BERMAIN ADALAH BELAJAR
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang bermain adalah belajar menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
Dunia anak-anak adalah dunia bermain, karena dengan bermain, anak-anak dapat mengekspresikan diri dan gejolak jiwanya, dengan permainan dan alat-alatnya, seseorang dapat mengetahui gejolak serta kecenderungan jiwa anak dan sekaligus dapat mengarahkannya.
Dalam ajaran agama Islam, ibu dan bapak dianjurkan untuk menyisihkan waktunya agar sering bermain dengan anak-anaknya, karena Nabi Muhammad bersabda,”Siapa yang memiliki anak, maka hendaklah dia berperan sebagai anak pula, artinya hendaklah dia memahami, menjadi sahabat, dan teman bermain dengan anak-anaknya”.
Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad pernah berlama-lama sujud dalam salat, karena ketika itu salah seorang cucu beliau sedang “menunggangi” punggung Nabi, dan kadang kala Nabi bergegas menyelesaikan salat hanya karena mendengar suara tangisan anak.
Ketika para orang tua mengantarkan anak-anaknya dalam bermain harus dibarengi dengan bimbingan dan pengarahan, yang sering kali orang tua yang mengajak anaknya bermain justru mengarahkannya secara tidak sadar kepada hal-hal yang negatif.
Seorang filosof Yunani Kuno yang sering kali mengecam adat kebiasaan masyarakatnya yang buruk, kabarnya pernah mencambuk seorang ayah sambil berkata,”Aku melihat dan mendengar anakmu culas dan berbohong ketika sedang bermain, hal itu diperoleh darimu atau orang lain, tetapi kamu tidak menegurnya”.
Banyak hambatan yang dihadapi oleh orang tua dalam mengarahkan anak-anaknya melalui permainan, karena waktunya hampir habis di tempat kerja dan di jalan, serta kemampuan dalam memilih permainan yang sesuai dengan daya belinya.
Sekarang ini banyak tempat dan ruang untuk rekreasi dan bermain yang dibangun, terutama di kota-kota besar di Indonesia, tetapi pada umumnya biaya untuk menikmatinya masih belum terjangkau oleh masyarakat luas.
Para ahli menjelaskan bahwa bermain adalah kebutuhan pokok untuk anak-anak kita, karena melalui permainan anak-anak bisa belajar tentang ilmu pengetahuan, seni, dan keterampilan lainnya, termasuk belajar bergaul dengan temannya.
Pembentukan kepribadian diawali dalam lingkungan keluarga, bahkan sejak orang tuanya mulai berhubungan antara suami dan istri harus dimulai dengan membaca doa yang baik.
Ummu Fadhl bercerita,”Suatu ketika aku menimang-nimang seorang bayi, lalu Nabi mengambil bayi itu dan menggendongnya, mendadak si bayi pipis membasahi pakaian Nabi, maka segera kurenggut bayi itu dari gendongan Nabi.
Nabi bersabda,”Air dapat membersihkan pakaianku, tetapi apa yang dapat menjernihkan perasaan dalam jiwa si bayi yang dikeruhkan oleh sikapmu yang kasar itu?”.
Para ahli menjelaskan bahwa perlakuan terhadap bayi dapat berbekas ke dalam jiwa si bayi yang berpotensi menimbulkan perasaan rendah diri dan penyakit kompleks kejiwaan lainnya yang dibawanya sampai dewasa.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online
Organisasi Profesi Guru
Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.
Tema Gambar Slide 2
Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.
Tema Gambar Slide 3
Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.
Thursday, December 7, 2017
548. BELAJAR
548. BELAJAR
BERMAIN ADALAH BELAJAR
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang bermain adalah belajar menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
Dunia anak-anak adalah dunia bermain, karena dengan bermain, anak-anak dapat mengekspresikan diri dan gejolak jiwanya, dengan permainan dan alat-alatnya, seseorang dapat mengetahui gejolak serta kecenderungan jiwa anak dan sekaligus dapat mengarahkannya.
Dalam ajaran agama Islam, ibu dan bapak dianjurkan untuk menyisihkan waktunya agar sering bermain dengan anak-anaknya, karena Nabi Muhammad bersabda,”Siapa yang memiliki anak, maka hendaklah dia berperan sebagai anak pula, artinya hendaklah dia memahami, menjadi sahabat, dan teman bermain dengan anak-anaknya”.
Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad pernah berlama-lama sujud dalam salat, karena ketika itu salah seorang cucu beliau sedang “menunggangi” punggung Nabi, dan kadang kala Nabi bergegas menyelesaikan salat hanya karena mendengar suara tangisan anak.
Ketika para orang tua mengantarkan anak-anaknya dalam bermain harus dibarengi dengan bimbingan dan pengarahan, yang sering kali orang tua yang mengajak anaknya bermain justru mengarahkannya secara tidak sadar kepada hal-hal yang negatif.
Seorang filosof Yunani Kuno yang sering kali mengecam adat kebiasaan masyarakatnya yang buruk, kabarnya pernah mencambuk seorang ayah sambil berkata,”Aku melihat dan mendengar anakmu culas dan berbohong ketika sedang bermain, hal itu diperoleh darimu atau orang lain, tetapi kamu tidak menegurnya”.
Banyak hambatan yang dihadapi oleh orang tua dalam mengarahkan anak-anaknya melalui permainan, karena waktunya hampir habis di tempat kerja dan di jalan, serta kemampuan dalam memilih permainan yang sesuai dengan daya belinya.
Sekarang ini banyak tempat dan ruang untuk rekreasi dan bermain yang dibangun, terutama di kota-kota besar di Indonesia, tetapi pada umumnya biaya untuk menikmatinya masih belum terjangkau oleh masyarakat luas.
Para ahli menjelaskan bahwa bermain adalah kebutuhan pokok untuk anak-anak kita, karena melalui permainan anak-anak bisa belajar tentang ilmu pengetahuan, seni, dan keterampilan lainnya, termasuk belajar bergaul dengan temannya.
Pembentukan kepribadian diawali dalam lingkungan keluarga, bahkan sejak orang tuanya mulai berhubungan antara suami dan istri harus dimulai dengan membaca doa yang baik.
Ummu Fadhl bercerita,”Suatu ketika aku menimang-nimang seorang bayi, lalu Nabi mengambil bayi itu dan menggendongnya, mendadak si bayi pipis membasahi pakaian Nabi, maka segera kurenggut bayi itu dari gendongan Nabi.
Nabi bersabda,”Air dapat membersihkan pakaianku, tetapi apa yang dapat menjernihkan perasaan dalam jiwa si bayi yang dikeruhkan oleh sikapmu yang kasar itu?”.
Para ahli menjelaskan bahwa perlakuan terhadap bayi dapat berbekas ke dalam jiwa si bayi yang berpotensi menimbulkan perasaan rendah diri dan penyakit kompleks kejiwaan lainnya yang dibawanya sampai dewasa.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online
548. BELAJAR
BERMAIN ADALAH BELAJAR
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang bermain adalah belajar menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
Dunia anak-anak adalah dunia bermain, karena dengan bermain, anak-anak dapat mengekspresikan diri dan gejolak jiwanya, dengan permainan dan alat-alatnya, seseorang dapat mengetahui gejolak serta kecenderungan jiwa anak dan sekaligus dapat mengarahkannya.
Dalam ajaran agama Islam, ibu dan bapak dianjurkan untuk menyisihkan waktunya agar sering bermain dengan anak-anaknya, karena Nabi Muhammad bersabda,”Siapa yang memiliki anak, maka hendaklah dia berperan sebagai anak pula, artinya hendaklah dia memahami, menjadi sahabat, dan teman bermain dengan anak-anaknya”.
Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad pernah berlama-lama sujud dalam salat, karena ketika itu salah seorang cucu beliau sedang “menunggangi” punggung Nabi, dan kadang kala Nabi bergegas menyelesaikan salat hanya karena mendengar suara tangisan anak.
Ketika para orang tua mengantarkan anak-anaknya dalam bermain harus dibarengi dengan bimbingan dan pengarahan, yang sering kali orang tua yang mengajak anaknya bermain justru mengarahkannya secara tidak sadar kepada hal-hal yang negatif.
Seorang filosof Yunani Kuno yang sering kali mengecam adat kebiasaan masyarakatnya yang buruk, kabarnya pernah mencambuk seorang ayah sambil berkata,”Aku melihat dan mendengar anakmu culas dan berbohong ketika sedang bermain, hal itu diperoleh darimu atau orang lain, tetapi kamu tidak menegurnya”.
Banyak hambatan yang dihadapi oleh orang tua dalam mengarahkan anak-anaknya melalui permainan, karena waktunya hampir habis di tempat kerja dan di jalan, serta kemampuan dalam memilih permainan yang sesuai dengan daya belinya.
Sekarang ini banyak tempat dan ruang untuk rekreasi dan bermain yang dibangun, terutama di kota-kota besar di Indonesia, tetapi pada umumnya biaya untuk menikmatinya masih belum terjangkau oleh masyarakat luas.
Para ahli menjelaskan bahwa bermain adalah kebutuhan pokok untuk anak-anak kita, karena melalui permainan anak-anak bisa belajar tentang ilmu pengetahuan, seni, dan keterampilan lainnya, termasuk belajar bergaul dengan temannya.
Pembentukan kepribadian diawali dalam lingkungan keluarga, bahkan sejak orang tuanya mulai berhubungan antara suami dan istri harus dimulai dengan membaca doa yang baik.
Ummu Fadhl bercerita,”Suatu ketika aku menimang-nimang seorang bayi, lalu Nabi mengambil bayi itu dan menggendongnya, mendadak si bayi pipis membasahi pakaian Nabi, maka segera kurenggut bayi itu dari gendongan Nabi.
Nabi bersabda,”Air dapat membersihkan pakaianku, tetapi apa yang dapat menjernihkan perasaan dalam jiwa si bayi yang dikeruhkan oleh sikapmu yang kasar itu?”.
Para ahli menjelaskan bahwa perlakuan terhadap bayi dapat berbekas ke dalam jiwa si bayi yang berpotensi menimbulkan perasaan rendah diri dan penyakit kompleks kejiwaan lainnya yang dibawanya sampai dewasa.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online
548. BELAJAR
BERMAIN ADALAH BELAJAR
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang bermain adalah belajar menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
Dunia anak-anak adalah dunia bermain, karena dengan bermain, anak-anak dapat mengekspresikan diri dan gejolak jiwanya, dengan permainan dan alat-alatnya, seseorang dapat mengetahui gejolak serta kecenderungan jiwa anak dan sekaligus dapat mengarahkannya.
Dalam ajaran agama Islam, ibu dan bapak dianjurkan untuk menyisihkan waktunya agar sering bermain dengan anak-anaknya, karena Nabi Muhammad bersabda,”Siapa yang memiliki anak, maka hendaklah dia berperan sebagai anak pula, artinya hendaklah dia memahami, menjadi sahabat, dan teman bermain dengan anak-anaknya”.
Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad pernah berlama-lama sujud dalam salat, karena ketika itu salah seorang cucu beliau sedang “menunggangi” punggung Nabi, dan kadang kala Nabi bergegas menyelesaikan salat hanya karena mendengar suara tangisan anak.
Ketika para orang tua mengantarkan anak-anaknya dalam bermain harus dibarengi dengan bimbingan dan pengarahan, yang sering kali orang tua yang mengajak anaknya bermain justru mengarahkannya secara tidak sadar kepada hal-hal yang negatif.
Seorang filosof Yunani Kuno yang sering kali mengecam adat kebiasaan masyarakatnya yang buruk, kabarnya pernah mencambuk seorang ayah sambil berkata,”Aku melihat dan mendengar anakmu culas dan berbohong ketika sedang bermain, hal itu diperoleh darimu atau orang lain, tetapi kamu tidak menegurnya”.
Banyak hambatan yang dihadapi oleh orang tua dalam mengarahkan anak-anaknya melalui permainan, karena waktunya hampir habis di tempat kerja dan di jalan, serta kemampuan dalam memilih permainan yang sesuai dengan daya belinya.
Sekarang ini banyak tempat dan ruang untuk rekreasi dan bermain yang dibangun, terutama di kota-kota besar di Indonesia, tetapi pada umumnya biaya untuk menikmatinya masih belum terjangkau oleh masyarakat luas.
Para ahli menjelaskan bahwa bermain adalah kebutuhan pokok untuk anak-anak kita, karena melalui permainan anak-anak bisa belajar tentang ilmu pengetahuan, seni, dan keterampilan lainnya, termasuk belajar bergaul dengan temannya.
Pembentukan kepribadian diawali dalam lingkungan keluarga, bahkan sejak orang tuanya mulai berhubungan antara suami dan istri harus dimulai dengan membaca doa yang baik.
Ummu Fadhl bercerita,”Suatu ketika aku menimang-nimang seorang bayi, lalu Nabi mengambil bayi itu dan menggendongnya, mendadak si bayi pipis membasahi pakaian Nabi, maka segera kurenggut bayi itu dari gendongan Nabi.
Nabi bersabda,”Air dapat membersihkan pakaianku, tetapi apa yang dapat menjernihkan perasaan dalam jiwa si bayi yang dikeruhkan oleh sikapmu yang kasar itu?”.
Para ahli menjelaskan bahwa perlakuan terhadap bayi dapat berbekas ke dalam jiwa si bayi yang berpotensi menimbulkan perasaan rendah diri dan penyakit kompleks kejiwaan lainnya yang dibawanya sampai dewasa.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online
548. BELAJAR
BERMAIN ADALAH BELAJAR
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang bermain adalah belajar menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
Dunia anak-anak adalah dunia bermain, karena dengan bermain, anak-anak dapat mengekspresikan diri dan gejolak jiwanya, dengan permainan dan alat-alatnya, seseorang dapat mengetahui gejolak serta kecenderungan jiwa anak dan sekaligus dapat mengarahkannya.
Dalam ajaran agama Islam, ibu dan bapak dianjurkan untuk menyisihkan waktunya agar sering bermain dengan anak-anaknya, karena Nabi Muhammad bersabda,”Siapa yang memiliki anak, maka hendaklah dia berperan sebagai anak pula, artinya hendaklah dia memahami, menjadi sahabat, dan teman bermain dengan anak-anaknya”.
Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad pernah berlama-lama sujud dalam salat, karena ketika itu salah seorang cucu beliau sedang “menunggangi” punggung Nabi, dan kadang kala Nabi bergegas menyelesaikan salat hanya karena mendengar suara tangisan anak.
Ketika para orang tua mengantarkan anak-anaknya dalam bermain harus dibarengi dengan bimbingan dan pengarahan, yang sering kali orang tua yang mengajak anaknya bermain justru mengarahkannya secara tidak sadar kepada hal-hal yang negatif.
Seorang filosof Yunani Kuno yang sering kali mengecam adat kebiasaan masyarakatnya yang buruk, kabarnya pernah mencambuk seorang ayah sambil berkata,”Aku melihat dan mendengar anakmu culas dan berbohong ketika sedang bermain, hal itu diperoleh darimu atau orang lain, tetapi kamu tidak menegurnya”.
Banyak hambatan yang dihadapi oleh orang tua dalam mengarahkan anak-anaknya melalui permainan, karena waktunya hampir habis di tempat kerja dan di jalan, serta kemampuan dalam memilih permainan yang sesuai dengan daya belinya.
Sekarang ini banyak tempat dan ruang untuk rekreasi dan bermain yang dibangun, terutama di kota-kota besar di Indonesia, tetapi pada umumnya biaya untuk menikmatinya masih belum terjangkau oleh masyarakat luas.
Para ahli menjelaskan bahwa bermain adalah kebutuhan pokok untuk anak-anak kita, karena melalui permainan anak-anak bisa belajar tentang ilmu pengetahuan, seni, dan keterampilan lainnya, termasuk belajar bergaul dengan temannya.
Pembentukan kepribadian diawali dalam lingkungan keluarga, bahkan sejak orang tuanya mulai berhubungan antara suami dan istri harus dimulai dengan membaca doa yang baik.
Ummu Fadhl bercerita,”Suatu ketika aku menimang-nimang seorang bayi, lalu Nabi mengambil bayi itu dan menggendongnya, mendadak si bayi pipis membasahi pakaian Nabi, maka segera kurenggut bayi itu dari gendongan Nabi.
Nabi bersabda,”Air dapat membersihkan pakaianku, tetapi apa yang dapat menjernihkan perasaan dalam jiwa si bayi yang dikeruhkan oleh sikapmu yang kasar itu?”.
Para ahli menjelaskan bahwa perlakuan terhadap bayi dapat berbekas ke dalam jiwa si bayi yang berpotensi menimbulkan perasaan rendah diri dan penyakit kompleks kejiwaan lainnya yang dibawanya sampai dewasa.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online
548. BELAJAR
BERMAIN ADALAH BELAJAR
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang bermain adalah belajar menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
Dunia anak-anak adalah dunia bermain, karena dengan bermain, anak-anak dapat mengekspresikan diri dan gejolak jiwanya, dengan permainan dan alat-alatnya, seseorang dapat mengetahui gejolak serta kecenderungan jiwa anak dan sekaligus dapat mengarahkannya.
Dalam ajaran agama Islam, ibu dan bapak dianjurkan untuk menyisihkan waktunya agar sering bermain dengan anak-anaknya, karena Nabi Muhammad bersabda,”Siapa yang memiliki anak, maka hendaklah dia berperan sebagai anak pula, artinya hendaklah dia memahami, menjadi sahabat, dan teman bermain dengan anak-anaknya”.
Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad pernah berlama-lama sujud dalam salat, karena ketika itu salah seorang cucu beliau sedang “menunggangi” punggung Nabi, dan kadang kala Nabi bergegas menyelesaikan salat hanya karena mendengar suara tangisan anak.
Ketika para orang tua mengantarkan anak-anaknya dalam bermain harus dibarengi dengan bimbingan dan pengarahan, yang sering kali orang tua yang mengajak anaknya bermain justru mengarahkannya secara tidak sadar kepada hal-hal yang negatif.
Seorang filosof Yunani Kuno yang sering kali mengecam adat kebiasaan masyarakatnya yang buruk, kabarnya pernah mencambuk seorang ayah sambil berkata,”Aku melihat dan mendengar anakmu culas dan berbohong ketika sedang bermain, hal itu diperoleh darimu atau orang lain, tetapi kamu tidak menegurnya”.
Banyak hambatan yang dihadapi oleh orang tua dalam mengarahkan anak-anaknya melalui permainan, karena waktunya hampir habis di tempat kerja dan di jalan, serta kemampuan dalam memilih permainan yang sesuai dengan daya belinya.
Sekarang ini banyak tempat dan ruang untuk rekreasi dan bermain yang dibangun, terutama di kota-kota besar di Indonesia, tetapi pada umumnya biaya untuk menikmatinya masih belum terjangkau oleh masyarakat luas.
Para ahli menjelaskan bahwa bermain adalah kebutuhan pokok untuk anak-anak kita, karena melalui permainan anak-anak bisa belajar tentang ilmu pengetahuan, seni, dan keterampilan lainnya, termasuk belajar bergaul dengan temannya.
Pembentukan kepribadian diawali dalam lingkungan keluarga, bahkan sejak orang tuanya mulai berhubungan antara suami dan istri harus dimulai dengan membaca doa yang baik.
Ummu Fadhl bercerita,”Suatu ketika aku menimang-nimang seorang bayi, lalu Nabi mengambil bayi itu dan menggendongnya, mendadak si bayi pipis membasahi pakaian Nabi, maka segera kurenggut bayi itu dari gendongan Nabi.
Nabi bersabda,”Air dapat membersihkan pakaianku, tetapi apa yang dapat menjernihkan perasaan dalam jiwa si bayi yang dikeruhkan oleh sikapmu yang kasar itu?”.
Para ahli menjelaskan bahwa perlakuan terhadap bayi dapat berbekas ke dalam jiwa si bayi yang berpotensi menimbulkan perasaan rendah diri dan penyakit kompleks kejiwaan lainnya yang dibawanya sampai dewasa.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online
547. GELAS
HARGA SEGELAS AIR MINUM
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang harga segelas air minum menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
Banyak di antara kita yang tidak menghargai air, dan kita sering kali tidak menggunakan air secara baik, padahal berwudu di sungai yang airnya mengalir atau samudera yang luas pun tidak boleh melebihi kadar yang ditetapkan.
Bagi orang yang tinggal di Indonesia, air bagaikan tanpa harga, tetapi di Timur Tengah dan tempat lainnya, harga air minum harganya cukup mahal, bahkan harga seliter air minum harganya lebih mahal dibandingkan dengan harga seliter premium atau bensin.
Amirul Mukminin Harun Al-Rasyid, penguasa Dinasti Abbasiyah (766-809 Masehi), yang pada masanya adalah bagian dari zaman keemasan Islam, suatu ketika Harun Al-Rasyid duduk gelisah dan kemudian memerintahkan salah seorang pembantunya untuk mengundang Abu Sammak, seorang ulama terhormat pada masanya.
Harun Al-Rasyid berkata,”Wahai Abu Sammak, berilah aku nasihat”. Hampir bersamaan pada saat itu seorang pelayan masuk ke dalam ruangan membawa segelas air untuk Amirul Mukminin Harun AI-Rasyid.
Abu Sammak berkata, “'Tunggu sebentar, Wahai Amirul Mukminin, saya mengharapkan agar Tuan menjawab pertanyaan saya dengan jujur, “Seandainya Tuan sangat haus, tetapi segelas air ini tidak dapat Tuan minum, maka berapakah harga yang bersedia Tuan bayar untuk dapat meminumnya?”
“Setengah dari harta kekayaan dan kekuasaan yang kumiliki,” jawab Harun Al-Rasyid dan kemudian dia pun meminumnya, serta beberapa saat kemudian Abu Sammak bertanya lagi,”Seandainya segelas air minum yang Tuan minum tadi, tidak dapat keluar dari tubuh Tuan, sehingga mengganggu kesehatan Tuan, berapakah Tuan bersedia membayarnya untuk kesembuhan Tuan?”
“Setengah dari harta kekayaan dan kekuasaan yang kumiliki," jawab Harun Al-Rasyid tegas. “Wahai Amirul Mukminin, ketahuilah bahwa seluruh harta kekayaan dan kekuasaan yang nilainya hanya seharga segelas air, sangat tidak wajar apabila diperebutkan dan dipertahankan tanpa hak,” kata Abu Sammak.
Khalifah Harun Al-Rasyid yang kekuasaannya meliputi beberapa negara yang sangat luas dan kekayaannya yang sangat banyak tersebut, kemudian mengangguk dan membenarkannya.
Khalifah Umar bin Khattab menjumpai Hurmuzan, seorang tokoh Persia yang menjadi tawaan perang dan dijatuhi hukuman mati, lalu Hurmuzan memohon kepada Umar bin Khattab,”Berilah aku segelas air, sebelum hukuman mati dilaksanakan kepadaku.”
Umar bin Khattab setuju, dan sebelum Hurmuzan minum air tersebut, dia memandang Umar bin Khattab dengan bertanya,”apakah aku memperoleh keamanan, sampai air ini habis saya minum?”
Umar bin Khattab mengiyakan, dan dengan tiba-tiba Hurmuzan menumpahkan isi gelas itu, dan dengan senyum penuh arti dia berkata, “Wahai Umar, tepatilah janjimu, maka berilah aku keamanan.”
Hadirin yang menyaksikan kejadian tersebut tersentak, tetapi Umar bin Khattab berkata, “Lepaskan dia, karena kita harus tetap memegag teguh dan menetapi janji, apa pun akibatnya”.
Khalifah Umar bin Khattab menganggap bahwa segelas air adalah sumber kehidupan, bahkan air adalah kehidupan itu sendiri, dan tidak ada artinya apabila menyalahi kesetiaan kepada janji, dan itulah harga segelas air menurut Khalifah Umar bin Khattab.
Diriwayatkan terdapat seorang wanita yang bergelimang dosa, ketika dia melihat seekor anjing yang sedang kehausan, lalu dia menyodorkan segelas air minum kepada anjing tersebut, maka Nabi bersabda,”Allah mengampuni dosa-dosanya, dan memasukkannya ke dalam surga karena segelas air itu”. Inilah harga tertinggi bagi segelas air.
Kata “air” dalam Al-Quran terulang sebanyak 63 kali, seperti dalam Al-Quran surah Al-Anbiya, surah ke-21 ayat 30 yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang hidup berasal dari air.
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tidak juga beriman?”
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online
547. GELAS
HARGA SEGELAS AIR MINUM
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang harga segelas air minum menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
Banyak di antara kita yang tidak menghargai air, dan kita sering kali tidak menggunakan air secara baik, padahal berwudu di sungai yang airnya mengalir atau samudera yang luas pun tidak boleh melebihi kadar yang ditetapkan.
Bagi orang yang tinggal di Indonesia, air bagaikan tanpa harga, tetapi di Timur Tengah dan tempat lainnya, harga air minum harganya cukup mahal, bahkan harga seliter air minum harganya lebih mahal dibandingkan dengan harga seliter premium atau bensin.
Amirul Mukminin Harun Al-Rasyid, penguasa Dinasti Abbasiyah (766-809 Masehi), yang pada masanya adalah bagian dari zaman keemasan Islam, suatu ketika Harun Al-Rasyid duduk gelisah dan kemudian memerintahkan salah seorang pembantunya untuk mengundang Abu Sammak, seorang ulama terhormat pada masanya.
Harun Al-Rasyid berkata,”Wahai Abu Sammak, berilah aku nasihat”. Hampir bersamaan pada saat itu seorang pelayan masuk ke dalam ruangan membawa segelas air untuk Amirul Mukminin Harun AI-Rasyid.
Abu Sammak berkata, “'Tunggu sebentar, Wahai Amirul Mukminin, saya mengharapkan agar Tuan menjawab pertanyaan saya dengan jujur, “Seandainya Tuan sangat haus, tetapi segelas air ini tidak dapat Tuan minum, maka berapakah harga yang bersedia Tuan bayar untuk dapat meminumnya?”
“Setengah dari harta kekayaan dan kekuasaan yang kumiliki,” jawab Harun Al-Rasyid dan kemudian dia pun meminumnya, serta beberapa saat kemudian Abu Sammak bertanya lagi,”Seandainya segelas air minum yang Tuan minum tadi, tidak dapat keluar dari tubuh Tuan, sehingga mengganggu kesehatan Tuan, berapakah Tuan bersedia membayarnya untuk kesembuhan Tuan?”
“Setengah dari harta kekayaan dan kekuasaan yang kumiliki," jawab Harun Al-Rasyid tegas. “Wahai Amirul Mukminin, ketahuilah bahwa seluruh harta kekayaan dan kekuasaan yang nilainya hanya seharga segelas air, sangat tidak wajar apabila diperebutkan dan dipertahankan tanpa hak,” kata Abu Sammak.
Khalifah Harun Al-Rasyid yang kekuasaannya meliputi beberapa negara yang sangat luas dan kekayaannya yang sangat banyak tersebut, kemudian mengangguk dan membenarkannya.
Khalifah Umar bin Khattab menjumpai Hurmuzan, seorang tokoh Persia yang menjadi tawaan perang dan dijatuhi hukuman mati, lalu Hurmuzan memohon kepada Umar bin Khattab,”Berilah aku segelas air, sebelum hukuman mati dilaksanakan kepadaku.”
Umar bin Khattab setuju, dan sebelum Hurmuzan minum air tersebut, dia memandang Umar bin Khattab dengan bertanya,”apakah aku memperoleh keamanan, sampai air ini habis saya minum?”
Umar bin Khattab mengiyakan, dan dengan tiba-tiba Hurmuzan menumpahkan isi gelas itu, dan dengan senyum penuh arti dia berkata, “Wahai Umar, tepatilah janjimu, maka berilah aku keamanan.”
Hadirin yang menyaksikan kejadian tersebut tersentak, tetapi Umar bin Khattab berkata, “Lepaskan dia, karena kita harus tetap memegag teguh dan menetapi janji, apa pun akibatnya”.
Khalifah Umar bin Khattab menganggap bahwa segelas air adalah sumber kehidupan, bahkan air adalah kehidupan itu sendiri, dan tidak ada artinya apabila menyalahi kesetiaan kepada janji, dan itulah harga segelas air menurut Khalifah Umar bin Khattab.
Diriwayatkan terdapat seorang wanita yang bergelimang dosa, ketika dia melihat seekor anjing yang sedang kehausan, lalu dia menyodorkan segelas air minum kepada anjing tersebut, maka Nabi bersabda,”Allah mengampuni dosa-dosanya, dan memasukkannya ke dalam surga karena segelas air itu”. Inilah harga tertinggi bagi segelas air.
Kata “air” dalam Al-Quran terulang sebanyak 63 kali, seperti dalam Al-Quran surah Al-Anbiya, surah ke-21 ayat 30 yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang hidup berasal dari air.
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tidak juga beriman?”
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online
547. GELAS
HARGA SEGELAS AIR MINUM
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang harga segelas air minum menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
Banyak di antara kita yang tidak menghargai air, dan kita sering kali tidak menggunakan air secara baik, padahal berwudu di sungai yang airnya mengalir atau samudera yang luas pun tidak boleh melebihi kadar yang ditetapkan.
Bagi orang yang tinggal di Indonesia, air bagaikan tanpa harga, tetapi di Timur Tengah dan tempat lainnya, harga air minum harganya cukup mahal, bahkan harga seliter air minum harganya lebih mahal dibandingkan dengan harga seliter premium atau bensin.
Amirul Mukminin Harun Al-Rasyid, penguasa Dinasti Abbasiyah (766-809 Masehi), yang pada masanya adalah bagian dari zaman keemasan Islam, suatu ketika Harun Al-Rasyid duduk gelisah dan kemudian memerintahkan salah seorang pembantunya untuk mengundang Abu Sammak, seorang ulama terhormat pada masanya.
Harun Al-Rasyid berkata,”Wahai Abu Sammak, berilah aku nasihat”. Hampir bersamaan pada saat itu seorang pelayan masuk ke dalam ruangan membawa segelas air untuk Amirul Mukminin Harun AI-Rasyid.
Abu Sammak berkata, “'Tunggu sebentar, Wahai Amirul Mukminin, saya mengharapkan agar Tuan menjawab pertanyaan saya dengan jujur, “Seandainya Tuan sangat haus, tetapi segelas air ini tidak dapat Tuan minum, maka berapakah harga yang bersedia Tuan bayar untuk dapat meminumnya?”
“Setengah dari harta kekayaan dan kekuasaan yang kumiliki,” jawab Harun Al-Rasyid dan kemudian dia pun meminumnya, serta beberapa saat kemudian Abu Sammak bertanya lagi,”Seandainya segelas air minum yang Tuan minum tadi, tidak dapat keluar dari tubuh Tuan, sehingga mengganggu kesehatan Tuan, berapakah Tuan bersedia membayarnya untuk kesembuhan Tuan?”
“Setengah dari harta kekayaan dan kekuasaan yang kumiliki," jawab Harun Al-Rasyid tegas. “Wahai Amirul Mukminin, ketahuilah bahwa seluruh harta kekayaan dan kekuasaan yang nilainya hanya seharga segelas air, sangat tidak wajar apabila diperebutkan dan dipertahankan tanpa hak,” kata Abu Sammak.
Khalifah Harun Al-Rasyid yang kekuasaannya meliputi beberapa negara yang sangat luas dan kekayaannya yang sangat banyak tersebut, kemudian mengangguk dan membenarkannya.
Khalifah Umar bin Khattab menjumpai Hurmuzan, seorang tokoh Persia yang menjadi tawaan perang dan dijatuhi hukuman mati, lalu Hurmuzan memohon kepada Umar bin Khattab,”Berilah aku segelas air, sebelum hukuman mati dilaksanakan kepadaku.”
Umar bin Khattab setuju, dan sebelum Hurmuzan minum air tersebut, dia memandang Umar bin Khattab dengan bertanya,”apakah aku memperoleh keamanan, sampai air ini habis saya minum?”
Umar bin Khattab mengiyakan, dan dengan tiba-tiba Hurmuzan menumpahkan isi gelas itu, dan dengan senyum penuh arti dia berkata, “Wahai Umar, tepatilah janjimu, maka berilah aku keamanan.”
Hadirin yang menyaksikan kejadian tersebut tersentak, tetapi Umar bin Khattab berkata, “Lepaskan dia, karena kita harus tetap memegag teguh dan menetapi janji, apa pun akibatnya”.
Khalifah Umar bin Khattab menganggap bahwa segelas air adalah sumber kehidupan, bahkan air adalah kehidupan itu sendiri, dan tidak ada artinya apabila menyalahi kesetiaan kepada janji, dan itulah harga segelas air menurut Khalifah Umar bin Khattab.
Diriwayatkan terdapat seorang wanita yang bergelimang dosa, ketika dia melihat seekor anjing yang sedang kehausan, lalu dia menyodorkan segelas air minum kepada anjing tersebut, maka Nabi bersabda,”Allah mengampuni dosa-dosanya, dan memasukkannya ke dalam surga karena segelas air itu”. Inilah harga tertinggi bagi segelas air.
Kata “air” dalam Al-Quran terulang sebanyak 63 kali, seperti dalam Al-Quran surah Al-Anbiya, surah ke-21 ayat 30 yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang hidup berasal dari air.
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tidak juga beriman?”
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online
547. GELAS
HARGA SEGELAS AIR MINUM
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang harga segelas air minum menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
Banyak di antara kita yang tidak menghargai air, dan kita sering kali tidak menggunakan air secara baik, padahal berwudu di sungai yang airnya mengalir atau samudera yang luas pun tidak boleh melebihi kadar yang ditetapkan.
Bagi orang yang tinggal di Indonesia, air bagaikan tanpa harga, tetapi di Timur Tengah dan tempat lainnya, harga air minum harganya cukup mahal, bahkan harga seliter air minum harganya lebih mahal dibandingkan dengan harga seliter premium atau bensin.
Amirul Mukminin Harun Al-Rasyid, penguasa Dinasti Abbasiyah (766-809 Masehi), yang pada masanya adalah bagian dari zaman keemasan Islam, suatu ketika Harun Al-Rasyid duduk gelisah dan kemudian memerintahkan salah seorang pembantunya untuk mengundang Abu Sammak, seorang ulama terhormat pada masanya.
Harun Al-Rasyid berkata,”Wahai Abu Sammak, berilah aku nasihat”. Hampir bersamaan pada saat itu seorang pelayan masuk ke dalam ruangan membawa segelas air untuk Amirul Mukminin Harun AI-Rasyid.
Abu Sammak berkata, “'Tunggu sebentar, Wahai Amirul Mukminin, saya mengharapkan agar Tuan menjawab pertanyaan saya dengan jujur, “Seandainya Tuan sangat haus, tetapi segelas air ini tidak dapat Tuan minum, maka berapakah harga yang bersedia Tuan bayar untuk dapat meminumnya?”
“Setengah dari harta kekayaan dan kekuasaan yang kumiliki,” jawab Harun Al-Rasyid dan kemudian dia pun meminumnya, serta beberapa saat kemudian Abu Sammak bertanya lagi,”Seandainya segelas air minum yang Tuan minum tadi, tidak dapat keluar dari tubuh Tuan, sehingga mengganggu kesehatan Tuan, berapakah Tuan bersedia membayarnya untuk kesembuhan Tuan?”
“Setengah dari harta kekayaan dan kekuasaan yang kumiliki," jawab Harun Al-Rasyid tegas. “Wahai Amirul Mukminin, ketahuilah bahwa seluruh harta kekayaan dan kekuasaan yang nilainya hanya seharga segelas air, sangat tidak wajar apabila diperebutkan dan dipertahankan tanpa hak,” kata Abu Sammak.
Khalifah Harun Al-Rasyid yang kekuasaannya meliputi beberapa negara yang sangat luas dan kekayaannya yang sangat banyak tersebut, kemudian mengangguk dan membenarkannya.
Khalifah Umar bin Khattab menjumpai Hurmuzan, seorang tokoh Persia yang menjadi tawaan perang dan dijatuhi hukuman mati, lalu Hurmuzan memohon kepada Umar bin Khattab,”Berilah aku segelas air, sebelum hukuman mati dilaksanakan kepadaku.”
Umar bin Khattab setuju, dan sebelum Hurmuzan minum air tersebut, dia memandang Umar bin Khattab dengan bertanya,”apakah aku memperoleh keamanan, sampai air ini habis saya minum?”
Umar bin Khattab mengiyakan, dan dengan tiba-tiba Hurmuzan menumpahkan isi gelas itu, dan dengan senyum penuh arti dia berkata, “Wahai Umar, tepatilah janjimu, maka berilah aku keamanan.”
Hadirin yang menyaksikan kejadian tersebut tersentak, tetapi Umar bin Khattab berkata, “Lepaskan dia, karena kita harus tetap memegag teguh dan menetapi janji, apa pun akibatnya”.
Khalifah Umar bin Khattab menganggap bahwa segelas air adalah sumber kehidupan, bahkan air adalah kehidupan itu sendiri, dan tidak ada artinya apabila menyalahi kesetiaan kepada janji, dan itulah harga segelas air menurut Khalifah Umar bin Khattab.
Diriwayatkan terdapat seorang wanita yang bergelimang dosa, ketika dia melihat seekor anjing yang sedang kehausan, lalu dia menyodorkan segelas air minum kepada anjing tersebut, maka Nabi bersabda,”Allah mengampuni dosa-dosanya, dan memasukkannya ke dalam surga karena segelas air itu”. Inilah harga tertinggi bagi segelas air.
Kata “air” dalam Al-Quran terulang sebanyak 63 kali, seperti dalam Al-Quran surah Al-Anbiya, surah ke-21 ayat 30 yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang hidup berasal dari air.
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tidak juga beriman?”
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online
547. GELAS
HARGA SEGELAS AIR MINUM
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang harga segelas air minum menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
Banyak di antara kita yang tidak menghargai air, dan kita sering kali tidak menggunakan air secara baik, padahal berwudu di sungai yang airnya mengalir atau samudera yang luas pun tidak boleh melebihi kadar yang ditetapkan.
Bagi orang yang tinggal di Indonesia, air bagaikan tanpa harga, tetapi di Timur Tengah dan tempat lainnya, harga air minum harganya cukup mahal, bahkan harga seliter air minum harganya lebih mahal dibandingkan dengan harga seliter premium atau bensin.
Amirul Mukminin Harun Al-Rasyid, penguasa Dinasti Abbasiyah (766-809 Masehi), yang pada masanya adalah bagian dari zaman keemasan Islam, suatu ketika Harun Al-Rasyid duduk gelisah dan kemudian memerintahkan salah seorang pembantunya untuk mengundang Abu Sammak, seorang ulama terhormat pada masanya.
Harun Al-Rasyid berkata,”Wahai Abu Sammak, berilah aku nasihat”. Hampir bersamaan pada saat itu seorang pelayan masuk ke dalam ruangan membawa segelas air untuk Amirul Mukminin Harun AI-Rasyid.
Abu Sammak berkata, “'Tunggu sebentar, Wahai Amirul Mukminin, saya mengharapkan agar Tuan menjawab pertanyaan saya dengan jujur, “Seandainya Tuan sangat haus, tetapi segelas air ini tidak dapat Tuan minum, maka berapakah harga yang bersedia Tuan bayar untuk dapat meminumnya?”
“Setengah dari harta kekayaan dan kekuasaan yang kumiliki,” jawab Harun Al-Rasyid dan kemudian dia pun meminumnya, serta beberapa saat kemudian Abu Sammak bertanya lagi,”Seandainya segelas air minum yang Tuan minum tadi, tidak dapat keluar dari tubuh Tuan, sehingga mengganggu kesehatan Tuan, berapakah Tuan bersedia membayarnya untuk kesembuhan Tuan?”
“Setengah dari harta kekayaan dan kekuasaan yang kumiliki," jawab Harun Al-Rasyid tegas. “Wahai Amirul Mukminin, ketahuilah bahwa seluruh harta kekayaan dan kekuasaan yang nilainya hanya seharga segelas air, sangat tidak wajar apabila diperebutkan dan dipertahankan tanpa hak,” kata Abu Sammak.
Khalifah Harun Al-Rasyid yang kekuasaannya meliputi beberapa negara yang sangat luas dan kekayaannya yang sangat banyak tersebut, kemudian mengangguk dan membenarkannya.
Khalifah Umar bin Khattab menjumpai Hurmuzan, seorang tokoh Persia yang menjadi tawaan perang dan dijatuhi hukuman mati, lalu Hurmuzan memohon kepada Umar bin Khattab,”Berilah aku segelas air, sebelum hukuman mati dilaksanakan kepadaku.”
Umar bin Khattab setuju, dan sebelum Hurmuzan minum air tersebut, dia memandang Umar bin Khattab dengan bertanya,”apakah aku memperoleh keamanan, sampai air ini habis saya minum?”
Umar bin Khattab mengiyakan, dan dengan tiba-tiba Hurmuzan menumpahkan isi gelas itu, dan dengan senyum penuh arti dia berkata, “Wahai Umar, tepatilah janjimu, maka berilah aku keamanan.”
Hadirin yang menyaksikan kejadian tersebut tersentak, tetapi Umar bin Khattab berkata, “Lepaskan dia, karena kita harus tetap memegag teguh dan menetapi janji, apa pun akibatnya”.
Khalifah Umar bin Khattab menganggap bahwa segelas air adalah sumber kehidupan, bahkan air adalah kehidupan itu sendiri, dan tidak ada artinya apabila menyalahi kesetiaan kepada janji, dan itulah harga segelas air menurut Khalifah Umar bin Khattab.
Diriwayatkan terdapat seorang wanita yang bergelimang dosa, ketika dia melihat seekor anjing yang sedang kehausan, lalu dia menyodorkan segelas air minum kepada anjing tersebut, maka Nabi bersabda,”Allah mengampuni dosa-dosanya, dan memasukkannya ke dalam surga karena segelas air itu”. Inilah harga tertinggi bagi segelas air.
Kata “air” dalam Al-Quran terulang sebanyak 63 kali, seperti dalam Al-Quran surah Al-Anbiya, surah ke-21 ayat 30 yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang hidup berasal dari air.
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tidak juga beriman?”
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online
547. GELAS
HARGA SEGELAS AIR MINUM
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang harga segelas air minum menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
Banyak di antara kita yang tidak menghargai air, dan kita sering kali tidak menggunakan air secara baik, padahal berwudu di sungai yang airnya mengalir atau samudera yang luas pun tidak boleh melebihi kadar yang ditetapkan.
Bagi orang yang tinggal di Indonesia, air bagaikan tanpa harga, tetapi di Timur Tengah dan tempat lainnya, harga air minum harganya cukup mahal, bahkan harga seliter air minum harganya lebih mahal dibandingkan dengan harga seliter premium atau bensin.
Amirul Mukminin Harun Al-Rasyid, penguasa Dinasti Abbasiyah (766-809 Masehi), yang pada masanya adalah bagian dari zaman keemasan Islam, suatu ketika Harun Al-Rasyid duduk gelisah dan kemudian memerintahkan salah seorang pembantunya untuk mengundang Abu Sammak, seorang ulama terhormat pada masanya.
Harun Al-Rasyid berkata,”Wahai Abu Sammak, berilah aku nasihat”. Hampir bersamaan pada saat itu seorang pelayan masuk ke dalam ruangan membawa segelas air untuk Amirul Mukminin Harun AI-Rasyid.
Abu Sammak berkata, “'Tunggu sebentar, Wahai Amirul Mukminin, saya mengharapkan agar Tuan menjawab pertanyaan saya dengan jujur, “Seandainya Tuan sangat haus, tetapi segelas air ini tidak dapat Tuan minum, maka berapakah harga yang bersedia Tuan bayar untuk dapat meminumnya?”
“Setengah dari harta kekayaan dan kekuasaan yang kumiliki,” jawab Harun Al-Rasyid dan kemudian dia pun meminumnya, serta beberapa saat kemudian Abu Sammak bertanya lagi,”Seandainya segelas air minum yang Tuan minum tadi, tidak dapat keluar dari tubuh Tuan, sehingga mengganggu kesehatan Tuan, berapakah Tuan bersedia membayarnya untuk kesembuhan Tuan?”
“Setengah dari harta kekayaan dan kekuasaan yang kumiliki," jawab Harun Al-Rasyid tegas. “Wahai Amirul Mukminin, ketahuilah bahwa seluruh harta kekayaan dan kekuasaan yang nilainya hanya seharga segelas air, sangat tidak wajar apabila diperebutkan dan dipertahankan tanpa hak,” kata Abu Sammak.
Khalifah Harun Al-Rasyid yang kekuasaannya meliputi beberapa negara yang sangat luas dan kekayaannya yang sangat banyak tersebut, kemudian mengangguk dan membenarkannya.
Khalifah Umar bin Khattab menjumpai Hurmuzan, seorang tokoh Persia yang menjadi tawaan perang dan dijatuhi hukuman mati, lalu Hurmuzan memohon kepada Umar bin Khattab,”Berilah aku segelas air, sebelum hukuman mati dilaksanakan kepadaku.”
Umar bin Khattab setuju, dan sebelum Hurmuzan minum air tersebut, dia memandang Umar bin Khattab dengan bertanya,”apakah aku memperoleh keamanan, sampai air ini habis saya minum?”
Umar bin Khattab mengiyakan, dan dengan tiba-tiba Hurmuzan menumpahkan isi gelas itu, dan dengan senyum penuh arti dia berkata, “Wahai Umar, tepatilah janjimu, maka berilah aku keamanan.”
Hadirin yang menyaksikan kejadian tersebut tersentak, tetapi Umar bin Khattab berkata, “Lepaskan dia, karena kita harus tetap memegag teguh dan menetapi janji, apa pun akibatnya”.
Khalifah Umar bin Khattab menganggap bahwa segelas air adalah sumber kehidupan, bahkan air adalah kehidupan itu sendiri, dan tidak ada artinya apabila menyalahi kesetiaan kepada janji, dan itulah harga segelas air menurut Khalifah Umar bin Khattab.
Diriwayatkan terdapat seorang wanita yang bergelimang dosa, ketika dia melihat seekor anjing yang sedang kehausan, lalu dia menyodorkan segelas air minum kepada anjing tersebut, maka Nabi bersabda,”Allah mengampuni dosa-dosanya, dan memasukkannya ke dalam surga karena segelas air itu”. Inilah harga tertinggi bagi segelas air.
Kata “air” dalam Al-Quran terulang sebanyak 63 kali, seperti dalam Al-Quran surah Al-Anbiya, surah ke-21 ayat 30 yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang hidup berasal dari air.
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tidak juga beriman?”
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online
547. GELAS
HARGA SEGELAS AIR MINUM
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang harga segelas air minum menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
Banyak di antara kita yang tidak menghargai air, dan kita sering kali tidak menggunakan air secara baik, padahal berwudu di sungai yang airnya mengalir atau samudera yang luas pun tidak boleh melebihi kadar yang ditetapkan.
Bagi orang yang tinggal di Indonesia, air bagaikan tanpa harga, tetapi di Timur Tengah dan tempat lainnya, harga air minum harganya cukup mahal, bahkan harga seliter air minum harganya lebih mahal dibandingkan dengan harga seliter premium atau bensin.
Amirul Mukminin Harun Al-Rasyid, penguasa Dinasti Abbasiyah (766-809 Masehi), yang pada masanya adalah bagian dari zaman keemasan Islam, suatu ketika Harun Al-Rasyid duduk gelisah dan kemudian memerintahkan salah seorang pembantunya untuk mengundang Abu Sammak, seorang ulama terhormat pada masanya.
Harun Al-Rasyid berkata,”Wahai Abu Sammak, berilah aku nasihat”. Hampir bersamaan pada saat itu seorang pelayan masuk ke dalam ruangan membawa segelas air untuk Amirul Mukminin Harun AI-Rasyid.
Abu Sammak berkata, “'Tunggu sebentar, Wahai Amirul Mukminin, saya mengharapkan agar Tuan menjawab pertanyaan saya dengan jujur, “Seandainya Tuan sangat haus, tetapi segelas air ini tidak dapat Tuan minum, maka berapakah harga yang bersedia Tuan bayar untuk dapat meminumnya?”
“Setengah dari harta kekayaan dan kekuasaan yang kumiliki,” jawab Harun Al-Rasyid dan kemudian dia pun meminumnya, serta beberapa saat kemudian Abu Sammak bertanya lagi,”Seandainya segelas air minum yang Tuan minum tadi, tidak dapat keluar dari tubuh Tuan, sehingga mengganggu kesehatan Tuan, berapakah Tuan bersedia membayarnya untuk kesembuhan Tuan?”
“Setengah dari harta kekayaan dan kekuasaan yang kumiliki," jawab Harun Al-Rasyid tegas. “Wahai Amirul Mukminin, ketahuilah bahwa seluruh harta kekayaan dan kekuasaan yang nilainya hanya seharga segelas air, sangat tidak wajar apabila diperebutkan dan dipertahankan tanpa hak,” kata Abu Sammak.
Khalifah Harun Al-Rasyid yang kekuasaannya meliputi beberapa negara yang sangat luas dan kekayaannya yang sangat banyak tersebut, kemudian mengangguk dan membenarkannya.
Khalifah Umar bin Khattab menjumpai Hurmuzan, seorang tokoh Persia yang menjadi tawaan perang dan dijatuhi hukuman mati, lalu Hurmuzan memohon kepada Umar bin Khattab,”Berilah aku segelas air, sebelum hukuman mati dilaksanakan kepadaku.”
Umar bin Khattab setuju, dan sebelum Hurmuzan minum air tersebut, dia memandang Umar bin Khattab dengan bertanya,”apakah aku memperoleh keamanan, sampai air ini habis saya minum?”
Umar bin Khattab mengiyakan, dan dengan tiba-tiba Hurmuzan menumpahkan isi gelas itu, dan dengan senyum penuh arti dia berkata, “Wahai Umar, tepatilah janjimu, maka berilah aku keamanan.”
Hadirin yang menyaksikan kejadian tersebut tersentak, tetapi Umar bin Khattab berkata, “Lepaskan dia, karena kita harus tetap memegag teguh dan menetapi janji, apa pun akibatnya”.
Khalifah Umar bin Khattab menganggap bahwa segelas air adalah sumber kehidupan, bahkan air adalah kehidupan itu sendiri, dan tidak ada artinya apabila menyalahi kesetiaan kepada janji, dan itulah harga segelas air menurut Khalifah Umar bin Khattab.
Diriwayatkan terdapat seorang wanita yang bergelimang dosa, ketika dia melihat seekor anjing yang sedang kehausan, lalu dia menyodorkan segelas air minum kepada anjing tersebut, maka Nabi bersabda,”Allah mengampuni dosa-dosanya, dan memasukkannya ke dalam surga karena segelas air itu”. Inilah harga tertinggi bagi segelas air.
Kata “air” dalam Al-Quran terulang sebanyak 63 kali, seperti dalam Al-Quran surah Al-Anbiya, surah ke-21 ayat 30 yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang hidup berasal dari air.
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tidak juga beriman?”
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online


