Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Friday, December 1, 2017

533. DIRI

PUASA PENGENDALI DIRI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

    Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang puasa adalah upaya mengendalikan diri melawan hawa nafsu?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
    Puasa dalam arti menahan diri untuk tidak makan dan minum dikenal oleh manusia abad ke-20 dalam berbagai bentuk dan motivasi, karena terdapat orang yang berpuasa untuk kesehatan atau kelangsingan badan, ada orang yang berpuasa untuk tujuan protes terhadap suatu kebijakan.
    Terdapat orang yang berpuasa untuk membersihkan jiwa, membebaskan diri dari dosa dan mendekatan diri kepada Tuhan, dan ada orang yang berpuasa sebagai tanda berkabung atau menampakkan solidaritas terhadap orang yang kesusahan.
    Apa pun motivasi dan bentuk berpuasa yang dilakukan oleh seseorang, semuanya dapat disimpulkan sebagai usaha pengendalian diri, karena pengendalian diri akan mengantarkan manusia kepada kebebasan dari belenggu “adat kebiasaan” yang dapat menghambat kemajuan.
     Pengendalian dan pengarahan dalam kehidupan sangat dibutuhkan oleh manusia, secara pribadi dan kelompok, karena secara umum jiwa manusia berpotensi untuk gampang terpengaruh bisikan dan godaan negatif.
      Setiap kelompok dalam masyarakat pun membutuhkan pengendalian dan pengarahan untuk mengatasi masalah kemasyarakatan dan meraih kejayaan, serta tekad untuk menghadapi problem dan meraih kejayaan harus dibarengi dengan kesadaran dan ketenangan jiwa.
   Dari sinilah kesadaran berpuasa diperoleh, sedangkan niat berpuasa yang dilakukan hanya karena Allah, menimbulkan ketenangan dan ketenteraman dalam jiwa manusia.
    Setiap tekad utuk mencpai hasil terbaik harus disertai dengan kesadaran agar tidak  menimbulkan sikap keras kepala, serta terpenuhinya unsur ketenangan yang menghindarkan dari dari sikap kecemasan dan kegelisahan.
      Berpuasa sangat berperan dalam membina mutu manusia dan masyarakat untuk menghadapi kebutuhan masa kini dan masa depan, serta membentengi diri dan masyarakat dari kesulitan yang dihadapi untuk mencapai keberhasilan.
    Dengan demikian, berpuasa dibutuhkan oleh semua manusia, kaya atau miskin, pandai atau bodoh dalam kedudukannya sebagai pribadi atau anggota masyarakat untuk memelihara diri dan mengembangkan masyarakatnya.
  Tidak mengherankan apabila berpuasa, sebagaimana diinformasikan oleh Al-Quran, telah diwajibkan oleh Allah maupun atas kesadaran manusia sendiri, sejak zaman dahulu.

      Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke-2 ayat 183.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
    
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atasmu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

533. DIRI

PUASA PENGENDALI DIRI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

    Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang puasa adalah upaya mengendalikan diri melawan hawa nafsu?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
    Puasa dalam arti menahan diri untuk tidak makan dan minum dikenal oleh manusia abad ke-20 dalam berbagai bentuk dan motivasi, karena terdapat orang yang berpuasa untuk kesehatan atau kelangsingan badan, ada orang yang berpuasa untuk tujuan protes terhadap suatu kebijakan.
    Terdapat orang yang berpuasa untuk membersihkan jiwa, membebaskan diri dari dosa dan mendekatan diri kepada Tuhan, dan ada orang yang berpuasa sebagai tanda berkabung atau menampakkan solidaritas terhadap orang yang kesusahan.
    Apa pun motivasi dan bentuk berpuasa yang dilakukan oleh seseorang, semuanya dapat disimpulkan sebagai usaha pengendalian diri, karena pengendalian diri akan mengantarkan manusia kepada kebebasan dari belenggu “adat kebiasaan” yang dapat menghambat kemajuan.
     Pengendalian dan pengarahan dalam kehidupan sangat dibutuhkan oleh manusia, secara pribadi dan kelompok, karena secara umum jiwa manusia berpotensi untuk gampang terpengaruh bisikan dan godaan negatif.
      Setiap kelompok dalam masyarakat pun membutuhkan pengendalian dan pengarahan untuk mengatasi masalah kemasyarakatan dan meraih kejayaan, serta tekad untuk menghadapi problem dan meraih kejayaan harus dibarengi dengan kesadaran dan ketenangan jiwa.
   Dari sinilah kesadaran berpuasa diperoleh, sedangkan niat berpuasa yang dilakukan hanya karena Allah, menimbulkan ketenangan dan ketenteraman dalam jiwa manusia.
    Setiap tekad utuk mencpai hasil terbaik harus disertai dengan kesadaran agar tidak  menimbulkan sikap keras kepala, serta terpenuhinya unsur ketenangan yang menghindarkan dari dari sikap kecemasan dan kegelisahan.
      Berpuasa sangat berperan dalam membina mutu manusia dan masyarakat untuk menghadapi kebutuhan masa kini dan masa depan, serta membentengi diri dan masyarakat dari kesulitan yang dihadapi untuk mencapai keberhasilan.
    Dengan demikian, berpuasa dibutuhkan oleh semua manusia, kaya atau miskin, pandai atau bodoh dalam kedudukannya sebagai pribadi atau anggota masyarakat untuk memelihara diri dan mengembangkan masyarakatnya.
  Tidak mengherankan apabila berpuasa, sebagaimana diinformasikan oleh Al-Quran, telah diwajibkan oleh Allah maupun atas kesadaran manusia sendiri, sejak zaman dahulu.

      Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke-2 ayat 183.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
    
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atasmu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

533. DIRI

PUASA PENGENDALI DIRI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

    Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang puasa adalah upaya mengendalikan diri melawan hawa nafsu?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
    Puasa dalam arti menahan diri untuk tidak makan dan minum dikenal oleh manusia abad ke-20 dalam berbagai bentuk dan motivasi, karena terdapat orang yang berpuasa untuk kesehatan atau kelangsingan badan, ada orang yang berpuasa untuk tujuan protes terhadap suatu kebijakan.
    Terdapat orang yang berpuasa untuk membersihkan jiwa, membebaskan diri dari dosa dan mendekatan diri kepada Tuhan, dan ada orang yang berpuasa sebagai tanda berkabung atau menampakkan solidaritas terhadap orang yang kesusahan.
    Apa pun motivasi dan bentuk berpuasa yang dilakukan oleh seseorang, semuanya dapat disimpulkan sebagai usaha pengendalian diri, karena pengendalian diri akan mengantarkan manusia kepada kebebasan dari belenggu “adat kebiasaan” yang dapat menghambat kemajuan.
     Pengendalian dan pengarahan dalam kehidupan sangat dibutuhkan oleh manusia, secara pribadi dan kelompok, karena secara umum jiwa manusia berpotensi untuk gampang terpengaruh bisikan dan godaan negatif.
      Setiap kelompok dalam masyarakat pun membutuhkan pengendalian dan pengarahan untuk mengatasi masalah kemasyarakatan dan meraih kejayaan, serta tekad untuk menghadapi problem dan meraih kejayaan harus dibarengi dengan kesadaran dan ketenangan jiwa.
   Dari sinilah kesadaran berpuasa diperoleh, sedangkan niat berpuasa yang dilakukan hanya karena Allah, menimbulkan ketenangan dan ketenteraman dalam jiwa manusia.
    Setiap tekad utuk mencpai hasil terbaik harus disertai dengan kesadaran agar tidak  menimbulkan sikap keras kepala, serta terpenuhinya unsur ketenangan yang menghindarkan dari dari sikap kecemasan dan kegelisahan.
      Berpuasa sangat berperan dalam membina mutu manusia dan masyarakat untuk menghadapi kebutuhan masa kini dan masa depan, serta membentengi diri dan masyarakat dari kesulitan yang dihadapi untuk mencapai keberhasilan.
    Dengan demikian, berpuasa dibutuhkan oleh semua manusia, kaya atau miskin, pandai atau bodoh dalam kedudukannya sebagai pribadi atau anggota masyarakat untuk memelihara diri dan mengembangkan masyarakatnya.
  Tidak mengherankan apabila berpuasa, sebagaimana diinformasikan oleh Al-Quran, telah diwajibkan oleh Allah maupun atas kesadaran manusia sendiri, sejak zaman dahulu.

      Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke-2 ayat 183.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
    
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atasmu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

532. JIHAD

PUASA JIHAD AKBAR
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

    Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang puasa adalah jihad yang besar melawan hawa nafsu?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
       Ketika Perang Teluk telah usai, suka atau tidak, sadar atau belum, yang rugi dalam peperangan ini adalah umat Islam sendiri, paling sedikit dari segi material, karena para pemenang mulai menghitung dan membagikan keuntungan, dan yang kalah menghitung jumah pembiayaan yang harus mereka bayar.
     Kita tinggalkan Perang Teluk, guna bersiap-siap menghadapi perang lebih dahsyat yang dihadapi oleh umat Islam yaitu jihad akbar, yang menurut Nabi Muhammad jihad akbar adalah peperangan yang bila dimenangkan dapat mencegah timbulnya perang semacam Perang Teluk.
     Dengan kata lain, jihad akbar adalah perang yang apabila dimenangkan dapat mengendalikan nafsu untuk memperoleh materi dan tanpa menghabisi lawan ataupun menghancurkan diri sendiri.
     Binatang melata pun tidak rela melepaskan kendali nafsunya, apabila pelepasan itu membahayakan hidupnya, bahkan sebagian ahli menulis “Singa akan rela mati daripada memakan bangkai, demi memelihara kehormatan singa”.
     Wajarlah apabila Al-Quran mengecam manusia yang lepas kendali bagaikan binatang bahkan lebih sesat, seperti dalam Al-Quran surah Al-Furqan, surah ke-25 ayat 44.

أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ ۚ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ ۖ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا

      “Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)”.
     Jihad akbar disulut apinya pada bulan puasa Ramadan, di sanalah setiap Muslim dituntut untuk berperang menaklukkan nafsunya yang menggebu-gebu, tetapi harus disadari bahwa perang ini, seperti halnya semua perang dalam Islam, tidak bertujuan menghabisi potensi lawan, apalagi memusnahkannya.
     Tujuan perang melawan hawa nafsu adalah sekadar mengendalikannya, karena betapapun jeleknya sesuatu, pasti ada sisi positif dalam dirinya yang dapat dimanfaatkan.
     Karena itulah, titik temu harus dicari dan dalam peperangan apa pun, gencatan senjata harus diusahakan sampai akhirnya muncul perdamaian yang tercapai karena  kesepakatan semua pihak.
   Dalam jihad akbar, perdamaian itu terjadi dalam diri manusia dan apabila hal ini  telah dicapai oleh semua pihak, maka mustahil semacam Perang Teluk akan berkobar.
    Ajaran Islam bertujuan mempertemukan kehendak jasmani dan rohani, hal tersebut dilakukan melalui jihad akbar melawan nafsu, tetapi jangan membiarkan peperangan berlanjut sehingga memusnahkan salah satu pihak, karena pihak mana pun yang punah, akibatnya adalah kebinasaan pda gilirannya akan menimpa pemenang.
      Untuk mencapai gencatan senjata dan perdamaian dengan semua pihak memang sulit, dan itulah usaha manusia yang paling berat, bagaikan mempertemukan oksigen dan hidrogen sehingga menghasilkan air.
     Mempertemukan keinginan antara sifat binatang dan kecenderungan sifat malaikat agar lahir sifat manusia, semuanya membutuhkan perjuangan, karena jihad akbar membutuhkan kekuatan akal pikiran dan kesadaran.
    Upaya itulah yang kita lakukan dengan berpuasa Ramadan dan sejak dini kita harus mempersiapkan diri dengan berbagai amal kebaikan, karena kita ingin menang dengan mulia, tanpa menghabisi atau memunahkan.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

532. JIHAD

PUASA JIHAD AKBAR
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

    Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang puasa adalah jihad yang besar melawan hawa nafsu?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
       Ketika Perang Teluk telah usai, suka atau tidak, sadar atau belum, yang rugi dalam peperangan ini adalah umat Islam sendiri, paling sedikit dari segi material, karena para pemenang mulai menghitung dan membagikan keuntungan, dan yang kalah menghitung jumah pembiayaan yang harus mereka bayar.
     Kita tinggalkan Perang Teluk, guna bersiap-siap menghadapi perang lebih dahsyat yang dihadapi oleh umat Islam yaitu jihad akbar, yang menurut Nabi Muhammad jihad akbar adalah peperangan yang bila dimenangkan dapat mencegah timbulnya perang semacam Perang Teluk.
     Dengan kata lain, jihad akbar adalah perang yang apabila dimenangkan dapat mengendalikan nafsu untuk memperoleh materi dan tanpa menghabisi lawan ataupun menghancurkan diri sendiri.
     Binatang melata pun tidak rela melepaskan kendali nafsunya, apabila pelepasan itu membahayakan hidupnya, bahkan sebagian ahli menulis “Singa akan rela mati daripada memakan bangkai, demi memelihara kehormatan singa”.
     Wajarlah apabila Al-Quran mengecam manusia yang lepas kendali bagaikan binatang bahkan lebih sesat, seperti dalam Al-Quran surah Al-Furqan, surah ke-25 ayat 44.

أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ ۚ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ ۖ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا

      “Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)”.
     Jihad akbar disulut apinya pada bulan puasa Ramadan, di sanalah setiap Muslim dituntut untuk berperang menaklukkan nafsunya yang menggebu-gebu, tetapi harus disadari bahwa perang ini, seperti halnya semua perang dalam Islam, tidak bertujuan menghabisi potensi lawan, apalagi memusnahkannya.
     Tujuan perang melawan hawa nafsu adalah sekadar mengendalikannya, karena betapapun jeleknya sesuatu, pasti ada sisi positif dalam dirinya yang dapat dimanfaatkan.
     Karena itulah, titik temu harus dicari dan dalam peperangan apa pun, gencatan senjata harus diusahakan sampai akhirnya muncul perdamaian yang tercapai karena  kesepakatan semua pihak.
   Dalam jihad akbar, perdamaian itu terjadi dalam diri manusia dan apabila hal ini  telah dicapai oleh semua pihak, maka mustahil semacam Perang Teluk akan berkobar.
    Ajaran Islam bertujuan mempertemukan kehendak jasmani dan rohani, hal tersebut dilakukan melalui jihad akbar melawan nafsu, tetapi jangan membiarkan peperangan berlanjut sehingga memusnahkan salah satu pihak, karena pihak mana pun yang punah, akibatnya adalah kebinasaan pda gilirannya akan menimpa pemenang.
      Untuk mencapai gencatan senjata dan perdamaian dengan semua pihak memang sulit, dan itulah usaha manusia yang paling berat, bagaikan mempertemukan oksigen dan hidrogen sehingga menghasilkan air.
     Mempertemukan keinginan antara sifat binatang dan kecenderungan sifat malaikat agar lahir sifat manusia, semuanya membutuhkan perjuangan, karena jihad akbar membutuhkan kekuatan akal pikiran dan kesadaran.
    Upaya itulah yang kita lakukan dengan berpuasa Ramadan dan sejak dini kita harus mempersiapkan diri dengan berbagai amal kebaikan, karena kita ingin menang dengan mulia, tanpa menghabisi atau memunahkan.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

532. JIHAD

PUASA JIHAD AKBAR
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

    Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang puasa adalah jihad yang besar melawan hawa nafsu?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
       Ketika Perang Teluk telah usai, suka atau tidak, sadar atau belum, yang rugi dalam peperangan ini adalah umat Islam sendiri, paling sedikit dari segi material, karena para pemenang mulai menghitung dan membagikan keuntungan, dan yang kalah menghitung jumah pembiayaan yang harus mereka bayar.
     Kita tinggalkan Perang Teluk, guna bersiap-siap menghadapi perang lebih dahsyat yang dihadapi oleh umat Islam yaitu jihad akbar, yang menurut Nabi Muhammad jihad akbar adalah peperangan yang bila dimenangkan dapat mencegah timbulnya perang semacam Perang Teluk.
     Dengan kata lain, jihad akbar adalah perang yang apabila dimenangkan dapat mengendalikan nafsu untuk memperoleh materi dan tanpa menghabisi lawan ataupun menghancurkan diri sendiri.
     Binatang melata pun tidak rela melepaskan kendali nafsunya, apabila pelepasan itu membahayakan hidupnya, bahkan sebagian ahli menulis “Singa akan rela mati daripada memakan bangkai, demi memelihara kehormatan singa”.
     Wajarlah apabila Al-Quran mengecam manusia yang lepas kendali bagaikan binatang bahkan lebih sesat, seperti dalam Al-Quran surah Al-Furqan, surah ke-25 ayat 44.

أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ ۚ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ ۖ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا

      “Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)”.
     Jihad akbar disulut apinya pada bulan puasa Ramadan, di sanalah setiap Muslim dituntut untuk berperang menaklukkan nafsunya yang menggebu-gebu, tetapi harus disadari bahwa perang ini, seperti halnya semua perang dalam Islam, tidak bertujuan menghabisi potensi lawan, apalagi memusnahkannya.
     Tujuan perang melawan hawa nafsu adalah sekadar mengendalikannya, karena betapapun jeleknya sesuatu, pasti ada sisi positif dalam dirinya yang dapat dimanfaatkan.
     Karena itulah, titik temu harus dicari dan dalam peperangan apa pun, gencatan senjata harus diusahakan sampai akhirnya muncul perdamaian yang tercapai karena  kesepakatan semua pihak.
   Dalam jihad akbar, perdamaian itu terjadi dalam diri manusia dan apabila hal ini  telah dicapai oleh semua pihak, maka mustahil semacam Perang Teluk akan berkobar.
    Ajaran Islam bertujuan mempertemukan kehendak jasmani dan rohani, hal tersebut dilakukan melalui jihad akbar melawan nafsu, tetapi jangan membiarkan peperangan berlanjut sehingga memusnahkan salah satu pihak, karena pihak mana pun yang punah, akibatnya adalah kebinasaan pda gilirannya akan menimpa pemenang.
      Untuk mencapai gencatan senjata dan perdamaian dengan semua pihak memang sulit, dan itulah usaha manusia yang paling berat, bagaikan mempertemukan oksigen dan hidrogen sehingga menghasilkan air.
     Mempertemukan keinginan antara sifat binatang dan kecenderungan sifat malaikat agar lahir sifat manusia, semuanya membutuhkan perjuangan, karena jihad akbar membutuhkan kekuatan akal pikiran dan kesadaran.
    Upaya itulah yang kita lakukan dengan berpuasa Ramadan dan sejak dini kita harus mempersiapkan diri dengan berbagai amal kebaikan, karena kita ingin menang dengan mulia, tanpa menghabisi atau memunahkan.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

532. JIHAD

PUASA JIHAD AKBAR
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

    Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang puasa adalah jihad yang besar melawan hawa nafsu?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
       Ketika Perang Teluk telah usai, suka atau tidak, sadar atau belum, yang rugi dalam peperangan ini adalah umat Islam sendiri, paling sedikit dari segi material, karena para pemenang mulai menghitung dan membagikan keuntungan, dan yang kalah menghitung jumah pembiayaan yang harus mereka bayar.
     Kita tinggalkan Perang Teluk, guna bersiap-siap menghadapi perang lebih dahsyat yang dihadapi oleh umat Islam yaitu jihad akbar, yang menurut Nabi Muhammad jihad akbar adalah peperangan yang bila dimenangkan dapat mencegah timbulnya perang semacam Perang Teluk.
     Dengan kata lain, jihad akbar adalah perang yang apabila dimenangkan dapat mengendalikan nafsu untuk memperoleh materi dan tanpa menghabisi lawan ataupun menghancurkan diri sendiri.
     Binatang melata pun tidak rela melepaskan kendali nafsunya, apabila pelepasan itu membahayakan hidupnya, bahkan sebagian ahli menulis “Singa akan rela mati daripada memakan bangkai, demi memelihara kehormatan singa”.
     Wajarlah apabila Al-Quran mengecam manusia yang lepas kendali bagaikan binatang bahkan lebih sesat, seperti dalam Al-Quran surah Al-Furqan, surah ke-25 ayat 44.

أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ ۚ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ ۖ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا

      “Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)”.
     Jihad akbar disulut apinya pada bulan puasa Ramadan, di sanalah setiap Muslim dituntut untuk berperang menaklukkan nafsunya yang menggebu-gebu, tetapi harus disadari bahwa perang ini, seperti halnya semua perang dalam Islam, tidak bertujuan menghabisi potensi lawan, apalagi memusnahkannya.
     Tujuan perang melawan hawa nafsu adalah sekadar mengendalikannya, karena betapapun jeleknya sesuatu, pasti ada sisi positif dalam dirinya yang dapat dimanfaatkan.
     Karena itulah, titik temu harus dicari dan dalam peperangan apa pun, gencatan senjata harus diusahakan sampai akhirnya muncul perdamaian yang tercapai karena  kesepakatan semua pihak.
   Dalam jihad akbar, perdamaian itu terjadi dalam diri manusia dan apabila hal ini  telah dicapai oleh semua pihak, maka mustahil semacam Perang Teluk akan berkobar.
    Ajaran Islam bertujuan mempertemukan kehendak jasmani dan rohani, hal tersebut dilakukan melalui jihad akbar melawan nafsu, tetapi jangan membiarkan peperangan berlanjut sehingga memusnahkan salah satu pihak, karena pihak mana pun yang punah, akibatnya adalah kebinasaan pda gilirannya akan menimpa pemenang.
      Untuk mencapai gencatan senjata dan perdamaian dengan semua pihak memang sulit, dan itulah usaha manusia yang paling berat, bagaikan mempertemukan oksigen dan hidrogen sehingga menghasilkan air.
     Mempertemukan keinginan antara sifat binatang dan kecenderungan sifat malaikat agar lahir sifat manusia, semuanya membutuhkan perjuangan, karena jihad akbar membutuhkan kekuatan akal pikiran dan kesadaran.
    Upaya itulah yang kita lakukan dengan berpuasa Ramadan dan sejak dini kita harus mempersiapkan diri dengan berbagai amal kebaikan, karena kita ingin menang dengan mulia, tanpa menghabisi atau memunahkan.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

532. JIHAD

PUASA JIHAD AKBAR
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

    Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang puasa adalah jihad yang besar melawan hawa nafsu?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
       Ketika Perang Teluk telah usai, suka atau tidak, sadar atau belum, yang rugi dalam peperangan ini adalah umat Islam sendiri, paling sedikit dari segi material, karena para pemenang mulai menghitung dan membagikan keuntungan, dan yang kalah menghitung jumah pembiayaan yang harus mereka bayar.
     Kita tinggalkan Perang Teluk, guna bersiap-siap menghadapi perang lebih dahsyat yang dihadapi oleh umat Islam yaitu jihad akbar, yang menurut Nabi Muhammad jihad akbar adalah peperangan yang bila dimenangkan dapat mencegah timbulnya perang semacam Perang Teluk.
     Dengan kata lain, jihad akbar adalah perang yang apabila dimenangkan dapat mengendalikan nafsu untuk memperoleh materi dan tanpa menghabisi lawan ataupun menghancurkan diri sendiri.
     Binatang melata pun tidak rela melepaskan kendali nafsunya, apabila pelepasan itu membahayakan hidupnya, bahkan sebagian ahli menulis “Singa akan rela mati daripada memakan bangkai, demi memelihara kehormatan singa”.
     Wajarlah apabila Al-Quran mengecam manusia yang lepas kendali bagaikan binatang bahkan lebih sesat, seperti dalam Al-Quran surah Al-Furqan, surah ke-25 ayat 44.

أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ ۚ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ ۖ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا

      “Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)”.
     Jihad akbar disulut apinya pada bulan puasa Ramadan, di sanalah setiap Muslim dituntut untuk berperang menaklukkan nafsunya yang menggebu-gebu, tetapi harus disadari bahwa perang ini, seperti halnya semua perang dalam Islam, tidak bertujuan menghabisi potensi lawan, apalagi memusnahkannya.
     Tujuan perang melawan hawa nafsu adalah sekadar mengendalikannya, karena betapapun jeleknya sesuatu, pasti ada sisi positif dalam dirinya yang dapat dimanfaatkan.
     Karena itulah, titik temu harus dicari dan dalam peperangan apa pun, gencatan senjata harus diusahakan sampai akhirnya muncul perdamaian yang tercapai karena  kesepakatan semua pihak.
   Dalam jihad akbar, perdamaian itu terjadi dalam diri manusia dan apabila hal ini  telah dicapai oleh semua pihak, maka mustahil semacam Perang Teluk akan berkobar.
    Ajaran Islam bertujuan mempertemukan kehendak jasmani dan rohani, hal tersebut dilakukan melalui jihad akbar melawan nafsu, tetapi jangan membiarkan peperangan berlanjut sehingga memusnahkan salah satu pihak, karena pihak mana pun yang punah, akibatnya adalah kebinasaan pda gilirannya akan menimpa pemenang.
      Untuk mencapai gencatan senjata dan perdamaian dengan semua pihak memang sulit, dan itulah usaha manusia yang paling berat, bagaikan mempertemukan oksigen dan hidrogen sehingga menghasilkan air.
     Mempertemukan keinginan antara sifat binatang dan kecenderungan sifat malaikat agar lahir sifat manusia, semuanya membutuhkan perjuangan, karena jihad akbar membutuhkan kekuatan akal pikiran dan kesadaran.
    Upaya itulah yang kita lakukan dengan berpuasa Ramadan dan sejak dini kita harus mempersiapkan diri dengan berbagai amal kebaikan, karena kita ingin menang dengan mulia, tanpa menghabisi atau memunahkan.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

532. JIHAD

PUASA JIHAD AKBAR
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

    Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang puasa adalah jihad yang besar melawan hawa nafsu?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
       Ketika Perang Teluk telah usai, suka atau tidak, sadar atau belum, yang rugi dalam peperangan ini adalah umat Islam sendiri, paling sedikit dari segi material, karena para pemenang mulai menghitung dan membagikan keuntungan, dan yang kalah menghitung jumah pembiayaan yang harus mereka bayar.
     Kita tinggalkan Perang Teluk, guna bersiap-siap menghadapi perang lebih dahsyat yang dihadapi oleh umat Islam yaitu jihad akbar, yang menurut Nabi Muhammad jihad akbar adalah peperangan yang bila dimenangkan dapat mencegah timbulnya perang semacam Perang Teluk.
     Dengan kata lain, jihad akbar adalah perang yang apabila dimenangkan dapat mengendalikan nafsu untuk memperoleh materi dan tanpa menghabisi lawan ataupun menghancurkan diri sendiri.
     Binatang melata pun tidak rela melepaskan kendali nafsunya, apabila pelepasan itu membahayakan hidupnya, bahkan sebagian ahli menulis “Singa akan rela mati daripada memakan bangkai, demi memelihara kehormatan singa”.
     Wajarlah apabila Al-Quran mengecam manusia yang lepas kendali bagaikan binatang bahkan lebih sesat, seperti dalam Al-Quran surah Al-Furqan, surah ke-25 ayat 44.

أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ ۚ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ ۖ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا

      “Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)”.
     Jihad akbar disulut apinya pada bulan puasa Ramadan, di sanalah setiap Muslim dituntut untuk berperang menaklukkan nafsunya yang menggebu-gebu, tetapi harus disadari bahwa perang ini, seperti halnya semua perang dalam Islam, tidak bertujuan menghabisi potensi lawan, apalagi memusnahkannya.
     Tujuan perang melawan hawa nafsu adalah sekadar mengendalikannya, karena betapapun jeleknya sesuatu, pasti ada sisi positif dalam dirinya yang dapat dimanfaatkan.
     Karena itulah, titik temu harus dicari dan dalam peperangan apa pun, gencatan senjata harus diusahakan sampai akhirnya muncul perdamaian yang tercapai karena  kesepakatan semua pihak.
   Dalam jihad akbar, perdamaian itu terjadi dalam diri manusia dan apabila hal ini  telah dicapai oleh semua pihak, maka mustahil semacam Perang Teluk akan berkobar.
    Ajaran Islam bertujuan mempertemukan kehendak jasmani dan rohani, hal tersebut dilakukan melalui jihad akbar melawan nafsu, tetapi jangan membiarkan peperangan berlanjut sehingga memusnahkan salah satu pihak, karena pihak mana pun yang punah, akibatnya adalah kebinasaan pda gilirannya akan menimpa pemenang.
      Untuk mencapai gencatan senjata dan perdamaian dengan semua pihak memang sulit, dan itulah usaha manusia yang paling berat, bagaikan mempertemukan oksigen dan hidrogen sehingga menghasilkan air.
     Mempertemukan keinginan antara sifat binatang dan kecenderungan sifat malaikat agar lahir sifat manusia, semuanya membutuhkan perjuangan, karena jihad akbar membutuhkan kekuatan akal pikiran dan kesadaran.
    Upaya itulah yang kita lakukan dengan berpuasa Ramadan dan sejak dini kita harus mempersiapkan diri dengan berbagai amal kebaikan, karena kita ingin menang dengan mulia, tanpa menghabisi atau memunahkan.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

532. JIHAD

PUASA JIHAD AKBAR
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

    Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang puasa adalah jihad yang besar melawan hawa nafsu?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
       Ketika Perang Teluk telah usai, suka atau tidak, sadar atau belum, yang rugi dalam peperangan ini adalah umat Islam sendiri, paling sedikit dari segi material, karena para pemenang mulai menghitung dan membagikan keuntungan, dan yang kalah menghitung jumah pembiayaan yang harus mereka bayar.
     Kita tinggalkan Perang Teluk, guna bersiap-siap menghadapi perang lebih dahsyat yang dihadapi oleh umat Islam yaitu jihad akbar, yang menurut Nabi Muhammad jihad akbar adalah peperangan yang bila dimenangkan dapat mencegah timbulnya perang semacam Perang Teluk.
     Dengan kata lain, jihad akbar adalah perang yang apabila dimenangkan dapat mengendalikan nafsu untuk memperoleh materi dan tanpa menghabisi lawan ataupun menghancurkan diri sendiri.
     Binatang melata pun tidak rela melepaskan kendali nafsunya, apabila pelepasan itu membahayakan hidupnya, bahkan sebagian ahli menulis “Singa akan rela mati daripada memakan bangkai, demi memelihara kehormatan singa”.
     Wajarlah apabila Al-Quran mengecam manusia yang lepas kendali bagaikan binatang bahkan lebih sesat, seperti dalam Al-Quran surah Al-Furqan, surah ke-25 ayat 44.

أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ ۚ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ ۖ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا

      “Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)”.
     Jihad akbar disulut apinya pada bulan puasa Ramadan, di sanalah setiap Muslim dituntut untuk berperang menaklukkan nafsunya yang menggebu-gebu, tetapi harus disadari bahwa perang ini, seperti halnya semua perang dalam Islam, tidak bertujuan menghabisi potensi lawan, apalagi memusnahkannya.
     Tujuan perang melawan hawa nafsu adalah sekadar mengendalikannya, karena betapapun jeleknya sesuatu, pasti ada sisi positif dalam dirinya yang dapat dimanfaatkan.
     Karena itulah, titik temu harus dicari dan dalam peperangan apa pun, gencatan senjata harus diusahakan sampai akhirnya muncul perdamaian yang tercapai karena  kesepakatan semua pihak.
   Dalam jihad akbar, perdamaian itu terjadi dalam diri manusia dan apabila hal ini  telah dicapai oleh semua pihak, maka mustahil semacam Perang Teluk akan berkobar.
    Ajaran Islam bertujuan mempertemukan kehendak jasmani dan rohani, hal tersebut dilakukan melalui jihad akbar melawan nafsu, tetapi jangan membiarkan peperangan berlanjut sehingga memusnahkan salah satu pihak, karena pihak mana pun yang punah, akibatnya adalah kebinasaan pda gilirannya akan menimpa pemenang.
      Untuk mencapai gencatan senjata dan perdamaian dengan semua pihak memang sulit, dan itulah usaha manusia yang paling berat, bagaikan mempertemukan oksigen dan hidrogen sehingga menghasilkan air.
     Mempertemukan keinginan antara sifat binatang dan kecenderungan sifat malaikat agar lahir sifat manusia, semuanya membutuhkan perjuangan, karena jihad akbar membutuhkan kekuatan akal pikiran dan kesadaran.
    Upaya itulah yang kita lakukan dengan berpuasa Ramadan dan sejak dini kita harus mempersiapkan diri dengan berbagai amal kebaikan, karena kita ingin menang dengan mulia, tanpa menghabisi atau memunahkan.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

532. JIHAD

PUASA JIHAD AKBAR
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

    Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang puasa adalah jihad yang besar melawan hawa nafsu?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
       Ketika Perang Teluk telah usai, suka atau tidak, sadar atau belum, yang rugi dalam peperangan ini adalah umat Islam sendiri, paling sedikit dari segi material, karena para pemenang mulai menghitung dan membagikan keuntungan, dan yang kalah menghitung jumah pembiayaan yang harus mereka bayar.
     Kita tinggalkan Perang Teluk, guna bersiap-siap menghadapi perang lebih dahsyat yang dihadapi oleh umat Islam yaitu jihad akbar, yang menurut Nabi Muhammad jihad akbar adalah peperangan yang bila dimenangkan dapat mencegah timbulnya perang semacam Perang Teluk.
     Dengan kata lain, jihad akbar adalah perang yang apabila dimenangkan dapat mengendalikan nafsu untuk memperoleh materi dan tanpa menghabisi lawan ataupun menghancurkan diri sendiri.
     Binatang melata pun tidak rela melepaskan kendali nafsunya, apabila pelepasan itu membahayakan hidupnya, bahkan sebagian ahli menulis “Singa akan rela mati daripada memakan bangkai, demi memelihara kehormatan singa”.
     Wajarlah apabila Al-Quran mengecam manusia yang lepas kendali bagaikan binatang bahkan lebih sesat, seperti dalam Al-Quran surah Al-Furqan, surah ke-25 ayat 44.

أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ ۚ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ ۖ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا

      “Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)”.
     Jihad akbar disulut apinya pada bulan puasa Ramadan, di sanalah setiap Muslim dituntut untuk berperang menaklukkan nafsunya yang menggebu-gebu, tetapi harus disadari bahwa perang ini, seperti halnya semua perang dalam Islam, tidak bertujuan menghabisi potensi lawan, apalagi memusnahkannya.
     Tujuan perang melawan hawa nafsu adalah sekadar mengendalikannya, karena betapapun jeleknya sesuatu, pasti ada sisi positif dalam dirinya yang dapat dimanfaatkan.
     Karena itulah, titik temu harus dicari dan dalam peperangan apa pun, gencatan senjata harus diusahakan sampai akhirnya muncul perdamaian yang tercapai karena  kesepakatan semua pihak.
   Dalam jihad akbar, perdamaian itu terjadi dalam diri manusia dan apabila hal ini  telah dicapai oleh semua pihak, maka mustahil semacam Perang Teluk akan berkobar.
    Ajaran Islam bertujuan mempertemukan kehendak jasmani dan rohani, hal tersebut dilakukan melalui jihad akbar melawan nafsu, tetapi jangan membiarkan peperangan berlanjut sehingga memusnahkan salah satu pihak, karena pihak mana pun yang punah, akibatnya adalah kebinasaan pda gilirannya akan menimpa pemenang.
      Untuk mencapai gencatan senjata dan perdamaian dengan semua pihak memang sulit, dan itulah usaha manusia yang paling berat, bagaikan mempertemukan oksigen dan hidrogen sehingga menghasilkan air.
     Mempertemukan keinginan antara sifat binatang dan kecenderungan sifat malaikat agar lahir sifat manusia, semuanya membutuhkan perjuangan, karena jihad akbar membutuhkan kekuatan akal pikiran dan kesadaran.
    Upaya itulah yang kita lakukan dengan berpuasa Ramadan dan sejak dini kita harus mempersiapkan diri dengan berbagai amal kebaikan, karena kita ingin menang dengan mulia, tanpa menghabisi atau memunahkan.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

532. JIHAD

PUASA JIHAD AKBAR
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

    Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang puasa adalah jihad yang besar melawan hawa nafsu?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
       Ketika Perang Teluk telah usai, suka atau tidak, sadar atau belum, yang rugi dalam peperangan ini adalah umat Islam sendiri, paling sedikit dari segi material, karena para pemenang mulai menghitung dan membagikan keuntungan, dan yang kalah menghitung jumah pembiayaan yang harus mereka bayar.
     Kita tinggalkan Perang Teluk, guna bersiap-siap menghadapi perang lebih dahsyat yang dihadapi oleh umat Islam yaitu jihad akbar, yang menurut Nabi Muhammad jihad akbar adalah peperangan yang bila dimenangkan dapat mencegah timbulnya perang semacam Perang Teluk.
     Dengan kata lain, jihad akbar adalah perang yang apabila dimenangkan dapat mengendalikan nafsu untuk memperoleh materi dan tanpa menghabisi lawan ataupun menghancurkan diri sendiri.
     Binatang melata pun tidak rela melepaskan kendali nafsunya, apabila pelepasan itu membahayakan hidupnya, bahkan sebagian ahli menulis “Singa akan rela mati daripada memakan bangkai, demi memelihara kehormatan singa”.
     Wajarlah apabila Al-Quran mengecam manusia yang lepas kendali bagaikan binatang bahkan lebih sesat, seperti dalam Al-Quran surah Al-Furqan, surah ke-25 ayat 44.

أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ ۚ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ ۖ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا

      “Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)”.
     Jihad akbar disulut apinya pada bulan puasa Ramadan, di sanalah setiap Muslim dituntut untuk berperang menaklukkan nafsunya yang menggebu-gebu, tetapi harus disadari bahwa perang ini, seperti halnya semua perang dalam Islam, tidak bertujuan menghabisi potensi lawan, apalagi memusnahkannya.
     Tujuan perang melawan hawa nafsu adalah sekadar mengendalikannya, karena betapapun jeleknya sesuatu, pasti ada sisi positif dalam dirinya yang dapat dimanfaatkan.
     Karena itulah, titik temu harus dicari dan dalam peperangan apa pun, gencatan senjata harus diusahakan sampai akhirnya muncul perdamaian yang tercapai karena  kesepakatan semua pihak.
   Dalam jihad akbar, perdamaian itu terjadi dalam diri manusia dan apabila hal ini  telah dicapai oleh semua pihak, maka mustahil semacam Perang Teluk akan berkobar.
    Ajaran Islam bertujuan mempertemukan kehendak jasmani dan rohani, hal tersebut dilakukan melalui jihad akbar melawan nafsu, tetapi jangan membiarkan peperangan berlanjut sehingga memusnahkan salah satu pihak, karena pihak mana pun yang punah, akibatnya adalah kebinasaan pda gilirannya akan menimpa pemenang.
      Untuk mencapai gencatan senjata dan perdamaian dengan semua pihak memang sulit, dan itulah usaha manusia yang paling berat, bagaikan mempertemukan oksigen dan hidrogen sehingga menghasilkan air.
     Mempertemukan keinginan antara sifat binatang dan kecenderungan sifat malaikat agar lahir sifat manusia, semuanya membutuhkan perjuangan, karena jihad akbar membutuhkan kekuatan akal pikiran dan kesadaran.
    Upaya itulah yang kita lakukan dengan berpuasa Ramadan dan sejak dini kita harus mempersiapkan diri dengan berbagai amal kebaikan, karena kita ingin menang dengan mulia, tanpa menghabisi atau memunahkan.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

532. JIHAD

PUASA JIHAD AKBAR
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

    Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang puasa adalah jihad yang besar melawan hawa nafsu?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
       Ketika Perang Teluk telah usai, suka atau tidak, sadar atau belum, yang rugi dalam peperangan ini adalah umat Islam sendiri, paling sedikit dari segi material, karena para pemenang mulai menghitung dan membagikan keuntungan, dan yang kalah menghitung jumah pembiayaan yang harus mereka bayar.
     Kita tinggalkan Perang Teluk, guna bersiap-siap menghadapi perang lebih dahsyat yang dihadapi oleh umat Islam yaitu jihad akbar, yang menurut Nabi Muhammad jihad akbar adalah peperangan yang bila dimenangkan dapat mencegah timbulnya perang semacam Perang Teluk.
     Dengan kata lain, jihad akbar adalah perang yang apabila dimenangkan dapat mengendalikan nafsu untuk memperoleh materi dan tanpa menghabisi lawan ataupun menghancurkan diri sendiri.
     Binatang melata pun tidak rela melepaskan kendali nafsunya, apabila pelepasan itu membahayakan hidupnya, bahkan sebagian ahli menulis “Singa akan rela mati daripada memakan bangkai, demi memelihara kehormatan singa”.
     Wajarlah apabila Al-Quran mengecam manusia yang lepas kendali bagaikan binatang bahkan lebih sesat, seperti dalam Al-Quran surah Al-Furqan, surah ke-25 ayat 44.

أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ ۚ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ ۖ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا

      “Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)”.
     Jihad akbar disulut apinya pada bulan puasa Ramadan, di sanalah setiap Muslim dituntut untuk berperang menaklukkan nafsunya yang menggebu-gebu, tetapi harus disadari bahwa perang ini, seperti halnya semua perang dalam Islam, tidak bertujuan menghabisi potensi lawan, apalagi memusnahkannya.
     Tujuan perang melawan hawa nafsu adalah sekadar mengendalikannya, karena betapapun jeleknya sesuatu, pasti ada sisi positif dalam dirinya yang dapat dimanfaatkan.
     Karena itulah, titik temu harus dicari dan dalam peperangan apa pun, gencatan senjata harus diusahakan sampai akhirnya muncul perdamaian yang tercapai karena  kesepakatan semua pihak.
   Dalam jihad akbar, perdamaian itu terjadi dalam diri manusia dan apabila hal ini  telah dicapai oleh semua pihak, maka mustahil semacam Perang Teluk akan berkobar.
    Ajaran Islam bertujuan mempertemukan kehendak jasmani dan rohani, hal tersebut dilakukan melalui jihad akbar melawan nafsu, tetapi jangan membiarkan peperangan berlanjut sehingga memusnahkan salah satu pihak, karena pihak mana pun yang punah, akibatnya adalah kebinasaan pda gilirannya akan menimpa pemenang.
      Untuk mencapai gencatan senjata dan perdamaian dengan semua pihak memang sulit, dan itulah usaha manusia yang paling berat, bagaikan mempertemukan oksigen dan hidrogen sehingga menghasilkan air.
     Mempertemukan keinginan antara sifat binatang dan kecenderungan sifat malaikat agar lahir sifat manusia, semuanya membutuhkan perjuangan, karena jihad akbar membutuhkan kekuatan akal pikiran dan kesadaran.
    Upaya itulah yang kita lakukan dengan berpuasa Ramadan dan sejak dini kita harus mempersiapkan diri dengan berbagai amal kebaikan, karena kita ingin menang dengan mulia, tanpa menghabisi atau memunahkan.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online