURAN
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo
Al-Quran berisi 114 surah. Terdapat tiga nama binatang kecil, yang dijadikan nama surah dalam Al-Quran.
Pertama, Al-Quran surah An-Nahl, surah ke-16, artinya “Lebah” atau “Tawon”, yang memuat 128 ayat.
Kedua, Al-Quran surah An-Naml, surah ke-27, yang bermakna “Semut”, dan berisi 93 ayat.
Ketiga, Al-Quran surah Al-Ankabut, surah ke-29, yang berarti “Laba-laba”, dan memuat 69 ayat.
Al-Quran surah An-Nahl, surah ke-16 ayat 68. “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah,"Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia.”
Nabi Bersabda, “Manusia yang paling baik ialah yang paling bermanfaat bagi yang lain.” Nabi bersabda,” Sesungguhnya perumpamaan orang beriman itu bagaikan seekor lebah. Dia makan yang bersih, dan mengeluarkan sesuatu yang bersih, serta hinggap di tempat yang bersih. Dia tidak merusak atau mematahkan yang dihinggapinya.”
Beberapa sifat tawon atau lebah, yaitu tawon hinggap di tempat bersih, menyerap sesuatu yang bersih, dan mengeluarkan sesuatu yang bersih. Lebah adalah pekerja keras dan tidak merusak yang dihinggapinya. Tawon tidak pernah melukai, tetapi jika diganggu, dia akan melawan.
Sarang lebah berbentuk segi enam, yang sering disebut “Heksagonal”. Heksagonal adalah bentuk yang memerlukan bahan baku paling sedikit dengan luas maksimal. Heksagonal simetris menghasilkan kombinasi ruang sempurna dan tidak ada ruang yang tersisa.
Jika berbentuk lingkaran, akan banyak ruang tersisa. Heksagonal adalah bentuk paling baik dan optimal serta bentuk paling efektif dan efisien yang dapat memuat luas maksimum untuk menampung madu.
Banyak manfaat sarang tawon atau lebah. Yaitu: membunuh jamur dalam tubuh; sumber anti oksidan, mampu membunuh berbagai penyakit; dapat menyembuhkan kanker, dan mengobati tumor; memperkuat jantung dan daya tahan tubuh; menyehatkan sistem pencernaan; menyembuhkan peradangan dan luka; mengurangi stress dan memperlambat pengapuran tulang; menetralkan racun dan menjaga kesehatan hati; sebagai antibiotik dan mempermudah penyembuhan penyakit.
Beberapa sifat semut, yaitu: mampu mengangkat beban melebihi dirinya dan selalu menghimpun makanan. Suka mengumpulkan bekal makanan untuk bertahun-tahun, meskipun umurnya tidak sampai setahun.
Budaya semut ialah budaya “menumpuk”, dan tanpa mengolahnya. Yaitu budaya “aji mumpung” dan suka memanfaatkan “jabatannya.”.
Beberapa sifat laba-laba. Yaitu: sarangnya tempat paling rapuh dan bukan tempat yang aman, serta siapa pun yang berlindung di rumahnya akan disergapnya. Si betina akan memakan si jantan alias “si istri” tega makan “suaminya sendiri”.
Telur laba-laba yang menetas saling berdesakan dan dapat saling memusnahkan. Budaya laba-laba adalah selalu “mengincar mangsa.” dan siap menerkam siapa saja.
Al-Quran surah Al-Ankabut, surah ke-29 ayat 41. “Perumpamaan orang yang mengambil pelindung selain Allah, seperti laba-laba yang membuat rumah. Sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba, kalau mereka mengetahui.”
Nabi mengibaratkan seorang Islam seperti tawon atau lebah. Orang Islam hanya mengonsumsi yang baik dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Orang Islam tidak suka merusak dan tidak senang menyakiti orang lain.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
Organisasi Profesi Guru
Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.
Tema Gambar Slide 2
Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.
Tema Gambar Slide 3
Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.
Sunday, August 6, 2017
180. TAWON
180. TAWON
KISAH TAWON, SEMUT, DAN
LABA-LABA DALAM AL-QURAN
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo
Al-Quran berisi 114 surah. Terdapat tiga nama binatang kecil, yang dijadikan nama surah dalam Al-Quran.
Pertama, Al-Quran surah An-Nahl, surah ke-16, artinya “Lebah” atau “Tawon”, yang memuat 128 ayat.
Kedua, Al-Quran surah An-Naml, surah ke-27, yang bermakna “Semut”, dan berisi 93 ayat.
Ketiga, Al-Quran surah Al-Ankabut, surah ke-29, yang berarti “Laba-laba”, dan memuat 69 ayat.
Al-Quran surah An-Nahl, surah ke-16 ayat 68. “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah,"Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia.”
Nabi Bersabda, “Manusia yang paling baik ialah yang paling bermanfaat bagi yang lain.” Nabi bersabda,” Sesungguhnya perumpamaan orang beriman itu bagaikan seekor lebah. Dia makan yang bersih, dan mengeluarkan sesuatu yang bersih, serta hinggap di tempat yang bersih. Dia tidak merusak atau mematahkan yang dihinggapinya.”
Beberapa sifat tawon atau lebah, yaitu tawon hinggap di tempat bersih, menyerap sesuatu yang bersih, dan mengeluarkan sesuatu yang bersih. Lebah adalah pekerja keras dan tidak merusak yang dihinggapinya. Tawon tidak pernah melukai, tetapi jika diganggu, dia akan melawan.
Sarang lebah berbentuk segi enam, yang sering disebut “Heksagonal”. Heksagonal adalah bentuk yang memerlukan bahan baku paling sedikit dengan luas maksimal. Heksagonal simetris menghasilkan kombinasi ruang sempurna dan tidak ada ruang yang tersisa.
Jika berbentuk lingkaran, akan banyak ruang tersisa. Heksagonal adalah bentuk paling baik dan optimal serta bentuk paling efektif dan efisien yang dapat memuat luas maksimum untuk menampung madu.
Banyak manfaat sarang tawon atau lebah. Yaitu: membunuh jamur dalam tubuh; sumber anti oksidan, mampu membunuh berbagai penyakit; dapat menyembuhkan kanker, dan mengobati tumor; memperkuat jantung dan daya tahan tubuh; menyehatkan sistem pencernaan; menyembuhkan peradangan dan luka; mengurangi stress dan memperlambat pengapuran tulang; menetralkan racun dan menjaga kesehatan hati; sebagai antibiotik dan mempermudah penyembuhan penyakit.
Beberapa sifat semut, yaitu: mampu mengangkat beban melebihi dirinya dan selalu menghimpun makanan. Suka mengumpulkan bekal makanan untuk bertahun-tahun, meskipun umurnya tidak sampai setahun.
Budaya semut ialah budaya “menumpuk”, dan tanpa mengolahnya. Yaitu budaya “aji mumpung” dan suka memanfaatkan “jabatannya.”.
Beberapa sifat laba-laba. Yaitu: sarangnya tempat paling rapuh dan bukan tempat yang aman, serta siapa pun yang berlindung di rumahnya akan disergapnya. Si betina akan memakan si jantan alias “si istri” tega makan “suaminya sendiri”.
Telur laba-laba yang menetas saling berdesakan dan dapat saling memusnahkan. Budaya laba-laba adalah selalu “mengincar mangsa.” dan siap menerkam siapa saja.
Al-Quran surah Al-Ankabut, surah ke-29 ayat 41. “Perumpamaan orang yang mengambil pelindung selain Allah, seperti laba-laba yang membuat rumah. Sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba, kalau mereka mengetahui.”
Nabi mengibaratkan seorang Islam seperti tawon atau lebah. Orang Islam hanya mengonsumsi yang baik dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Orang Islam tidak suka merusak dan tidak senang menyakiti orang lain.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
180. TAWON
KISAH TAWON, SEMUT, DAN
LABA-LABA DALAM AL-QURAN
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo
Al-Quran berisi 114 surah. Terdapat tiga nama binatang kecil, yang dijadikan nama surah dalam Al-Quran.
Pertama, Al-Quran surah An-Nahl, surah ke-16, artinya “Lebah” atau “Tawon”, yang memuat 128 ayat.
Kedua, Al-Quran surah An-Naml, surah ke-27, yang bermakna “Semut”, dan berisi 93 ayat.
Ketiga, Al-Quran surah Al-Ankabut, surah ke-29, yang berarti “Laba-laba”, dan memuat 69 ayat.
Al-Quran surah An-Nahl, surah ke-16 ayat 68. “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah,"Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia.”
Nabi Bersabda, “Manusia yang paling baik ialah yang paling bermanfaat bagi yang lain.” Nabi bersabda,” Sesungguhnya perumpamaan orang beriman itu bagaikan seekor lebah. Dia makan yang bersih, dan mengeluarkan sesuatu yang bersih, serta hinggap di tempat yang bersih. Dia tidak merusak atau mematahkan yang dihinggapinya.”
Beberapa sifat tawon atau lebah, yaitu tawon hinggap di tempat bersih, menyerap sesuatu yang bersih, dan mengeluarkan sesuatu yang bersih. Lebah adalah pekerja keras dan tidak merusak yang dihinggapinya. Tawon tidak pernah melukai, tetapi jika diganggu, dia akan melawan.
Sarang lebah berbentuk segi enam, yang sering disebut “Heksagonal”. Heksagonal adalah bentuk yang memerlukan bahan baku paling sedikit dengan luas maksimal. Heksagonal simetris menghasilkan kombinasi ruang sempurna dan tidak ada ruang yang tersisa.
Jika berbentuk lingkaran, akan banyak ruang tersisa. Heksagonal adalah bentuk paling baik dan optimal serta bentuk paling efektif dan efisien yang dapat memuat luas maksimum untuk menampung madu.
Banyak manfaat sarang tawon atau lebah. Yaitu: membunuh jamur dalam tubuh; sumber anti oksidan, mampu membunuh berbagai penyakit; dapat menyembuhkan kanker, dan mengobati tumor; memperkuat jantung dan daya tahan tubuh; menyehatkan sistem pencernaan; menyembuhkan peradangan dan luka; mengurangi stress dan memperlambat pengapuran tulang; menetralkan racun dan menjaga kesehatan hati; sebagai antibiotik dan mempermudah penyembuhan penyakit.
Beberapa sifat semut, yaitu: mampu mengangkat beban melebihi dirinya dan selalu menghimpun makanan. Suka mengumpulkan bekal makanan untuk bertahun-tahun, meskipun umurnya tidak sampai setahun.
Budaya semut ialah budaya “menumpuk”, dan tanpa mengolahnya. Yaitu budaya “aji mumpung” dan suka memanfaatkan “jabatannya.”.
Beberapa sifat laba-laba. Yaitu: sarangnya tempat paling rapuh dan bukan tempat yang aman, serta siapa pun yang berlindung di rumahnya akan disergapnya. Si betina akan memakan si jantan alias “si istri” tega makan “suaminya sendiri”.
Telur laba-laba yang menetas saling berdesakan dan dapat saling memusnahkan. Budaya laba-laba adalah selalu “mengincar mangsa.” dan siap menerkam siapa saja.
Al-Quran surah Al-Ankabut, surah ke-29 ayat 41. “Perumpamaan orang yang mengambil pelindung selain Allah, seperti laba-laba yang membuat rumah. Sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba, kalau mereka mengetahui.”
Nabi mengibaratkan seorang Islam seperti tawon atau lebah. Orang Islam hanya mengonsumsi yang baik dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Orang Islam tidak suka merusak dan tidak senang menyakiti orang lain.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
180. TAWON
KISAH TAWON, SEMUT, DAN
LABA-LABA DALAM AL-QURAN
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo
Al-Quran berisi 114 surah. Terdapat tiga nama binatang kecil, yang dijadikan nama surah dalam Al-Quran.
Pertama, Al-Quran surah An-Nahl, surah ke-16, artinya “Lebah” atau “Tawon”, yang memuat 128 ayat.
Kedua, Al-Quran surah An-Naml, surah ke-27, yang bermakna “Semut”, dan berisi 93 ayat.
Ketiga, Al-Quran surah Al-Ankabut, surah ke-29, yang berarti “Laba-laba”, dan memuat 69 ayat.
Al-Quran surah An-Nahl, surah ke-16 ayat 68. “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah,"Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia.”
Nabi Bersabda, “Manusia yang paling baik ialah yang paling bermanfaat bagi yang lain.” Nabi bersabda,” Sesungguhnya perumpamaan orang beriman itu bagaikan seekor lebah. Dia makan yang bersih, dan mengeluarkan sesuatu yang bersih, serta hinggap di tempat yang bersih. Dia tidak merusak atau mematahkan yang dihinggapinya.”
Beberapa sifat tawon atau lebah, yaitu tawon hinggap di tempat bersih, menyerap sesuatu yang bersih, dan mengeluarkan sesuatu yang bersih. Lebah adalah pekerja keras dan tidak merusak yang dihinggapinya. Tawon tidak pernah melukai, tetapi jika diganggu, dia akan melawan.
Sarang lebah berbentuk segi enam, yang sering disebut “Heksagonal”. Heksagonal adalah bentuk yang memerlukan bahan baku paling sedikit dengan luas maksimal. Heksagonal simetris menghasilkan kombinasi ruang sempurna dan tidak ada ruang yang tersisa.
Jika berbentuk lingkaran, akan banyak ruang tersisa. Heksagonal adalah bentuk paling baik dan optimal serta bentuk paling efektif dan efisien yang dapat memuat luas maksimum untuk menampung madu.
Banyak manfaat sarang tawon atau lebah. Yaitu: membunuh jamur dalam tubuh; sumber anti oksidan, mampu membunuh berbagai penyakit; dapat menyembuhkan kanker, dan mengobati tumor; memperkuat jantung dan daya tahan tubuh; menyehatkan sistem pencernaan; menyembuhkan peradangan dan luka; mengurangi stress dan memperlambat pengapuran tulang; menetralkan racun dan menjaga kesehatan hati; sebagai antibiotik dan mempermudah penyembuhan penyakit.
Beberapa sifat semut, yaitu: mampu mengangkat beban melebihi dirinya dan selalu menghimpun makanan. Suka mengumpulkan bekal makanan untuk bertahun-tahun, meskipun umurnya tidak sampai setahun.
Budaya semut ialah budaya “menumpuk”, dan tanpa mengolahnya. Yaitu budaya “aji mumpung” dan suka memanfaatkan “jabatannya.”.
Beberapa sifat laba-laba. Yaitu: sarangnya tempat paling rapuh dan bukan tempat yang aman, serta siapa pun yang berlindung di rumahnya akan disergapnya. Si betina akan memakan si jantan alias “si istri” tega makan “suaminya sendiri”.
Telur laba-laba yang menetas saling berdesakan dan dapat saling memusnahkan. Budaya laba-laba adalah selalu “mengincar mangsa.” dan siap menerkam siapa saja.
Al-Quran surah Al-Ankabut, surah ke-29 ayat 41. “Perumpamaan orang yang mengambil pelindung selain Allah, seperti laba-laba yang membuat rumah. Sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba, kalau mereka mengetahui.”
Nabi mengibaratkan seorang Islam seperti tawon atau lebah. Orang Islam hanya mengonsumsi yang baik dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Orang Islam tidak suka merusak dan tidak senang menyakiti orang lain.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
180. TAWON
KISAH TAWON, SEMUT, DAN
LABA-LABA DALAM AL-QURAN
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo
Al-Quran berisi 114 surah. Terdapat tiga nama binatang kecil, yang dijadikan nama surah dalam Al-Quran.
Pertama, Al-Quran surah An-Nahl, surah ke-16, artinya “Lebah” atau “Tawon”, yang memuat 128 ayat.
Kedua, Al-Quran surah An-Naml, surah ke-27, yang bermakna “Semut”, dan berisi 93 ayat.
Ketiga, Al-Quran surah Al-Ankabut, surah ke-29, yang berarti “Laba-laba”, dan memuat 69 ayat.
Al-Quran surah An-Nahl, surah ke-16 ayat 68. “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah,"Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia.”
Nabi Bersabda, “Manusia yang paling baik ialah yang paling bermanfaat bagi yang lain.” Nabi bersabda,” Sesungguhnya perumpamaan orang beriman itu bagaikan seekor lebah. Dia makan yang bersih, dan mengeluarkan sesuatu yang bersih, serta hinggap di tempat yang bersih. Dia tidak merusak atau mematahkan yang dihinggapinya.”
Beberapa sifat tawon atau lebah, yaitu tawon hinggap di tempat bersih, menyerap sesuatu yang bersih, dan mengeluarkan sesuatu yang bersih. Lebah adalah pekerja keras dan tidak merusak yang dihinggapinya. Tawon tidak pernah melukai, tetapi jika diganggu, dia akan melawan.
Sarang lebah berbentuk segi enam, yang sering disebut “Heksagonal”. Heksagonal adalah bentuk yang memerlukan bahan baku paling sedikit dengan luas maksimal. Heksagonal simetris menghasilkan kombinasi ruang sempurna dan tidak ada ruang yang tersisa.
Jika berbentuk lingkaran, akan banyak ruang tersisa. Heksagonal adalah bentuk paling baik dan optimal serta bentuk paling efektif dan efisien yang dapat memuat luas maksimum untuk menampung madu.
Banyak manfaat sarang tawon atau lebah. Yaitu: membunuh jamur dalam tubuh; sumber anti oksidan, mampu membunuh berbagai penyakit; dapat menyembuhkan kanker, dan mengobati tumor; memperkuat jantung dan daya tahan tubuh; menyehatkan sistem pencernaan; menyembuhkan peradangan dan luka; mengurangi stress dan memperlambat pengapuran tulang; menetralkan racun dan menjaga kesehatan hati; sebagai antibiotik dan mempermudah penyembuhan penyakit.
Beberapa sifat semut, yaitu: mampu mengangkat beban melebihi dirinya dan selalu menghimpun makanan. Suka mengumpulkan bekal makanan untuk bertahun-tahun, meskipun umurnya tidak sampai setahun.
Budaya semut ialah budaya “menumpuk”, dan tanpa mengolahnya. Yaitu budaya “aji mumpung” dan suka memanfaatkan “jabatannya.”.
Beberapa sifat laba-laba. Yaitu: sarangnya tempat paling rapuh dan bukan tempat yang aman, serta siapa pun yang berlindung di rumahnya akan disergapnya. Si betina akan memakan si jantan alias “si istri” tega makan “suaminya sendiri”.
Telur laba-laba yang menetas saling berdesakan dan dapat saling memusnahkan. Budaya laba-laba adalah selalu “mengincar mangsa.” dan siap menerkam siapa saja.
Al-Quran surah Al-Ankabut, surah ke-29 ayat 41. “Perumpamaan orang yang mengambil pelindung selain Allah, seperti laba-laba yang membuat rumah. Sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba, kalau mereka mengetahui.”
Nabi mengibaratkan seorang Islam seperti tawon atau lebah. Orang Islam hanya mengonsumsi yang baik dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Orang Islam tidak suka merusak dan tidak senang menyakiti orang lain.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
180. TAWON
KISAH TAWON, SEMUT, DAN
LABA-LABA DALAM AL-QURAN
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo
Al-Quran berisi 114 surah. Terdapat tiga nama binatang kecil, yang dijadikan nama surah dalam Al-Quran.
Pertama, Al-Quran surah An-Nahl, surah ke-16, artinya “Lebah” atau “Tawon”, yang memuat 128 ayat.
Kedua, Al-Quran surah An-Naml, surah ke-27, yang bermakna “Semut”, dan berisi 93 ayat.
Ketiga, Al-Quran surah Al-Ankabut, surah ke-29, yang berarti “Laba-laba”, dan memuat 69 ayat.
Al-Quran surah An-Nahl, surah ke-16 ayat 68. “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah,"Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia.”
Nabi Bersabda, “Manusia yang paling baik ialah yang paling bermanfaat bagi yang lain.” Nabi bersabda,” Sesungguhnya perumpamaan orang beriman itu bagaikan seekor lebah. Dia makan yang bersih, dan mengeluarkan sesuatu yang bersih, serta hinggap di tempat yang bersih. Dia tidak merusak atau mematahkan yang dihinggapinya.”
Beberapa sifat tawon atau lebah, yaitu tawon hinggap di tempat bersih, menyerap sesuatu yang bersih, dan mengeluarkan sesuatu yang bersih. Lebah adalah pekerja keras dan tidak merusak yang dihinggapinya. Tawon tidak pernah melukai, tetapi jika diganggu, dia akan melawan.
Sarang lebah berbentuk segi enam, yang sering disebut “Heksagonal”. Heksagonal adalah bentuk yang memerlukan bahan baku paling sedikit dengan luas maksimal. Heksagonal simetris menghasilkan kombinasi ruang sempurna dan tidak ada ruang yang tersisa.
Jika berbentuk lingkaran, akan banyak ruang tersisa. Heksagonal adalah bentuk paling baik dan optimal serta bentuk paling efektif dan efisien yang dapat memuat luas maksimum untuk menampung madu.
Banyak manfaat sarang tawon atau lebah. Yaitu: membunuh jamur dalam tubuh; sumber anti oksidan, mampu membunuh berbagai penyakit; dapat menyembuhkan kanker, dan mengobati tumor; memperkuat jantung dan daya tahan tubuh; menyehatkan sistem pencernaan; menyembuhkan peradangan dan luka; mengurangi stress dan memperlambat pengapuran tulang; menetralkan racun dan menjaga kesehatan hati; sebagai antibiotik dan mempermudah penyembuhan penyakit.
Beberapa sifat semut, yaitu: mampu mengangkat beban melebihi dirinya dan selalu menghimpun makanan. Suka mengumpulkan bekal makanan untuk bertahun-tahun, meskipun umurnya tidak sampai setahun.
Budaya semut ialah budaya “menumpuk”, dan tanpa mengolahnya. Yaitu budaya “aji mumpung” dan suka memanfaatkan “jabatannya.”.
Beberapa sifat laba-laba. Yaitu: sarangnya tempat paling rapuh dan bukan tempat yang aman, serta siapa pun yang berlindung di rumahnya akan disergapnya. Si betina akan memakan si jantan alias “si istri” tega makan “suaminya sendiri”.
Telur laba-laba yang menetas saling berdesakan dan dapat saling memusnahkan. Budaya laba-laba adalah selalu “mengincar mangsa.” dan siap menerkam siapa saja.
Al-Quran surah Al-Ankabut, surah ke-29 ayat 41. “Perumpamaan orang yang mengambil pelindung selain Allah, seperti laba-laba yang membuat rumah. Sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba, kalau mereka mengetahui.”
Nabi mengibaratkan seorang Islam seperti tawon atau lebah. Orang Islam hanya mengonsumsi yang baik dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Orang Islam tidak suka merusak dan tidak senang menyakiti orang lain.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
180. TAWON
KISAH TAWON, SEMUT, DAN
LABA-LABA DALAM AL-QURAN
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo
Al-Quran berisi 114 surah. Terdapat tiga nama binatang kecil, yang dijadikan nama surah dalam Al-Quran.
Pertama, Al-Quran surah An-Nahl, surah ke-16, artinya “Lebah” atau “Tawon”, yang memuat 128 ayat.
Kedua, Al-Quran surah An-Naml, surah ke-27, yang bermakna “Semut”, dan berisi 93 ayat.
Ketiga, Al-Quran surah Al-Ankabut, surah ke-29, yang berarti “Laba-laba”, dan memuat 69 ayat.
Al-Quran surah An-Nahl, surah ke-16 ayat 68. “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah,"Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia.”
Nabi Bersabda, “Manusia yang paling baik ialah yang paling bermanfaat bagi yang lain.” Nabi bersabda,” Sesungguhnya perumpamaan orang beriman itu bagaikan seekor lebah. Dia makan yang bersih, dan mengeluarkan sesuatu yang bersih, serta hinggap di tempat yang bersih. Dia tidak merusak atau mematahkan yang dihinggapinya.”
Beberapa sifat tawon atau lebah, yaitu tawon hinggap di tempat bersih, menyerap sesuatu yang bersih, dan mengeluarkan sesuatu yang bersih. Lebah adalah pekerja keras dan tidak merusak yang dihinggapinya. Tawon tidak pernah melukai, tetapi jika diganggu, dia akan melawan.
Sarang lebah berbentuk segi enam, yang sering disebut “Heksagonal”. Heksagonal adalah bentuk yang memerlukan bahan baku paling sedikit dengan luas maksimal. Heksagonal simetris menghasilkan kombinasi ruang sempurna dan tidak ada ruang yang tersisa.
Jika berbentuk lingkaran, akan banyak ruang tersisa. Heksagonal adalah bentuk paling baik dan optimal serta bentuk paling efektif dan efisien yang dapat memuat luas maksimum untuk menampung madu.
Banyak manfaat sarang tawon atau lebah. Yaitu: membunuh jamur dalam tubuh; sumber anti oksidan, mampu membunuh berbagai penyakit; dapat menyembuhkan kanker, dan mengobati tumor; memperkuat jantung dan daya tahan tubuh; menyehatkan sistem pencernaan; menyembuhkan peradangan dan luka; mengurangi stress dan memperlambat pengapuran tulang; menetralkan racun dan menjaga kesehatan hati; sebagai antibiotik dan mempermudah penyembuhan penyakit.
Beberapa sifat semut, yaitu: mampu mengangkat beban melebihi dirinya dan selalu menghimpun makanan. Suka mengumpulkan bekal makanan untuk bertahun-tahun, meskipun umurnya tidak sampai setahun.
Budaya semut ialah budaya “menumpuk”, dan tanpa mengolahnya. Yaitu budaya “aji mumpung” dan suka memanfaatkan “jabatannya.”.
Beberapa sifat laba-laba. Yaitu: sarangnya tempat paling rapuh dan bukan tempat yang aman, serta siapa pun yang berlindung di rumahnya akan disergapnya. Si betina akan memakan si jantan alias “si istri” tega makan “suaminya sendiri”.
Telur laba-laba yang menetas saling berdesakan dan dapat saling memusnahkan. Budaya laba-laba adalah selalu “mengincar mangsa.” dan siap menerkam siapa saja.
Al-Quran surah Al-Ankabut, surah ke-29 ayat 41. “Perumpamaan orang yang mengambil pelindung selain Allah, seperti laba-laba yang membuat rumah. Sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba, kalau mereka mengetahui.”
Nabi mengibaratkan seorang Islam seperti tawon atau lebah. Orang Islam hanya mengonsumsi yang baik dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Orang Islam tidak suka merusak dan tidak senang menyakiti orang lain.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
180. TAWON
KISAH TAWON, SEMUT, DAN
LABA-LABA DALAM AL-QURAN
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo
Al-Quran berisi 114 surah. Terdapat tiga nama binatang kecil, yang dijadikan nama surah dalam Al-Quran.
Pertama, Al-Quran surah An-Nahl, surah ke-16, artinya “Lebah” atau “Tawon”, yang memuat 128 ayat.
Kedua, Al-Quran surah An-Naml, surah ke-27, yang bermakna “Semut”, dan berisi 93 ayat.
Ketiga, Al-Quran surah Al-Ankabut, surah ke-29, yang berarti “Laba-laba”, dan memuat 69 ayat.
Al-Quran surah An-Nahl, surah ke-16 ayat 68. “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah,"Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia.”
Nabi Bersabda, “Manusia yang paling baik ialah yang paling bermanfaat bagi yang lain.” Nabi bersabda,” Sesungguhnya perumpamaan orang beriman itu bagaikan seekor lebah. Dia makan yang bersih, dan mengeluarkan sesuatu yang bersih, serta hinggap di tempat yang bersih. Dia tidak merusak atau mematahkan yang dihinggapinya.”
Beberapa sifat tawon atau lebah, yaitu tawon hinggap di tempat bersih, menyerap sesuatu yang bersih, dan mengeluarkan sesuatu yang bersih. Lebah adalah pekerja keras dan tidak merusak yang dihinggapinya. Tawon tidak pernah melukai, tetapi jika diganggu, dia akan melawan.
Sarang lebah berbentuk segi enam, yang sering disebut “Heksagonal”. Heksagonal adalah bentuk yang memerlukan bahan baku paling sedikit dengan luas maksimal. Heksagonal simetris menghasilkan kombinasi ruang sempurna dan tidak ada ruang yang tersisa.
Jika berbentuk lingkaran, akan banyak ruang tersisa. Heksagonal adalah bentuk paling baik dan optimal serta bentuk paling efektif dan efisien yang dapat memuat luas maksimum untuk menampung madu.
Banyak manfaat sarang tawon atau lebah. Yaitu: membunuh jamur dalam tubuh; sumber anti oksidan, mampu membunuh berbagai penyakit; dapat menyembuhkan kanker, dan mengobati tumor; memperkuat jantung dan daya tahan tubuh; menyehatkan sistem pencernaan; menyembuhkan peradangan dan luka; mengurangi stress dan memperlambat pengapuran tulang; menetralkan racun dan menjaga kesehatan hati; sebagai antibiotik dan mempermudah penyembuhan penyakit.
Beberapa sifat semut, yaitu: mampu mengangkat beban melebihi dirinya dan selalu menghimpun makanan. Suka mengumpulkan bekal makanan untuk bertahun-tahun, meskipun umurnya tidak sampai setahun.
Budaya semut ialah budaya “menumpuk”, dan tanpa mengolahnya. Yaitu budaya “aji mumpung” dan suka memanfaatkan “jabatannya.”.
Beberapa sifat laba-laba. Yaitu: sarangnya tempat paling rapuh dan bukan tempat yang aman, serta siapa pun yang berlindung di rumahnya akan disergapnya. Si betina akan memakan si jantan alias “si istri” tega makan “suaminya sendiri”.
Telur laba-laba yang menetas saling berdesakan dan dapat saling memusnahkan. Budaya laba-laba adalah selalu “mengincar mangsa.” dan siap menerkam siapa saja.
Al-Quran surah Al-Ankabut, surah ke-29 ayat 41. “Perumpamaan orang yang mengambil pelindung selain Allah, seperti laba-laba yang membuat rumah. Sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba, kalau mereka mengetahui.”
Nabi mengibaratkan seorang Islam seperti tawon atau lebah. Orang Islam hanya mengonsumsi yang baik dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Orang Islam tidak suka merusak dan tidak senang menyakiti orang lain.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
179. ATEIS
SEORANG ATEIS BERTANYA KEPADA IMAM HANAFI
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo
Ajaran Islam bersumber kepada Al-Quran dan Sunah, serta memiliki beberapa cabang ilmu. Salah satunya “Ilmu Fikih”, yaitu ilmu mempelajari tentang Hukum Islam. Dunia Islam mengenal 4 mazhab terbesar, yaitu Mazhab Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali.
Masing-masing mazhab mempunyai “karakter” dan “keistimewaan” tersendiri. Mazhab Hanafi didirikan oleh Nukman bin Tsabit, yang lahir tahun 89 Hijriah, dan wafat tahun 150 Hijirah. Nukman bin Tsabit seorang guru besar ilmu fikih di Irak.
Mazhab Maliki didirikan oleh Imam Malik bin Anas, yang lahir tahun 93 Hijriah, dan wafat tahun 179 Hijriah. Imam Malik bin Anas berasal dari Madinah.
Mazhab Syafii didirikan oleh Muhammad bin Idris, yang lahir tahun 150 Hijriah, dan wafat tahun 200 Hijirah. Muhammad bin Idris berasal dari Gaza, Palestina.
Mazhab Hambali didirikan oleh Ahmad bin Hambal, yang lahir tahun 164 Hijriah, dan wafat tahun 241 Hijriah. Ahmad bin Hambal berasal dari Baghdad, Irak.
Kisah warna warni kehidupan Imam Hanafi. Seorang ateis bertanya kepada Imam Hanafi tentang keberadaan Tuhan. Ateis ialah orang yang tidak percaya adanya Tuhan.
Seorang ateis bertanya kepada Imam Hanafi, “Apakah kamu melihat Tuhanmu? Imam Hanafi menjawab dengan membacakan Al-Quran surah Al-Anam surah ke-6 ayat 103. “Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata. Dia dapat melihat segala penglihatan. Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”
Seorang ateis bertanya,” Apakah kamu dapat menyentuh Tuhanmu? Mencium Tuhanmu? atau merasakan Tuhanmu? Imam Hanafi menjawab dengan membacakan Al-Quran surah ke-42 ayat 11. “Dia Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikanmu dari jenismu sendiri. Pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan pula. Dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Seorang ateis bertanya,”Jika kamu tidak dapat melihat Tuhanmu, tidak dapat menyentuh Tuhanmu, tidak bisa mencium Tuhanmu, dan merasakan Tuhanmu? Bagaimana kamu bisa membuktikan keberadaan Tuhanmu?”
Imam Hanafi menjawab, “Apakah kamu ini memang benar-benar tidak bisa berpikir?” “Apakah kamu bisa melihat akalmu?” “Tidak bisa,“jawab orang ateis.
Imam Hanafi bertanya lagi,” Apakah kamu dapat menyentuh akalmu? “Tidak,” jawab orang ateis.
Imam Hanafi melanjutkan,”Apakah kamu bisa mencium akalmu? “Tidak bisa,” jawab orang ateis sambil menggelengkan kepala.
Imam Hanafi bertanya,”Apakah kamu dapat merasakan akalmu? “Tidak,” jawab orang ateis.
Imam Hanafi bertanya,”Kamu itu orang yang berakal atau orang gila? “Saya orang yang berakal,”sahut orang ateis. Imam Hanafi melanjutkan,”Jika kamu memang orang yang berakal, lalu di manakah akalmu? “Saya tidak tahu, tetapi dia ada.”jawab orang ateis.
“Demikian pula Allah Subhanahu Wataala,” jelas Imam Hanafi. Imam Hanafi melanjutkan,” Allah memang tidak bisa dilihat mata manusia, tetapi semua alam semesta yang serba teratur ini pasti ada yang mengaturnya, yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa, semuanya merupakan salah satu bukti bahwa Allah ada.”
Daftar Pustaka
1. Asy-Syinawi, Abdul Aziz. Biografi Empat Mazhab. Penerbit Beirut Publishing. Ummul Qura. Jakarta, 2013.
179. ATEIS
SEORANG ATEIS BERTANYA KEPADA IMAM HANAFI
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo
Ajaran Islam bersumber kepada Al-Quran dan Sunah, serta memiliki beberapa cabang ilmu. Salah satunya “Ilmu Fikih”, yaitu ilmu mempelajari tentang Hukum Islam. Dunia Islam mengenal 4 mazhab terbesar, yaitu Mazhab Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali.
Masing-masing mazhab mempunyai “karakter” dan “keistimewaan” tersendiri. Mazhab Hanafi didirikan oleh Nukman bin Tsabit, yang lahir tahun 89 Hijriah, dan wafat tahun 150 Hijirah. Nukman bin Tsabit seorang guru besar ilmu fikih di Irak.
Mazhab Maliki didirikan oleh Imam Malik bin Anas, yang lahir tahun 93 Hijriah, dan wafat tahun 179 Hijriah. Imam Malik bin Anas berasal dari Madinah.
Mazhab Syafii didirikan oleh Muhammad bin Idris, yang lahir tahun 150 Hijriah, dan wafat tahun 200 Hijirah. Muhammad bin Idris berasal dari Gaza, Palestina.
Mazhab Hambali didirikan oleh Ahmad bin Hambal, yang lahir tahun 164 Hijriah, dan wafat tahun 241 Hijriah. Ahmad bin Hambal berasal dari Baghdad, Irak.
Kisah warna warni kehidupan Imam Hanafi. Seorang ateis bertanya kepada Imam Hanafi tentang keberadaan Tuhan. Ateis ialah orang yang tidak percaya adanya Tuhan.
Seorang ateis bertanya kepada Imam Hanafi, “Apakah kamu melihat Tuhanmu? Imam Hanafi menjawab dengan membacakan Al-Quran surah Al-Anam surah ke-6 ayat 103. “Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata. Dia dapat melihat segala penglihatan. Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”
Seorang ateis bertanya,” Apakah kamu dapat menyentuh Tuhanmu? Mencium Tuhanmu? atau merasakan Tuhanmu? Imam Hanafi menjawab dengan membacakan Al-Quran surah ke-42 ayat 11. “Dia Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikanmu dari jenismu sendiri. Pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan pula. Dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Seorang ateis bertanya,”Jika kamu tidak dapat melihat Tuhanmu, tidak dapat menyentuh Tuhanmu, tidak bisa mencium Tuhanmu, dan merasakan Tuhanmu? Bagaimana kamu bisa membuktikan keberadaan Tuhanmu?”
Imam Hanafi menjawab, “Apakah kamu ini memang benar-benar tidak bisa berpikir?” “Apakah kamu bisa melihat akalmu?” “Tidak bisa,“jawab orang ateis.
Imam Hanafi bertanya lagi,” Apakah kamu dapat menyentuh akalmu? “Tidak,” jawab orang ateis.
Imam Hanafi melanjutkan,”Apakah kamu bisa mencium akalmu? “Tidak bisa,” jawab orang ateis sambil menggelengkan kepala.
Imam Hanafi bertanya,”Apakah kamu dapat merasakan akalmu? “Tidak,” jawab orang ateis.
Imam Hanafi bertanya,”Kamu itu orang yang berakal atau orang gila? “Saya orang yang berakal,”sahut orang ateis. Imam Hanafi melanjutkan,”Jika kamu memang orang yang berakal, lalu di manakah akalmu? “Saya tidak tahu, tetapi dia ada.”jawab orang ateis.
“Demikian pula Allah Subhanahu Wataala,” jelas Imam Hanafi. Imam Hanafi melanjutkan,” Allah memang tidak bisa dilihat mata manusia, tetapi semua alam semesta yang serba teratur ini pasti ada yang mengaturnya, yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa, semuanya merupakan salah satu bukti bahwa Allah ada.”
Daftar Pustaka
1. Asy-Syinawi, Abdul Aziz. Biografi Empat Mazhab. Penerbit Beirut Publishing. Ummul Qura. Jakarta, 2013.
179. ATEIS
SEORANG ATEIS BERTANYA KEPADA IMAM HANAFI
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo
Ajaran Islam bersumber kepada Al-Quran dan Sunah, serta memiliki beberapa cabang ilmu. Salah satunya “Ilmu Fikih”, yaitu ilmu mempelajari tentang Hukum Islam. Dunia Islam mengenal 4 mazhab terbesar, yaitu Mazhab Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali.
Masing-masing mazhab mempunyai “karakter” dan “keistimewaan” tersendiri. Mazhab Hanafi didirikan oleh Nukman bin Tsabit, yang lahir tahun 89 Hijriah, dan wafat tahun 150 Hijirah. Nukman bin Tsabit seorang guru besar ilmu fikih di Irak.
Mazhab Maliki didirikan oleh Imam Malik bin Anas, yang lahir tahun 93 Hijriah, dan wafat tahun 179 Hijriah. Imam Malik bin Anas berasal dari Madinah.
Mazhab Syafii didirikan oleh Muhammad bin Idris, yang lahir tahun 150 Hijriah, dan wafat tahun 200 Hijirah. Muhammad bin Idris berasal dari Gaza, Palestina.
Mazhab Hambali didirikan oleh Ahmad bin Hambal, yang lahir tahun 164 Hijriah, dan wafat tahun 241 Hijriah. Ahmad bin Hambal berasal dari Baghdad, Irak.
Kisah warna warni kehidupan Imam Hanafi. Seorang ateis bertanya kepada Imam Hanafi tentang keberadaan Tuhan. Ateis ialah orang yang tidak percaya adanya Tuhan.
Seorang ateis bertanya kepada Imam Hanafi, “Apakah kamu melihat Tuhanmu? Imam Hanafi menjawab dengan membacakan Al-Quran surah Al-Anam surah ke-6 ayat 103. “Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata. Dia dapat melihat segala penglihatan. Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”
Seorang ateis bertanya,” Apakah kamu dapat menyentuh Tuhanmu? Mencium Tuhanmu? atau merasakan Tuhanmu? Imam Hanafi menjawab dengan membacakan Al-Quran surah ke-42 ayat 11. “Dia Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikanmu dari jenismu sendiri. Pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan pula. Dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Seorang ateis bertanya,”Jika kamu tidak dapat melihat Tuhanmu, tidak dapat menyentuh Tuhanmu, tidak bisa mencium Tuhanmu, dan merasakan Tuhanmu? Bagaimana kamu bisa membuktikan keberadaan Tuhanmu?”
Imam Hanafi menjawab, “Apakah kamu ini memang benar-benar tidak bisa berpikir?” “Apakah kamu bisa melihat akalmu?” “Tidak bisa,“jawab orang ateis.
Imam Hanafi bertanya lagi,” Apakah kamu dapat menyentuh akalmu? “Tidak,” jawab orang ateis.
Imam Hanafi melanjutkan,”Apakah kamu bisa mencium akalmu? “Tidak bisa,” jawab orang ateis sambil menggelengkan kepala.
Imam Hanafi bertanya,”Apakah kamu dapat merasakan akalmu? “Tidak,” jawab orang ateis.
Imam Hanafi bertanya,”Kamu itu orang yang berakal atau orang gila? “Saya orang yang berakal,”sahut orang ateis. Imam Hanafi melanjutkan,”Jika kamu memang orang yang berakal, lalu di manakah akalmu? “Saya tidak tahu, tetapi dia ada.”jawab orang ateis.
“Demikian pula Allah Subhanahu Wataala,” jelas Imam Hanafi. Imam Hanafi melanjutkan,” Allah memang tidak bisa dilihat mata manusia, tetapi semua alam semesta yang serba teratur ini pasti ada yang mengaturnya, yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa, semuanya merupakan salah satu bukti bahwa Allah ada.”
Daftar Pustaka
1. Asy-Syinawi, Abdul Aziz. Biografi Empat Mazhab. Penerbit Beirut Publishing. Ummul Qura. Jakarta, 2013.
179. ATEIS
SEORANG ATEIS BERTANYA KEPADA IMAM HANAFI
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo
Ajaran Islam bersumber kepada Al-Quran dan Sunah, serta memiliki beberapa cabang ilmu. Salah satunya “Ilmu Fikih”, yaitu ilmu mempelajari tentang Hukum Islam. Dunia Islam mengenal 4 mazhab terbesar, yaitu Mazhab Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali.
Masing-masing mazhab mempunyai “karakter” dan “keistimewaan” tersendiri. Mazhab Hanafi didirikan oleh Nukman bin Tsabit, yang lahir tahun 89 Hijriah, dan wafat tahun 150 Hijirah. Nukman bin Tsabit seorang guru besar ilmu fikih di Irak.
Mazhab Maliki didirikan oleh Imam Malik bin Anas, yang lahir tahun 93 Hijriah, dan wafat tahun 179 Hijriah. Imam Malik bin Anas berasal dari Madinah.
Mazhab Syafii didirikan oleh Muhammad bin Idris, yang lahir tahun 150 Hijriah, dan wafat tahun 200 Hijirah. Muhammad bin Idris berasal dari Gaza, Palestina.
Mazhab Hambali didirikan oleh Ahmad bin Hambal, yang lahir tahun 164 Hijriah, dan wafat tahun 241 Hijriah. Ahmad bin Hambal berasal dari Baghdad, Irak.
Kisah warna warni kehidupan Imam Hanafi. Seorang ateis bertanya kepada Imam Hanafi tentang keberadaan Tuhan. Ateis ialah orang yang tidak percaya adanya Tuhan.
Seorang ateis bertanya kepada Imam Hanafi, “Apakah kamu melihat Tuhanmu? Imam Hanafi menjawab dengan membacakan Al-Quran surah Al-Anam surah ke-6 ayat 103. “Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata. Dia dapat melihat segala penglihatan. Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”
Seorang ateis bertanya,” Apakah kamu dapat menyentuh Tuhanmu? Mencium Tuhanmu? atau merasakan Tuhanmu? Imam Hanafi menjawab dengan membacakan Al-Quran surah ke-42 ayat 11. “Dia Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikanmu dari jenismu sendiri. Pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan pula. Dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Seorang ateis bertanya,”Jika kamu tidak dapat melihat Tuhanmu, tidak dapat menyentuh Tuhanmu, tidak bisa mencium Tuhanmu, dan merasakan Tuhanmu? Bagaimana kamu bisa membuktikan keberadaan Tuhanmu?”
Imam Hanafi menjawab, “Apakah kamu ini memang benar-benar tidak bisa berpikir?” “Apakah kamu bisa melihat akalmu?” “Tidak bisa,“jawab orang ateis.
Imam Hanafi bertanya lagi,” Apakah kamu dapat menyentuh akalmu? “Tidak,” jawab orang ateis.
Imam Hanafi melanjutkan,”Apakah kamu bisa mencium akalmu? “Tidak bisa,” jawab orang ateis sambil menggelengkan kepala.
Imam Hanafi bertanya,”Apakah kamu dapat merasakan akalmu? “Tidak,” jawab orang ateis.
Imam Hanafi bertanya,”Kamu itu orang yang berakal atau orang gila? “Saya orang yang berakal,”sahut orang ateis. Imam Hanafi melanjutkan,”Jika kamu memang orang yang berakal, lalu di manakah akalmu? “Saya tidak tahu, tetapi dia ada.”jawab orang ateis.
“Demikian pula Allah Subhanahu Wataala,” jelas Imam Hanafi. Imam Hanafi melanjutkan,” Allah memang tidak bisa dilihat mata manusia, tetapi semua alam semesta yang serba teratur ini pasti ada yang mengaturnya, yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa, semuanya merupakan salah satu bukti bahwa Allah ada.”
Daftar Pustaka
1. Asy-Syinawi, Abdul Aziz. Biografi Empat Mazhab. Penerbit Beirut Publishing. Ummul Qura. Jakarta, 2013.
179. ATEIS
SEORANG ATEIS BERTANYA KEPADA IMAM HANAFI
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo
Ajaran Islam bersumber kepada Al-Quran dan Sunah, serta memiliki beberapa cabang ilmu. Salah satunya “Ilmu Fikih”, yaitu ilmu mempelajari tentang Hukum Islam. Dunia Islam mengenal 4 mazhab terbesar, yaitu Mazhab Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali.
Masing-masing mazhab mempunyai “karakter” dan “keistimewaan” tersendiri. Mazhab Hanafi didirikan oleh Nukman bin Tsabit, yang lahir tahun 89 Hijriah, dan wafat tahun 150 Hijirah. Nukman bin Tsabit seorang guru besar ilmu fikih di Irak.
Mazhab Maliki didirikan oleh Imam Malik bin Anas, yang lahir tahun 93 Hijriah, dan wafat tahun 179 Hijriah. Imam Malik bin Anas berasal dari Madinah.
Mazhab Syafii didirikan oleh Muhammad bin Idris, yang lahir tahun 150 Hijriah, dan wafat tahun 200 Hijirah. Muhammad bin Idris berasal dari Gaza, Palestina.
Mazhab Hambali didirikan oleh Ahmad bin Hambal, yang lahir tahun 164 Hijriah, dan wafat tahun 241 Hijriah. Ahmad bin Hambal berasal dari Baghdad, Irak.
Kisah warna warni kehidupan Imam Hanafi. Seorang ateis bertanya kepada Imam Hanafi tentang keberadaan Tuhan. Ateis ialah orang yang tidak percaya adanya Tuhan.
Seorang ateis bertanya kepada Imam Hanafi, “Apakah kamu melihat Tuhanmu? Imam Hanafi menjawab dengan membacakan Al-Quran surah Al-Anam surah ke-6 ayat 103. “Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata. Dia dapat melihat segala penglihatan. Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”
Seorang ateis bertanya,” Apakah kamu dapat menyentuh Tuhanmu? Mencium Tuhanmu? atau merasakan Tuhanmu? Imam Hanafi menjawab dengan membacakan Al-Quran surah ke-42 ayat 11. “Dia Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikanmu dari jenismu sendiri. Pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan pula. Dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Seorang ateis bertanya,”Jika kamu tidak dapat melihat Tuhanmu, tidak dapat menyentuh Tuhanmu, tidak bisa mencium Tuhanmu, dan merasakan Tuhanmu? Bagaimana kamu bisa membuktikan keberadaan Tuhanmu?”
Imam Hanafi menjawab, “Apakah kamu ini memang benar-benar tidak bisa berpikir?” “Apakah kamu bisa melihat akalmu?” “Tidak bisa,“jawab orang ateis.
Imam Hanafi bertanya lagi,” Apakah kamu dapat menyentuh akalmu? “Tidak,” jawab orang ateis.
Imam Hanafi melanjutkan,”Apakah kamu bisa mencium akalmu? “Tidak bisa,” jawab orang ateis sambil menggelengkan kepala.
Imam Hanafi bertanya,”Apakah kamu dapat merasakan akalmu? “Tidak,” jawab orang ateis.
Imam Hanafi bertanya,”Kamu itu orang yang berakal atau orang gila? “Saya orang yang berakal,”sahut orang ateis. Imam Hanafi melanjutkan,”Jika kamu memang orang yang berakal, lalu di manakah akalmu? “Saya tidak tahu, tetapi dia ada.”jawab orang ateis.
“Demikian pula Allah Subhanahu Wataala,” jelas Imam Hanafi. Imam Hanafi melanjutkan,” Allah memang tidak bisa dilihat mata manusia, tetapi semua alam semesta yang serba teratur ini pasti ada yang mengaturnya, yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa, semuanya merupakan salah satu bukti bahwa Allah ada.”
Daftar Pustaka
1. Asy-Syinawi, Abdul Aziz. Biografi Empat Mazhab. Penerbit Beirut Publishing. Ummul Qura. Jakarta, 2013.


